• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KOMITE SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 3 KELARA KABUPATEN JENEPONTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANAN KOMITE SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 3 KELARA KABUPATEN JENEPONTO"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Pada Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

NIRMALA 1051 90 1168 10

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1436 H/2014 M

(2)

... ُدْعَب اَّمَأ َنْيِعَمْجَأ

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah menanugerahkan kesehatan, petunjuk dan hikmah kepada penulis skripsin ini dapat di selesaikan sebagaimana mestinya.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabiyullah Muhammad Saw, yang telah menuntun umat-Nya dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang menderang yakni Agama Islam.

Banyak kendala yang dihadapi dalam rangka penyususnan skripsi ini, dan merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis atas selesainya skripsi ini. Untuk itu ucapkan terimah kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka yang telah membantu dan mendukung atas terselesaikannya karya tulis ini. dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimah kasih yang tulus kepada yang terhormat:

1. Kedua Orangtua Tercinta, Bapak Codding dan Ibunda Nurlia yang telah mengarahkan atau membimbing dan memberikan dorongan baik moril maupun materi sejak kecil hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah Swt senang tiasa mengasihi dan melindungi

(3)

Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melajutkan Studi di perguruan Tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Drs. H. Mawardi Pewangi M. Pd.I Dekang Fakultas Agama Islam yang telah membantu penulis sejak menjadi mahasiswa hingga berakhirnya masa perkuliahan di Fakultas Agama Islam.

4. Amirah Mawardi, S.Ag., M. Si Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang senantiasa membantu penulis dalam persoalan Akademik.

5. Dr. Abd. Rahim Razaq M. Pd dan Markas Iskandar,S.Ag, M.Pd.I pembimbing yang dalam kesibukannya tetap memberikan bimbingan dan masukan dengan penuh kesabaran hingga terselesaikan penulisan ini.

6. Bapak/Ibu para dosen yang telah mentransfer ilmu pengetahuan kepada penulis yang penuh mamfaat dan berkah, semoga amal Jariahnya selalu mengalir.

7. semua karyawan Tata Usaha Fakultas Agama Islam yang selalu melayani dengan ikhlas, penulis ucapkan terimah kasih yang sebesar- besarnya.

vi

(4)

Akhirnya penulis memohon Semoga Allah Swt., selalu memberkati kerja sama berbagai pihak melalui penulisan dan penyusunan Skripsi ini, untuk memuliahkan nama-Nya dengan harapan dan doa semoga karya ini bermamfaat adanya. Amin.

(5)

Markas Iskandar ).

Judul skripsi ini diangkat dari pokok masalah tentang Peranan Komite Sekolah Terhadap Peningkatan Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 3 Kelara. Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan Sarana dan Prasarana, pemerataan dan efesiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan prasekolah jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah..

Jenis penelitian ini adalah termasuk dalam penelitian Survey (Lapangan) dengan pendekatan Kualitatif dengan metode analisis Deskriptif.

Populasi dalam penelitian ini adalah 228 orang, sampel yakni 11 orang.

Dengan variabel penelitian yaitu Komite Sekolah sebagai variabel bebas dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kelara sebagai variabel terikat. selanjutnya data dikumpulkan dengan menggunakan metode obsevasi, angket, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat disampaikan bahwa peranan Komite Sekolah terhadap Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto dapat dikatakan sangatlah berperan dan saling mempengaruhi satusama lain artinya bahwa sangat membantu pihak sekolah dalam tindakan disatuan pendidikan. Ini terbukti dari 11 responden, penulis dapat mengetahui 5 reponden/ pengurus komite sekolah SMP Negerei 3 Kelara Kab. Jeneponto atau 46% mengatakan sangat baik dan 4 atau 36% responden yang menyatakan baik dan 2 atau 18% yang menyatakan tidak baik. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa komite sekolah sangatlah berperan dan berpengaruh, artinya bahwa kerberadaanya sangat membantu pihak sekolah dalam tindakan di satuan pendidikan. Hal ini di buktikasn dengan adanya bantuan-bantuan dari luar sekolah, terjadinya komunikasi yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua siswa, serta efektifnya kinerja steakholdert di SMP Negri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

(6)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PRAKATA ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUN PUSTAKA ... 7

A. Komite Sekolah ... 7

1. Pengertian Komite Sekolah 7 2. Dasar Pembentukan Komite Sekolah 8

3. Tujuan Pembentukan Komite Sekolah 15 4. Peran dan Fungsi Komite Sekolah 16 B. Sarana dan Prasarana Sekolah 19

(7)

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam...26

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... ...30

B. Lokasi dan Objek penelitian ... ...30

C. Variable Penelitian ... ...30

D. Defenisi Operasional Variabel ... ...31

E. Populasi dan Sampel ... ...32

F. Instrument Penelitian... ...34

G. Teknik Pengumpulan Data ... ...36

H. Teknik Analisis Data ... ...37

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38

A. Kondisi Obyektif Dan Lokasi Penelitian 38

1. Sejarah Berdirinya 38 2. Sarana dan Prasarana Sekolah 40 B. Peranan Komite Sekolah Terhadap Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Agama Islam 49

1. Komite Sebagai Badan Pertimbangan...53

2. Komite Sebagai Badan Pendukung 57

3. Komite Sebagai Badan Pengontrol...59 4. Komite Sekolah Badan Penghubung (Mediator) 62

(8)

Prasarana Pendidikan Agama Islam...66

BAB V PENUTUP...68

A. Kesimpulan...68

B. Saran...69

DAFTAR PUSTAKA ...70

(9)

Tabel 2 Sampel Penelitian ...34

Tabel 3 Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Kelara...40 Tabel 4 Daftar Keadaan Guru/ Pegawai PNS dan Non PNS...42 Tabel 5 Nama Guru Staf di SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto

Tahun Pelajaran 2013/2014...42 Tabel 6 Guru tidak tetap...45 Tabel 7 Jumlah peserta didik SMP Negeri 3 Kelara Kab.

Jeneponto...46 Tabel 8 Keterlibatan komite sekolah dalam perencanaan pendidikan

Di SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto...53 Tabel 9 Keterlibatan pengurus komite sekolah dalam penyusunan RAPBS

dan mensosialisasikan kepada semua unsur yang terkait...54 Tabel 10 Pemberian pertimbangan oleh pengurus komite kepada pihak

sekolah tentang sarana dan prasarana yang dibuituhkan di sekolah...55 Tabel 11 Pemberian pertimbangan pengurus komite kepada sekolah untuk

meningkatkan proses pembelajaran dan pengajaran yang menyenagkan...56

(10)

Tabel 13 Pemberian dukungan komite sekolah dalam bentuk anggaran atau sarana dan prasarana...58 Tabel 14 Pemantauan pengurus komite pada setiap pembangunan di

sekolah...59 Tabel 15 Pengontrol terhadap pengambilan kebijakan di sekolah...60 Tabel 16 Pemantauan terhadap hasil ujian akhir siswa di SMP Negeri 3

Kelara...61 Tabel 17 Menciptakan hubungan dan kerja sama antar sekolah dan orangtua

dan masyarakat...62 Tabel 18 Mengadakan rapat atau pertemuan antara pihak sekolah dan orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah...63 Tabel 19 Pengaruh komite sekolah terhadap peningkatan sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kelara Kab.

Jeneponto...64

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional yang dilaksanakan dewasa ini merupakan bukti kepedulian pemerintah terhadap setiap perubahan zaman yang semakin cepat. Berbagi sektor kehidupan telah mendapat perhatian yang serius, termasuk sektor pendidikan. Dari tahun ketahun pemerintah mengadakan perubahan dan pembaharuan dibidang pendidikan dengan sasaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Sejalan dengan itu UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 13 dikemukakan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemauan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk perkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab.

Dalam bidang pembangunan, pendidikan merupakan salah satu sektor yang penanganannya sudah diserahkan kepada daerah. Namun demikian diperlukan penanganan yang lebih profesional, sebagaimana telah diserahkan kepada pemerintah daerah terlebih oleh pelaksanaan teknis pendidikan disekolah. Selain itu sacara nasional, desentralisasi pendidikan di

(12)

2

daerah tetap diserahkan kepada pemerintah pusat, yang dikenal dengan sentralisasi pendidikan.

Hal ini menjadi tantangan bagi pelaksana pendidikan, yang selama ini tidak banyak berperan dalam pengambilan kebijaksaan. Untuk itu diperlukan perhatian yang serius tentunya dipahami sebagai kesempatan bagi kepentingan pengelola pendidikan, termasuk peran masyarakat di kabupaten/kota.

Sekolah sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap peningkatan sumber daya manusia khususnya yang terkait dengan proses pembelajaran karena sekolah sebagai salah satu komponen yang menentukan keberhasilan pendidikan.

Dalam upayah membentuk manusia Indonesia menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangungjawab, maka pendidikan yang berkualitas memiliki peran yang sangat penting pada jenjang SMP terkhusus pada SMA yang merupakan tingkat atas bagi peserta didik sebelum melanjutkan pendidikan dijenjang lebih tinggi. Keberhasilan pendidikan di SMP menjadikan siswa lebih kretif untuk lebih mampu menyerap materi pendidikan di level pendidikan berikutnya.

Hubungan antara sekolah (pendidikan) dengan masyarakat dapat dilihat dari dua segi yaitu:

(13)

a. Sekolah sebagai tempat masyarakat di dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Dalam konteks ini, berarti keduanya yaitu sekolah dan masyarakat dilihat sebagai pusat-pusat pendidikan yang potensial, dan mempunyai hubungan yang fungsional.

b. Sekolah sebagai prosedur yang melayani pesan-pesan pendidikan dari masyarakat lingkungannya. Berdasarkan hal ini, berarti masyarakat dan sekolah memiliki ikatan hubungan rasional berdasarkan kepentingan di kedua belah pihak. (Sanafiah Faisal dalam Tim Dosen, 1998: 148).

Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan merupakan upaya mendekatkan lembaga pendidikan menuju suasana yang lebih demokratis dan aspiratif. Kondisi tersebut akan menjadikan lembaga pendidikan lebih terbuka dan sejalan dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat.

Untuk lebih meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan diperlukan wadah yang dapat mengakomodasi pandangan dan aspirasi serta menggali potensi masyarakat untuk menjamin demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas satuan pendidikan atau sekolah dan wadah yang tepat adalah komite sekolah yang memberikan dukungan dan peran serta masyarakat, sebagai lembaga yang lebih baik dan tidak sekedar lembaga pelaksana pendidikan, yakni lembaga yang dapat menerima aspirasi dan bantuan masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan dan pendidikan disekolah.

Sejalan dengan hal tersebut pemerintah telah mengeluarkan Kepmen Diknas 044/U/2002 sebagai landasan hukum pembentukan komite sekolah di sertai tugas dan fungsinya. Pembentukan komite sekolah secara ideal akan

(14)

dapat meningkatkan keterlibatan masyarakat baik secara moral dalam bentuk dukungan ide, gagasan, saran maupun dalam hal dukungan secara material dalam bentuk financial . Selain itu keterlibatan masyarakat juga meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pendidikan walaupun dalam bentuk tersendiri sesuai denga aturan yang ada.

Keterlibatan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui wadah komite sekolah mempunyai dampak dalam meningkatkan kualitas pengelolaan pendidikan. Para pengurus komite sekolah, masyarakat beserta sejumlah instansi terkait turut serta dalam memberi dukungan, baik secara moral dalam bentuk dukungan ide, gagasan, saran maupun dalam hal dukungan secara material dalam bentuk financial. Dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan termasuk sumber daya peserta didik.

Komite sekolah di SMP Negeri 3 Kelara adalah salah satu lembaga peningkatan sarana dan prasarana siswa, dalam hal kerja sama antara orang tua siswa, guru dan kepala sekolah sebagai penanggung jawab pada lembaga tersebut.

Dari beberapa fenomena yang telah dikemukakan diatas peneliti merasa tertarik untuk mengkaji Peranan Komite Sekolah Terhadap Peningkatan sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

(15)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas. Maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan Komite Sekolah terhadap peningkatan sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto?

2. Bagaimana pelaksanaan Komite Sekolah terhadap peningkatan sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto?

3. Bagaimana pengaruh Komite Sekolah terhadap peningkatan sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang hendak dikaji tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengidentifikasi peranan Komite Sekolah terhadap peningkatan sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

(16)

2. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan Komite Sekolah terhadap peningkatan sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

3. Untuk mengidentifikasi pengaruh Komite Sekolah terhadap peningkatan sarana dan prasarana Pendidikan di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi mamfaat sebagai berikut:

1. Menambah atau memperkaya Khasanah keputusan atau dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan serta bahan komparasi dan informasi dalam mengkaji masalah yang relevan dengan hasil penelitian ini.

2. Memberikan masukan atau bahan pertimbangan bagi keprofesionalisasian bagi para guru dan komite sekolah dalam meningkatkan sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komite Sekolah

1. Pengertian Komite Sekolah

Dalam Keputusan Pemerintah dalam hal ini Pendidikan Nasional diartikan bahwa komite sekolah adalah:

Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efesiensi pengolahan pendidikan disatuan pendidikan prasekolah jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah (Salinan Kepmen Diknas RI, lampiran II. No : 044/U/2002).

Komite sekolah merupakan suatu badan atau lembaga non propit dan politis, dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para sakeholder pendidikan pada tingkat satuan pendidikan sebagai representas dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.

Pembentukkan komite sekolah sangat bermanfaat dalam menyelenggarakan pendidikan karena di dalamnya melibatkan banyak pihak termasuk masyarakat yang dapat menyalurkan saran, ide dan keluhan untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar. (M.Akbar, 2009: 11).

Pendapat lain kemukakan bahwa: “komite sekolah bersifat independen yang berkedudukan sebagai mitra sekolah dan bersifat sebagai lembaga pengontrol bagi sekolah”. (Indra Djati Sidi 2001: 135).

(18)

2. Dasar Pembentukan Komite Sekolah

Dalam sekolah banyak hal atau masalah yang dianggap penting yang mungkin tidak bisa diselesaikan oleh kepala sekolah dan guru-guru, sehingga dibutuhkan campur tangan orang tua siswa dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah yang peduli akan pendidikan, maka dari itu dibentuknya komite sekolah sangat berarti bagi sekolah untuk mencapai tingkat pendidikan yang bermutu. Karena dengan adanya komite sekolah sebagai mitra kepala sekolah mereka dapat saling membantu untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul yang dapat menghambat mutu pendidikan, sampai terciptanya ide-ide cemerlang.

Munculnya konsep tentang Manajemen Berbasis Masyarakat, selanjutnya diikuti konsep baru yang disebut Komite Sekolah. Konsep ini sesungguhnya merupakan upaya peningkatan ruang lingkup peran komite sekolah peningkatan mutu pendidikan disekolah. Jika komite dalam peran riilnya sebatas mencari tambahan pendanaan yang diperlukan oleh lembaga pendidikan, maka Komite Sekolah yang lahir atas dasar Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 044/U/2002 tanggal 12 April 2002 diharapkan memiliki peran yang lebih luas, yaitu tidak saja sebatas instrumen sekolah dalam pengumpulan dana dari wali murid, melainkan terlibat dalam pemberian pertimbangan, pendukung, pengontrol, sebagai mediator dan peran-peran strategi lainnya dalam pengembangan sekolah. “Melalui konsep ini akan dilahirkan sebuah keadaan bahwa pendidikan adalah tanggung

(19)

jawab semua pihak, dikelola secara terbuka dan demokratis”. (M.Akbar, 2009: 14).

a. Pelaksanaan Desentralisasi Pendidikan

Undng-undang Nomor. 20 tahun 2003 mendesentalisasikan pengelolan pendidikan sampai kepada sebuah sekolah. Pengalaman internasional menunjukkan bahwa hal ini dapat meningkatkan kreatifitas kepala sekolah, meningkatkan akuntabilitas lokal, menciptakan partisipasi masyarakat lebih luas dan meningkatkan komitmen pemerintah daerah pada pendidikan. Pengalaman sebelumnya pengelolaan berbagai sekolah di indonesia umumnya positif meskipun landasan hukum tersebut masih disusun. Undang-undang Nomor 20 tahun2003 memperkenalkan komite sekolah mengoperasionalkan pengelolaan berbasis sekolah dengan melibatkan kegiatan-kegiatan perencanaan, pengawasan dan evaluasi pendidikan.

Sejalan dengan hal tersebut Allah SWT telah berfirman dalam surah Ar-ra‟d (13: 11):





















...

(20)

Terjemahnya :

...Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendidri...

(Kemenag, 2011: 250).

Pada ayat tersebut diatas menegaskan tentang usaha kita dalam menentukan masa depan kita.

Kemudian Otonomi daerah telah memberikan ruang yang cukup besar bagi daerah dalam pengelolaan pendidikan, berdasarkan Undang-Udang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah pasal 1 poin dinyatakan bahwa:

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Lebih lanjut dikemukakan pada pasal 7 ayat 1 dan 2, Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 bahwa:

a. Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintah, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertanahan keamanan, peradilan, moneter dan fiscal, agama, serta kewenangan lainnya.

b. Kewenangan bidang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi Negara, dan lembaga perekonomian Negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam, serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional.

(21)

Bidang pendidikan merupakan salah satu kewenangan yang dilimpahkan kepada daerah untuk dilaksanakan. Berarti pemerintah daerah memiliki kewenangan yang luas dalam menetapkan kebijakan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Anak berhak menciptakan peran serta yang besar masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan sesuai dengan prinsip demokrasi pendidikan.

Pelaksanaan otonomi daerah dengan desentralisasi pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pihak sekolah. secara konseptual, terdapat dua jenis desentralisasi pendidikan, yaitu :

Desentralisasi kewenangan disektor pendidikan dalam hal kebijakan pendidikan dan aspek pendanaannya dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (Provinsi dan kabupaten/kota), dan desentralisasi pendidikan dengan fokus pada pemberitaan kewenangan yang lebih besar ditingkat sekolah. (Alisjahbana & Mappangonro, 2002: 2)

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat dikemukakan bahwa kedua konsep desentralisasi pendidikan pada prinsipnya sesuai dangan pelaksanaan otonomi daerah yang salah satunya adalah pemberian kewenangan di bidang pendidikan kepada kabupaten/kota.

Secara operasional pembentukan komite sekolah di satuan pendidikan perlu memperhatikan berbagai kondisi riil yang ada, sehingga keberadaannya tidak membebani masyarakat sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

Oleh karena itu, menurut SSK Mendiknas RI tentang dewan pendidikan komite sekolah dibentuk dengan alternatif sebagai berikut:

(22)

1. Komite Sekolah yang dibentuk di satuan pendidikan. Satuan pendidikan sekolah yang siswanya dalam jumlah yang banyak, atau sekolah khusus seperti Sekolah Luar Biasa, termasuk dalam kategori yang dapat membentuk Komite Sekolah itu sendiri.

2. komite sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan sekolah yang sejenis. Sebagai misal, beberapa SD yang terletak di dalam satu kompleks atau kawasan yang berdekatan dapat membentuk satu Komite Sekolah.

3. komite sekolah yang di bentuk untuk beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenis dan jenjang pendidikan dan terletak di dalam satu konpleks atau kawasan yang berdekatan. Sebagai misal, ada satu konpleks pendidikan yang terdiri dari satuan pendidikan TK, SD,SLB, dan SMU, dan bahkan SMK dapat membentuk satu Komite Sekolah.

4. Komite Sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenis dan jenjang pendidikan milik atau dalam pembinaan suatu yayasan penyelenggara pendidikan, misalnya sekolah-sekolah di bawah lembaga pendidikan Muhammadiyah, Al Azhar, Sekolah Katholik, Sekolah Kristen. (SALINAN Kepmen Diknas RI, Lamp. II. No. 044/U/2002).

b. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen berbasis sekolah pada hakikatnya merupakan pemberian otonomi kepada sekolah untuk secara aktif serta mandiri mengembangkan dan melakukan berbagai program peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan kebutuhan sekolah sendiri. (Bafadal 2002:

2).

Secara umum manajemen berbasis sekolah mengiginkan optimalisasi peran semua unsur dalam pencapaian tujuan pendidikan utamanya pelaksanaan pendidikan. Keterlibatan masyarakat dalam proses pendidikan sangat penting, dengan demikian diperlukan suatu wadah sehingga partisipasi masyarakat dapat secara terorganisir serta dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sekolah sebagai mediator yang menghubungkan pihak sekolah dengan masyarakat di luar warga sekolah.

(23)

Ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan yakni secara langsung (tatap muka) dan tidak langsung. Kegiatan eksternal tidak langsung adalah kegiatan berhubungan dengan masyarakat melalui perantara media tertentu. Kegiatan tatap muka misalnya rapat bersama pengurus komite sekolah setempat, berkonsultasi dengan tokoh-tokoh masyarakat, melayani kunjungan tamu dan sebagainya. (M. Akbar, 2009: 20).

Lahirnya UU No. 32/2004 tentang pemerintahan daerah dan perangkat peraturan pemerintah yang berkaitan, telah membawa perubahan paradigma pengelolaan sistem pendidikan. Tentu ini akan berakibat terhadap perubahan struktural dalam pengelolaan pendidikan, dan berlaku juga pada penentuan stakeholder didalamnya. Jika dimasa lalu,stakeholder pendidikan itu

sepenuhnya ada ditangan aparat pusat, maka dalam era otonomi pendidikan sekarang ini, peranan sebagai stakeholder itu akan tersebar kepada berbagai pihak yang berkepentingan.

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu upayah pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dan penguasaan ilmu dan teknologi yang ditujukan dengan pernyataan politik dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro.

Kerangka makro erat kaitannya dengan upayah politik yang sedang ramai dibicarakan yaitu desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke daerah, aspek mesonya berkaitan dengan kebijakan daerah tingkat propinsi sampai tingkat kabupaten, sedangkan aspek mikro melibatkan seluruh sektor

(24)

dan lembaga pendidikan yang paling bawah, tetapi terdepan dalam pelaksanaanya, yaitu sekolah.

Penyelenggaran pendidikan memerlukan dukungan masyarakat yang memadai, sebagai langkah alternatif dalam mengupayahkan dukungan masyarakat disektor pendidikan,maka pemerintah mengupayakan ditumbuhkannya keberpihakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam melaksanakan pendidikan.

Hubungan masyarakat dengan pendidikan sangat bersifat korelatif, bahkan seperti masyarakat maju karena pendidikan. Pendidikan yang maju akan ditemukan dalam masyarakat yang maju pula. (Mohammad Noor Syam, 1996: 179).

Terdapat beberapa keuntungan dari adanya partisipasi masyarakat dalam pendidikan, yakni:

a. Dapat mengurangi kekuatan tunggal, monopoli dan regementasi oleh negara terhadap dunia pendidikan. Disamping ada kontrol sosial dan inisiatif masyarakat selaku swasta dan volunter.

b. Turut meringankan beban negara yang amat besar dalam mengatur kegiatan pendidikan sampai semua pelosok Wilayah Republik Indonesia.

c. Membuka kesempatan untuk mengadakan kompetensi bebas yang sehat dalam memajukan dunia pendidikan, dengan menyelenggarakan lembaga-lembaga persekolahan atas biaya dan kemampuan sendidri. (Kartono Kartini,1991: 46).

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan begitu penting, walaupun dalam hal-hal tertentu perlu pembatasan oleh karena itu keberpihakan masyarakat terhadap pendidikan perlu mendapat dukungan oleh pemerintah.

(25)

3. Tujuan Pembentukan Komite Sekolah

Dibentuknya komite sekolah dimaksudkan mempuyai komitmen serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah, untuk memberikan arah dalam menjalankan fungsi tentunya setiap lembaga memiliki tujuan, demikian pula halnya dengan komite sekolah.

Menurut SK Mendiknas RI tentang dewan pendidikan dan komite sekolah menyebutkan bahwa pembentukan komite sekolah mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional program pendidikan disatuan pendidikan.

2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan.

3. Menciptakan suasana dan kondisi transparasi, akuntabel, demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu disatuan pendidikan yang bermutu disatuan pendidikan (Kepmen Diknas, lamp. II. No. 044/U/2002 ).

Tujuan dibentuknya komite sekolah adalah agar ada stuan organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah.

komite sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan serta kepercayaan yang dibangun sesuai dengan potensi masyarakat setempat. Oleh karena itu, komite sekolah yang dibangun harus merupakan pengembang kekayaan filosofis masyarakat secara kolektif. Artinya, komite sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi kepada pengguna (client model), berbagi kewenagan (power sharing and advocacy model), dan kemitraan (partnership model) yang difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan. (M. Akbar, 2009: 13).

(26)

4. Peran dan Fungsi Komite Sekolah

Pendidikan bermutu adalah dambaan serta harapan setiap orang ataupun lembaga. Masyarakat dan orang tua mengharapkan agar anak-anak mereka mendapat pendidikan bermutu agar mampu bersaing dalam memperoleh berbagai peluang baik dalam meraih pekerjaan maupun dalam menjalani kehidupan.

Komite sekolah membutuhkan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai lembaga yang di bentuk untuk membantu pihak sekolah dalam meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, sehingga sekolah dapat melahirkan anak didik yang berkualitas.

Peranan komite sekolah sebagai mana yang termaktub dalam Keputusan Mentri Pendidikan sebagai berikut:

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b. Pendukung baik berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaran dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

d. Penghubung (mediator agency) antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan (Salinan Kepmen Diknas: Lamp.

II. No. 044/U/2002).

Sedangkan untuk menjalankan perannya, SK Mendiknas RI No.

044/2003 tentang Dewan Pendidikan dan komite sekolah memiliki fungsi sebagai berikut:

(27)

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

2. Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/ organisasi/ dunia usaha/ dunia industri) dan pemerintah berkenan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan.

4. Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:

a. Kebijakan dan program pendidikan

b. Rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah (RAPBS).

c. Kriteria kinerja satuan pendidikan.

d. Kriteria tenaga pendidikan.

e. Kriteria fasilitas pendidikan

f. Hal-hal yang lain terkait dengan pendidikan.

5. Mendorong peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembinaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program penyelenggaraan pendidikan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa tujuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional juga mencanangkan “ Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan” pada tanggal 2 Mei 2002. Dengan demikian, berbagai indikator mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. (M. Akbar, 2009: 23).

Dari berbagai pengamatan dan analisis, terdapat tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami perubahan secara merata.

(28)

1. Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan eduacation production fuction atau input- output analisis yang tidak dilaksanakan secara kosekuen.

2. Faktor kedua, Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratif-sentralisasi.

3. Faktor ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam menyelenggarakan pendidikan selama ini sangat minim.

(Mulyasa, 2004: 5).

Peningkatan revelensi pendidikan mengarah pada pendidikan berbasis masyarakat. Peningkatan peran serta orang tua dan masyarakat pada level kebijakan (pengambilan keputusan) dan level operasional melalui komite (dewan) sekolah. Komite ini terdiri atas kepala sekolah, guru senior, wakil orang tua, tokoh masyarakat dan perwakilan siswa. Peran komite meliputi perencanaan, implementasi, monitoring serta evaluasi program kerja sekolah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komite sekolah mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, oleh karena itu komite sekolah perlu mendapat pehatian dan dukungan dari masyarakat dalam menjalankan fungsi dan perannya.

Luasnya cakupan peran dan fungsi komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan merupakan kondisi yang kondusif, dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang aspiratif, dan terbukanya peluang untuk melibatkan masyarakat secara luas dalam penyelenggaraan pendidikan baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendidikan.

(29)

B. Sarana dan Prasarana Sekolah

Sarana dan prasarana adalah salah satu faktor penunjang berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat menunjang proses berlangsungnya belajar mengajar.

Ada lima faktor penting yang harus ada pada proses belajar mengajar yaitu: guru, murid, tujuan, materi dan waktu. ketidak adaan salah satu faktor tersebut, maka tidak mungkin terjadi proses belajar mengajar. dengan lima faktor tersebut, proses belajar mengajar dapat dilaksanakan walaupun kadang-kadang dengan hasil yang minimal pula. Hasil tersebut dapat ditingkatkan apabila ada sarana penunjang, yaitu faktor fasilitas/sarana dan prasarana pendidikan. “Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan; alat; media”. (W.J.S.

Poerwadarminta, 2007:700).

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. (E. Mulyasa, 2003: 81)

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien. (Suharmin Arikunto, 2003: 81) Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sarana pendidikan adalah fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.

(30)

Sedangkan pengertian Prasarana secara etimologi (arti kata) Prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya: lokasi/ tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dan sebagainya. sedang sarana seperti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya. (M. Daryanto, 2006: 51) “Prasarana pendidikan adalah semua perangkat perlengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah”.( Ibrahim Bafadal, 2003: 51)

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi di mamfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar seperti taman sekolah untuk mengajar biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum kita menjelaskan pengertian Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian pendidikan.

Pendidikan adalah Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak ddidik menuju terbentuknya kepribadian yangt utama. (Ahmad D.Marimba dalam Ahmad Tafsir, 1994: 28).

(31)

Jika kata “Pendidikan” di gandenga dengan kata “Islam” maka akan menujunkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berarna Islam atau lebih tepatnya pendidikan yang berdasarkan Islam, sehingga akan memunculkan pengertian yang lebih kompleks.

Kalau di telusuri secara historis, maka asal kata dari Pendidikan Islam berasal dari Bahasa Arab.ini di karenakan awal mula munculnya agama Islam berada di Jazirah Arab. Para pakar Pendidkan Islam menisbahkan kata

“Pendidikan Islam” dengan kata Ta‟lim (Pengetahuan), tarbiah (Pendidikan), dan ta‟dib (Beradab). Ketiga ini memiliki makna Pendidikan Islam.

Sedangkan secara terminology, para pakar pendidikan Islam belum menyepakati rumusan yang jelas tentang definisi pendidikan Islam. Hal ini dapat di lihat pada konferensi internasional pendidikan Islam pertama (first world conference on muslim education) yang di selenggaraka oleh

universitas king Abdul Aziz,Jeddah,pada tahun 1977, ternyata juga tidak berhasil menyusun definisi pendidikan Islam yang dapat di sepakati oleh mereka. Akan tetapi para pakr pendidikan Islam tetap mengajukan berbagai definisi pendidikan Islam kapasitas keilmuan dan argument mereka.

“Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar dia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam”. (Ahmad Tafsir, 1994: 28).

(32)

Adapun sabda Rasulullah Saw:

ِدْبَع ُنْب ُدْيَمُح َلاَق َلاَق ٍباَهِش ِنْبا ْنَع َسُن وُي ْنَع ٍبْه َو ُنْبااَنَث ًدَح َلاَق ٍرْيَفُع ُنْب ُدْيِعَساَنّثَّدَح ِنَمْح َّررا

ََََِّ ََْ ُ

ََّصَلَّى اللهُ عَلَيْ َّيِبَّنرا ُتْعِمَس ُلوُقَياًبيِطَخَةَيِواَعُم ُتْعِمَس اَنَ اَمِّنِ َو ِنيِّدرا ْيِن ُْْهِّقَفُيا ًرْيَخ ِِْب ُيُفَْد ِرُي ْنَم ُل وُقَي

ُهَفَر اَخ ْنَم ْمُه ُّرُضَي َلا ِيُفَ ِرْمَ ىَلَع ًةَمِئاَقُةَّمُ ْلْا ِهِذَه َلا َزَت ْنَر َو يِطْعُي ُيُفَ َو ٌمِساَق َيِت ْأَي ىَّتَح ْم

يُفَ ُرْمَ

. هاور(

)ىر احبرا

Artinya:

Sai‟d bin „Ufeir telah menyampaikan kepada kami, ia berkata, Ibnu_Wahab telah menyampaikan kepada kami, dari Yunus, dari Ibnu Syaihab berkata, Humeid bin Abdurrahman berkata, aku mendengar Mu‟awiyah dalam Khutbahnya berkata, aku mendengar Nabi Shallahu Alaihi wa Sallam berkata, “ Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah akan anugerahi ia pemahaman dalam agama. Sesungguhnya aku hanyalah pembagi dan Allah yang memberi. Umat ini senantiasa tegak diatas Agama Allah, dan tidak merugikan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang ketentuan Allah.” (H.R Bukhari).

Jadi pendidikan Islam merupakan bagian yang tidak terpisah dari ajaran Islam, yang di sajikan sebagai media untuk membimbing dan mengak oodir potensi anak didik sesuai dengan ajaran Islam agar anak didik tersebut menjadi insan yang sholeh dan berilmu.

2. Dasar Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim,maka Pendidikan Islam memerlukan landasan atau asas yang di jadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikanyang telah di programkan. Dalam konteks ini,dasar yang menjadi acuan pendidikan islam hendaknya merupan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantar peserta didik kearah

(33)

pencapaian pendidikan. Oleh karena itu dasar yang terpenting dalam pendidikan Islam adalah Al-Qur‟an dan Sunnah rasulullah (Hadits).

Menetapkan Al-Qur;an dan sunnah sebagai dasar Pendidikan Islam bukan hanya di pandang sebagai kebenaran yang di dasarkan pada keimanan semata, namun justru karena kebanaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat di terima oleh nalar manusia dan dapat di buktikan sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman yang pertama, Al-Qur‟an tidak ada keraguan padanya, sebagai mana firman Allah SWT dalam QS:AL-Baqarah (2: 2);

















Terjemahnya:

Inilah kitab yang tiada keraguan didalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. (kemenag, 2011: 2)

Adapun Sabda Rasulullah SAW:

ُيُفَ ىَّلَص ِيُفَ ا َل ْوُس َر ُتْعِمَس :َل اَق ،ُْْنَع ُلله ا َي ِض َر َّيِلِه اَبْر ا َةَم اَم َ ْيِبَ ْنَع ِْْيَلَع .ِِْباَحَص َ ِلْ اًعْيِفَش ِةَم اَيِقْرا َم ْوَي ْيِتْأَي َُّْنِإَن ؛َنآ ْرُقْراا وُؤ َرْق ا : ُل ْوُقَي َمَّلَس َو

اَمُهْن َأَكِةَم اَيِقْرا َم ْوَي ِن اَيِتْأَي اَمُهَّنِإَن ؛َنا َرْمِع ِلآ َة َر ْوُس َو َة َرَقَبْرا ؛ِنْي َوا َرْهَّزراا ْوُؤ َرْقا اَمَغ

ْوَ ( ِناَتَم .اَمِهِباَحْصَ ْنَع ِناَّخاَحُت ) َّف ا َوَص ٍرْيَط ْنِم ِناَق ْرِن اَمُهَّنَأَك ْوَ ؛ِناَتَياَيَغ اَمُهَّنَأَك

َرَحَّسرَا َةَلَطَبْرااَهُعْيِطَتْسَي َلا َو ،ِّة َرْسَحاَهَك ْرَت َو ،ِّةَك َرِباَهَذْخَ َّنِإَن ؛ِة َرَقَبْرا َة َر ْوُسا ْوُؤ َرْقِا زُة

.

هاور(

مِلْسُم

(

(34)

Artinya:

Diriwayatkan dari Abu Umamah Al-Bahili r.a., dia berkata: saya pernah mendengar Rasulullah Saw, bersabda, “ Bacalah Al-qur‟an, karena Al-qur‟an akan datang pada hari kiamat sebagai Syafaat (penolong) bagi pembacanya. Bacalah Az-zahrawain, yaitu surah Al- Baqarah dan Surah Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat bagai dua naungan (atau bagai dua kelompok burung) yang melindungi pembacanya. Bacalah surah Al-Baqarah, karena ada keberkahan dengan membacanya, dan terdapat penyesalan dengan tidak membacanya, serta surah Al-Baqarah tidak tertandingi oleh Bathalah. Kata Mu‟awiyah: saya pernah mendapat penjelasan bahwa Bathalah adalah para penyihir. (H.R Muslim).

Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah adalah sumber pedoman segala usaha dan aktifitas ummat Islam,tak terkecuali dengan pendidikan Islam.

Ketika tidak bersandar kepada keduanya, maka pendidikan Islam tak ubahnya pendidikan sekuler atau pendidikan lainnya.

Sedangkan tujuan Pendidikan Islam berarti apa yang ingin di capai dengan pendidikan Islam. Menurut hasil konferensi pendidikan Islam di Islam abad tahun 1990, bahwa pendidikan Islam harus merealisasikan cita-cita Islam yang mencakup pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis yang berdasarkan psikologis dan fisiologis maupun yang mengacu pada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan secara keseimbangan sehingga terbentuklah manusia muslim yang paripurna yang berjiwa tawakkal pada Allah SWT.

Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt dalam QS;Al-An‟am (6: 162).

(35)





















Terjemahnya:

katakanlah (Muhammad). “sesungguhnya shalatku, ibadahku,hidup dan mati ku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam”. (Kemenag, 2011: 150).

Adapun sabda Rasulullah SAW :

َا ُْْنَع َو.

ِر ِجَلا ْا َنِم ممُهَر ن اَك ىًدُه ىَر ِا اَعَد ْنَم:َل اق م.ص ِيُفَ َل ْوُس َرٌنَا ُْْنَع ُيُفَ َى ِض َر اًضْي مام هاور( . ًكْيَش ْمِه ِر ْوُجُا ْنِم َكِرْد ُصُقْنَي لا َُْعِبَت ْنَم ِر ْوُجُا ُلْشِم

)

Artinya:

Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Bahwasanya Rasulullah saw.

Bersabda: “Barang siapa mengajak kepada jalan yang baik, maka ia mendapat pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya (mengikuti ajakannya) tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (H.R Bukhari)

Tujuan Pendidikan Islam pada hakekatnya sama dan sesuai dengan tujuan di turunkan agama Islam, yaitu untuk membentuk manusia Muttaqin yang rentangan nya berdimensi infinitum (tidak terbatas menurut jangkauan manusia), baik secara liniaer maupun secara algoritmik (berurutan secra logis) berada dalam garis mukmin-muslim- muhsin dengan perangkat komponen, variabel dan parameternya masing-masing yang secara kualitatif bersifat kompetitif. (Jusuf Amier Faisal, 2005: 96).

Sedangkan Tujuan pendidikan Islam lebih rinci sebagai berikut:

1. Mengenalkan manusia akan peranannya diantara sesama mahluk dan tangung jawab pribadi di dalam hidup ini.

(36)

2. Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tangung jawabnya dalam tata hidup kemasyarakatan.

3. Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajak mereka mengetahui hikmah di ciptakannya serta mengambil manfaat dari alam tersebut.

4. Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan untuk beribadah kepada nya. (Al-jamali dan Ramayulis, 2002: 20)

Pendidikan Islam berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan ini yang terbentuk insan kamil dengan pola tuhan dapat mengalami perubahan naik turun, bertamabah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.

Peranan lingkungan dan pengalaman hidup mempengaruhinya. Selama itulah pendidikan Islam mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Orang yang sudah tau dalam bentuk insani kami masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan. Sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meski pendidikan oleh Da‟i sesuai dan bukan dalam pendidikan Formal.

Tujuan akhir pendidikan Islam dapat di lihat dalam QS:Ali Imran (3:

102):



























(37)

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar- benar takwa Kepadan-Nya, dan janganlah kamu mati kecuaili dalam keadaan Muslim. (Kemenag, 2011: 63).

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup sebagai salah satu salah satu aspek Pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegiatan kependidikan yang di lakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam berbagai bidang atau lapangan kehidupan manusia. Oleh karena itu, ia selalu berubah-ubah menurut waktu dan zaman yang berada. Ruang lingkup pendidikan Islam meliputi:

1. Lapangan hidup keagamaan, agar pertumbuhan dan perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.

2. Lapangan hidup keluarga, agar manusia berkembang menjadi manusia yang sejahtera.

3. Lapangan hidup ekonomi, agar manusia dapat berkembang fan terlibat dalam system kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia itu sendiri.

4. Lapangan hidup kemasyarakatan, agar supaya terbina masyarakat adil dan makmur, aman dan tentram di bawah naungan ampunan dari ridha Allah Swt.

5. Lapangan hidup politik, agar tercipta system demokrasi yang sehat dan dinamis sesui dengan ajaran-ajaran Islam.

6. Lapangan hidup seni budaya, agar dapat menjadikan hidup ini penuh dengan keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai moral agama.

7. Lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar manusia selalu hidup dinamis dan menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup yang terkontrol oleh nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. (M. Arifin, 2006: 17)

Berdasarkan beberapa poin di atas maka jelaslah yang menjadi ruang lingkup pendidikan Islam adalah yang mencakup seluruh aspek kehidupan

(38)

Manusia di dunia agar manusia mampu memanfaatkan sebagai tempat untuk beramal yang hasil nya akan di peroleh di akhirat nanti. Dengan demikian pembentukan sikap yang di warnai dengan nilai-nilai Islam dalam pribadi manusia baru bias efektif bila hal tersebut di sertai dengan proses pendidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah dan norma-norma ajaran Islam.

“Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum- hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam”. (Ahmad D Marimba, 2006: 23)

Dalam proses Pendidikan Islam berusaha mencapai tiga tujuan yaitu tujuan individual,sosial dan tujuan professional, ketiga tujuan itu terasa terpadu dan terarah di usahakan agar tercapai dalam proses Pendidikan Islam. Dengan tujuan ini pula jelas kemana Pendidikan Islam di arahkan.

Pendidikan Islam berdasarkan tujuan di atas , pertama-tama berusaha membekali anak didik dengan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kepentingan dirinya dan masyarakat.

Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam perlu di kembangkan strategi pendekatannya juga dengan tujuan memandirikan pendekatan- pendekatan situasional jangka pendek dengan pendekatan konseptual jangka panjang, sebab Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha mempersiapkan muslim agar dapat mengahadapi dan menjawab bentuk kehidupan dan perkembangan zaman secara manusiawi . karena itu hubungan usaha Pendidikan agama Islam dengan kehidupan dan tantangan

(39)

itu haruslah merupakan hubungan yang srinsipil dan hubungan incidental dan tidak menyeluruh. Dengan kata lain di perlukan pendekatan intelegensi terhadap kependidikan masa depan.

Sebagaiman sabda Rasulullah SAW :

ْا ُن اَيْفُس اَن َرَبْخ َ َل اَق َفُس ْوُي َنْب ََُُّمُحَم اَنَش َّدَح َو يِب َ ْنَع ِشَمْع َلْ

ٍلِئ ا ِنْب ا ْنَع

َّنَر ا َن اَك َل اَق ِد ْوُعْسُم َّلَس َو ُْْيَللَع ُ َّ َلَلّ ا يَّلَص يِب

ا يِن َِْظِع ْوَمْر اِب اَنُر َّوَخَتَي ْم

ِم اَّي َلْ

َةَه ا َرَك .اَنْيَلَع ِةَم آَّسر ا

)ىر احبرا هاور(

Artinya:

Muhammad bin Yusuf telah menyampaikan kepada kami, ia berkata, Sufyan telah menyampaikan kepada kami dari Al-A‟masy, dari Abu Waail, dari Ibnu Mas‟ud, ia berkata, “ Dahulu Rasulullah Alaihi wa Sallam membuat Jadwal rutin bagi kami pada hari-hari tertentu, beliau tidak ingin kami bosan.” (H.R. Bukhari).

Dari beberapa penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keseluruhan ajaran Agama Islam yang terpadu dalam aspek Aqidah,ibadah dan muamalat yang implikasinya mempengaruhi proses berpikir merasa dan berbuat serta dalam hal pembentukan pribadi yang termanifestasi dalam akhlakul karimah sebagai wujud muslim yang paripurna.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey (lapangan) dengan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif yang bertujuan memberi gambaran tentang bagaimana Peranan Komite Sekolah Terhadap Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

Metode Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku mereka yang teropsesi dan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubunngan dengan orang-orang yang ada dilingkungan sekitarnya.

( Margono, 1997: 33).

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto. Dengan dasar dan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut representative dengan judul yang akan diteliti. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pengurus komite sekolah SMP Negeri 3 Kelara.

(41)

C. Variabel Penelitian.

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

“Variabel adalah yang menjadi sasaran penyelidik dan dapat juga disebut gejala. Gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya maupun dalam tingkatanya disebut variabel”. (Sutrisno Hadi, 2008: 224).

Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa: “variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian”. (Hadi dalam Arikunto, 1998:

97).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dirumuskan definisi variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan menjadi objek penelitian yaitu:

1. Variabel bebas yaitu Peranan Komite Sekolah.

2. Variabel terikat yaitu peningkatan sarana dan prasarana pendidikan Agama Islam.

D. Defenisi Operasional Variabel 30

(42)

Untuk menghindari kesalah pahaman dan untuk menyamakan presepsi, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan defenisi variable penelitian agar tidak terjadi penafsiran yang keliru.

1. Peranan Komite Sekolah sebagai mana yang termaktub dalam Keputusan Mentri Pendidikan sebagai berikut:

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b. Pendukung baik berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaran dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

d. Penghubung (mediator agency) antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan (Salinan Kepmen Diknas:

Lamp. II. No. 044/U/2002).

2. Sarana dan prasarana Pendidikan Agama Islam adalah salah satu faktor penunjang berhasil tidaknya proses belajar mengajar.

Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat menunjang proses berlangsungnya belajar mengajar.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Untuk mengetahui secara jelas populasi yang akan dijadikan objek penelitian, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian populasi berdasarkan rumusan oleh beberapa ahli antara lain:

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupaka penelitian populasi. Jika kita haya akan meneliti sebagaian dari populasi, maka penelitiannya merupakan

(43)

penelitian populasi. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersenut disebut penelitian sampel.

(Suharsimi Arikunto, 2002: 108)

Sedangkan Pendapat lain mengatakan bahwa:

Populasi adalah seluruh objek yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya, kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya ukuran populasi sama dengan banyaknya manusia. ( Margono, 1999:57).

Dari kedua pendapat tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah seluruh ojek yang akan diteliti di dalam suatu penelitian

Adapun populasi yang peneliti maksud adalah pengurus komite, guru dan siswa di SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

Tabel 1 Keadaan populasi

No Objek Jenis kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Komite 7 4 11

2 Guru 15 18 33

3 Siswa kelas VII 24 42 66

4 Siswa kelas VIII 42 23 65

5 Siswa kelas IX 15 38 53

Jumlah 228

Sumber Data: KTU SMP 3 kelara Kab. Jeneponto.

2. Sampel

Dalam penelitian diperlukan adanya yang dinamakan sampel penelitian atau miniatur dari populasi yang dijadikan sebagai perwakilan dari populasi. Maka sampel merupakan proses penelitian individu untuk suatu

(44)

penelitian yang sedemikian rupa sehingga individu-individu yang merupakan perwakilan kelompok yang lebih besar dimana orang itu terpilih.

Pendapat lain tentang sampel dapat dilihat dari apa yang dikemukakan bahwa: “sampel adalah sebagian individu yang yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian”. (Sutrisno Hadi dalam Amirul Hadi &

Haryono, 1998: 194)

Berdasarkan teori diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan sasaran penelitian yang dianggap dapat mewakili yang lainnya. Adapun teknik pengambilan sampel yaitu teknik proposive sampel yaitu sampel yang bertujuan mengambil subjek bukan disarankan atas strata, random atau daerah didasarkan atas adanya tujuan tertentu.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pengurus komite sekolah SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto.

TABEL 2 Keadaan sampel.

No Objek Jenis kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. Komite Sekolah 7 4 11

F. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(45)

1. Pedoman Observasi digunakan dalam pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap masalah-masalah yang diperlukan untuk dicatat secara sistematis agar diperoleh gambaran yang jelas dan memberikan petunjuk untuk memecahkan masalah yang diteliti.

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. (Sutrisno Hadi dalam Sugiono, 2010 : 145) .

Jadi Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengamati langsung kelapangan.

2. Pedoman Wawancara sering pula disebut kuisioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai.

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dan dengan wawancara peneliti akan mengetahuia hal-hal yang lenih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terajadi yang tidak mungkin bisa bisa ditemukan melalui Obsravasi.

(Esterbag dalam Sugiyono, 2008 : 317)

3. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. (Sugiyono, 2010 : 142).

(46)

Jadi Angket adalah pengumpulan data dengan mengajukan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan yang diperlukan oleh peneliti.

4. Catatan Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan benda- benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan dan sebagainya. ( Suharmin Arikunto, 2010: 201 )

Jadi Catatan dokumentasi yaitu mencatat semua data secara langsung dari referensi yang membahas tentang objek penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi digunakan dalam pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap masalah-masalah yang diperlukan untuk dicatat secara sistematis agar diperoleh gambaran yang jelas dan memberikan petunjuk untuk memecahkan masalah yang diteliti. Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengamati langsung kelapangan.

2. Wawancara sering pula disebut kuisioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai.

(47)

3. Angket adalah pengumpulan data dengan mengajukan pernyataan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan yang diperlukan oleh peneliti.

4. Catatan Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan- peraturan dan sebagainya

H. Teknik Analisis Data

Untuk mengolah data menjadi sebuah pembahasan, maka penelitian menganalisis data dengan teknik analisis deskriptif yaitu berusaha memberikan gambaran dari data yang diperoleh dengan menggunakan rumus persentase sesuai dengan tabel sebelumnya.

Rumus yang digunakan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

Keterangan:

F: Frekuensi yang sedang dicari persentase N: Jumlah frekuensi/banyaknya responden P: Angka persentase

P= X 100%

(48)

Hasil dari perhitungan tersebut, kemudian peneliti tabulasikan dalam bentuk tabel frekuensi dan interpensi terhadap hasil tabulasi untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Obyektif Dan Lokasi Penelitian

Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang hasil penelitian, namun sebelum terlalu jauh membahas mengenai hasil penelitian ini, terlebih dahulu peneliti memberikan gambaran tentang obyektif lokasi penelitian sebagai berikut:

Dalam hal ini penulis akan mengemukakan mengenai gambaran umum SMP Negeri 3 Kelara Kabupaten Jeneponto yang rinci sebagai berikut:

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 3 Kelara Kab. jeneponto

SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto merupakan lembaga pendidikan formal yang bernaung di bawah Dapertemen Pendidikan Nasional, dengan demikian dapat di pahami bahwa latar belakang berdirinya sekolah tersebut

(49)

adalah usaha pemerintah. Kehadiran sekolah ini dapat menunjang kelangsungan pembangunan di bidang pendidikan. Dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa, sekolah cukup bekerja sama dalam membina generasi muda.

Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto didirikan pada tahun 2007 dan di resmikan pada tahun 2007 yang terletak di Desa Sapaloe sejak berdirinya sekolah ini sejak tahun 2007 sampai sekarang.

sekolah ini belum pernah berganti pemimpin (kepala sekolah). Lokasi SMP Negeri 3 Kelara menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang baik karena udaranya yang sejuk dan jauh dari keramaian, sehingga aktivitas siswa dapat berjalan dengan baik.

a. visi

Unggul dalam prestasi berkarakter yang berlandaskan Ilmu Iman dan Takwa.

b. misi

1. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil, beriman, berbudaya, berkarakter, dan memiliki keunggulan yang kompetitif.

2. Mewujudkan kelengkapan dokumen kurikulum yang memenuhi standar pendidikan.

3. Mewujudkan kelengkapan perangkat pendukung kurikulum.

38

(50)

4. Melaksanakan peningkatan kompetensi guru dalam mengimplementasikan kurikulum yang adaktif dan proaktif.

5. Mendorong guru agar meningkatan profesionalme minimal sesuai yang diharapkan.

6. Mewujudkan sistem pengelolaan sekolah yang berdasarkan MPMBS

7. Mewujudkan sistem lingkungan pembelajaran yang kondusif dalam mendukung pelaksanaan kurikulum

8. Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, rindang.

9. Mewujudkan sistem penilaian komprehensif baik dan benar.

2. Sarana dan Prasarana Sekolah

Sarana dan prasarana adalah salah satu faktor penunjang berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat menunjang proses berlangsungnya belajar mengajar.

SMP Negeri 3 Kelara sebagai salah satu sekolah lanjutan tingkat dasar, memiliki fasilitas yang dapat di kategorikan cukup memadai dan mendukung berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif.

Adapun mengenai sarana prasarana berdasrkan data yang ada di kantor SMP Negeri 3 Kelara dapat penulis uraikan dalam tabel berikut:

Tabel 3

Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto

(51)

No Fasilitas Keterangan

Jumlah Baik Rurak

1 Ruangan kepala sekolah Baik - 1 2 Ruangan wakil kepala

sekolah Baik - 1

3 Ruangan guru Baik - 1

4 Ruangan tata usaha Baik - 1

5 Ruangan perpustakaan Baik - 1

6 Ruangan komputer Baik - 1

7 Ruangan kelas Baik - 9

8 Ruangan Leb. IPA Baik - 1

9 Ruangan Leb. Bahasa Baik - 1

10 Ruangan multimedia Baik - 1

11 Ruangan bimbingan dan

konseling (BK) Baik - 1

12 Ruangan osis Baik - 1

13 Ruangan pramuka Baik - 1

14 Ruangan PMR Baik - 1

15 Ruangan UKS Baik - 1

16 Ruangan kantin Baik - 2

17 Ruangan WC Baik - 4

18 Mushollah Baik - 1

Sumber data: Kantor SMP Negeri 3 Kelara Kab. Jeneponto a. Keadaan Guru dan Peserta Didik

1). Keadaan Guru

Keadaan guru di SMP Negeri 3 Kelara sangat baik di lihat dari tempat tinggalnya karena sebagian besar gurunya orang asli daerah

(52)

tersebut. Walaupun ada beberapa guru yang asalnya dari luar daerah tapi semuanya berdomisili dan memilih menetap di kecematan Kelara.

Tabel 4

Daftar Keadaan Guru/ Pegawai PNS dan Non PNS Kepala Sekolah Total

Laki-laki 1 1

PNS GT PT Total

Laki-laki 5

Perempuan 5

Jumlah 10 10

NON-PNS GTT PTT Total

Laki-laki 5 6 11

Perempuan 7 5 13

JUMLAH 12 11 23

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi berbasis website yang disediakan oleh pemerintah desa dapat memberikan informasi yang akurat dan akuntabel yang dapat di akses oleh semua lapisan

 Mahasiswa mampu mengevaluasi konsep perencanaan bangunan infrastruktur air dalam suatu wilayah sungai (WS), meliputi irigasi dan saluran (drainase), waduk

Tujuan penulisan skripsi ini adalah dalam rangka mencari ilmu pengetahuan dan menyelesaikan tugas akhir guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada jurusan

Apabila suatu sinar-X ditembakkan pada suatu material.Terdapat dua proses intekasi yang meliputinya.Yang pertama adalah penyerapan energy sinar-X oleh atom-atom Kristal

According to S he said that did not know instructional method, because he did learn about the method in his studied so far, he comment the lecturer often did pre-activity like

Golongan pertama adalah kelompok khusus (elite) yang dalam menyampaikan dakwah kepada mereka perlu dilakukan dengan hikmah dan cara rasional, yakni setiap

dapat menunjukkan bahwa kekuatan beton berserat dengan komposisi campuran 3% dan panjang serat yang bervariasi dari 1 cm, 1,5 cm, 2 cm, 2,5 cm dan 3 cm kekuatan

a) Menyusun program pengajaran meliputi menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran, strategi belajar mengajar, media pengajaran yang sesuai,