• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Sarana dan prasarana adalah salah satu faktor penunjang berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat menunjang proses berlangsungnya belajar mengajar.

Ada lima faktor penting yang harus ada pada proses belajar mengajar yaitu: guru, murid, tujuan, materi dan waktu. ketidak adaan salah satu faktor tersebut, maka tidak mungkin terjadi proses belajar mengajar. dengan lima faktor tersebut, proses belajar mengajar dapat dilaksanakan walaupun kadang-kadang dengan hasil yang minimal pula. Hasil tersebut dapat ditingkatkan apabila ada sarana penunjang, yaitu faktor fasilitas/sarana dan prasarana pendidikan. “Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan; alat; media”. (W.J.S.

Poerwadarminta, 2007:700).

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. (E. Mulyasa, 2003: 81)

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien. (Suharmin Arikunto, 2003: 81) Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sarana pendidikan adalah fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.

Sedangkan pengertian Prasarana secara etimologi (arti kata) Prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya: lokasi/ tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dan sebagainya. sedang sarana seperti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya. (M. Daryanto, 2006: 51) “Prasarana pendidikan adalah semua perangkat perlengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah”.( Ibrahim Bafadal, 2003: 51)

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi di mamfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar seperti taman sekolah untuk mengajar biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum kita menjelaskan pengertian Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian pendidikan.

Pendidikan adalah Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak ddidik menuju terbentuknya kepribadian yangt utama. (Ahmad D.Marimba dalam Ahmad Tafsir, 1994: 28).

Jika kata “Pendidikan” di gandenga dengan kata “Islam” maka akan menujunkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berarna Islam atau lebih tepatnya pendidikan yang berdasarkan Islam, sehingga akan memunculkan pengertian yang lebih kompleks.

Kalau di telusuri secara historis, maka asal kata dari Pendidikan Islam berasal dari Bahasa Arab.ini di karenakan awal mula munculnya agama Islam berada di Jazirah Arab. Para pakar Pendidkan Islam menisbahkan kata

“Pendidikan Islam” dengan kata Ta‟lim (Pengetahuan), tarbiah (Pendidikan), dan ta‟dib (Beradab). Ketiga ini memiliki makna Pendidikan Islam.

Sedangkan secara terminology, para pakar pendidikan Islam belum menyepakati rumusan yang jelas tentang definisi pendidikan Islam. Hal ini dapat di lihat pada konferensi internasional pendidikan Islam pertama (first world conference on muslim education) yang di selenggaraka oleh

universitas king Abdul Aziz,Jeddah,pada tahun 1977, ternyata juga tidak berhasil menyusun definisi pendidikan Islam yang dapat di sepakati oleh mereka. Akan tetapi para pakr pendidikan Islam tetap mengajukan berbagai definisi pendidikan Islam kapasitas keilmuan dan argument mereka.

“Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar dia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam”. (Ahmad Tafsir, 1994: 28).

Adapun sabda Rasulullah Saw: Ibnu_Wahab telah menyampaikan kepada kami, dari Yunus, dari Ibnu Syaihab berkata, Humeid bin Abdurrahman berkata, aku mendengar Mu‟awiyah dalam Khutbahnya berkata, aku mendengar Nabi Shallahu Alaihi wa Sallam berkata, “ Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah akan anugerahi ia pemahaman dalam agama. Sesungguhnya aku hanyalah pembagi dan Allah yang memberi. Umat ini senantiasa tegak diatas Agama Allah, dan tidak merugikan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang ketentuan Allah.” (H.R Bukhari).

Jadi pendidikan Islam merupakan bagian yang tidak terpisah dari ajaran Islam, yang di sajikan sebagai media untuk membimbing dan mengak oodir potensi anak didik sesuai dengan ajaran Islam agar anak didik tersebut menjadi insan yang sholeh dan berilmu.

2. Dasar Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim,maka Pendidikan Islam memerlukan landasan atau asas yang di jadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikanyang telah di programkan. Dalam konteks ini,dasar yang menjadi acuan pendidikan islam hendaknya merupan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantar peserta didik kearah

pencapaian pendidikan. Oleh karena itu dasar yang terpenting dalam pendidikan Islam adalah Al-Qur‟an dan Sunnah rasulullah (Hadits).

Menetapkan Al-Qur;an dan sunnah sebagai dasar Pendidikan Islam bukan hanya di pandang sebagai kebenaran yang di dasarkan pada keimanan semata, namun justru karena kebanaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat di terima oleh nalar manusia dan dapat di buktikan sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman yang pertama, Al-Qur‟an tidak ada keraguan padanya, sebagai mana firman Allah SWT dalam QS:AL-Baqarah (2: 2);



Inilah kitab yang tiada keraguan didalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. (kemenag, 2011: 2)

Adapun Sabda Rasulullah SAW:

Artinya:

Diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili r.a., dia berkata: saya pernah mendengar Rasulullah Saw, bersabda, “ Bacalah Al-qur‟an, karena Al-qur‟an akan datang pada hari kiamat sebagai Syafaat (penolong) bagi pembacanya. Bacalah Az-zahrawain, yaitu surah Al-Baqarah dan Surah Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat bagai dua naungan (atau bagai dua kelompok burung) yang melindungi pembacanya. Bacalah surah Al-Baqarah, karena ada keberkahan dengan membacanya, dan terdapat penyesalan dengan tidak membacanya, serta surah Al-Baqarah tidak tertandingi oleh Bathalah. Kata Mu‟awiyah: saya pernah mendapat penjelasan bahwa Bathalah adalah para penyihir. (H.R Muslim).

Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah adalah sumber pedoman segala usaha dan aktifitas ummat Islam,tak terkecuali dengan pendidikan Islam.

Ketika tidak bersandar kepada keduanya, maka pendidikan Islam tak ubahnya pendidikan sekuler atau pendidikan lainnya.

Sedangkan tujuan Pendidikan Islam berarti apa yang ingin di capai dengan pendidikan Islam. Menurut hasil konferensi pendidikan Islam di Islam abad tahun 1990, bahwa pendidikan Islam harus merealisasikan cita-cita Islam yang mencakup pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis yang berdasarkan psikologis dan fisiologis maupun yang mengacu pada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan secara keseimbangan sehingga terbentuklah manusia muslim yang paripurna yang berjiwa tawakkal pada Allah SWT.

Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt dalam QS;Al-An‟am (6: 162).



katakanlah (Muhammad). “sesungguhnya shalatku, ibadahku,hidup dan mati ku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam”. (Kemenag, 2011: 150).

Adapun sabda Rasulullah SAW :

َا ُْْنَع َو.

mengikutinya (mengikuti ajakannya) tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (H.R Bukhari)

Tujuan Pendidikan Islam pada hakekatnya sama dan sesuai dengan tujuan di turunkan agama Islam, yaitu untuk membentuk manusia Muttaqin yang rentangan nya berdimensi infinitum (tidak terbatas menurut jangkauan manusia), baik secara liniaer maupun secara algoritmik (berurutan secra logis) berada dalam garis mukmin-muslim-muhsin dengan perangkat komponen, variabel dan parameternya masing-masing yang secara kualitatif bersifat kompetitif. (Jusuf Amier Faisal, 2005: 96).

Sedangkan Tujuan pendidikan Islam lebih rinci sebagai berikut:

1. Mengenalkan manusia akan peranannya diantara sesama mahluk dan tangung jawab pribadi di dalam hidup ini.

2. Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tangung jawabnya dalam tata hidup kemasyarakatan.

3. Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajak mereka mengetahui hikmah di ciptakannya serta mengambil manfaat dari alam tersebut.

4. Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan untuk beribadah kepada nya. (Al-jamali dan Ramayulis, 2002: 20)

Pendidikan Islam berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan ini yang terbentuk insan kamil dengan pola tuhan dapat mengalami perubahan naik turun, bertamabah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.

Peranan lingkungan dan pengalaman hidup mempengaruhinya. Selama itulah pendidikan Islam mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Orang yang sudah tau dalam bentuk insani kami masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan. Sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meski pendidikan oleh Da‟i sesuai dan

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa Kepadan-Nya, dan janganlah kamu mati kecuaili dalam keadaan Muslim. (Kemenag, 2011: 63).

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup sebagai salah satu salah satu aspek Pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegiatan kependidikan yang di lakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam berbagai bidang atau lapangan kehidupan manusia. Oleh karena itu, ia selalu berubah-ubah menurut waktu dan zaman yang berada. Ruang lingkup pendidikan Islam meliputi:

1. Lapangan hidup keagamaan, agar pertumbuhan dan perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.

2. Lapangan hidup keluarga, agar manusia berkembang menjadi manusia yang sejahtera.

3. Lapangan hidup ekonomi, agar manusia dapat berkembang fan terlibat dalam system kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia itu sendiri.

4. Lapangan hidup kemasyarakatan, agar supaya terbina masyarakat adil dan makmur, aman dan tentram di bawah naungan ampunan dari ridha Allah Swt.

5. Lapangan hidup politik, agar tercipta system demokrasi yang sehat dan dinamis sesui dengan ajaran-ajaran Islam.

6. Lapangan hidup seni budaya, agar dapat menjadikan hidup ini penuh dengan keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai moral agama.

7. Lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar manusia selalu hidup dinamis dan menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup yang terkontrol oleh nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. (M. Arifin, 2006: 17)

Berdasarkan beberapa poin di atas maka jelaslah yang menjadi ruang lingkup pendidikan Islam adalah yang mencakup seluruh aspek kehidupan

Manusia di dunia agar manusia mampu memanfaatkan sebagai tempat untuk beramal yang hasil nya akan di peroleh di akhirat nanti. Dengan demikian pembentukan sikap yang di warnai dengan nilai-nilai Islam dalam pribadi manusia baru bias efektif bila hal tersebut di sertai dengan proses pendidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah dan norma-norma ajaran Islam.

“Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam”. (Ahmad D Marimba, 2006: 23)

Dalam proses Pendidikan Islam berusaha mencapai tiga tujuan yaitu tujuan individual,sosial dan tujuan professional, ketiga tujuan itu terasa terpadu dan terarah di usahakan agar tercapai dalam proses Pendidikan Islam. Dengan tujuan ini pula jelas kemana Pendidikan Islam di arahkan.

Pendidikan Islam berdasarkan tujuan di atas , pertama-tama berusaha membekali anak didik dengan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kepentingan dirinya dan masyarakat.

Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam perlu di kembangkan strategi pendekatannya juga dengan tujuan memandirikan pendekatan-pendekatan situasional jangka pendek dengan pendekatan-pendekatan konseptual jangka panjang, sebab Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha mempersiapkan muslim agar dapat mengahadapi dan menjawab bentuk kehidupan dan perkembangan zaman secara manusiawi . karena itu hubungan usaha Pendidikan agama Islam dengan kehidupan dan tantangan

itu haruslah merupakan hubungan yang srinsipil dan hubungan incidental dan tidak menyeluruh. Dengan kata lain di perlukan pendekatan intelegensi terhadap kependidikan masa depan.

Sebagaiman sabda Rasulullah SAW :

ْا ُن اَيْفُس اَن َرَبْخ َ َل اَق َفُس ْوُي َنْب ََُُّمُحَم اَنَش َّدَح

Sallam membuat Jadwal rutin bagi kami pada hari-hari tertentu, beliau tidak ingin kami bosan.” (H.R. Bukhari).

Dari beberapa penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keseluruhan ajaran Agama Islam yang terpadu dalam aspek Aqidah,ibadah dan muamalat yang implikasinya mempengaruhi proses berpikir merasa dan berbuat serta dalam hal pembentukan pribadi yang termanifestasi dalam akhlakul karimah sebagai wujud muslim yang paripurna.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey (lapangan) dengan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif yang bertujuan memberi gambaran tentang bagaimana Peranan Komite Sekolah Terhadap Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

Metode Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku mereka yang teropsesi dan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubunngan dengan orang-orang yang ada dilingkungan sekitarnya.

( Margono, 1997: 33).

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto. Dengan dasar dan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut representative dengan judul yang akan diteliti. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pengurus komite sekolah SMP Negeri 3 Kelara.

C. Variabel Penelitian.

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

“Variabel adalah yang menjadi sasaran penyelidik dan dapat juga disebut gejala. Gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya maupun dalam tingkatanya disebut variabel”. (Sutrisno Hadi, 2008: 224).

Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa: “variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian”. (Hadi dalam Arikunto, 1998:

97).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dirumuskan definisi variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan menjadi objek penelitian yaitu:

1. Variabel bebas yaitu Peranan Komite Sekolah.

2. Variabel terikat yaitu peningkatan sarana dan prasarana pendidikan Agama Islam.

D. Defenisi Operasional Variabel 30

Untuk menghindari kesalah pahaman dan untuk menyamakan presepsi, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan defenisi variable penelitian agar tidak terjadi penafsiran yang keliru.

1. Peranan Komite Sekolah sebagai mana yang termaktub dalam Keputusan Mentri Pendidikan sebagai berikut:

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b. Pendukung baik berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaran dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

d. Penghubung (mediator agency) antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan (Salinan Kepmen Diknas:

Lamp. II. No. 044/U/2002).

2. Sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam adalah salah satu faktor penunjang berhasil tidaknya proses belajar mengajar.

Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat menunjang proses berlangsungnya belajar mengajar.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Untuk mengetahui secara jelas populasi yang akan dijadikan objek penelitian, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian populasi berdasarkan rumusan oleh beberapa ahli antara lain:

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupaka penelitian populasi. Jika kita haya akan meneliti sebagaian dari populasi, maka penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersenut disebut penelitian sampel.

(Suharsimi Arikunto, 2002: 108)

Sedangkan Pendapat lain mengatakan bahwa:

Populasi adalah seluruh objek yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya, kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya ukuran populasi sama dengan banyaknya manusia. ( Margono, 1999:57).

Dari kedua pendapat tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah seluruh ojek yang akan diteliti di dalam suatu penelitian

Adapun populasi yang peneliti maksud adalah pengurus komite, guru dan siswa di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

Tabel 1

Sumber Data: KTU SMP 3 kelara Kab. Jeneponto.

2. Sampel

Dalam penelitian diperlukan adanya yang dinamakan sampel penelitian atau miniatur dari populasi yang dijadikan sebagai perwakilan dari populasi. Maka sampel merupakan proses penelitian individu untuk suatu

penelitian yang sedemikian rupa sehingga individu-individu yang merupakan perwakilan kelompok yang lebih besar dimana orang itu terpilih.

Pendapat lain tentang sampel dapat dilihat dari apa yang dikemukakan bahwa: “sampel adalah sebagian individu yang yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian”. (Sutrisno Hadi dalam Amirul Hadi &

Haryono, 1998: 194)

Berdasarkan teori diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan sasaran penelitian yang dianggap dapat mewakili yang lainnya. Adapun teknik pengambilan sampel yaitu teknik proposive sampel yaitu sampel yang bertujuan mengambil subjek bukan disarankan atas strata, random atau daerah didasarkan atas adanya tujuan tertentu.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pengurus komite sekolah SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

TABEL 2 Keadaan sampel.

No Objek Jenis kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Komite Sekolah 7 4 11

F. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi digunakan dalam pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap masalah-masalah yang diperlukan untuk dicatat secara sistematis agar diperoleh gambaran yang jelas dan memberikan petunjuk untuk memecahkan masalah yang diteliti.

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. (Sutrisno Hadi dalam Sugiono, 2010 : 145) .

Jadi Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengamati langsung kelapangan.

2. Pedoman Wawancara sering pula disebut kuisioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai.

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dan dengan wawancara peneliti akan mengetahuia hal-hal yang lenih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terajadi yang tidak mungkin bisa bisa ditemukan melalui Obsravasi.

(Esterbag dalam Sugiyono, 2008 : 317)

3. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. (Sugiyono, 2010 : 142).

Jadi Angket adalah pengumpulan data dengan mengajukan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan yang diperlukan oleh peneliti.

4. Catatan Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan dan sebagainya. ( Suharmin Arikunto, 2010: 201 )

Jadi Catatan dokumentasi yaitu mencatat semua data secara langsung dari referensi yang membahas tentang objek penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi digunakan dalam pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap masalah-masalah yang diperlukan untuk dicatat secara sistematis agar diperoleh gambaran yang jelas dan memberikan petunjuk untuk memecahkan masalah yang diteliti. Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengamati langsung kelapangan.

2. Wawancara sering pula disebut kuisioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai.

3. Angket adalah pengumpulan data dengan mengajukan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan yang diperlukan oleh peneliti.

4. Catatan Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan dan sebagainya

H. Teknik Analisis Data

Untuk mengolah data menjadi sebuah pembahasan, maka penelitian menganalisis data dengan teknik analisis deskriptif yaitu berusaha memberikan gambaran dari data yang diperoleh dengan menggunakan rumus persentase sesuai dengan tabel sebelumnya.

Rumus yang digunakan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

Keterangan:

F: Frekuensi yang sedang dicari persentase N: Jumlah frekuensi/banyaknya responden P: Angka persentase

P= X 100%

Hasil dari perhitungan tersebut, kemudian peneliti tabulasikan dalam bentuk tabel frekuensi dan interpensi terhadap hasil tabulasi untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Obyektif Dan Lokasi Penelitian

Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang hasil penelitian, namun sebelum terlalu jauh membahas mengenai hasil penelitian ini, terlebih dahulu peneliti memberikan gambaran tentang obyektif lokasi penelitian sebagai berikut:

Dalam hal ini penulis akan mengemukakan mengenai gambaran umum SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto yang rinci sebagai berikut:

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 3 Kelara Kab. jeneponto

SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Dapertemen Pendidikan Nasional, dengan demikian dapat di pahami bahwa latar belakang berdirinya sekolah tersebut

adalah usaha pemerintah. Kehadiran sekolah ini dapat menunjang kelangsungan pembangunan di bidang pendidikan. Dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa, sekolah cukup bekerja sama dalam membina generasi

adalah usaha pemerintah. Kehadiran sekolah ini dapat menunjang kelangsungan pembangunan di bidang pendidikan. Dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa, sekolah cukup bekerja sama dalam membina generasi

Dokumen terkait