C. Kohesivitas dalam Komunitas Jali-Jali
2. Loyalitas dalam Kelompok
Pengertian loyalitas berasal dari bahasa inggris 'loyal' yang artinya setia. dan kesetiaan adalah kualitas yang menyebabkan kita tidak menggemingkan dukungan dan pembelaan kita pada sesuatu. Loyalitas adalah kualitas perasaan, dan perasaan tak selalu membutuhkan penjelasan rasional.
Loyalitas anggota terhadap kelompok memiliki makna kesediaan anggota untuk melanggengkan hubungannya dengan kelompok, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa
mengharapkan apapun. Kesedian anggota untuk mempertahankan diri bergabung dalam kelompok adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen anggota terhadap kelompok. Hal ini dapat diupayakan bila anggota merasakan adanya keamanan dan kepuasan didalam kelompok
tempat ia bergabung.
(http://www.psychologymania.com/2013/04/pengertian-loyalitas.html, diakses pada Minggu, 8 November 2014. Pukul 15:54)
Menurut Vander Zanden (1979), Kohesivitas kelompok dapat diungkap menggunakan skala berdasarkan aspek-aspeknya, yaitu
1. Loyalitas, meliputi perasaan setia dalam kelompok dan tidak ingin meninggalkan kelompok.
2. Solidaritas, meliputi perasaan setia kawan, mendukung dan membantu menyelesaikan masalah anggota lain dan perhatian terhadap masalah anggota lain.
Dalam pembahasan di poin ini, peneliti akan membahas tentang loyalitas terlebih dahulu. Menurut Jurnal Psikologi, Hubungan Antara Kohesivitas Kelompok dengan Komitmen Organisasi Pada Karyawan. “Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi pada karyawan. Hal ini berarti semakin baik atau positif kohesivitas kelompoknya maka akan semakin tinggi komitmen berorganisasinya
dan sebaliknya, yaitu semakin rendah kohesivitas kelompok maka diasumsikan semakin rendah pula komitmen organisasinya.”
Dalam penelitian ini, komitmen dapat diartikan sebagai loyalitas, organisasi dapat diartikan sebagai komitmen Komunitas Jali-Jali, dan karyawan dapat diartikan sebagai pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali. Berdasarkan jurnal tersebut semakin tinggi kohesivitas di dalam Komunitas Jali-Jali maka semakin tinggi juga loyalitas pengurus maupun anggotanya.
Penelitian seperti ini juga telah dilakukan sebelumnya oleh Mossholder, Bedeian dan Armenakis (Gibson, Ivancevich, Donnely, 2003) bahwa terdapat hubungan antara tingkat kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi. Mereka melakukan penelitian terhadap para perawat, dilaporkan tingkat kohesivitas kelompok berpengaruh positif terhadap komitmen karyawan terhadap organisasi yang digambarkan dengan menurunnya tekanan kerja dan kecenderungan meninggalkan pekerjaan serta meningkatnya prestasi kerja.
2.1 Loyalitas kepada Komunitas Jali-Jali
Selain terciptanya sense of belonging di dalam Komunitas Jali-Jali, loyalitas di dalam kelompok juga menjadi salah satu cara peneliti melihat adanya kohesivitas yang tinggi dalam Komunitas Jali-Jali.
diidentikkan dengan pengabdian akan seseorang terhadap sebuah lembaga yang mempunyai kesamaan visi dan orientasi untuk meraih tujuan bersama. Meskipun loyalitas memiliki arti yang sangat luas, namun terkadang secara umum loyalitas hanya dilihat dari satu persepektif saja, yakni diidentikkan dengan pengabdian seseorang terhadap suatu kelompok atau lembaga (http://www.slideshare.net/dennibenk/loyalitas diakses Pada Tanggal 02 November 2014, Pukul 15.34).
Dalam poin ini, peneliti akan melihat secara umum, apakah para pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali memiliki loyalitas terhadap kelompoknya. Peneliti melihat adanya loyalitas pengurus maupun anggota terhadap Jali-Jali karena mereka mengakui bahwa rasa loyal terhadap Jali-Jali sudah mereka rasakan sejak pertama kali bergabung dengan Komunitas Jali-Jali. Rasa loyal disini berarti bahwa mereka tidak berniat meninggalkan kelompok karena sudah merasa nyaman dan cocok.
Tidak berniat meninggalkan Komunitas Jali-Jali
Salah satu ciri bahwa seseorang memiliki rasa loyal terhadap kelompoknya adalah ia tidak akan berniat meninggalkan kelompok apapun yang sedang terjadi didalam kelompoknya. Begitu juga yang dialami oleh para pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali, mereka sama sekali tidak ada niat untuk meninggalkan kelompoknya. Berikut penuturan mereka.
“Kalo soal loyal sama Jali-Jali, yaiyalah. Udah enak juga disini, gak ada niatan cabut juga dari Jali-Jali.” (Wawancara dengan
Lytha Haryani, Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)
“Sebagai ketua tentunya saya loyal sama Jali-Jali. Justru
sebagai ketua saya yang pertama kali harus nunjukkin banget kalo saya loyal sama Jali-Jali. Kalo soal niatan ninggalin Jali-Jali sih
ya gak ada. Biarpun saya udah gak jadi ketua, saya bakal tetep stay
di Jali-Jali.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)
“Hahaha…gausah ditanya, rasa loyal pastilah. Namanya udah
lumayan lama juga ikutan Jali-Jali, udah kenal sama semuanya, udah enak main sama mereka. Niat buat ninggalin Jali-Jali? Gak
kepikiran tuh.” (Wawancara dengan Mutiara, Koordinator
Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)
“Mungkin sebagai anggota, aku keliatan ya gini-gini aja. Kontribusi juga gak terlalu banyak, tapi kalo ditanya soal loyalitas
ya aku itungannya loyal. Padahal bisa dibilang, aku bukan anak
Jakarta banget gitu, Jakarta pinggiran sebenernya. Tapi dari awal
ikutan udah ngerasa klop mainan sama mereka, cerita-cerita sama mereka jadi ya gak ada niatan buat ninggalin Jali-Jali.”
Wawancara dengan Miranti Putri, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)
“Yah soal loyalitas sih gausah dibahas. Gak bakal masih stay
disini (Jali-Jali) kalo aku gak loyal hehe. Gak pengen keluar juga,
udah enak sama semuanya.” (Wawancara dengan Dwi Hera,
anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, seluruh informan yaitu pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali menyatakan rasa loyal terhadap kelompok. Rasa loyal itu mereka tunjukkan dengan tidak ingin meninggalkan kelompok apapun yang terjadi. Selain rasa loyal, para informan ini juga mengatakan bahwa kenyamanan menjadi alasan mereka tidak ingin meninggalkan Komunitas Jali-Jali. Perasaan seperti ini memang wajar terjadi jika kita menemukan kelompok yang memiliki kohesivitas yang tinggi.
Keakraban yang begitu kuat menumbuhkan perasaan nyaman satu sama lain di dalam kelompok sehingga hal ini yang menyebabkan rasa sense of belonging loyalitas, dan solidaritas perlahan muncul dan menjadikan kohesivitas kelompok tersebut menjadi sangat kuat.
2.2 Loyalitas sebagai pengurus
Loyalitas merupakan hal yang sangat diperlukan oleh sebuah komunitas untuk mempertahankan keberadaannya. Loyalitas erat kaitannya dengan kesetiaan. Seorang anggota yang memiliki loyalitas terhadap komunitasnya memiliki kesadaran pribadi untuk memanfaatkan semua potensi yang ada dalam dirinya demi kemajuan komunitas. Loyalitas juga akan membuat anggotanya akan mengutamakan kepentingan komunitas diatas kepentingan pribadinya baik itu dari segi waktu ataupun lainnya. Loyalitas setengah-setengah akan membuat anggota memberikan kemampuan setengah pula terhadap komunitas yang ditekuninya.
Loyalitas pengurus memegang peranan krusial dalam jalannya organisasi. Tata aturan yang sempurna, program kerja yang brilian, tanpa disertai dengan loyalitas para eksekutornya adalah hal yang sia-sia. Loyalitas yang dimiliki oleh setiap pengurus komunitas juga berpengaruh pada kelanjutan suatu organisasi dalam melaju pada visi dan misi. Jika suatu organisasi sudah melenceng dari jalur
yang dimiliki oleh para pengurus maupun anggotanya telah keropos.
Dalam sebuah komunitas, dapat dikatakan pengurus memiliki rasa loyalitas yang lebih tinggi dibandingkan anggota. Selain itu, sebagai pengurus tentunya memegang tanggung jawab yang lebih besar dibanding anggota. Sebagai contoh ketika terjadi unjuk rasa Front Pembela Islam (FPI) yang menolak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Gubernur DKI berlangsung ricuh. Kapolda Metro Jaya Irjen Unggung Cahyono meminta kordinator lapangan (korlap) FPI segera menyerahkan diri. (http://www.mediaindonesia.com/hottopic/read/4582/Kapolda-Metro-Minta-Korlap-FPI-Serahkan-Diri/2014/10/04). Dalam kasus ini terlihat bahwa tanggung jawab pengurus di setiap organisasi maupun komunitas sangat besar, seorang pengurus harus bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh anggotanya.
Dalam pembahasan ini, loyalitas terhadap kelompok secara umum berbeda dengan loyalitas sebagai pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali. Pada poin pembahasan kali ini, peneliti akan memaparkan jawaban informan mengenai rasa loyal sebagai pengurus Komunitas Jali-Jali yang ditunjukkan melalui aksi untuk memajukan komunitasnya.
Dipilih sebagai pengurus karena loyal
Pengurus Jali-Jali sebelumnya tidak sembarangan dalam memilih pengurus baru yang nantinya akan menjalankan roda Komunitas Jali-Jali. Pengurus baru yang dipilih harus memenuhi syarat-syarat terlebih dahulu. Salah satu syarat menjadi pengurus Komunitas Jali-Jali adalah harus aktif dan loyal terhadap kelompok.
“Aku dipilih jadi pengurus soalnya yang dipilih jadi pengurus tuh yang aktif dalam kegiatan Jali-Jali. Soal loyal sih ya itungannya aku loyal lah.” (Wawancara dengan Lytha Haryani,
Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)
“Sebenernya ada perbedaan pemilihan ketua setiap periode. Ada ketua yang pengennya anggotanya yang penting banyak aja. Ada juga anggota yang anggotanya gak apa-apa gak banyak asal loyal sama kelompok. Nah itu, ada kelebihan dan kekurangannya. Kalo yang penting banyak doang anggotanya biasanya regenerasinya susah, kalo yang anggotanya loyal tuh regenerasinya pasti gampang. Kalo menurut saya, saya dipilih jadi ketua karena
saya aktif di Jali-Jali juga loyal.” (Wawancara dengan Irfan
Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)
Dari hasil wawancara ini, peneliti menemukan bahwa pengurus Jali-Jali sebelumnya memilih Lytha dan Irfan sebagai pengurus baru. Mereka berdua dianggap telah memenuhi syarat menjadi pengurus Komunitas Jali-Jali, yaitu aktif dan loyal. Keaktifan dan loyalitas inilah yang nantinya berpengaruh terhadap keberlangsungan eksistensi Komunitas Jali-Jali di UNS.
Loyalitas bukan satu-satunya syarat agar suatu komunitas dapat berjalan sebagai mestinya. Suatu komunitas yang baik
commit to user
pastinya harus memiliki pengurus yang aktif. Pengurus yang dapat menggerakkan anggota-anggotanya untuk menjalankan program kerja yang brilian.
Berkorban waktu demi Jali-Jali
Pengurus Komunitas Jali-Jali merupakan orang-orang terpilih yang akan menggerakkan roda kegiatan Jali-Jali. Oleh karena itu, pengurus yang loyal pasti akan meletakkan kepentingan komunitas diatas kepentingan pribadinya sehingga berkorban waktu merupakan hal yang sudah biasa mereka lakukan demi keberlangsungan komunitas.
“Kalo buat kontribusi sih paling setiap rapat aku selalu usahakan dateng. Cuma emang aku suka jarang dateng pas acara turnamen futsal soalnya pas itu kadang bentrok sama kuliah atau pas lagi banyak tugas. Yang jelas bakalan terus berusaha dan
berkorban biar Jali-Jali menang dan juga setiap bikin acara kita mesti serius dan dipertimbangkan dengan baik supaya acaranya keren dan lancar.” (Wawancara dengan Lytha Haryani,
Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)
“Saya sebagai ketua pastinya berkorban waktu sih buat keberlangsungan komunitas ini. Saya mengurangi kegiatan di kampus dan lebih aktif ngurusin Jali-Jali..” (Wawancara dengan
Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)
“Kalau aku sih kadang berkorban waktu. Cuma kalo udah
bentroknya sama kuliah penting banget, aku gak mungkin cabut kuliah. Paling buat gantinya, ya aku berpartisipasi aja setiap ada
kegiatan toh gak mengganggu aktifitasku yang lain juga.”
(Wawancara dengan Mutiara, Koordinator Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)
juga sampai mengorbankan waktu demi Komunitas Jali-Jali. Mereka berusaha menciptakan kegiatan yang tersusun dengan rapi. Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan juga harus melalui perencanaan yang matang agar kegiatan tersebut berjalan sesuai keinginan pengurus maupun anggota Jali-Jali.
Sebagai pengurus tentu memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Setiap kegiatan yang dilakukan Komunitas Jali-Jali pasti akan merujuk pada siapa pengurus atau ketuanya. Jika kegiatan tersebut berjalan lancar, pengurus akan dipuji tetapi jika kegiatan tersebut tidak berjalan sesuai rencana, pengurus juga yang akan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pengurus Jali-Jali selalu berusaha menjalankan tanggung jawabnya masing-masing. Mereka selalu melaksanakan job desk yang sudah ditentukan dengan penuh tanggung jawab. Berikut penuturan Irfan sebagai ketua Komunitas Jali-Jali.
“Sebagai pengurus, apalagi ketua ya pasti punya tanggung jawab yang gede banget. Ibaratnya apa-apa pasti yang kena tuh
ketua. Mau baik ato buruk. Saya pernah mau buat acara
musik-musik gitu kan, Cuma kampus itu suka ngelarang ngadain acara-acara yang mesti pake sound system yang berisik gitu, tadinya mau nekat ah bodo amatlah namanya pengen bikin acara yang seru kan gitu sekali-sekali. Tapi pas saya pikir-pikir lagi, wah gak jadi deh. Soalnya biar gimanapun kita mesti tetep ngikutin aturan kampus. Kalo kejadian yang jelek-jelek, saya pasti tersangka utama. Makanya saya sebisa mungkin selalu
bilang sama pengurus-pengurus lainnya supaya tetep tanggung jawab sama komunitas dan sama job desk masing-masing.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)
Dari penuturan Irfan, peneliti melihat bahwa sebagai komunitas yang namanya cukup dikenal, Jali-Jali sebisa mungkin harus menaati peraturan kampus juga. Selain itu, para pengurus dituntut untuk menjalani peran dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh. Pengurus sebelumnya yang sudah memilih pengurus baru sudah percaya akan kemampuan masing-masing dari mereka. Maka dari itu, sudah seharusnya pengurus Komunitas Jali-Jali menjaga sikap karena membawa nama baik komunitas.
2.3 Loyalitas sebagai anggota
Loyalitas anggota memang berbeda dari pengurus. Dapat dikatakan bahwa loyalitas anggota berada satu tingkat lebih rendah dibandingkan dengan pengurus. Dari segi tanggung jawab pun, antara anggota dan pengurus pasti sangat berbeda. Walaupun tingkat loyalitas anggota lebih rendah dari pengurus. Namun, sebagai anggota yang baik sejatinya pasti akan menghormati pengurus, menaati segala bentuk tata tertib yang berlaku, mendukung program kerja dengan mengikutsertakan diri sebagai partisipan aktif. Bahkan memberikan ide-ide kreatif untuk kegiatan yang dapat membangun komunitas dari dalam.
Berpartisipasi dalam setiap kegiatan Jali-Jali
Loyalitas anggota Komunitas Jali-Jali ditunjukkan dengan cara mendukung setiap kegiatan Jali-Jali. Mereka akan buktikan
commit to user
dengan ikut serta dan membantu pengurus. Biasanya jika tidak dapat berpartisipasi, mereka memiliki alasan yang kuat yaitu jadwal kuliah yang bentrok.
”Aku berpartisipasi sama setiap kegiatan yang diadakan Jali-Jali. Kadang-kadang ya suka bantu pengurus juga tapi jarang. Iyalah, sebisa mungkin setiap kegiatan Jali-Jali aku dukung, aku ikutan, kalo pas ada tugas banyak aja paling suka gak ikut.”
(Wawancara dengan Miranti Putri, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)
“Pokoknya di setiap kegiatan, aku biasanya ikut bantu pengurus. Misalnya pas acara bakti sosial aku ikut bantuin.
Tapi kalo makrab sih enggak soalnya itu biasanya pengurus yang lebih punya andil.” (Wawancara dengan Dwi Hera, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014)
“Paling ikutan kalo misalnya ada acara ikutan kumpul. Terus
bantu-bantu penguruslah. Kalo buat mendukung setiap kegiatan sama kayak menghormati pengurus ya pastilah, namanya ikutan Jali-Jali masa iya kegiatannya gak aku dukung.” (Wawancara dengan Diva Primananda, anggota Jali-Jali.
Pada tanggal 24 Mei 2014)
Dari hasil wawancara ini, dapat dilihat bahwa loyalitas merupakan hal yang sangat penting di dalam komunitas. Sebuah organisasi tanpa loyalitas dari pengurus maupun anggotanya akan hancur. Dalam hal ini, para anggota Jali-Jali ini menujukkan sikap loyal mereka terhadap setiap kegiatan Jali-Jali, mereka selalu berpartisipasi dan siap membantu pengurus dalam menjalankan kegiatan-kegiatan Jali-Jali.