• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Lokasi dan Objek penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto. Dengan dasar dan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut representative dengan judul yang akan diteliti. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pengurus komite sekolah SMP Negeri 3 Kelara.

C. Variabel Penelitian.

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

“Variabel adalah yang menjadi sasaran penyelidik dan dapat juga disebut gejala. Gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya maupun dalam tingkatanya disebut variabel”. (Sutrisno Hadi, 2008: 224).

Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa: “variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian”. (Hadi dalam Arikunto, 1998:

97).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dirumuskan definisi variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan menjadi objek penelitian yaitu:

1. Variabel bebas yaitu Peranan Komite Sekolah.

2. Variabel terikat yaitu peningkatan sarana dan prasarana pendidikan Agama Islam.

D. Defenisi Operasional Variabel 30

Untuk menghindari kesalah pahaman dan untuk menyamakan presepsi, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan defenisi variable penelitian agar tidak terjadi penafsiran yang keliru.

1. Peranan Komite Sekolah sebagai mana yang termaktub dalam Keputusan Mentri Pendidikan sebagai berikut:

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b. Pendukung baik berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaran dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

d. Penghubung (mediator agency) antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan (Salinan Kepmen Diknas:

Lamp. II. No. 044/U/2002).

2. Sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam adalah salah satu faktor penunjang berhasil tidaknya proses belajar mengajar.

Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat menunjang proses berlangsungnya belajar mengajar.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Untuk mengetahui secara jelas populasi yang akan dijadikan objek penelitian, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian populasi berdasarkan rumusan oleh beberapa ahli antara lain:

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupaka penelitian populasi. Jika kita haya akan meneliti sebagaian dari populasi, maka penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersenut disebut penelitian sampel.

(Suharsimi Arikunto, 2002: 108)

Sedangkan Pendapat lain mengatakan bahwa:

Populasi adalah seluruh objek yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya, kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya ukuran populasi sama dengan banyaknya manusia. ( Margono, 1999:57).

Dari kedua pendapat tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah seluruh ojek yang akan diteliti di dalam suatu penelitian

Adapun populasi yang peneliti maksud adalah pengurus komite, guru dan siswa di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

Tabel 1

Sumber Data: KTU SMP 3 kelara Kab. Jeneponto.

2. Sampel

Dalam penelitian diperlukan adanya yang dinamakan sampel penelitian atau miniatur dari populasi yang dijadikan sebagai perwakilan dari populasi. Maka sampel merupakan proses penelitian individu untuk suatu

penelitian yang sedemikian rupa sehingga individu-individu yang merupakan perwakilan kelompok yang lebih besar dimana orang itu terpilih.

Pendapat lain tentang sampel dapat dilihat dari apa yang dikemukakan bahwa: “sampel adalah sebagian individu yang yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian”. (Sutrisno Hadi dalam Amirul Hadi &

Haryono, 1998: 194)

Berdasarkan teori diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan sasaran penelitian yang dianggap dapat mewakili yang lainnya. Adapun teknik pengambilan sampel yaitu teknik proposive sampel yaitu sampel yang bertujuan mengambil subjek bukan disarankan atas strata, random atau daerah didasarkan atas adanya tujuan tertentu.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pengurus komite sekolah SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

TABEL 2 Keadaan sampel.

No Objek Jenis kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Komite Sekolah 7 4 11

F. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi digunakan dalam pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap masalah-masalah yang diperlukan untuk dicatat secara sistematis agar diperoleh gambaran yang jelas dan memberikan petunjuk untuk memecahkan masalah yang diteliti.

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. (Sutrisno Hadi dalam Sugiono, 2010 : 145) .

Jadi Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengamati langsung kelapangan.

2. Pedoman Wawancara sering pula disebut kuisioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai.

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dan dengan wawancara peneliti akan mengetahuia hal-hal yang lenih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terajadi yang tidak mungkin bisa bisa ditemukan melalui Obsravasi.

(Esterbag dalam Sugiyono, 2008 : 317)

3. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. (Sugiyono, 2010 : 142).

Jadi Angket adalah pengumpulan data dengan mengajukan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan yang diperlukan oleh peneliti.

4. Catatan Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan dan sebagainya. ( Suharmin Arikunto, 2010: 201 )

Jadi Catatan dokumentasi yaitu mencatat semua data secara langsung dari referensi yang membahas tentang objek penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi digunakan dalam pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap masalah-masalah yang diperlukan untuk dicatat secara sistematis agar diperoleh gambaran yang jelas dan memberikan petunjuk untuk memecahkan masalah yang diteliti. Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengamati langsung kelapangan.

2. Wawancara sering pula disebut kuisioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai.

3. Angket adalah pengumpulan data dengan mengajukan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan yang diperlukan oleh peneliti.

4. Catatan Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan dan sebagainya

H. Teknik Analisis Data

Untuk mengolah data menjadi sebuah pembahasan, maka penelitian menganalisis data dengan teknik analisis deskriptif yaitu berusaha memberikan gambaran dari data yang diperoleh dengan menggunakan rumus persentase sesuai dengan tabel sebelumnya.

Rumus yang digunakan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

Keterangan:

F: Frekuensi yang sedang dicari persentase N: Jumlah frekuensi/banyaknya responden P: Angka persentase

P= X 100%

Hasil dari perhitungan tersebut, kemudian peneliti tabulasikan dalam bentuk tabel frekuensi dan interpensi terhadap hasil tabulasi untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Obyektif Dan Lokasi Penelitian

Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang hasil penelitian, namun sebelum terlalu jauh membahas mengenai hasil penelitian ini, terlebih dahulu peneliti memberikan gambaran tentang obyektif lokasi penelitian sebagai berikut:

Dalam hal ini penulis akan mengemukakan mengenai gambaran umum SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto yang rinci sebagai berikut:

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 3 Kelara Kab. jeneponto

SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Dapertemen Pendidikan Nasional, dengan demikian dapat di pahami bahwa latar belakang berdirinya sekolah tersebut

adalah usaha pemerintah. Kehadiran sekolah ini dapat menunjang kelangsungan pembangunan di bidang pendidikan. Dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa, sekolah cukup bekerja sama dalam membina generasi muda.

Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto didirikan pada tahun 2007 dan di resmikan pada tahun 2007 yang terletak di Desa Sapaloe sejak berdirinya sekolah ini sejak tahun 2007 sampai sekarang.

sekolah ini belum pernah berganti pemimpin (kepala sekolah). Lokasi SMP Negeri 3 Kelara menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang baik karena udaranya yang sejuk dan jauh dari keramaian, sehingga aktivitas siswa dapat berjalan dengan baik.

a. visi

Unggul dalam prestasi berkarakter yang berlandaskan Ilmu Iman dan Takwa.

b. misi

1. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil, beriman, berbudaya, berkarakter, dan memiliki keunggulan yang kompetitif.

2. Mewujudkan kelengkapan dokumen kurikulum yang memenuhi standar pendidikan.

3. Mewujudkan kelengkapan perangkat pendukung kurikulum.

38

4. Melaksanakan peningkatan kompetensi guru dalam mengimplementasikan kurikulum yang adaktif dan proaktif.

5. Mendorong guru agar meningkatan profesionalme minimal sesuai yang diharapkan.

6. Mewujudkan sistem pengelolaan sekolah yang berdasarkan MPMBS

7. Mewujudkan sistem lingkungan pembelajaran yang kondusif dalam mendukung pelaksanaan kurikulum

8. Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, rindang.

9. Mewujudkan sistem penilaian komprehensif baik dan benar.

2. Sarana dan Prasarana Sekolah

Sarana dan prasarana adalah salah satu faktor penunjang berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat menunjang proses berlangsungnya belajar mengajar.

SMP Negeri 3 Kelara sebagai salah satu sekolah lanjutan tingkat dasar, memiliki fasilitas yang dapat di kategorikan cukup memadai dan mendukung berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif.

Adapun mengenai sarana prasarana berdasrkan data yang ada di kantor SMP Negeri 3 Kelara dapat penulis uraikan dalam tabel berikut:

Tabel 3

Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto

No Fasilitas Keterangan

Jumlah Baik Rurak

1 Ruangan kepala sekolah Baik - 1 2 Ruangan wakil kepala

sekolah Baik - 1

11 Ruangan bimbingan dan

konseling (BK) Baik - 1

Sumber data: Kantor SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto a. Keadaan Guru dan Peserta Didik

1). Keadaan Guru

Keadaan guru di SMP Negeri 3 Kelara sangat baik di lihat dari tempat tinggalnya karena sebagian besar gurunya orang asli daerah

tersebut. Walaupun ada beberapa guru yang asalnya dari luar daerah tapi semuanya berdomisili dan memilih menetap di kecematan Kelara.

Tabel 4

Daftar Keadaan Guru/ Pegawai PNS dan Non PNS Kepala Sekolah Total

Laki-laki 1 1

PNS GT PT Total

Laki-laki 5

Perempuan 5

Jumlah 10 10

NON-PNS GTT PTT Total

Laki-laki 5 6 11

Perempuan 7 5 13

JUMLAH 12 11 23

Berdasarkan data yang ada di kantor SMP Negeri 3 Kelara jumlah guru dan staf SMP Negeri 3 Kelara adalah berikut:

Tabel 5

Nama Guru Staf di SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto Tahun Pelajaran 2013/2014

ANTANG P 196909032007012032 III. C Guru

Mapel.

8 Drs.H.LAHABO

L 196202261989031000 Guru BK 9 HJ. HAPSARI

P Tenga

Adm.

10 HJ. ST. NURAENI,

S.Pd P 196701151992022002 Guru

Mapel.

11 INDAWATI, S.Pd

P 197810032010012013 Guru Mapel.

12

IRFAN AM SJACHRUN PABETA, S.Pd

L 198108062006041005 Guru Mapel.

13 IRZAL WAHYUDI, L 198409162009021005 Guru

S.Pd Mapel.

S.Pd.I L 19850627201001022 Guru

Mapel.

P 197106012007012028 Tenaga Adm.

Mapel.

32 SUSANNAWATI,

S.Pd P 196706141988032011 Guru

Mapel.

33 USMAN L Tenaga

Adm.

Tabel 6: Guru tidak tetap

No Nama L/P Jabatan

1. BAIQ

KASMADIHARNI, S.Pd L Guru Mapel

2. DARMAWATI, S.Pd.I P Guru Mapel 3. KAHARUDDIN, S.Pd L Guru Kelas 4. KAIMUDDIN, S.Pd.I L Guru Mapel 5. KASNIATI, S.Pd.I P Guru Mapel

6. NASRUN, S.Pd.I L

7. NURLAELI, S.Pd.I P Guru Mapel 8. NURMI HARIANI, S.Pd P Guru Mapel 9. RISNAWATI, S.Pd P Guru Mapel

10. SIJAYA, S.Pd L Guru Mapel

11. SRI NIRMAYANTI,

S.Pd P Guru Mapel

12. SUHARNI,SP, S.Pd P Guru Mapel

13. SUMARNI, S.Pd.I P Guru Mapel 2). Keadaan peserta didik

Peserta didik yang merupakan komponen peserta didik yang kehadirannya ingin memperoleh pengetahuan dan kemampuan teknologi serta keterampilan untuk pengembangan bakat mereka sangat menghendaki pendidikan yang memadai.

Adapun jumlah peserta didik SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto tahun 2013/2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 7

Jumlah peserta didik SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto Total peserta didik Rombel Laki-laki Perempuan Jumlah

KELAS VII

VII.1 3 18 21

VII.2 5 18 23

VII.3 16 6 22

KELAS VIII

VIII.1 10 10 20

VIII.2 16 6 22

VIII.3 16 7 23

KELAS IX

IX.1 0 15 15

IX.2 8 13 21

IX.3 7 10 17

JUMLAH 81 103 184

Sumber Data: TU SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto

b. Struktur Organisasi SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto

Adapun struktur organisasi di SMP Negeri 3 Kelara Kab.

Jeneponto adalah sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI SMP NEGERI 3 KELARA KAB. JENEPONTO

KEPALA SEKOLAH Drs.H. Lahabo

KOMITE SEKOLAH

KAUR TU

WAKASEK BID.

SARANA

WAKASEK BID. HUMAS WAKASEK BID.

KURIKULUM WAKASEK BID.

KESISWAAN

BPBKS WALI-WALI

KELAS

GURU-GURU

c. Komite Sekolah

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional melalui upayah peningkatan mutu pemerataan, efisiensi penyelanggaraan pendidikan, tercapainya program kerja pendidikan di SMP, perlu adanya dukungan dan peran serta masyarakat yang lebih optimal sebagai mana yang dimaksudkan dalam keputusan menteri pendidikan nasional nomor 044/U/2003 tentang dewan pendidikan dan komite sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus komite, dapat disimpulakan bahwa komite sekolah sebagai mitra kerja kepala sekolah dalam mengembangkan kualitas sekolah dengan menggunakan konsep manajemen berbasis sekolah dan masyarakat yang demokratis, transparan dan akuntabel.

Komite sekolah terdiri atas orang tua murid, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, dunia usaha/industri dan organisasi profesi tenaga pendidikan/guru, masa kepengurusan komite sekolah ditetapkan dalam AD/ART, kemudian dalam menjalankan tugasnya perlu adanya job description atau penempatan posisi yang tersusun dalam struktur

kepengurusan untuk lebih memperjelas tugas dan tanggungjawab pengurus dalam mengemban amanah yang dipercayakan kepadanya

PESERTA DIDIK

dan juga agar tidak terjadi tupang tindih pelaksanaan tugas. Adapun struktur pengurus komite sekolah SMP Negeri 3 Kelara Kab.

Jeneponto sebagai berikut:

Struktur Pengurus Komite Sekolah SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto

HJ. ST. Nuraeni Spd SEKRETARIS

Bahari BENDAHARA H. Muh. Rasung

KETUA

SEKSI HUMAS Risnawati S.Pd Asrianti

Rahmat SEKSI PERLENGKAP

Abd. Rahman S.Pd Nurmiati

Sahar

SEKSI PEMBANGUNAN Baso

Suprianto

B. Peranan Komite Sekolah Terhadap Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kabupaten Jeneponto

Komite sekolah sebagai mitra sekolah sangatlah dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional melalui upayah pemerataan, efesiensi, penyelenggaraan pendidikan. Olehnya itu dalam hal ini dukungan dan peran serta masyarakat yang lebih optimal sangatlah dibutuhkan, seperti yang dimaksudkan dalam keputusan menteri pendidikan Republik Indonesia No. 044/U/2003 tentang Dewan Pendidikan dan komite sekolah.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan pengurus komite di SMP Negeri 3 Kelara, maka komite sekolah tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan manjemen pendidikan di tingkat sekolah.

Beberapa aspek manajemen yang secara langsung dapat diserahkan sebagai urusan yang menjadi kewenagan tingkat sekolah dalah sebagai berikut:

Pertama, menetapkan visi, misi, strategi, tujuan, lagu/mars dan tata tertib sekolah. Urusan ini sangatpenting sebagai modal dasar yang dimiliki sekolah. Setiap sekolah dapat menyusun dan menetapkan sendiri visi, misi, srtategi, tujuan, lagu/ mars dan tata tertib sekolah. Ini merupakan bukti kemandirian awal yang ditunjukkan oleh sekolah. Jika masa lalu sekolah dipandang sebagai lembaga birokrasi yang selalu menunggu perintah dan petunjuk dari atas, dalam era otonomi daerah ini sekolah telah memiliki

kesadaran untuk menetapkan jalan hidupnya sendiri. Dengan demikian, sekolah harus menjalin kerja sama yang baik dengan orang tua dan masyarakat sebagai mitra kerjanya. Bahkan dalam menyususn program kerjannya sebagai penjabaran lebih lanjut dari visi, misi, strategindan tujuan sekolah tersebut, orang tua dan masyarakat yang tergabung dalam komite sekolah, serta seluruh warga sekolah dilibatkan secara aktif dalam menyusun program kerja sekolah dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja sekolah (RAPBS).

Kedua, memiliki kewenangan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan ruang kelas yang tersedia, fasilitas yang ada, jumlah guru,dan tenaga administrasi yang dimiliki.`

Ketiga, menetapkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang akan diadakan dan dilaksanakan oleh sekolah. Dalam hal ini, dengan dengan mempertimbangkan kepentingan daerah dan masa depan lulusannya.

Sekolah mempunyai kewenangan untuk melaksanakan kurikulum nasional dengan kemungkinan menambah atau mengurangi muatan kurikulum dengan meminta pertimbangan kepada Komite sekolah.

Keempat, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk buku pelajaran, dengan mempertimbangkan standar dan ketentuan yang ada. Pemilihan dan pengadaan sarana dan prasarana di sekolah adapat dilaksanakan oleh sekolah dengan tetapa mengacu pada standar dan

pedoman yang ditetapkan pemerintah pusat atau propinsi dan Kabupaten/kota.

Kelima, proses pengajaran dan pembelajaran. Ini merupakan kewenangan profesionalisme sejati yang dimiliki oleh lembaga pendidikan sekolah. Kepala sekolah dan guru secara bersama-sama merancang proses pengajaran dan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan aman dan nyaman. Proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan direkomendasikan sebagai model pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh sekolah.

Keenam, urusan edukatif lain yang sejalan dengan konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) merupakan urusan yang sejak awal harus menjadi tanggung jawab dan wewenang setiap satuan pendidikan.

Disamping urusan dan kewenangan dari pihak sekolah tersebut, Komite Sekolah memiliki peran yang sangat penting didalam pengembangan sekolah, terutama dalam hal Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Agama Islam, terkhusus di SMP 3 Kelara Kab.

Jeneponto, kemudian berdasar pada hasil wawancara dengan ketua Komite Sekolah bahwa: “Pembentukan komite sekolah menganut prinsip Transparasi, akuntabilitas, dan demokratis” (wawancara H. Muh. Rasung, 01 April 2014 di Balangpasui ).

Pembentukan komite sekolah di SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto diarahkan pada beberapa hal sesuai dengan keputusan menteri pendidikan No. 004/U/ 2002, antara lain: sebagai badan pertimbangan, badan pendukung, badan pengontrol, serta mediator. Untuk lebih jelas mengenai peran komite sekolah di SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto, peneliti akan akan menguraikan pada beberapa sub bahasab berikut:

1. Komite Sebagai Badan Pertimbangan

Komite sekolah sebagai badan yang memberikan pertimbangan atau nasehat di SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto memiliki peran yang berkesinambungan dalam hal pengambilan keputusan, antara lain dalam hal perencanaan sekolah, pelaksanaan program dan pengelolaan sumber daya pendidikan (Wawancara Pengurus Komite Sekolah 01 april 2014 di SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto ).

Berikut ini gambaran dalam bentuk tabulasi angket tentang peranan komite sekolah sebagai badan pertimbangan di SMP Negeri 3 Kelara Kab.

Jeneponto .

Tabel 8

Keterlibatan komite sekolah dalam perencanaan pendidikan di SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1. Sering 8 73%

2. Kadang-kadang 3 27%

3. Tidak pernah - -

Jumlah 11 100%

Sumber data: Tabulasi Angket No. 1

Berdasarkan tabulasi angket diatas, penulis dapat mengetahui bahwa 11 reponden/ pengurus komite SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto atau, 73% mengatakan sering dan 3 atau 27% responden yang menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang mengatakan tidak pernah 11 responden.

Sehingga penulis menyimpulkan bahwa komite sekolah sering terlibatan dalam perencanaan pendidikan di SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto.

Tabel 9

Keterlibatan pengurus komite sekolah dalam penyusunan RAPBS dan mensosialisasikan kepada semua unsur yang terkait

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1. Sering 6 55%

2. Kadang-kadang 3 27%

3. Tidak pernah 2 18%

Jumlah 11 100%

Sumber data: Tabulasi Angket No. 2

Berdasarkan tabulasi angket diatas, dari 11 responden/ pengurus komite sekolah, penulis dapat mengetahui 6 reponden/ pengurus komite sekolah SMP Negerei 3 Kelara Kab. Jeneponto atau 55% mengatakan sering dan 3 atau 27% responden yang mneyatakan kadang-kadang dan 2 atau

18% tidak pernah. Sehingga penulis menyimpilakan bahwa komite sekolah sering terlibatan dalam penyusunan RAPBS di SMP Negeri 3 Kelara Kab.

Jeneponto dan mensosialisasikan kepada semua unsur yang terkait.

Hasil wawancara dengan Ketua Komite sekolah dikatakan bahwa:

“... Kami sebagai pengurus komite sekolah, sebagai badan pertimbangan maka peran kami adalah mengidentifikasi berbagai aspirasi masyarakat (orang tua siswa) mengenai pendidikan yang sesuai dengan kondisi daerah, menjadi jembatan dalam menggali informasi masyarakat untuk dijadikan pertimbangan dalam melaksanakan perencanaan dengan mengidentifikasi sumber daya, menetapkan RAPBS” ( wawancara Ketua Komite 01 april 2014 di Balangpasui ).

Hal senada dijelaskan oleh pengurus lainnya dalam wawancara bahwa

“keputusan yang telah dihasilkan dalam program kerja tersebut,. Tentu membutuhkan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat, agar menjadi transparan dan dapat menjadi umpan balik bagi pengambil kebijakan dibidang pendidikan”.

Tabel 10

Pemberian pertimbangan oleh pengurus komite kepada pihak sekolah tentang sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1. Sering 8 73%

2. Kadang-kadang 3 27%

3. Tidak pernah - -

Jumlah 11 100%

Sumber data: Tabulasi Angket No. 3

Berdasarkan tabulasi angket diatas, dari 11 responden/ pengurus komite sekolah, penulis dapat mengetahui 8 reponden/ pengurus komite sekolah SMP Negerei 3 Kelara Kab. Jeneponto atau 73% mengatakan sering dan 3 atau 27% responden yang mneyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak pernah. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa komite sekolah sering memberikan pertimbangan kepada pihak sekolah tentang sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah.

Tabel 11

Pemberian pertimbangan pengurus komite kepada sekolah untuk meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran yang menyenagkan

No. Katergori Jawaban Frekuensi Persentase

1. Sering 8 73%

2. Kadang-kadang 2 18%

3. Tidak pernah 1 9%

Jumlah 11 100%

Sumber data: Tabulasi Angket No. 4

Berdasarkan tabulasi angket diatas, dari 11 responden/ pengurus komite sekolah, penulis dapat mengetahui 8 reponden/ pengurus komite sekolah SMP Negerei 3 Kelara Kab. Jeneponto atau 73% mengatakan sering

dan 2 atau 18% responden yang mneyatakan kadang-kadang dan 1 atau 9%

tidak pernah. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa komite sekolah sering

tidak pernah. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa komite sekolah sering

Dokumen terkait