• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

62

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sumber Informasi Tentang Komunitas Jali-Jali

1. Profil Komunitas Jali-Jali

Komunitas Jali-Jali merupakan Komunitas mahasiswa di Universitas Sebelas Maret (UNS) yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya. Komunitas Jali-Jali berdiri sejak tahun 2008. Awal dibentuknya komunitas ini adalah atas dasar ide Rendy Primananda, seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2008 yang kemudian menjadi ketua pertama Komunitas Jali-Jali.

Alasan utama mereka membentuk Komunitas Jali-Jali ini agar para mahasiswa Jabodetabek yang merantau ke Solo memiliki suatu wadah untuk berkumpul dan bertukar pikiran bersama. Kesamaan lokalitas ini yang membuat keakraban begitu mudah terjalin. Biasanya komunitas ini sering bertukar pikiran tentang bagaimana pengalaman kuliah di UNS, tempat-tempat makan, belanja, dan café enak di Solo, dll. Komunitas Jali-Jali juga memiliki acara tahunan yaitu Makrab (Malam Keakraban). Biasanya acara ini diselenggarakan setiap tahun untuk menyambut anggota baru komunitas ini.

(2)

Nama Jali-Jali sendiri diambil dari singkatan “Jakarta Like It” karena pada tahun 2008, Facebook sedang booming dan terdapat lambang jempol yang berarti “Like It”. Maka dari itu, Komunitas Jali-Jali menggunakan lambang jempol “oke” sebagai simbol Komunitas.

Walaupun masih terbilang baru, Komunitas yang terbentuk sejak 2008 ini pernah masuk dalam nominasi Sebelas Maret Award kategori “Komunitas Terbaik di UNS” pada Desember 2013 (https://twitter.com/mahasiswaUNS/status/418053337301274624 diakses pada Kamis 27-02-2014 pukul 05:42) Sebagai Komunitas Daerah yang keberadaannya cukup diperhitungkan maka antusias para mahasiswa dari Jakarta untuk bergabung dalam Komunitas ini juga tinggi.

Seiring majunya perkembangan teknologi, Komunitas Jali-Jali mulai membentuk media sosial sebagai salah satu media informasi kepada para anggotanya atau yang baru ingin bergabung. Komunitas Jali-Jali sendiri memiliki followers di jejaring sosial Twitter @JaliJaliUNS yang mencapai 749 orang dan kemungkinan akan terus bertambah (https://twitter.com/search?q=%40jalijaliuns, diakses pada Minggu 24-11-2013 pukul 15:40)

Komunitas Jali-Jali juga memiliki Facebook. Di dalam profil Facebook, Komunitas Jali-Jali menginformasikan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Namun, diakui oleh Irfan Faturachman, Ketua Jali-Jali periode 2014/2015, Facebook Jali-Jali sudah jarang di update

(3)

Biasanya Komunitas Jali-Jali mengadakan rapat sebelum menentukan agenda mereka. Partisipasi anggota dapat dilihat melalui Twitter @JaliJaliUNS dan Facebook Jali Jali UNS. Misalnya pada 12 April 2014, Sebelum Jali-Jali akan mengadakan gathering bertema “GATHELI” (Gathering Jali-Jali). Mereka menginformasikan acara tersebut kepada para anggota atau siapapun yang ingin berpartisipasi melalui Twitter.

Selain mengadakan acara gathering, makrab, dan pertandingan olahraga. Komunitas Jali-Jali juga mengadakan kegiatan bakti sosial di Yayasan Pemeliharaan Anak dan Bayi Permata Hati Surakarta.

1.1 Kegiatan Komunitas Jali-Jali

Komunitas Jali-Jali terbilang sebagai komunitas yang memiliki banyak acara. Acara tersebut ada yang bersifat formal dan non-formal. Untuk kegiatan formal biasanya berupa Makrab, Turnamen Bola Jali-Jali (Turbolali), Meet and Greet, dan Bakti Sosial. Sedangkan kegiatan non-formal seperti kumpul-kumpul di café atau tempat makan, nonton bareng di bioskop, dll.

Perbedaan kegiatan formal dan non-formal adalah dari kepanitiaannya. Jika di dalam acara tersebut terdapat kepanitian berarti acara tersebut bersifat formal. Sebaliknya jika tidak ada kepanitiaan berarti acara tersebut non-formal hanya sebatas

(4)

1.1.1 Makrab

Makrab (Malam Keakraban) biasanya diadakan setiap memulai semester baru. Biasanya Makrab diadakan untuk memperkenalkan pengurus baru sekaligus penyambutan mahasiswa baru (anggota baru).

Makrab Komunitas Jali-Jali biasa disebut dengan “Gatheli” (Gathering Jali-Jali). Makrab Jali-Jali biasanya dilaksanakan di Villa Tawangmangu atau di Pantai Jogja.

(5)

Gambar 6: Dokumentasi "Gatheli" di Pantai Siung

“Makrab biasanya pas mulai semester baru. Sekalian kenalan sama yang baru ikutan gabung Jali-Jali.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

1.1.2 Turnamen Bola Jali-Jali (Turbolali)

Turbolali adalah Turnamen Futsal Jali-Jali antar Fakultas yang dilaksanakan setiap setahun sekali. Turbolali hanya di ikuti oleh pengurus atau anggota Jali-Jali saja. Turbolali cukup diminati oleh para anggota Jali-Jali, karena Turbolali menawarkan hadiah yang cukup menarik, yaitu uang tunai dan piala.

(6)

Gambar 7: Poster berisi informasi tentang Turbolali

Gambar 8: Salah satu Tim Futsal Jali-Jali

“Kalo Turbolali itu Turnamen Futsal antar Fakultas aja. Yang main juga anggota Jali-Jali aja.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

1.1.3 Meet and Greet

Konsep acara Meet and Greet hampir mirip dengan Makrab. Hanya bedanya jika Meet and Greet tidak menginap sedangkan Makrab menginap. Meet and Greet juga tidak mewajibkan seluruh

(7)

commit to user

anggota untuk hadir. Meet and Greet biasanya dilaksanakan di restoran atau café.

Gambar 9: Poster berisi informasi tentang Meet and Greet

“Meet and Greet sama makrab itu beda. Biasanya kalo meet and

greet kita gak pake nginep. Asal ketemu aja gitu, tapi tetep ada

rundown acaranya juga.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

1.1.4 Bakti Sosial

Bakti Sosial Komunitas Jali-Jali dilaksanakan setiap setahun sekali, tergantung dana yang terkumpul. Dana untuk bakti sosial biasanya didapat dari senior-senior yang menyumbang atau dari penjualan jaket varsity Jali-Jali.

“Biasanya (Bakti Sosial) uangnya dari senior-senior yang

nyumbang gitu sama dari penjualan jaket Jali-Jali itu loh.”

(Wawancara dengan Lytha Haryani, Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

(8)

Gambar 10: Jakert Varsity Jali-Jali

Pada tanggal 25 November 2012, Komunitas Jali-Jali mengadakan Bakti Sosial di Yayasan Pemeliharaan Anak dan Bayi (YPAD) Permata Hati, Surakarta.

(9)

2. Sumber Informasi tentang Komunitas Jali-Jali

Eksistensi Jali-Jali sebagai Komunitas Mahasiswa Jakarta membuat banyak mahasiswa Jakarta yang ingin bergabung dengan Komunitas ini. Dari penelitian ini memperlihatkan sebagian besar sumber informasi tentang adanya Komunitas Jali-Jali adalah dari senior atau kakak tingkat dan dari teman. Namun, ada juga yang mencari sendiri informasi tentang keberadaan Jali-Jali. Berikut penuturan pengurus dan anggota Jali-Jali tentang sumber informasi Komunitas Jali-Jali.

 Tahu Komunitas Jali-Jali dari senior atau kakak tingkat

“Aku tahu tentang Jali-Jali itu pertama kali dari senior aku di SMA yang sekarang kuliah di UNS juga. Aku ketemu dia di kampus terus ngobrol, katanya ikutan aja Jali-Jali komunitas anak Jakarta disini dan dia ajak aku buat datang ke acara Jali-Jali. Suruh kenalan dulu sama anak-anak yang udah duluan gabung.” (Wawancara dengan Lytha Haryani, Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014) “Saya sendiri ikut Jali-Jali pertama kali pas acara halal bi halal.

Terus ketemu sama angkatan atas-atas (senior). Setelah itu saya

mulai mengikuti acara berikutnya kayak turnamen futsal, makrab sama yang lain-lainnya.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

Berdasarkan wawancara tersebut, mereka menceritakan bahwa pertama kali mengetahui soal Komunitas Jali-Jali adalah dari kakak tingkat atau senior. Biasanya para senior ini ketika mengobrol dengan junior akan menanyakan apakah mereka sudah bergabung dengan Jali-Jali, jika belum para senior akan mengajak para juniornya untuk bergabung dengan Jali-Jali. Selain itu, ada juga anggota Jali-Jali yang

(10)

commit to user

mengetahui Jali-Jali dari teman yang sudah ikut terlebih dahulu dan sengaja mencari sendiri tentang keberadaan Komunitas Jali-Jali.

 Tahu dari teman yang sudah ikut terlebih dahulu

“Aku tahu Jali-Jali dari temen-temen yang sudah ikutan duluan. Terus aku coba aja dulu ikutan sekali. Pertama kali aku ikutan itu pas halal bi halal setelah lebaran. Disitu rame banget. Lumayan banyak yang ikut. Terus semenjak itu sampe sekarang aku gabung sama Jali-Jali. Aku juga waktu itu pernah ikutan Jali-Jali ke acara Bakti Sosial gitu.” (Wawancara dengan Miranti Putri anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Kalo aku tau Jali-Jali dari temen terus ikutan akhirnya soalnya lumayan buat nambah-nambah temen sih. Ya mungkin jadi lebih dikenal juga sih soalnya kalo ikut komunitas-komunitas gini kan otomatis nambah temen jadi nambah dikenal juga.” (Wawancara dengan Dwi Hera, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014).

“Jadi pas ikutan UKM BAPEMA (Badan Pers Mahasiswa) itu ketemu

temen dari Jakarta. Terus ditanya udah ikutan Jali-Jali apa belom? Aku jawab belom. Terus dijelasin dan akhirnya aku ikutan deh.”

(Wawancara dengan Diva Primananda, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 24 Mei 2014)

Dari hasil wawancara ini, peneliti menemukan bahwa beberapa anggota Komunitas Jali-Jali, pertama kali bergabung adalah karena tahu dari teman yang sudah terlebih dahulu bergabung dengan Komunitas Jali-Jali. Teman-teman mereka kemudian akan bertanya juga apakah mereka sudah mengikuti Jali-Jali atau belum.

 Ingin mencari teman

“Aku udah tau dari lama pas aku masuk sini (UNS), soalnya aku masuk UNS dari tahun 2011. Tapi aku baru ikut sekarang-sekarang ini

soalnya dulu karena temen-temen aku dulu kan cuma dari Fakultas Teknik jadi aku pengen cari temen-temen lain selain dari Fakultas Teknik. Jadi aku ikutan Jali-Jali.” (Wawancara dengan Mutiara,

(11)

commit to user

Lain halnya dengan Mutiara, Ia mengakui kepada peneliti bahwa Ia sengaja mencari apakah ada komunitas yang beranggotakan mahasiswa asal Jakarta. Kemudian ketika Ia menemukannya dan bergabung dengan Komunitas Jali-Jali.

3. Alasan Bergabung dengan Komunitas Jali-Jali

Para anggota Jali-Jali tentu memiliki alasan yang kuat mengapa mereka ingin bergabung dengan Komunitas Jali-Jali. Hampir semua alasan mereka bergabung adalah ingin menambah pengalaman berorganisasi dan mempunyai banyak teman. Berikut hasil wawancara dengan anggota Komunitas Jali-Jali.

 Ingin menambah teman

“Alasan aku ikut Jali-Jali sih biar nambah temen sama kenalan aja di setiap Fakultas.” (Wawancara dengan Lytha Haryani, Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Alasan utama ikutan Jali-Jali sih pasti biar nambah koneksi dan

temen juga. Selain itu pengen ngerasain pengalaman berorganisasi

aja.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Dulu ikutan Jali-Jali soalnya kayak gak nyambung gitu sama yang temen-temen dari sini (UNS) jadi aku ikutan Jali-Jali terus sekarang

nambah temen yang nyambung deh.” (Wawancara dengan Mutiara,

Koordinator Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Alasannya pasti ya biar nambah temen di Solo soalnya kan ibaratnya kalo main sama anak Jakarta lebih nyambung dan enak aja gitu.” (Wawancara dengan Miranti Putri anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

(12)

commit to user

“Biar nambah temen aja sih soalnya aku sebenernya orang Solo tapi kenapa agak-agak gak nyambung gitu yah kalo ngobrol sama anak sini (mahasiswa lokal).” (Wawancara dengan Dwi Hera, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014)

Berdasarkan hasil wawancara ini, peneliti menemukan bahwa rata-rata para pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali memiliki alasan yang sama ketika bergaung dengan Komunitas Jali-Jali yaitu ingin menambah teman.

3.1 Manfaat Bergabung dengan Komunitas Jali-Jali

Seseorang yang bergabung di dalam sebuah komunitas pasti memiliki alasan tertentu dan mereka merasakan manfaat dengan bergabung di dalam komunitas tersebut. Semua anggota Jali-Jali merasakan hal yang sama ketika sudah bergabung dengan Komunitas Jali-Jali, seperti menambah teman, pengalaman, dan kreatifitas. Berikut penuturan mereka tentang manfaat mengikuti Komunitas Jali-Jali.

 Kenal banyak orang

“Aku jadi kenal banyak orang. Di setiap Fakultas pasti ada

yang kita kenal, baik angkatan atas, bawah, dan angkatan kita sendiri. Terus jadi tahu ‘oh ternyata kak ini dikenal disini’ gitu atau

misalnya main ke kosan kakak ini terus jadi ngobrol ‘oh ternyata lo kenal ini ya’.” (Wawancara dengan Lytha Haryani, Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Kalo aku sih mungkin jadi lebih dikenal aja kali ya. Jadi banyak

temen-temen juga.” (Wawancara dengan Mutiara, Koordinator

Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

(13)

gini kan otomatis nambah temen jadi nambah dikenal juga.”

(Wawancara dengan Dwi Hera, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014)

Dari hasil wawancara tersebut, peneliti menemukan bahwa para pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali menemukan manfaat ketika sudah bergabung dengan Komunitas Jali-Jali. Mereka merasa dengan bergabung di dalam Komunitas Jali-Jali, mereka dapat menambah teman dan kenalan.

 Menambah pengalaman ketika bergabung dengan Komunitas Jali-Jali

“Aku jadi banyak temen terus nambah pengalaman juga

gara-gara ngobrol dan kenal orang baru gitu. Terus aku juga dikenal

kadang-kadang di Kampus gara-gara aku anak Jali-Jali.” (Wawancara dengan Miranti Putri anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

Dari hasil wawancara diatas, selain dapat menambah banyak kenalan, manfaat bergabung dengan Komunitas Jali-Jali adalah bertambah pengalaman karena mereka dapat mengobrol dengan teman atau kenalan baru.

 Menambah kreativitas ketika bergabung dengan Komunitas Jali-Jali

“Manfaatnya sih paling jadi nambah kreatifitas saya aja. Saya pengen bikin acara music gitu tapi diluar kampus soalnya kalo di dalam kampus kan peraturannya gak boleh bikin acara musik sampe berisik gitu. Bolehnya cuma akustikan paling.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

(14)

Dari hasil wawancara tersebut juga peneliti menemukan bahwa selain bertambah teman atau kenalan, pengalaman, ada juga informan yang merasakan bahwa setelah bergabung dengan Komunitas Jali-Jali, informan merasa bertambah kreativitasnya.

4. Kepengurusan Komunitas Jali-Jali

Di dalam kepengurusannya, Jali-Jali memiliki pengurus inti yang terdiri dari Ketua, Wakil, Sekretaris, dan Bendahara. Terdapat juga penempatan panitia sebagai Divisi Humas, Acara, dan Dokumentasi. Kemudian Jali-Jali juga menempatkan koordinator di setiap Fakultas untuk menghubungi anggota-anggota dari setiap Fakultas masing-masing. Diakui oleh Irfan Faturachman, kepengurusan Jali-Jali terbilang rapih dan sesuai job desk masing-masing.

Kepengurusan inti berbeda dengan kepengurusan ketika event. Ketua Jali-Jali akan memilih ulang kepanitian khusus acara tersebut. Hal ini bertujuan agar seluruh anggota dapat merasakan pengalaman di dalam kepengurusan Jali-Jali walaupun sifatnya hanya sementara.

4.1 Alasan menjadi pengurus Jali-Jali

Komunitas Jali-Jali merupakan komunitas yang rapi dalam struktur kepengurusan. Oleh sebab itu, Ketua Jali-Jali selalu memastikan orang-orang yang akan menjabat sebagai pengurus

(15)

adalah orang-orang yang aktif dan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap Jali-Jali. Berikut penuturan pengurus Jali-Jali

 Aktif dan loyal terhadap Komunitas Jali-Jali.

“Aku termasuk sering datang dalam setiap kegiatan Jali-Jali

makanya mungkin karena itu juga aku dipilih jadi bendahara.” (Wawancara dengan Lytha Haryani, Bendahara

Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Sebenernya saya gak kepikiran juga kemarin dipilih jadi ketua soalnya kan tanggung jawabnya pasti besar apalagi Jali-Jali lagi berkembang banget. Kalo menurut saya, saya dipilih jadi ketua

karena saya aktif di Jali-Jali juga loyal.” (Wawancara dengan

Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

Dari hasil wawancara diatas, peneliti menemukan bahwa para informan dipilih menjadi pengurus Jali-Jali karena mereka aktif dan loyal kepada Komunitas Jali-Jali. Pengurus Komunitas Jali-Jali sebelumnya merasa bahwa para informan ini memenuhi kualifikasi sebagai pengurus Komunitas Jali-Jali berikutnya.

 Sering membantu pengurus lainnya ketika sedang ada acara

“Kalo aku mungkin kayaknya karena sering bantu-bantu

pengurus inti pas lagi ada acara jadi aku dipilih jadi Koordinator

Fakultas.” (Wawancara dengan Mutiara, Koordinator Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti juga menemukan bahwa alasan para pengurus Jali-Jali sebelumnya memilih informan adalah karena informan sering membantu pengurus lainnya ketika acara sedang berlangsung.

(16)

4.2 Alasan menjadi anggota Jali-Jali

Mahasiswa yang hanya menjadi anggota bukan berarti tidak memiliki bagian dalam menjalankan Komunitas. Para anggota biasanya akan digerakkan untuk membantu pengurus. Misalnya jika sedang melaksanakan event, anggota akan membantu pengurus dengan menyiapkan segala sesuatu yang kemungkinan pengurus tersebut tidak bisa menghandle. Berikut hasil wawancara dengan anggota Jali-Jali.

 Hanya menjadi anggota

”Kalau sebagai anggota sih aku berpartisipasi sama setiap

kegiatan yang diadakan Jali-Jali. Kadang-kadang ya suka bantu pengurus juga tapi jarang. Enggak pernah bentrok soalnya

Jali-Jali kalau mengadakan acara biasanya pas weekend. Cuma

aku gak mau jadi pengurus takutnya pas aku lagi banyak tugas jadi gak kepegang Jali-Jalinya.” (Wawancara dengan Miranti

Putri, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Aku biasanya ikut bantu pengurus. Misalnya pas acara bakti

sosial aku ikut bantuin. Tapi kalo makrab sih enggak soalnya itu

biasanya pengurus yang lebih punya andil. Selama ini Jali-Jali gak pernah bikin acara atau kegiatan yang bentrok sama jadwal kuliah soalnya biasanya diadainnya pas weekend. Cuma kalo buat jadi

pengurus, aku cuma ngeri pas bentrok kuliah atau banyak tugas soalnya pengurus kan bener-bener harus hadir di setiap waktu.” (Wawancara dengan Dwi Hera, anggota Jali-Jali. Pada

tanggal 22 Mei 2014)

Dari pernyataan ini, peneliti menemukan bahwa alasan mereka, para anggota Jali-Jali hanya menjadi anggota saja bukan karena tidak aktif atau tidak loyal, melainkan mereka biasanya takut tidak bisa hadir rapat atau kegiatan penting lainnya karena ada kuliah atau

(17)

B. Komunikasi di dalam Komunitas Jali-Jali

Dalam menjalankan kegiatan komunitas, Jali-Jali juga melakukan komunikasi dengan sesama pengurus, anggota, dan terkadang berkomunikasi juga dengan mahasiswa lokal (out-group). Komunikasi yang berlangsung pun terjadi secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi yang dilakukan oleh sesama pengurus dan anggota Jali-Jali antara lain adalah pengumuman tentang rapat dan kegiatan. Komunikasi yang dilakukan antara pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali dilakukan setiap hari, misalnya bertegur sapa. Selain itu itu hubungan mereka juga berlanjut ketika sedang rapat, pengurus dan anggota akan saling berkomunikasi satu sama lain.

1. Komunikasi Sehari-hari

Komunikasi sehari-hari ini meliputi tentang komunikasi sesama Komunitas Jali-Jali dan komunikasi antar pengurus dan anggota. Komunikasi sesama Komunitas Jali-Jali, misalnya mengobrol atau saling bertegur sapa ketika bertemu. Kemudian komunikasi antar pengurus dan anggota, misalnya ketika pengurus akan mengumumkan soal rapat kegiatan yang akan berlangsung.

(18)

commit to user

1.1 Komunikasi sesama Komunitas Jali-Jali

Komunikasi sesama Komunitas Jali-Jali maksudnya adalah ketika seluruh pengurus maupun anggota sedang membaur, tanpa melihat status apakah ia pengurus atau anggota. Walaupun saat ini, dengan adanya media sosial dan smartphone membuat mereka tidak perlu bertatap muka langsung ketika ingin mengobrol. Namun diakui oleh bendahara Komunitas Jali-Jali, komunikasi secara langsung juga diperlukan untuk semakin memperat keakraban diantara sesama Komunitas Jali-Jali. Komunikasi yang dilakukan oleh sesama Komunitas Jali-Jali, diantaranya adalah komunikasi formalitas seperti menyapa ketika bertemu, kemudian ada juga komunikasi yang dilakukan untuk meningkatkan keakraban seperti mengobrol, main

bareng-bareng, menonton bioskop, dll.

 Komunikasi formalitas

Komunikasi formalitas maksudnya adalah komunikasi yang dilakukan hanya sekedarnya saja, misalnya sesama Komunitas Jali-Jali akan saling menyapa ketika bertemu. Komunikasi seperti ini tentu saja tidak dapat mereka hindari mengingat mereka berada di dalam satu komunitas yang sama. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali.

“Kalo ketemu nyapa sih pasti ya. Gak mungkin gak sapa-sapaan.” (Wawancara dengan Lytha Haryani, Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

(19)

“Iya dong pastinya nyapa apalagi saya kan ketua pasti apal sama anak Jali lainnya.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Nyapa sih wajib menurutku. Kalo gak nyapa nanti pas ada rapat ato kegiatan pasti langsung dibilang ih sombong bgt lo.” (Wawancara dengan Mutiara, Koordinator Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Miranti dan Hera, mereka akan saling menyapa ketika bertemu baik di kantin maupun mol.

“Kalo ketemu sekilas doang sih paling nyapa, misal kalo ketemu di

kantin.” (Wawancara dengan Miranti Putri anggota Jali-Jali. Pada

tanggal 07 Mei 2014)

“Iya gitu palingan kalo ketemu di tempat makan atau kantin, mol ya paling nyapa aja sih.” (Wawancara dengan Dwi Hera, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014)

“Pastinya kalo ketemu ya nyapalah, gak mungkin gak nyapa nanti disangka sombong lagi.” (Wawancara dengan Diva Primananda, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 24 Mei 2014)

Berdasarkan pernyataan tersebut, komunikasi formalitas seperti saling menyapa merupakan hal yang sulit dan bahkan tidak mungkin dihindari karena mereka semua pasti saling mengenal dan berada di dalam satu Komunitas yang sama.

 Komunikasi untuk meningkatkan keakraban

Selain komunikasi yang dilakukan secara formalitas, sebagai Komunitas yang cukup dikenal, baik anggota maupun pengurus

(20)

keakraban satu sama lain, misalnya dengan cara mengobrol langsung. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali.

“Iya kadang-kadang kita mesti ngobrol langsung juga sih supaya

lebih akrab. Kadang-kadang kalo lewat BBM, SMS, atau Twitter suka

misscomm. Kita sering ngobrol sama anggota-anggota lain biar makin

akrab dan kenal juga soalnya kan sekarang sudah banyak mahasiswa baru yang ikutan juga.” (Wawancara dengan Lytha Haryani, Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Biasanya sih aku cara menjalin keakrabannya ya paling ikut

main bareng terus kalo ada anggota baru langsung diajak ngobrol atau main bareng nanti besok-besoknya diajak lagi gitu, nanti

lama-lama jadi akrab sendiri deh.” (Wawancara dengan Mutiara, Koordinator Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Biasanya sih aku selalu ngobrol sama pengurus-pengurus juga

pas lagi Makrab atau acara yang diadain sama Jali-Jali. Jadi lewat situ sih biasanya mengakrabkan diri. Aku akrab kok sama pengurus

walaupun beberapa.” (Wawancara dengan Dwi Hera, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014)

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua dan anggota Jali-Jali. Ketua Jali-Jali juga sering mengajak main atau nonton bareng di bioskop agar semakin terjalin keakraban di dalam Komunitas Jali-Jali.

“Untuk menjalin keakraban sih biasanya kita kalau ngadain rapat ya di tempat makan, kadang ada anggota-anggota juga yang suka ikutan. Terus semua panitia inti sih udah saya himbau buat selalu ramah sama setiap anggota baru. Jadi misalnya ada anggota baru ya langsung

aja diajak main bareng atau diajak ngobrol. Acara nonton bareng biasanya juga kita adain buat menjalin keakraban satu sama lain juga sih.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali

(21)

“Cara membangun komunikasi sih paling aku sering ikutan main

bareng sama mereka. Nanti kalo udah main bareng-bareng terus kan jadi ngobrol-ngobrol, lama-lama jadi akrab sendiri deh.”

(Wawancara dengan Miranti Putri, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

Dari hasil wawancara ini dapat terlihat bahwa mengobrol, main, dan nonton bareng merupakan cara yang dilakukan Komunitas Jali-Jali untuk saling mengakrabkan diri. Berkomunikasi melalui smartphone memang memudahkan segalanya, namun komunikasi secara langsung seperti yang dilakukan oleh para pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali ini sangat penting dilakukan untuk menghindari kesalahan dalam berkomunikasi.

1.2 Komunikasi pengurus dan anggota

Soal keakraban antara pengurus dan anggota, Komunitas Jali-Jali termasuk komunitas yang akrab satu sama lain. Tujuan dari setiap kegiatan mereka adalah untuk mengakrabkan diri satu sama lain karena tanpa adanya keakraban diantara pengurus dan anggota maka Komunitas ini akan hancur.

 Kedekatan antara pengurus dan anggota

Hubungan pengurus dan anggota terbilang akrab. Selain karena sudah sering mengobrol, seiring berjalannya waktu, baik pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali semakin akrab karena mereka

(22)

sudah lama berada di dalam Komunitas Jali-Jali. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali.

“Hubungan aku sama pengurus lain maupun sama anggota

terbilang akrab soalnya kita emang sering ngobrol. Kadang-kadang

ngobrolnya nggak cuma pas lagi rapat atau kegiatan Jali-Jali aja. Kita sering ngobrol juga diluar kegiatan Jali-Jali soalnya kan ada yang sekelas atau ada yang satu fakultas. Misalnya makan atau nonton juga sering bareng sama anak Jali-Jali juga kok. Jadi itungannya akrablah

kita satu sama lain.” (Wawancara dengan Lytha Haryani, Bendahara

Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Komunikasi saya sama anggota yang lain sih udah akrab banget

ya. Soalnya asik-asik juga sih anak-anaknya.” (Wawancara dengan

Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Aku hampir sama sih sama Irfan. Udah akrab juga satu sama lain.

Udah kenal lama juga jadinya ya semakin akrab.” (Wawancara

dengan Mutiara, Koordinator Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

Selain itu para anggota Jali-Jali ini mengakui bahwa mereka sudah akrab dengan pengurus karena banyak dari pengurus Jali-Jali merupakan teman kuliah mereka juga, ada juga yang sudah akrab karena berasal dari fakultas yang sama.

“Kalau soal komunikasi sama pengurus sih akrab banget ya. Soalnya banyak temen-temenku juga yang jadi pengurus Jali-Jali. Selain itu nyambung juga ngobrolnya.” (Wawancara dengan Miranti Putri anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Aku akrab kok sama pengurus walaupun beberapa doang. Rata-rata yang aku akrab sama yang anak FEB.” (Wawancara dengan Dwi Hera, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014)

“Bisa dibilang akrablah.” (Wawancara dengan Diva Primananda, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 24 Mei 2014)

(23)

Berdasarkan wawancara di atas, hubungan antara pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali terbilang akrab. Dengan cara mengobrol, mereka dapat saling mengakrabkan diri. Selain itu, lamanya keberadaan mereka di dalam Komunitas Jali-Jali juga menjadi alasan mereka sudah saling akrab. Kemudian dari rasa akrab satu sama lain tersebut muncul perasaan nyaman di dalam komunitas.

 Merasa nyaman di dalam Komunitas Jali-Jali

Menurut pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali, mereka merasa sangat nyaman karena merasa seperti di rumah sendiri. Topik pembicaraan dan pergaulan yang sama membuat mereka semakin saling akrab satu sama lain. Alasan ini juga yang membuat mereka merasa betah dan enjoy dalam mengikuti seluruh kegiatan Jali-Jali. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali

“Enjoy dan nyaman pasti soalnya kan kayak ngobrol apa-apa juga

lebih nyambung. Pergaulan juga mirip-mirip.” (Wawancara dengan

Lytha Haryani, Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Pastinya enjoy bangetlah soalnya ya itu tadi berasa di lingkungan

sendiri juga. Anak-anak Jakarta juga gitu.” (Wawancara dengan Irfan

Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Aku juga enjoy banget soalnya berasa di rumah aja gitu soalnya ya selingkungan juga ibaratnya.” (Wawancara dengan Mutiara, Koordinator Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

(24)

Selain itu, salah satu anggota Jali ini merasa senang ikut Jali-Jali karena acara yang dilaksanakan Jali-Jali-Jali-Jali ‘asik-asik’ dan alasan lainnya ialah karena pengurus Jali-Jali tidak terlalu ‘bossy’.

“Aku pernah ikut Makrab sama Bakti Sosial. Asik kok. Aku sama

yang lain jadi seneng aja ikut Jali-Jali soalnya

pengurus-pengurusnya juga gak terlalu ‘bossy’ sih.” (Wawancara dengan Miranti Putri anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

Sedangkan anggota lainnya menuturkan bahwa asik ikut Jali-Jali karena bertemu teman baru yang sama-sama merantau dari Jakarta. “Aku dulu sering banget ikut makrab cuma emang yang makrab terakhir itu aku gak ikutan soalnya pas besoknya ujian. Asik sih ikutan

Jali-Jali, ketemu temen baru dari Jakarta di perantauan.”

(Wawancara dengan Dwi Hera anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014)

Keakraban merupakan hal terpenting di dalam setiap komunitas, begitu juga dengan Komunitas Jali-Jali. Keakraban yang sudah lama mereka bangun menjadikan komunitas ini semakin solid. Dalam setiap kegiatannya baik pengurus maupun anggota akan berusaha mengakrabkan diri satu sama lain karena memang inti dari dari terbentuknya Komunitas Jali-Jali adalah agar mahasiswa-mahasiswa UNS yang berdomisili di Jakarta menjadi saling mengenal dan akrab satu sama lain.

(25)

2. Komunikasi Dalam Membicarakan Acara

Komunikasi dalam membicarakan program yaitu berupa komunikasi yang dilakukan baik oleh pengurus dan pengurus maupun pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali. Acara yang dibicarakan yaitu acara yang akan berlangsung dikemudian hari.

2.1 Komunikasi antar pengurus

Komunitas Jali-Jali selalu mengadakan rapat kepengurusan yang dihadiri oleh sesama pengurus Jali-Jali. Rapat tersebut biasanya dilakukan ketika akan ada kegiatan yang berlangsung. Dalam rapat ini para pengurus Jali-Jali belum melibatkan anggota, pengurus kemudian akan mengumumkan tentang rapat tersebut kepada anggota melalui media sosial seperti BBM, Line, atau Twitter. Selain memanfaatkan media sosial, pengurus Jali-Jali juga memanfaatkan koordinator fakultas untuk menghubungi anggota terkait rapat kegiatan yang akan dilaksanakan. Isi rapat tersebut tentang kegiatan yang akan berlangsung berikutnya. Misalnya, Jali-Jali akan mengadakan halal bi halal setelah bulan Ramadhan, maka sebelumnya pengurus akan berunding tentang rapat halal bi halal kemudian baru pengurus akan mengumumkan rapat tersebut kepada anggota.

(26)

2.1.1 Pengumuman Rapat Melalui Media Sosial (BBM, Line, atau

Twitter)

Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat para pengurus Jali-Jali lebih mudah dalam berkomunikasi dengan anggotanya. Terutama ketika mereka akan menghubungi para anggotanya untuk mengikuti rapat. Para pengurus dan anggota dapat dengan mudah berkomunikasi melalui media sosial seperti BBM, Line, dan Twitter. Terlebih sebagian besar pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali sudah menggunakan smartphone yang dapat dengan mudah mengakses media sosial.

 Para pengurus Jali-Jali akan menghubungi anggota lewat BBM, SMS, atau Twitter

Para pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali sebagian besar sudah menggunakan smartphone yang dapat dengan mudah mengakses media sosial tersebut. Maka dari itu, para pengurus biasanya akan menghubungi anggota untuk mengikuti rapat melalui media sosial. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Lytha dan Mutiara.

“Biasanya pengurus ngumumin ada rapat atau acara lewat BBM,

SMS atau Twitter. Kita ada Facebook tapi jarang di urusin. Lebih

ke BBM atau Twitter gitu.” (Wawancara dengan Lytha Haryani, Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Biasanya sih pengurus menghubunginya lewat BBM atau line. Pokoknya semua media sosial dimanfaatin aja deh.” (Wawancara

(27)

dengan Mutiara, Koordinator Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

Komunitas Jali-Jali memanfaatkan media sosial yang saat ini telah banyak memberi kemudahan bagi manusia terutama dalam melangsungkan aktivitas komunikasi atau pertukaran informasi sehingga dapat menunjang kegiatan Komunitas Jali-Jali dalam melaksanakan program-programnya.

2.1.2 Memanfaatkan Koordinator Fakultas

Media sosial memang merupakan sarana yang mudah untuk digunakan para pengurus Jali-Jali untuk menghubungi anggotanya tentang rapat yang akan berlangsung. Tetapi para pengurus Jali-Jali juga memanfaatkan koordinator fakultas sebagai non-media untuk menghubungi anggota Jali-Jali tentang rapat kegiatan yang akan berlangsung. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ketua Komunitas Jali-Jali.

 Koordinator fakultas sebagai sarana non-media

Selain memanfaatkan media sosial, para pengurus Jali-Jali juga memanfaatkan koordinator fakultas untuk mengumumkan soal rapat yang akan berlangsung

“Kalo buat menghubungi pengurus inti Jali-Jali buat rapat sih biasanya memanfaatkan media sosial. Kalo gak punya nomernya ya hubungin lewat BBM atau Line. Atau kita biasanya lewat

Koordinator Fakultas masing-masing. Rencananya nanti saya

(28)

commit to user

Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

Dalam kegiatan rapat Komunitas Jali-Jali, peneliti menemukan bahwa selain para pengurus memanfaatkan media sosial (BBM, Line, atau Twitter) untuk mengumumkan rapat, pengurus juga memanfaatkan koordinator fakultas (non-media).

2.2 Komunikasi pengurus dan anggota

Dalam menjalankan kegiatannya, Komunitas Jali-Jali juga melibatkan anggota dalam rapat kegiatan. Maka dari itu, pengurus akan mengajak anggota untuk mengikuti rapat. Selain itu, para pengurus Jali-Jali juga memerlukan anggota untuk membantu perlengkapan dan kesiapan acara.

 Mengajak anggota untuk ikut rapat

Dalam setiap kegiatan rapat, para pengurus Jali-Jali tak jarang akan mengajak anggotanya untuk ikut rapat dan membantu untuk melengkapi kesiapan acara yang akan dilaksanakan. Hal ini seperti yang diceritakan oleh pengurus Komunitas Jali-Jali.

“Aku sering ajak anggota juga buat ikut rapat, misalnya temen-temenku sering aku ajak buat ikutan rapat. Kita juga sering melibatkan mereka buat bantu-bantu kebutuhan atau perlengkapan acara. Misalnya, waktu makrab kemarin pasti anggota ikutan bantu-bantu juga tidak

hanya pengurus yang ngurusin semua acara.” (Wawancara dengan

Lytha Haryani, Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

(29)

commit to user

“Dulu sebelum aku jadi koordinator fakultas sih emang suka diajakin

buat bantuin pengurus lainnya. Terutama soal perlengkapan

soalnya kadang banyak kan tuh perlengkapan yang kecil-kecilnya gitu.” (Wawancara dengan Mutiara, Koordinator Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

Dari hasil wawancara ini dapat peneliti lihat bahwa rapat tidak hanya dihadiri oleh pengurus saja, tetapi para anggota juga dilibatkan dalam kegiatan rapat.

 Memberikan tanggung jawab kepada anggota

Selain melibatkan anggota dalam kegiatan rapat, pengurus juga akan memberikan tanggung jawab kepada anggota untuk membantu mengurusi perlengkapan untuk acara yang akan dilaksanakan.

“Saya suka ajakin anggota lain buat bantuin urus perlengkapan sih. Pokoknya kalo saya yakin mereka bisa menghandle tugas itu ya pasti

saya kasih tanggung jawab.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman,

Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

Dari hasil wawancara tersebut, terlihat bahwa selain pengurus Komunitas Jali-Jali akan mengajak para anggotanya untuk ikut rapat, pengurus juga akan memberikan tanggung jawab kepada anggota untuk mengurusi perlengkapan kegiatan. Dari hal ini, dapat terlihat bahwa tidak semua kegiatan Komunitas Jali-Jali diurusi oleh pengurus saja tetapi anggota juga memiliki andil dalam setiap kegiatan Komunitas Jali-Jali.

(30)

commit to user

2.2.1 Keikutsertaan Anggota dalam Kegiatan Jali-Jali

Komunitas Jali-Jali sangat memperhatikan para anggotanya. Selain melibatkan anggota dalam rapat, jika akan ada atau sedang diadakan kegiatan Komunitas Jali-Jali, pengurus Komunitas Jali-Jali juga akan langsung menghubungi anggota dengan broadcast message via BBM, Line atau share info via Twitter.

 Dihubungi lewat media sosial

Anggota Komunitas Jali-Jali mengakui bahwa mereka akan dihubungi pengurus Jali-Jali lewat BBM, Line, atau Twitter untuk mengikuti acara yang akan dilaksanakan oleh Komunitas Jali-Jali. Hal ini seperti yang diceritakan oleh anggota Komunitas Jali-Jali.

“Aku sering dihubungi sama pengurus lewat BBM atau twitter buat

ikutan rapat atau acara-acara lain gitu. Misalnya acara nonton

bareng Spiderman kemaren. Pokoknya pengurus tuh peduli banget sih itungannya sama anggota.” (Wawancara dengan Miranti Putri anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Pengurus biasanya menghubungi lewat BBM atau Line kalo misal ada rapat atau acara kumpul-kumpul gitu.” (Wawancara dengan Dwi Hera, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014)

“Biasanya aku dihubungin lewat Line atau BBM.” (Wawancara dengan Diva Primananda, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 24 Mei 2014) Dari hasil wawancara ini, dapat terlihat bahwa media sosial sangat berpengaruh untuk segala kegiatan yang akan dilaksanakan Komunitas Jali-Jali. Kemudahan dalam mengakses media sosial membuat anggota dapat dengan cepat memperoleh informasi mengenai kegiatan-kegiatan

(31)

3. Komunikasi Komunitas Jali-Jali dengan Mahasiswa lokal (out-group)

Komunikasi Komunitas Jali-Jali dengan mahasiswa lokal (out-group) adalah komunikasi yang terjalin antara Komunitas Jali-Jali dengan mahasiswa-mahasiswa di luar kelompok dan bukan berasal dari Jakarta.

3.1 Tanggapan Komunitas Jali-Jali tentang mahasiswa lokal (out-group)

Seluruh pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali merupakan mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Jakarta. Oleh karena itu, ketika mereka pindah ke Solo untuk melanjutkan kuliah, banyak dari mereka yang tidak bisa beradaptasi dengan mahasiswa-mahasiswa lokal (asli Solo dan sekitarnya). Perbedaan cara bicara, gaya Bahasa, dan pergaulan merupakan salah satu alasan utama, mereka tidak bisa berbaur dengan mahasiswa-mahasiswa lokal.

 Perbedaan cara berpakaian dan pergaulan

Perbedaan cara berpakaian dan pergaulan menjadikan salah satu anggota Komunitas Jali-Jali menjadi malas bergaul dengan mahasiswa lokal. Selain itu, mahasiswa lokal seperti menganggap bahwa para anggota Komunitas Jali-Jali itu sombong dan berlebihan dilihat dari cara berpakaian dan gaya anggota Komunitas Jali-Jali selama di kampus. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali.

(32)

“Aku cuma suka gimana gitu pas mereka (Mahasiswa lokal)

mandang aku. Mereka pasti mikirnya ‘ah dia dari Jakarta pasti gimana-gimana deh’ dan itu kadang ngefek juga sama kuliah pas lagi

milih kelompok. Terus dari awal dateng ke kampus juga mereka

mandang kita ‘ih kok mereka kayak wow banget sih dan terlalu nunjukin gaya Jakarta’. Aku jadi kayak ‘apa sih ngeliatinnya gitu banget padahal kita nya biasa aja’. Terus kalau misalnya aku pake eyeliner langsung di komentarin sama mereka ‘ih Lytha kok dandan sih ke kampus’ jadi kesel sendiri kadang-kadang dengerinya.” (Wawancara dengan Lytha Haryani, Bendahara

Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Pertama kali yang aku liat sih pasti pergaulannya beda terus

obrolan sama bercandaan kita suka beda sama mereka, jadi mereka suka gak ngerti. Terus aku juga gak suka Bahasa Jawa jadi

suka kesel aja gitu kalo mereka ajak ngomong atau ngobrol pake Bahasa Jawa. Tapi mau gak mau emang harus menyesuaikan.” (Wawancara dengan Dwi Hera, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014)

Perbedaan cara berpakaian dan pergaulan memang merupakan hal yang paling terlihat diantara mahasiswa lokal dan Jakarta. Gaya berpakaian mahasiswa Jakarta memang cenderung lebih stylish dibandingkan mahasiswa lokal. Selain itu, perbedaan pergaulan juga menjadi kendala, mereka sulit berbaur.

 Kendala Bahasa

Perbedaan bahasa antara mahasiswa lokal dan Jakarta sangat berbeda. Sehingga kendala bahasa merupakan salah satu alasan juga antara mahasiswa lokal dan Jakarta sulit untuk bergaul satu sama lain. Berikut pernyataan yang diungkapkan oleh Irfan dan Miranti.

(33)

commit to user

“Jujur ya pertama kali pindah ke Solo ya saya gak suka sebenernya sama yang medok-medok jadi pas pertama kali pindah kesini tuh

kayak ‘apaan sih nih orang? Ngomong apaan sih? Gak ngerti.

Sebenernya saya biasa-biasa aja sih cuma kadang ya itu kendala

Bahasa. Susah banget.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman,

Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Pertama kali pindah ke Solo sih pastinya yang utama kendala

Bahasa sama Tata Krama. Soalnya menurutku Tata Krama disini agak

beda sama di Jakarta. Kalau kendala Bahasa suka nggak ngerti jadi

aku kayak orang budek gitu kalau di ajak ngomong sama mereka.” (Wawancara dengan Miranti Putri anggota Jali-Jali. Pada

tanggal 07 Mei 2014)

“Kayak gak enak, masih belom biasa juga. Gak ngerti Bahasa Jawa

juga, disini orang ngomongnya Jawa semua, temen-temen kuliah juga ngomongnya Jawa semua. Jadi kayak ngerasa dikucilkan.”

(Wawancara dengan Diva Primananda, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 24 Mei 2014)

Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa kendala bahasa merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, mengingat adanya perbedaan antara budaya Jawa dan Jakarta. Mahasiswa lokal dan Komunitas Jali-Jali sulit untuk berbaur karena rata-rata mahasiswa lokal berbicara menggunakan bahasa Jawa yang tidak dimengerti oleh mahasiswa yang berasal dari Jakarta.

 Mahasiswa lokal terlalu sungkan

Berbeda dengan anggota atau pengurus Jali-Jali lainnya, Mutiara merasa bahwa mahasiswa-mahasiswa lokal terlalu sungkan dan suka memendam opini sehingga seringkali susah ditebak.

“Kalo aku kagetnya tuh kok semuanya sama ya? Maksudnya tuh orang-orangnya tuh semua sama, sopan-sopan gitu tapi lama-kelamaan kok nih orang kayak sama semua gitu jadinya bingung ‘ini

(34)

langsung ngomong kalo disini tuh lebih ke sungkan banget jadi akhirnya dipendem doang.” (Wawancara dengan Mutiara,

Koordinator Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, mahasiswa lokal tidak dapat mengungkapkan ekspresi perasaannya sehingga lebih sering dipendam. Hal ini yang terkadang membuat orang menjadi bingung tentang perasaan orang tersebut, apakah ia marah, senang, atau sedih.

3.2 Pengetahuan mahasiswa lokal (Out-Group) tentang Komunitas Jali-Jali

Komunitas Jali-Jali cukup dikenal di Universitas Sebelas Maret. Namun, para mahasiswa lokal tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan Jali-Jali atau hanya sekedar bertegur sapa dengan anggota Komunitas Jali-Jali.

 Sumber informasi tentang adanya Komunitas Jali-Jali melalui poster dan teman

Para mahasiswa lokal ini mengakui bahwa mereka mengetahui tentang keberadaan Komunitas Jali-Jali melalui poster yang terpajang di Fakultas mereka.

“Ya aku tahu dikit-dikit sih, paling makrab sama lomba futsal

doang soalnya suka ada liat posternya.” (Wawancara dengan Ratih

Kharisma, Mahasiswa FMIPA asal Wonogiri. Pada tanggal 10 Mei 2014)

(35)

“Yang aku tau sih paling makrab doang kadang suka liat

posternya, selain itu gak tau.” (Wawancara dengan Latifah Nur

Alifiah, Mahasiswa Kebidanan asal Cilacap. Pada tanggal 22 Mei 2014)

Selain itu mereka juga sering mendengarkan cerita dari teman kos mereka yang merupakan anggota Komunitas Jali-Jali.

“Aku tahu Jali-Jali sih dari denger-denger gitu aja terus aku

pernah tahu dari teman. Katanya isinya anak-anak Jakarta semua.”

(Wawancara dengan Ratih Kharisma, Mahasiswa FMIPA asal Wonogiri. Pada tanggal 10 Mei 2014)

“Jali-Jali yang komunitas anak Jakarta itu? Tau kok. Temen kosku

ada yang ikutan, dia sering cerita-cerita gitu.” (Wawancara dengan

Latifah Nur Alifiah, Mahasiswa Kebidanan asal Cilacap. Pada tanggal 22 Mei 2014)

“Iya aku tau Jali-Jali kok, yang anggotanya mahasiswa dari

Jakarta semua. Aku tau dari temen kos ku. Dia suka cerita.”

(Wawancara dengan Novita Permatasari, Mahasiswa FMIPA asal Ungaran. Pada tanggal 23 Mei 2014)

Berdasarkan wawancara diatas, para mahasiswa lokal (out-group) ini hanya mengetahui kegiatan Jali-Jali sebatas Makrab dan Lomba Futsal. Lomba futsal mereka ketahui melalui poster yang terpasang di fakultas masing-masing. Selain itu, mereka mengetahui tentang keberadaan Komunitas Jali-Jali melalui teman kos mereka.

3.2.1 Tanggapan mahasiswa lokal (out-group) tentang Komunitas Jali-Jali

(36)

yang sulit terjalin antara mahasiswa lokal dan anggota Komunitas Jali-Jali adalah karena mereka merasa tidak nyaman dan pandangan

stereotypes satu sama lain juga sangat kuat sehingga mereka seperti

tidak cocok jika mengobrol.

 Cara bicara yang meninggi

Komunitas Jali-Jali suka meninggi jika berkomunikasi dengan mereka (mahasiswa lokal). Mahasiswa lokal yang berhasil diwawancarai oleh peneliti mengakui bahwa beberapa dari Komunitas Jali-Jali suka meninggi jika berbicara dengan mereka. Hal ini yang menyebabkan para mahasiswa lokal menjadi malas untuk mengobrol dengan Komunitas Jali-Jali. Berikut pernyataan Ratih dan Latifah.

“Pernah ngobrol sih sekali-dua kali. Ada temenku juga yang ikutan Jali-Jali soalnya. Menurutku sih, ada beberapa yang biasa aja tapi ada

juga yang agak ninggi ngomongnya. Jadi kadang aku suka males

ngobrol sama mereka.” (Wawancara dengan Ratih Kharisma, Mahasiswa FMIPA asal Wonogiri. Pada tanggal 10 Mei 2014)

“Pernah sih. Tanggapanku sih biasa aja cuma emang mereka kalo

ngomong suka meninggi gitu.” (Wawancara dengan Latifah Nur

Alifiah, Mahasiswa Kebidanan asal Cilacap. Pada tanggal 22 Mei 2014) “Aku sekali dua kali pernah ngobrol sih. Emang kalo ngomong gitu

sih ya, nadanya agak tinggi, jadi kedengerannya kayak sombong gitu.” (Wawancara dengan Novita Permatasari, Mahasiswa FMIPA asal

Ungaran. Pada tanggal 23 Mei 2014)

Perbedaan cara bicara antara mahasiswa lokal dan Jakarta memang berbeda. Mahasiswa Jakarta yang berbicara dengan logat lo-gue sering

(37)

disalah artikan seperti cara bicara yang meninggi. Selain itu, rata-rata mahasiswa Jakarta cenderung berbicara dengan suara yang keras dan sangat berbeda sekali dengan mahasiswa lokal yang cara bicaranya halus.

 Topik pembicaraan yang tidak dimengerti

Dalam setiap topik pembicaraan antara Komunitas Jali-Jali dan mahasiswa lokal (out-group) selalu tidak dimengerti oleh mahasiswa lokal (out-group). Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah satu mahasiswa asal Wonogiri.

“Pas aku ngobrol sama mereka sih sebenernya gak keliatan secara langsung kalo mereka sombong. Terus kadang-kadang topik

pembicaraannya ya yang aku gak ngerti. Soal pergaulan di Jakarta lah. Pokoknya aku gak ngerti jadi aku suka kesel.” (Wawancara

dengan Ratih Kharisma, Mahasiswa FMIPA asal Wonogiri. Pada tanggal 10 Mei 2014)

“Kadang kalo ngobrol sama mereka juga gak ngerti, secara topic

pembicaraannya pasti beda. Kadang dia cerita apa, kita suka gak ngerti jadinya ya gitu. Gak ketemu.” (Wawancara dengan Novita

Permatasari, Mahasiswa FMIPA asal Ungaran. Pada tanggal 23 Mei 2014)

Dari wawancara tersebut, dapat dilihat bahwa topik pembicaraan Komunitas Jali-Jali yang tidak dimengerti oleh mahasiswa lokal menjadikan mahasiswa lokal jarang mengobrol dan kesal dengan Komunitas Jali-Jali.

(38)

commit to user

 Perbedaan gaya hidup

Perbedaan gaya hidup antara mahasiswa lokal dan Jakarta juga terkadang menjadi jurang pemisah antara mereka. Para mahasiswa lokal memandang gaya hidup mahasiswa dari Jakarta memiliki gaya hidup yang mewah yang sulit untuk mereka ikuti. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Latifah, mahasiswa asal Cilacap.

“Iya sih paling kayak gaya mereka gitu. Namanya juga anak Jakarta.

Beda sama orang Jawa. Kalo weekend suka ngajak belanja jalan ke mol, ya pokoknya hedon lah, beda banget sama orang-orang sini.”

(Wawancara dengan Latifah Nur Alifiah, Mahasiswa Kebidanan asal Cilacap. Pada tanggal 22 Mei 2014)

Perbedaan gaya hidup antara mahasiswa lokal dan Jakarta seringkali menimbulkan tanggapan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari Jakarta memiliki gaya hidup yang mewah.

 Tidak tertarik ikut Komunitas Jali-Jali

Para mahasiswa lokal mengakui bahwa mereka tidak ingin ikut serta dalam setiap kegiatan Komunitas Jali-Jali karena mereka merasa bukan mahasiswa yang berasal dari Jakarta. Mereka juga sama sekali tidak mengerti tentang kegiatan Komunitas Jali-Jali. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ratih dan Latifah, mahasiswa asal Wonogiri dan Cilacap.

(39)

kan medok.” (Wawancara dengan Ratih Kharisma, Mahasiswa FMIPA asal Wonogiri. Pada tanggal 10 Mei 2014)

” Gak pengen ikutan kegiatan mereka soalnya bukan orang Jakarta

dan gak ngerti juga.” (Wawancara dengan Latifah Nur Alifiah,

Mahasiswa Kebidanan asal Cilacap. Pada tanggal 22 Mei 2014)

“Aku gak tertarik ikut kegiatan mereka. Gak ngerti juga.” (Wawancara dengan Novita Permatasari, Mahasiswa FMIPA asal Ungaran. Pada tanggal 23 Mei 2014)

Komunitas Jali-Jali merupakan komunitas yang bersifat kedaerahan sehingga para anggotanya pun terbatas hanya yang berasal dari daerah komunitas tersebut. Sehingga mahasiswa-mahasiswa yang bukan berasal dari Jakarta merasa tidak perlu dan tidak ingin bergabung di dalam Komunitas Jali-Jali. Selain karena mereka bukan berasal dari Jakarta, alasan-alasan seperti tidak mengerti kegiatannya, tidak dapat berbaur dengan mahasiswa Jakarta juga menjadi faktor utama mereka enggan bergabung dengan Komunitas Jali-Jali.

C. Kohesivitas dalam Komunitas Jali-Jali

Menurut Collins dan Raven (1964) dalam Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss (2008: 346) Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok Pada kelompok yang memiliki tingkat kohesivitas yang tinggi membuat para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka menjadi mudah melakukan konformitas.

(40)

commit to user

Semakin kohesif sebuah kelompok, semakin mudah anggotanya tunduk pada norma kelompok.

Kelompok yang memiliki tingkat kohesivitas yang tinggi akan membawa anggotanya semakin erat. Namun, kohesivitas yang tinggi juga akan berbahaya karena akan menganggu pengambilan keputusan dalam kelompok karena energi intrinsik anggota berupa persahabatan, gengsi, dan pengakuan harga diri yang terlalu banyak. Pernyataan ini serupa dengan pembahasan sebelumnya tentang komunikasi di dalam Komunitas Jali-Jali. Menurut hasil wawancara dengan para pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali, mereka mengakui bahwa hubungan mereka satu sama lain akrab, keakraban itu dapat diartikan sebagai keeratan di dalam kelompok.

Dalam penelitian terhadap Komunitas Jali-Jali, peneliti akan melihat adanya kohesivitas di dalam Komunitas Jali-Jali dengan cara menilai dari

sense of belonging (rasa memiliki), loyalitas, solidaritas, dan pengambilan

keputusan dalam kelompok.

1. Sense of belonging (rasa memiliki)

Menurut Owen, W. F. (1985) menjelaskan bahwa “rasa kepemilikan” dapat membentuk kohesivitas individu dalam suatu kelompok. “rasa kepemilikan” ini membuat individu menyadari bahwa ia merupakan bagian dari suatu kelompok, dan kelompok merupakan bagian dari individu. Dengan begitu kohesivitas dalam kelompok dapat terbentuk.

(41)

berasal dari Jakarta. Rasa persaudaraan karena sesama perantau juga telah terbangun karena sense of belonging yang kuat. Komunitas Jali-Jali dapat dikatakan sebagai salah satu komunitas kedaerahan di UNS yang memiliki sense of belonging yang kuat. Maka dari itu, tidak heran jika Komunitas Jali-Jali masih eksis hingga sekarang bahkan mendapatkan nominasi sebagai komunitas daerah terbaik di UNS.

1.1 Rasa sebagai sesama perantau dari Jakarta

Komunitas Jali-Jali merupakan Komunitas yang terbetuk atas dasar kesamaan lokalitas, maka dari itu beberapa pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali ini merasa bahwa sense of belonging yang kuat terjalin karena mereka sama-sama mahasiswa yang berasal dari Jakarta.

Identitas budaya sebagai orang Jakarta kemudian memunculkan rasa kekeluargaan antara mereka sebagai sesama orang perantauan. Adanya rasa kepemilikan (sense of belonging) pada kelompok etnis sehingga mereka cenderung berkumpul dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang sama.

 Sesama perantau dari Jakarta

Perasaan memiliki identitas budaya yang sama juga dialami oleh pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali, mereka merasakan ikatan kekeluargaaan karena sama-sama memiliki rasa sebagai

(42)

perantau dari Jakarta. Maka dari itu, sense of belonging di dalam Komunitas Jali-Jali begitu kuat.

“Iya bisa dibilang sense of belonging kita kuat soalnya secara sama-sama dari Jakarta, sama-sama kuliah juga disini.”

(Wawancara dengan Mutiara, Koordinator Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Wah kalo itu (sense of belonging) sih pasti iyalah ya, kita kan ada di dalam komunitas ini juga karena ada perasaan senasip jadi mahasiswa perantau dari Jakarta, jadi pastinya rasa saling

memiliki yang kuat ada.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Iya sense of belonging itu pasti ada karena kan kita aja ikutan Jali-Jali ya alesannya karena ibaratnya solidaritas sama-sama ngerantau dari Jakarta.” (Wawancara dengan Miranti Putri,

anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

Wawancara ini menunjukkan bahwa terciptanya sense of

belonging antara pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali

adalah karena mereka memiliki rasa senasib sebagai mahasiswa yang berasal dari Jakarta. Identitas budaya yang sama sebagai orang Jakarta juga yang mendasari mereka untuk cenderung menetap di dalam Komunitas Jali-Jali.

1.2 Menumbuhkan ikatan persaudaraan

Selain rasa sebagai sesama perantau dari Jakarta, para anggota Komunitas Jali-Jali ini merasakan adanya ikatan persaudaraan yang tumbuh di dalam Komunitas Jali-Jali karena perasaan sesama sebagai perantau. Rasa persaudaraan ini tumbuh karena mereka merasa bahwa

(43)

Komunitas Jali-Jali adalah saudara terdekat mereka selama di Solo. Kegiatan Komunitas Jali-Jali bukan hanya dilaksanakan di Solo, tak jarang mereka mengadakan kegiatan di Jakarta.

 Rasa persaudaraan yang kuat

“Buat aku sih, anak Jali-Jali itu udah kayak sodara aja gitu. Mau

gimanapun mereka sodara terdekat pastinya selama di Solo.” (Wawancara dengan Lytha Haryani, Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Ya gimana ya, rasa persaudaraan mah pasti udah kejalin banget. Sama-sama anak rantau dari Jakarta. Mau sama siapa lagi kalo gak

kumpulnya sama mereka-mereka kan.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Hmmm...Aduh itumah (rasa persaudaraan) pastinya. Apalagi kan

sama-sama di Jali-Jali udah lumayan lama. Kita main juga gak di Solo doang. Kadang-kadang di Jakarta juga main bareng-bareng.” (Wawancara dengan Mutiara, Koordinator Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Ya itusih (rasa persaudaraan) gausah ditanya, namanya ngerasa sama-sama anak rantau gitu, sama-sama dari Jakarta.”

(Wawancara dengan Miranti Putri, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Rasa persaudaraan sama mereka pasti ada lah ya, walaupun gak

sama semuanya. Alasannya sih pastinya karena sama-sama ada di Komunitas Jali-Jali udah lama, belom lagi sama-sama anak rantau. Sering curhat-curhat ya lama-lama jadi kayak sama sodara sendiri.” (Wawancara dengan Dwi Hera, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014)

Komunitas Jali-Jali dibentuk bertujuan untuk menguatkan ikatan kekerabatan dan ikatan persaudaraan antar mahasiswa Jakarta di UNS.

(44)

pada kaum perantauan dari dan di daerah manapun untuk saling bertukar pengalaman dan berbagai alasan primordial lainnya seperti untuk mempererat kekerabatan dan keakraban sesama perantau dari daerah asal yang sama. Sama halnya dengan Komunitas Jali-Jali bahwa ketika pertama kali mendirikan Komunitas Jali-Jali berniat untuk mengumpulkan mahasiswa UNS yang berasal dari Jakarta agar ikatan persaudaraan mereka tidak hilang serta untuk membatasi budaya lain masuk.

Dari hasil wawancara ini, peneliti menemukan bahwa ikatan persaudaraan yang terjalin di dalam Komunitas Jali-Jali disebabkan oleh faktor perasaan sesama perantau. Perasaan sama-sama sebagai orang Jakarta di Solo memberikan rasa aman dan nyaman sebagai pengganti keluarga yang jauh.

2. Loyalitas dalam Kelompok

Pengertian loyalitas berasal dari bahasa inggris 'loyal' yang artinya setia. dan kesetiaan adalah kualitas yang menyebabkan kita tidak menggemingkan dukungan dan pembelaan kita pada sesuatu. Loyalitas adalah kualitas perasaan, dan perasaan tak selalu membutuhkan penjelasan rasional.

Loyalitas anggota terhadap kelompok memiliki makna kesediaan anggota untuk melanggengkan hubungannya dengan kelompok, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa

(45)

mengharapkan apapun. Kesedian anggota untuk mempertahankan diri bergabung dalam kelompok adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen anggota terhadap kelompok. Hal ini dapat diupayakan bila anggota merasakan adanya keamanan dan kepuasan didalam kelompok

tempat ia bergabung.

(http://www.psychologymania.com/2013/04/pengertian-loyalitas.html, diakses pada Minggu, 8 November 2014. Pukul 15:54)

Menurut Vander Zanden (1979), Kohesivitas kelompok dapat diungkap menggunakan skala berdasarkan aspek-aspeknya, yaitu

1. Loyalitas, meliputi perasaan setia dalam kelompok dan tidak ingin meninggalkan kelompok.

2. Solidaritas, meliputi perasaan setia kawan, mendukung dan membantu menyelesaikan masalah anggota lain dan perhatian terhadap masalah anggota lain.

Dalam pembahasan di poin ini, peneliti akan membahas tentang loyalitas terlebih dahulu. Menurut Jurnal Psikologi, Hubungan Antara Kohesivitas Kelompok dengan Komitmen Organisasi Pada Karyawan. “Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi pada karyawan. Hal ini berarti semakin baik atau positif kohesivitas kelompoknya maka akan semakin tinggi komitmen berorganisasinya

(46)

dan sebaliknya, yaitu semakin rendah kohesivitas kelompok maka diasumsikan semakin rendah pula komitmen organisasinya.”

Dalam penelitian ini, komitmen dapat diartikan sebagai loyalitas, organisasi dapat diartikan sebagai komitmen Komunitas Jali-Jali, dan karyawan dapat diartikan sebagai pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali. Berdasarkan jurnal tersebut semakin tinggi kohesivitas di dalam Komunitas Jali-Jali maka semakin tinggi juga loyalitas pengurus maupun anggotanya.

Penelitian seperti ini juga telah dilakukan sebelumnya oleh Mossholder, Bedeian dan Armenakis (Gibson, Ivancevich, Donnely, 2003) bahwa terdapat hubungan antara tingkat kohesivitas kelompok dengan komitmen organisasi. Mereka melakukan penelitian terhadap para perawat, dilaporkan tingkat kohesivitas kelompok berpengaruh positif terhadap komitmen karyawan terhadap organisasi yang digambarkan dengan menurunnya tekanan kerja dan kecenderungan meninggalkan pekerjaan serta meningkatnya prestasi kerja.

2.1 Loyalitas kepada Komunitas Jali-Jali

Selain terciptanya sense of belonging di dalam Komunitas Jali-Jali, loyalitas di dalam kelompok juga menjadi salah satu cara peneliti melihat adanya kohesivitas yang tinggi dalam Komunitas Jali-Jali.

(47)

diidentikkan dengan pengabdian akan seseorang terhadap sebuah lembaga yang mempunyai kesamaan visi dan orientasi untuk meraih tujuan bersama. Meskipun loyalitas memiliki arti yang sangat luas, namun terkadang secara umum loyalitas hanya dilihat dari satu persepektif saja, yakni diidentikkan dengan pengabdian seseorang terhadap suatu kelompok atau lembaga (http://www.slideshare.net/dennibenk/loyalitas diakses Pada Tanggal 02 November 2014, Pukul 15.34).

Dalam poin ini, peneliti akan melihat secara umum, apakah para pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali memiliki loyalitas terhadap kelompoknya. Peneliti melihat adanya loyalitas pengurus maupun anggota terhadap Jali-Jali karena mereka mengakui bahwa rasa loyal terhadap Jali-Jali sudah mereka rasakan sejak pertama kali bergabung dengan Komunitas Jali-Jali. Rasa loyal disini berarti bahwa mereka tidak berniat meninggalkan kelompok karena sudah merasa nyaman dan cocok.

 Tidak berniat meninggalkan Komunitas Jali-Jali

Salah satu ciri bahwa seseorang memiliki rasa loyal terhadap kelompoknya adalah ia tidak akan berniat meninggalkan kelompok apapun yang sedang terjadi didalam kelompoknya. Begitu juga yang dialami oleh para pengurus maupun anggota Komunitas Jali-Jali, mereka sama sekali tidak ada niat untuk meninggalkan kelompoknya. Berikut penuturan mereka.

(48)

“Kalo soal loyal sama Jali-Jali, yaiyalah. Udah enak juga disini, gak ada niatan cabut juga dari Jali-Jali.” (Wawancara dengan

Lytha Haryani, Bendahara Komunitas Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Sebagai ketua tentunya saya loyal sama Jali-Jali. Justru

sebagai ketua saya yang pertama kali harus nunjukkin banget kalo saya loyal sama Jali-Jali. Kalo soal niatan ninggalin Jali-Jali sih

ya gak ada. Biarpun saya udah gak jadi ketua, saya bakal tetep stay

di Jali-Jali.” (Wawancara dengan Irfan Faturahman, Ketua Jali-Jali periode 2014-2015. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Hahaha…gausah ditanya, rasa loyal pastilah. Namanya udah

lumayan lama juga ikutan Jali-Jali, udah kenal sama semuanya, udah enak main sama mereka. Niat buat ninggalin Jali-Jali? Gak

kepikiran tuh.” (Wawancara dengan Mutiara, Koordinator

Fakultas Teknik. Pada tanggal 28 Mei 2014)

“Mungkin sebagai anggota, aku keliatan ya gini-gini aja. Kontribusi juga gak terlalu banyak, tapi kalo ditanya soal loyalitas

ya aku itungannya loyal. Padahal bisa dibilang, aku bukan anak

Jakarta banget gitu, Jakarta pinggiran sebenernya. Tapi dari awal

ikutan udah ngerasa klop mainan sama mereka, cerita-cerita sama mereka jadi ya gak ada niatan buat ninggalin Jali-Jali.”

Wawancara dengan Miranti Putri, anggota Jali-Jali. Pada tanggal 07 Mei 2014)

“Yah soal loyalitas sih gausah dibahas. Gak bakal masih stay

disini (Jali-Jali) kalo aku gak loyal hehe. Gak pengen keluar juga,

udah enak sama semuanya.” (Wawancara dengan Dwi Hera,

anggota Jali-Jali. Pada tanggal 22 Mei 2014)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, seluruh informan yaitu pengurus dan anggota Komunitas Jali-Jali menyatakan rasa loyal terhadap kelompok. Rasa loyal itu mereka tunjukkan dengan tidak ingin meninggalkan kelompok apapun yang terjadi. Selain rasa loyal, para informan ini juga mengatakan bahwa kenyamanan menjadi alasan mereka tidak ingin meninggalkan Komunitas Jali-Jali. Perasaan seperti ini memang wajar terjadi jika kita menemukan kelompok yang memiliki kohesivitas yang tinggi.

(49)

Keakraban yang begitu kuat menumbuhkan perasaan nyaman satu sama lain di dalam kelompok sehingga hal ini yang menyebabkan rasa sense of belonging loyalitas, dan solidaritas perlahan muncul dan menjadikan kohesivitas kelompok tersebut menjadi sangat kuat.

2.2 Loyalitas sebagai pengurus

Loyalitas merupakan hal yang sangat diperlukan oleh sebuah komunitas untuk mempertahankan keberadaannya. Loyalitas erat kaitannya dengan kesetiaan. Seorang anggota yang memiliki loyalitas terhadap komunitasnya memiliki kesadaran pribadi untuk memanfaatkan semua potensi yang ada dalam dirinya demi kemajuan komunitas. Loyalitas juga akan membuat anggotanya akan mengutamakan kepentingan komunitas diatas kepentingan pribadinya baik itu dari segi waktu ataupun lainnya. Loyalitas setengah-setengah akan membuat anggota memberikan kemampuan setengah pula terhadap komunitas yang ditekuninya.

Loyalitas pengurus memegang peranan krusial dalam jalannya organisasi. Tata aturan yang sempurna, program kerja yang brilian, tanpa disertai dengan loyalitas para eksekutornya adalah hal yang sia-sia. Loyalitas yang dimiliki oleh setiap pengurus komunitas juga berpengaruh pada kelanjutan suatu organisasi dalam melaju pada visi dan misi. Jika suatu organisasi sudah melenceng dari jalur

Gambar

Gambar 11. Matriks Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kerangka Berfikir Peneliti Komunikator Pengurus/ Anggota Hijabee Media Supporting Media online Event Morkshop Pengajian Komunikan Pengurus/ Anggota Hijabee Noise Komunitas

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001), Corporate Governance merupakan seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus,

@instanusantaramalang merupakan salah satu akun instagram yang sangat memperhatikan foto-foto yang akan diunggahnya, dikarenakan instanusantara malang adalah salah satu komunitas

Menurut Kamus Fisika, beda potensial adalah perbedaan potensial antara dua titik, yang sama dengan perubahan energi, saat satu satuan muatan positif bergerak dari

Dari jumlah pernyataan atas catatan hasil kesebandingan, jika dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak yang mengakui memiliki transaksi hubungan istimewa sejumlah 2.707 Wajib

Partisipasi anggota dalam mengikuti rapat anggota tahunan yaitu berdasarkan hasil wawancara dengan ketua koperasi, pengurus koperasi dan juga tiga anggota koperasi

75 dibuktikan dari bagaimana suasana nyaman dan adanya kepercayaan di dalam kelompok ini membuat setiap anggota dalam komunitas Akar Tuli terbuka satu sama

Selanjutnya untuk mengetahui keeretan atau derajat hubungan antara Self Esteem variabel X dengan Perilaku konsumtif kompulsif remaja penggemar Hallyu wave anggota Komunitas Hansamo