• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Lokasi Penelitian

Desa Bejiharjo merupaka salah satu desa yang terletak di Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Desa Bejiharjo terletak di sebelah timur Kecamatan Wonosari dengan jarak dari Kabupaten Gunungkidul sekitar 3 Km. Bejiharjo berbatasan dengan 4 wilayah yaitu:

a. Sebelah utara : Kecamatan Nglipar

b. Sebelah selatan : Desa Wiladeg dan Desa Bendungan c. Sebelah barat : Kecematan Wonosari

d. Sebelah timur : Desa Wiladeg dan Desa Ngawis

Luas wilayah Desa Bejiharjo kurang lebih 1.825.4825 Ha. Jumlah penduduk Desa Bejiharjo berdasarkan data monografi pada tahun 2014 ada 7.153 berjenis kelamin laki-laki dan 7.198 berjenis kelamin perempuan, sehingga jumlah total penduduk Desa Bejiharjo sebanyak 14.351 jiwa. Sebagian besar penduduk di Desa Bejiharjo bermata pencahrian sebagai petani dan sebagian kecil lainnya bekerja di sektor pariwisata, perdagangan, dll.

Petani menjadi mata pencahrian utama karena masih luasnya tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian yakni sekitar 73.4715 Ha. Pada musim penghujan, mayoritas menanam padi. Sedangkan pada musim

52

kemarau beralih ke tanaman palawija, seperti jagung, kedelai, kacang, ketela pohon, dll.

Akses menuju ke Desa Bejiharjo dekat dari pusat kota Wonosari, ibu kota Kabupaten Gunungkidul. Desa Bejiharjo memiliki potensi alam yang luar biasa. Tidak seperti umumnya banyak daerah di Kabupaten Gunungkidul yang mengalami persoalan keterbatasan sumber air bersih, Desa Bejiharjo mendapatkan pasokan air bersih setiap saat sepanjang tahun. Pasokan air bersih tersebut berasal dari sumber mata air bawah tanah yang muncul ke permukaan. Selain potensi alam tersebut, di Desa Bejiharo terdapat pula kekayaan budaya, sejarah dan edukasi. Di bagian timur desa terdapat situs purbakala Sokoliman yang menjadi warisan ilmu pengetahuan terkait dengan sejarah manusia purba.

Di ujung barat Desa Bejiharjo terdapat sentra kerajinan, di tengah desa terdapat khazanah budaya yang teramat langka yakni Wayang Beber. Di seluruh dunia artefak Wayang Beber tinggal tersisa dua, yang satu terdapat di Pacitan dan satu lagi tersimpan di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo. Di Desa ini pula terdapat monumen yang menjadi penanda sejarah peristiwa pengeboman Belanda atas Desa Bejiharjo. Pengeboman tersebut dilakukan karena Bejiharjo merupakan salah satu rute gerilya Panglima Besar Jendral Soedirman.

Desa Bejiharjo memiliki 12 goa alam yang semuanya mempunyai keunikan salah satunya adalah Goa Pindul, di dalam goa ini terdapat stalaktit terbesar, terbanyak dan teraktif serta panorama dinding goa antara lain batu

53

hiasan Tirai, batu stalaktit yang sudah menyatu dengan stalakmit yang sering disebut batu Kolom, lapisan batu pasiran, stalaktit yang tumbuh pada dinding goa yang sering disebut batu Cloustum. Panorama dan keindahan Goa Pindul bisa kita lihat dengan adanya batu kristal dan batu kristalin serta hiasan dinding tirai yang berbentuk bulat, ada yang menyerupai jantung, sumur, dan batik. Serta bisa kita melihat proses terjadinya batu stalaktit dan air berlian. Selain itu masih terdapat kekayaan alam lain yaitu Goa Sriti serta keindahan dari Sungai Oya.

Kekayaan alam, budaya serta peninggalan benda bersejarah yang berada di Desa Bejiharjo memiliki potensi untuk menjadi daya tarik wisata, khususnya wisata alam, budaya dan edukatif. Wisata alam dengan pemandangan dari goa-goa yang menunjukkan keindahan bawah tanah dan keindahan Sungai Oya, budaya dengan berbagai kegiatannya seperti kesenian karawitan, wayang sada, gejog lesung, rasulan, kemudian wisata edukatif dengan adanya artefak maupun monumen bersejarah. Kekayaan alam, budaya serta peninggalan benda bersejarah tersebut dapat menjadi sarana positif bagi perkembangan Desa Bejiharjo untuk menjadi salah satu ikon wisata bagi Kabupaten Gunungkidul dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Deskripsi Program

Program pelatihan peningkatan kualitas layanan jasa kuliner bagi kaum perempuan di Desa Wisata Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul mempunyai tujuan sebagai berikut:

54

a. Membangun kesadaran mengenai layanan kuliner di obyek wisata yang higienis dan berkualitas

b. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam penyediaan layanan kuliner yang higienis dan berkualitas yang mendukung pada warga masyarakat di Bejiharjo

Dalam pelaksanaannya program pelatihan ini diikuti oleh peserta sebanyak 25 orang. Kegiatan pelatihan yang dilakukan menggunakan metode pembelajaran berorientasi pengalaman dan/atau masalah, serta menekankan kepada pembelajaran orang dewasa. Metode tersebut adalah ceramah dan diskusi, learning by project, dan refleksi. Langkah-langkah kegiatan pelatihan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan Persiapan

Kegiatan PPM diawali dengan mempersiapkan hal-hal teknis yang mendukung pelaksanaan kegiatan seperti seminar proposal, penentuan kelompok sasaran, mempelajari karakteristik obyek wisata, perijinan, dll.

b. Melakukan Koordinasi dengan Kelompok Sasaran

Tim kegiatan mendatangi langsung kelompok sasaran dan menjelaskan mengenai tujuan kegiatan dan mekanisme kegiatan yang akan dilaksanakan serta kesediaan kelompok sasaran untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Dalam koordinasi pun disepakati mengenai waktu dan tempat kegiatan akan berlangsung.

55 c. Melakukan Kegiatan Pelatihan

Kegiatan pelatihan peningkatan layanan kuliner ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Penyadaran mengenai urgensi kelompok sasaran di obyek wisata Proses penyadaran dilakukan dengan memberikan materi mengenai fungsi kelompok sasaran dalam konteks pengembangan wilayahnya. Dalam proses pembelajarannya, fasilitator berusaha mengembangakan pemahaman kelompok sasaran mengenai fungsinya dalam memajukan masyarakat sekitar. Kelompok sasaran juga diharapkan mampu berwirausaha baik secara kelompok maupun individual.

2) Penentuan kebutuhan belajar atau materi pelatihan

Identifikasi kebutuhan belajar pada kelompok sasaran dilakukan dengan menggunakan metode curah pendapat dengan tim pelaksana. Proses identifikasi dilakukan dengan tiga tahapan yaitu: a) penyampaian tujuan kegiatan, b) penyampaian ide atau gagasan dari kelompok, dan c) penentuan kesepakatan bersama. Penentuan kesepakatan bersama mengenai kebutuhan belajar dilakukan dengan cara mempertimbangkan kelayakan sumber daya dan waktu yang dibutuhkan.

Akhirnya, kebutuhan belajar bersama yang disepakati adalah kebutuhan untuk menghasilkan produk makanan yang lebih modern dan higienis berbahan baku daging ayam, yang dipandang dapat

56

dijual kepada pengunjung obyek wisata di wilayah tersebut. Selain itu ada juga pelatihan membuat olahan makanan yang bersifat siap untuk dipasarkan berupa olahan makanan ringan.

3) Pembelajaran praktik pembuatan olahan kuliner

Praktik pembuatan olahan kuliner dilakukan dengan dua tahap pertemuan yaitu praktik pembuatan olahan lauk pauk berbahan dasar daging ayam dan juga olahan makananan ringan/kue yang siap dipasarkan. Praktik diawali dengan demonstrasi dan dilanjutkan dengan praktik langsung.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, nara sumber memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap setiap menu makanan yang dipelajari. Diharapkan agar setiap anggota mampu berkreasi dengan materi makanan yang telah dipelajari. Selain itu, peserta pelatihan juga diberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang bagaimana melayani pelanggan dengan baik dan benar sehingga dapat membuat pelanggan nyaman dan senang.

4) Materi peningkatan kualitas layanan jasa kuliner

Tidak hanya memberikan pengetahuan dan ketrampilan mengolah makanan, inovasi produk, dan juga penguatan peran kelompok usaha dalam pelatihan ini juga dilengkapi materi pelatihan tentang peningkatan kualitas layanan jasa kuliner. Materi ini diberikan guna untuk melengkapi kemampuan peserta dibidang layanan jasa kuliner, yakni tidak hanya pengetahuan dan ketrampilan

57

namun penting juga sikap/perilaku. Sikap/ perilaku yang dimaksud disini adalah cara peserta dalam melayani pelanggan.

Pemberian materi diawali dengan penyadaran tentang pentingnya sikap yang baik dan profesional dalam melayani pelanggan. Setelah itu, materi mengenai dimensi pelayanan yang harus diterapkan dalam pelayanan terhadap pelanggan. Dimensi tersebut ada 5, yaitu: 1) dimensi kehandalan, 2) dimensi daya tanggap, 3) dimensi kepastian atau jaminan, 4) dimensi empati, dan 5) dimensi berwujud atau bukti langsung. Meskipun usaha kuliner yang mereka miliki masih dalam taraf sederhana, namun kelima dimensi ini juga dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Dengan begitu, diharapkan usaha layanan jasa kuliner yang terdapat di sekitar objek wisata Goa Pindul dapat meningkat kualitas pelayanannya sehingga dapat juga meningkatkan penghasilan peserta pelatihan.

d. Melakukan Refleksi atas Pelaksanaan Kegiatan

Evaluasi kegiatan pelatihan dilakukan dengan memfokuskan pada efektivitas pelatihan yang dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan: pendekatan self evaluation. Adapun dalam pengumpulan data menggunakan: 1) wawancara, digunakan untuk melihat motivasi, pandangan, dan hasil belajar kelompok sasaran, dan 2) pengamatan, dilakukan untuk mengetahui peran serta warga belajar. Evaluasi terhadap penyelenggaraan dan faktor pendukung dan

58

penghambat pelatihan dilakukan secara bersama-sama oleh tim pelaksana.

3. Identitas responden a. Usia responden

Hasil data menunjukkan usia tertinggi responden adalah 51 tahun dan yang terendah 25 tahun, secara lengkap data dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Kelompok Tingkat Usia

No. Umur Jumlah Presentase (%)

1 25-28 3 12 2 29-32 5 20 3 33-36 4 16 4 37-40 5 20 5 41-44 3 12 6 45-48 3 12 7 49-52 2 8 Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 3 mengenai distribusi responden menurut kelompok tingkat usia, diketahui bahwa jumlah responden berumur 25 – 28 sebanyak 3 warga belajar (12,%), jumlah responden berumur 29 – 32 sebanyak 5 warga belajar (20%), jumlah responden berumur 33 – 36 sebanyak 4 warga belajar (16%), jumlah responden berumur 37 – 40

59

sebanyak 5 warga belajar (20%), jumlah responden berumur 41 – 44 sebanyak 3 warga belajar (12%), jumlah responden berumur 45 – 48 sebanyak 3 warga belajar (12%), jumlah responden berumur 49 – 52 sebanyak 2 warga belajar (8%) Dari data tersebut dapat dimaknai bahwa responden berasal dari kelompok usia dewasa sampai usia lansia awal. Tidak ada responden yang berasal dari kelompok usia muda dan lansia akhir.

b. Tingkat Pendidikan Responden

Hasil data menunjukkan tingkat pendidikan tertinggi responden adalah tingkat sarjana dan yang terendah adalah tingkat Sekolah Dasar (SD), secara lengkap data dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Kelompok Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%) 1 Tidak Sekolah 0 0 2 SD 3 12 3 SMP 8 32 4 SMA 12 48 5 Diploma 0 0 6 Sarjana 2 8 Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 4 mengenai distribusi responden menurut tingkat pendidikan, diketahui bahwa tidak ada responden yang berada pada tingkat

60

diploma dan tidak bersekolah , jumlah responden pada tingkat pendidikan SD sebanyak 3 warga belajar (12%), jumlah responden pada tingkat pendidikan SMP sebanyak 8 warga belajar (32%), jumlah responden pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 12 warga belajar (48%), dan jumlah responden pada tingkat pendidikan sarjana sebanyak 2 warga belajar (8%). Dari data tersebut dapat dimaknai bahwa seluruh responden berasal dari kelompok orang yang sudah pernah mengenyam pendidikan formal. Meskipun masih ada yang hanya sampai jenjang SD dan yang sarjana hanya sebanyak 2 orang.

B.Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar dampak pelaksanaan program pelatihan terhadap peningkatan kualitas layanan jasa kuliner bagi kaum perempuan di Desa Wisata Bejiharjo, Gunungkidul, dampak dikaji dari lima dimensi pelayanan jasa. Data yang dikumpulkan berupa data-data dari hasil pengisian angket oleh peserta pelatihan. Selain data kuantitatif, peneliti juga menggunakan data kualitatif yang diperoleh melalui observasi dan kajian dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan mengenai keseluruhan data yang dikumpulkan

Dengan menggunakan statistik non parametrik melalui uji beda wilcoxon diketahui bahwa:

Sig pelatihan seluruh dimensi 0.00 (lihat lampiran hasil olah data penelitian halaman 115), sehingga

61 H0 ditolak

H1 diterima

Jadi dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas layanan kuliner peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Pelatihan memberikan dampak positif pada peningkatan kemampuan peserta dalam melayani pelanggan. Peningkatan kemampuan peserta dalam melayani pelanggan dilihat dari lima dimensi pelayanan jasa.

Hasil analisis deskriptif statistik keseluruhan dimensi menggunakan program SPSS menunjukkan bahwa nilai mean pretest yaitu 43.00 dan posttest 83.12 (lihat lampiran hasil olah data penelitian halaman 111), Dari data tersebut dapat dilihat memang terdapat selisih mean yang cukup besar pada saat pretest dan posttest yakni sebesar 40.12. Angka 40.12 yang merupakan selisih dari mean pretest dan postest juga berarti besarnya dampak pelatihan. Dari besarnya angka 40.12 tersebut menunjukkan bahwa pelatihan memberikan sumbangan peningkatan ketrampilan positif peserta pelatihan dalam melayani pelanggan sesuai dengan lima dimensi pelayanan jasa.

Berikut adalah hasil perhitungan masing-masing dimensi dari indikator kualitas layanan jasa kuliner yang diteliti:

1. Analisis Deskriptif Posttest Masing-masing Dimensi

Dokumen terkait