• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasul analisis dengan MLE menunjukkan bahwa luas lahan berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 5% terhadap produksi frontier kemangi, ceteris paribus. Nilai koefisien regresi 0.364 menunjukkan bahwa perluasan lahan sebesar 1% akan meningkatkan produksi kemangi di daerah penelitian sebesar 0.364%, ceteris paribus. Elastisitas luas lahan pada produksi frontier lebih tinggi dibandingkan dengan elastisitas pada produksi rata-rata, yang berarti bahwa perluasan lahan (ekstensifikasi pertanian) agar dapat meningkatkan produksi kemangi merupakan tindakan yang rasional.

Petani responden di Desa Ciaruteun Ilir memiliki luas lahan yang beragam, mulai dari 0.05 ha hingga 1 ha, namun lahan yang dimiliki oleh petani responden tidak semuanya ditanami kemangi. Bagian dari luas lahan total yang ditanami kemangi oleh petani responden bervariasi, mulai dari 7% hingga 75%, namun secara rata-rata petani responden menanami 40% dari luas lahan total dengan kemangi. Berdasarkan hasil perhitungan, didapat hasil bahwa rata-rata petani anggota kelompoktani menanam kemangi dalam luasan lahan 0.09 ha, sedangkan rata-rata petani non-anggota kelompoktani menanam dalam luasan lahan 0.08 ha, namun hasil Uji T mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan penggunaan luas lahan yang nyata antara petani anggota dengan petani non-anggota (Lampiran 7).

Luas lahan diduga berpengaruh secara nyata terhadap produksi kemangi akibat keadaan tanah di Desa Ciaruteun Ilir yang subur dan cocok untuk ditanami kemangi. Selain itu, kemangi merupakan tanaman yang mudah untuk ditanam, karena telah beradaptasi dengan kondisi agroklimatik daerah setempat. Penelitian- penelitian yang turut memberikan hasil bahwa luas lahan berpengaruh secara nyata terhadap produksi adalah penelitian Adhiana (2005), Apriani (2011), Husyairi (2012), dan Prathama (2012).

90

Efisiensi Produksi Kemangi Efisiensi teknis usahatani kemangi

Efisiensi teknis dianalisis dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier. Usahatani dikatakan efisien secara teknis jika memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 0.7. Berdasarkan hasil analisis, sebanyak 74.19% petani responden telah efisien secara teknis dalam menjalankan usahataninya, sedangkan sisanya (25.81%) masih belum efisien. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden, baik anggota kelompoktani maupun bukan, telah efisien secara teknis dalam menjalankan usahatani kemanginya.

Tabel 13 merupakan tabel yang meringkas sebaran petani responden berdasarkan tingkat efisiensi teknis usahatani kemangi di Desa Ciaruteun Ilir. Dari Tabel 13, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata efisiensi teknis usahatani kemangi pada petani anggota kelompoktani di Desa Ciaruteun Ilir adalah 0.836, sementara nilai rata-rata efisiensi teknis pada petani non-anggota kelompoktani adalah 0.845. Artinya, usahatani kemangi non-anggota kelompoktani lebih efisien secara teknis dibandingkan dengan usahatani kemangi anggota. Nilai efisiensi teknis terkecil pada petani anggota kelompoktani adalah 0.509, sementara nilai efisiensi teknis tertinggi 0.983. Nilai-nilai tersebut lebih rendah dibandingkan nilai efisiensi teknis pada petani non-anggota. Pada petani non-anggota kelompoktani, nilai efisiensi teknis terkecil adalah 0.599, sedangkan nilai tertinggi adalah 0.988. Tabel 13 Sebaran petani responden berdasarkan tingkat efisiensi teknis

usahatani kemangi di Desa Ciaruteun Ilir

Indeks ET petani anggota ET petani non-anggota Jumlah Jumlah relatif (%) Jumlah Jumlah relatif (%)

0.50-0.59 1 5.56 1 7.69 0.60-0.69 4 22.22 2 15.38 0.70-0.79 2 11.11 2 15.38 0.80-0.89 2 11.11 1 7.69 0.90-0.99 9 50.00 7 53.85 Total 18 100.00 13 100.00 Rata-rata 0.836 0.845 Minimum 0.509 0.599 Maksimum 0.983 0.988

Rata-rata petani kemangi responden telah berproduksi efisien secara teknis. Namun, dalam jangka pendek, rata-rata efisiensi teknis usahatani anggota kelompoktani masih dapat ditingkatkan sebesar 14.96%, sedangkan petani anggota yang paling tidak efisien (nilai 0.509) dapat ditingkatkan sebesar 48.18%. Sementara itu, rata-rata petani non-anggota masih dapat meningkatkan efisiensi teknisnya sebesar 14.45%. Petani non-anggota kelompoktani yang paling tidak efisien secara teknis, yaitu yang memiliki nilai 0.599, masih dapat meningkatkan efisiensi teknisnya sebesar 39.33%.

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi melalui efisiensi teknis adalah melalui peningkatan teknologi budidaya kemangi, terutama yang berkaitan dengan

91 faktor-faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi frontier. Dari hasil analisis, produksi kemangi paling responsif terhadap benih; oleh karena itu, penggunaan benih sangat menentukan daun kemangi yang dihasilkan. Penggunaan benih unggul yang cocok dengan agroklimat daerah setempat dapat membantu kualitas maupun kuantitas daun kemangi yang dihasilkan. Namun, permasalahannya adalah belum ada benih kemangi yang telah bersertifikasi dan tersedia di pasar, sehingga petani-petani di Desa Ciaruteun Ilir menggunakan benih yang mereka hasilkan dari musim panen sebelumnya atau benih tanpa-sertifikat yang didapatkan dari sesama petani. Dengan demikian, tak heran jika hasil produksi kemangi responden dapat berbeda-beda antara satu dengan lainnya, baik dari segi kualitas (diameter daun segar dan aroma) maupun kuantitas (jumlah bobot basah daun kemangi). Oleh karena itu, sertifikasi benih menjadi isu yang penting jika ingin meningkatkan produksi kemangi.

Selain melalui intensifikasi pertanian, perluasan lahan dapat menjadi alternatif bagi peningkatan produksi kemangi di Desa Ciaruteun Ilir. Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, rata-rata petani menanam kemanginya pada luasan 0.088 ha. Lahan terluas yang ditanami kemangi adalah 0.3 ha, sedangkan lahan tersempit adalah 0.025 ha. Ini menunjukkan bahwa luasan lahan yang digunakan petani-petani responden di Desa Ciaruteun Ilir masih sangat kecil, karena sebagian besar petani responden adalah petani gurem dengan luasan lahan total kurang dari 0.25 ha. Meskipun demikian, peningkatan produksi dengan cara ekstensifikasi membutuhkan modal yang besar, sehingga tidak semua petani responden mampu melakukannya. Oleh karena itu, penggunaan faktor-faktor produksi non-lahan (seperti benih, pupuk Urea, dan tenaga kerja) secara tepat dan efisien merupakan alternatif yang lebih memungkinkan untuk diupayakan.

Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis Usahatani Kemangi

Variabel yang diduga berpengaruh terhadap fungsi inefisiensi terdiri dari variabel individu petani (umur, pendidikan formal, serta pengalaman berusahatani), variabel kelembagaan (keikutsertaan dalam kelompoktani), serta karakteristik usahatani (status kepemilikan lahan). Tabel 14 merupakan tabel yang meringkas hasil dugaan fungsi inefisiensi teknis usahatani kemangi di Desa Ciaruteun Ilir dengan model stochastic frontier.

Tabel 14 Hasil dugaan fungsi inefisiensi teknis usahatani kemangi di Desa Ciaruteun Ilir dengan model stochastic frontier

Variabel Koefisien t-ratio

Delta 0 0.745 1.847

Umur (z1) -0.031* -1.986

Pendidikan formal (z2) -0.844* -2.232

Pengalaman berusahatani (z3) 0.034** 1.691

Keikutsertaan dalam kelompoktani (D1) 0.658** 1.848

Status kepemilikan lahan (D2) 0.151 0.907

Keterangan: * nyata pada α=5% ** nyata pada α=10%

92

Tabel 14 menunjukkan bahwa hasil regresi fungsi inefisiensi dengan metode Maximum Likelihood dan pada taraf nyata 5%, variabel umur dan pendidikan formal berpengaruh secara signifikan terhadap inefisiensi teknis, sementara variabel pengalaman berusahatani dan keikutsertaan dalam kelompoktani berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi teknis pada taraf nyata 10%. Berikut adalah penjabaran lebih lanjut.

Dokumen terkait