• Tidak ada hasil yang ditemukan

Liturgi Ekarist

Dalam dokumen CHRISMES ELISABET MANIK NIM: 070707009 (Halaman 48-54)

SEJARAH GEREJA KATOLIK INDONESIA DAN TATA PERIBADATAN 2.1 Sejarah Gereja Katolik di Indonesia

2.2 Tata Ibadat Misa Gereja Katolik

2.2.3 Liturgi Ekarist

Pada dasarnya Ekaristi berarti doa syukur dimana dalam misa terjadi penyucian dari perbuatan Tuhan sendiri. Unsur-unsur dari liturgi Ekaristi yaitu: Persiapan Persembahan, Doa Syukur Agung, dan Komuni. Pada awal Liturgi Ekaristi¸ bahan persembahan berupa roti dan anggur yang nantinya menjadi

Tubuh dan Darah Kristus, dibawa ke altar. Pada altar ditata korporale47, purifikatorium48, Misale49, dan piala50, kecuali kalau piala disiapkan pada meja di samping altar.

47

Korporal, berasal dari bahasa Latin “corporale”, adalah sehelai kain lenan putih berbentuk bujursangkar dengan gambar salib kecil di tengahnya; seringkali pinggiran korporale dihiasi dengan renda. Korporale adalah yang terpenting dari antara kain-kain suci. Dalam perayaan Ekaristi, imam membentangkan korporale di atas altar sebagai alas untuk bejana-bejana suci roti dan anggur. Setelah selesai dipergunakan, korporale dilipat menjadi tiga memanjang, lalu dilipat menjadi tiga lagi dari samping dan ditempatkan di atas piala.

48

Purifikatorium adalah kain yang terbuat dari linen, yang digunakan untuk menyeka bibir piala, untuk pembersihan nampan, untuk mengeringkan cawan dan untuk mengeringkan tangan para imam atau diakon. Purifikatorium ini dibawa di atas piala pada saat membawa persembahan ke altar, dan ada di sebelah korporal.

49

Buku bacaan untuk perayaan Ekaristi 50

Piala adalah cawan yang menjadi tempat anggur untuk dikonsekrasikan, dimana sesudah konsekrasi menjadi tempat untuk Darah Mahasuci Kristus. Melihat fungsinya, maka Piala harus dibuat dari logam mulia. Piala melambangkan cawan yang dipergunakan Tuhan kita pada Perjamuan Malam Terakhir di mana Ia untuk pertama kalinya mempersembahkan Darah-Nya.

Gambar 6. Perlengkapan Persembahan

Ritus dahulu umatlah yang membawa roti dan anggur ke altar yang kemudian diterima oleh imam, namun sekarang tidak lagi karena telah disimpan dalam tabernakel51.

Gambar 7. Tabernakel

51

Sebuah lemari atau kotak penyimpanan, khusus untuk menyimpan Sakramen yang telah disucikan: tubuh, darah, jiwa dan keilahian Yesus Kristus, dalam bentuk roti dan anggur, yang digunakan dalam ritus komuni suci.

Selain roti dan anggur, bahan persembahan dapat berupa uang sering disebut kolekte atau bahan persembahan lain dalam bentuk buah-buahan, hasil panen, dan lainnya juga turut dipersembahkan. Namun persembahan ini tidak diletakkan di altar, melainkan disuatu tempat lain yang pantas. Kolekte

melambangkan partisipasi umat dalam menyatakan tanggung jawab terhadap keperluan ibadat, keperluan gereja, keperluan umat, dan juga keperluan sosial. Perarakan mengantar bahan persembahan berupa uang/kolekte ke altar diiringi dengan nyanyian persiapan persembahan. Bahan persembahan ini diterima oleh imam dan ditempatkan oleh misdinar ditempat yang pantas. Imam kemudian mengucapkan rumus-rumus doa yang telah ditentukan untuk memberkati roti dan anggur yang telah disiapkan di altar.

Selanjutnya bahan-bahan persembahan di altar, kolekte, salib, dan altar

sendiri didupai oleh Imam. Pendupaan melambangkan persembahan dan doa Gereja yang naik ke hadirat Allah seperti kepulan asap dupa. Sesudah itu umat pun dapat didupai oleh imam; kemudian imam sendiri didupai oleh misdinar.

Imam didupai karena pelayanan kudus yang ia sandang sedangkan umat didupai karena martabat luhur yang diperoleh lewat pembabtisan.

Dalam setiap perayaan misa dupa digunakan dalam: 1. Selama perarakan masuk imam dan para petugas liturgi.

2. Pada permulaan perayaan misa untuk menghormati salib dan altar. 3. Waktu ada perarakan dan pewartaan injil.

4. Sesudah roti dan anggur disiapkan di altar, bahan persembahan, salib dan

Gambar 8 Wiruk Gambar 9 Dupa. Dupa merupakan pasangan dari wiruk

Cara mendupai yaitu dengan menggunakan alat wiruk52, yang terdiri dari

turibulum, yaitu tempat untuk menaruh bara api dan navikula, yaitu tempat untuk menaruh dupa atau ratus. Pendupaan dilakukan dengan mengayunkan dupa

(turibulum: tempat bara api) kedepan dan kebelakang sebanyak tiga kali. Pendupaan dilakukan pada: Sakramen mahakudus, relikwi salib suci, patung Tuhan yang dipajang untuk dihormati secara publik, bahan persembahan, salib

altar, Injil, lilin paskah, imam, dan umat beriman. Setelah pendupaan imam kemudian membasuh tangannya disisi altar. Ritus ini melambangkan bahwa imam dalam merayakan misa harus dengan hati yang bersih. Imam kembali ke

altar menghadap umat, ia mengajak umat berdoa dengan berkata “Supaya persembahan kita diterima oleh Allah yang Mahakuasa”. Kemudian Imam membuka tangan dan mengatupkannya kembali sambil berkata: “Berdoalah

52

Wiruk adalah alat terbuat dari kuningan untuk mendupai Sakramen Mahakudus, Altar, salib, bahan persembahan, dan umat yang mengikuti upacara liturgi. Alat pendupaan ini secara lengkap terdiri dari tempat dupa, sendok kecil untuk mengambil dupa, tempat pembakaran yang berisi bara arang, dan tiang menggantungkan wiruk.

saudara-saudari supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang Mahakuasa”. Dan umat menjawab “Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus”.

Doa Syukur Agung merupakan puncak dan pusat seluruh Perayaan liturgi Ekaristi. Imam mengajak umat untuk mengarahkan hati kepada Tuhan dengan berdoa dan bersyukur. Dengan demikian seluruh umat yang hadir diikutsertakan dalam doa ini. Bagian-bagian yang penting dalam Doa Syukur Agung ialah: Ucapan syukur, Aklamasi, Epiklesis, Kisah Instutusi dan konsekrasi, Anamnesis, Persembahan, Permohonan, Dokxologi Penutup. Bagian-bagian ini imamlah yang memimpin dan membawakan atas nama umat.

Doa Syukur Agung dibuka dengan ritus yang amat meriah dengan dialog pembuka sebagai berikut: I = Imam, U = Umat

I : Tuhan sertamu

U:Dan sertamu juga

I : Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan

U: Sudah kami arahkan.

I : Marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita

U: Sudah layak dan sepantasnya.

Lewat ayat dialog ini, imam mengajak umat memusatkan hati dan pikiran hanya kepada Tuhan dan untuk bersyukur pada-Nya. Kemudian dilanjutkan dengan prefasi. Dimana seluruh Doa Syukur Agung dinyataakan dalam prefasi.

pertama dari rangkaian Doa Syukur Agung dalam liturgi Ekaristi. Inti dari suatu prefasi dalam perayaan Ekaristi adalah ucapan syukur atas karya penebusan.

Prefasi ditutup dengan sebuah aklamasi (seruan) Kudus oleh umat.

Nyanyian Kudus/Sanctus merupakan seruan kegembiraan, sorak-sorai dan harus dinyanyikan oleh umat oleh karena itu sikap tubuh adalah berdiri. Setelah nyanyian Kudus/ Sanctus, umat berlutut untuk memasuki Doa Syukur Agung. Dalam rumusan doa ini, Imam akan berkata “Terimalah dan Makanlah: Inilah Tubuhku yang diserahkan bagimu” sambil mengangkat Roti suci/Hosti keatas agar umat dapat melihat. Saat hosti diangkat keatas, umat mengatupkan kedua tangannya keatas kepala dengan sikap tubuh menyembah. Kemudian imam mengangkat Piala yang berisikan anggur, dan berkata “Terimalah dan Minumah: Inilah Piala Darahku, Darah Perjanjian Baru dan Kekal, yang Ditumpahkan Bagimu dan Bagi Semua Orang Demi Pengampunan Dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku.” Saat Piala diangkat keatas umat mengatupkan kedua tangannya keatas kepala dengan sikap tubuh menyembah. Doa Syukur Agung diakhiri dengan doa rumusan tertentu oleh imam sendiri. Dan dilanjutkan dengan Doa Bapa Kami.

Kemudian imam mengambil sebuah roti suci/hosti dan dicampurkan kedalam anggur yang diartikan sebagai tanda persatuan antara umat dan seluruh Gereja. Pemecahan dan pencampuran roti diiringi dengan nyanyian Anak Domba Allah/Agnus Dei. Setelah selesai menyanyikan Anak Domba Allah kemudian umat berlutut, imam mengangkat hosti keatas seraya berkata dengan rumusan doa ”Inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuannya.” Umatpun menjawab sambil meletakkan tangan kanan ke dada “Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh”. Dengan demikian Imam dapat membagi-bagikan hosti kepada umat. Imam turun dari panti imam untuk membagi-bagikan hosti, dan umat datang satu persatu dengan barisan yang teratur untuk menerima hosti. Setelah umat menerima hosti, mereka kembali ke tempat duduk masing-masing dan melakukan doa pribadi dalam suasana hening. Selama penerimaan komuni, dapat dinyanyikan beberapa lagu komuni.

Setelah seluruh umat datang kepada imam untuk menyambut komuni, maka imam akan kembali ke panti imam. Imam akan membersihkan patena dan piala dan mengembalikan barang-barang persembahan ketempat semula yang dibantu oleh misdinar. Dan liturgi Ekaristi berakhir dengan doa penutup yang dibawakan oleh Imam.

Dalam dokumen CHRISMES ELISABET MANIK NIM: 070707009 (Halaman 48-54)

Dokumen terkait