• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari hasil analisis stochastic frontier, variabel status kepemilikan lahan berpengaruh positif terhadap inefisiensi teknis, yang berarti petani non-pemilik lebih efisien secara teknis dalam menjalankan usahatani kemanginya dibandingkan dengan petani yang memiliki lahan pribadi. Hasil ini berbeda dengan hipotesis awal, dimana variabel status kepemilikan lahan diharapkan bernilai negatif, yang berarti bahwa petani pemilik lebih efisien secara teknis dibandingkan dengan petani non-pemilik. Tabel 19 merupakan tabel yang meringkas nilai rata-rata efisiensi teknis petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan.

Tabel 19 Nilai rata-rata tingkat efisiensi teknis petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan di Desa Ciaruteun Ilir

Kategori status kepemilikan lahan

Jumlah Jumlah relatif (%)

Rata-rata tingkat efisiensi teknis

Milik pribadi 12 38.71 0.834

Bukan milik pribadi 19 61.29 0.849

Berdasarkan Tabel 19, nilai rata-rata tingkat efisiensi teknis petani yang memiliki lahan pribadi adalah 0.834, sementara petani non-pemilik memiliki rata- rata tingkat efisiensi teknis sebesar 0.849. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa petani non-pemilik lebih efisien secara teknis dalam menjalankan usahatani kemanginya, sekalipun perbedaannya tidak terlalu besar. Perbedaan yang tidak terlalu besar ini menyebabkan nilai t-ratio menjadi kecil, sehingga variabel status kepemilikan lahan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efisiensi teknis kemangi baik pada taraf 5% maupun 10%. Meskipun demikian, petani pemilik masih dapat meningkatkan efisiensi teknis agar dapat menyamai rata-rata tingkat efisiensi teknis petani non-pemilik sebesar 1.82%.

Sebaran nilai efisiensi teknis berdasarkan status kepemilikan lahan dapat digambarkan seperti pada Lampiran 12. Titik-titik berwarna biru merupakan titik yang mewakili nilai efisiensi teknis pada petani dengan lahan milik pribadi, sementara titik-titik berwarna merah mewakili nilai efisiensi teknis pada petani dengan lahan bukan milik pribadi. Pada Lampiran 12, terlihat bahwa petani dengan lahan bukan milik pribadi memiliki garis linear yang berada sedikit di atas garis linear petani dengan lahan milik pribadi.

Nilai rata-rata efisiensi teknis pada petani non-pemilik yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani pemilik dapat terjadi karena petani non-pemilik merasa harus mengeksploitasi lahan yang disewa akibat adanya biaya sewa lahan yang harus ditanggung. Tuntutan biaya ini menyebabkan petani non-pemilik cenderung berusaha lebih keras agar tercapai produktivitas yang tinggi serta lebih cermat dalam penggunaan faktor-faktor produksi, sehingga usahatani yang dijalankan lebih efisien secara teknis. Penelitian-penelitian yang mendukung hal ini adalah penelitian Apriani (2011) dan Khotimah (2010).

97 Efisiensi Alokatif dan Ekonomis

Efisiensi ekonomis dan alokatif pada penelitian ini menggunakan fungsi biaya dual frontier yang diturunkan dari model dugaan fungsi produksi stochastic frontier. Tabel 20 merupakan tabel yang meringkas harga rata-rata input yang berlaku di Desa Ciaruteun Ilir tahun 2012-2013.

Tabel 20 Harga rata-rata input yang berlaku di Desa Ciaruteun Ilir (2012-2013)

Input Satuan Harga rata-rata

Benih (x1) Rp/kg 82 526.88

Pupuk kandang (x2) Rp/ton 140 322.6

Pupuk Urea (x3) Rp/kg 2 460.71

Pupuk Phonska (x4) Rp/kg 2 925

Herbisida Bravoxone (x5) Rp/liter 16 044.12

Tenaga kerja (x6) Rp/HOK 40 268.82

Lahan (x7) Rp/ha 630 643.3

Dari Tabel 20, dapat diketahui bahwa biaya termahal dari usahatani kemangi di Desa Ciaruteun Ilir adalah biaya sewa lahan. Menurut Badan Pertanahan Nasional, Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah transaksi jual-beli serta nilai transaksi tertinggi di Indonesia pada tahun 2011 hingga 2013, yaitu sebesar 441.450 bidang tanah dengan nilai 505.8 triliun rupiah6. Kenaikan akan kebutuhan tanah di daerah Jawa Barat, khususnya daerah-daerah yang dekat dengan pusat pemerintahan (seperti Bogor, Depok, dan Bekasi), membuat harga tanah pada daerah-daerah tersebut menjadi turut meningkat. Hal ini kemudian diperparah oleh maraknya konversi lahan pertanian ke sektor lain seperti pembangunan perumahan, pusat perdagangan, pusat hiburan, dan wahana wisata. Oleh karena itu, tak heran jika harga sewa lahan merupakan biaya tertinggi yang harus ditanggung petani kemangi di Ciaruteun Ilir.

Sebaran nilai efisiensi alokatif dan ekonomis usahatani kemangi di Desa Ciaruteun Ilir disajikan pada Tabel 21. Dari Tabel 21, dapat diketahui bahwa sebaran nilai efisiensi alokatif pada petani anggota kelompoktani berada pada kisaran 0.179 hingga 0.539, dengan nilai rata-rata sebesar 0.314. Rata-rata petani anggota kelompoktani di Desa Ciaruteun Ilir dapat menghemat biaya sebesar 41.73%, sementara petani yang paling tidak efisien dapat menghemat biaya hingga 66.9%.

6

[Badan Pertanahan Nasional]. 2013. Jumlah Transaksi Jual-Beli Per Provinsi Tahun 2011- 2013 [internet]. (diunduh pada 16 Juni 2014). Tersedia pada:

98

Tabel 21 Sebaran petani responden berdasarkan tingkat efisiensi alokatif dan ekonomis usahatani kemangi di Desa Ciaruteun Ilir

Selang efisiensi

Anggota kelompoktani Non-anggota kelompoktani Efisiensi alokatif Efisiensi

ekonomis

Efisiensi alokatif Efisiensi ekonomis Jumlah Jumlah relatif (%) Jumlah Jumlah relatif (%) Jumlah Jumlah relatif (%) Jumlah Jumlah relatif (%) 0.10-0.19 1 5.56 4 22.22 0 0.00 1 7.69 0.20-0.29 8 44.44 9 50.00 2 15.38 5 38.46 0.30-0.39 5 27.78 4 22.22 8 61.54 6 46.15 0.40-0.49 3 16.67 1 5.56 2 15.38 0 0.00 0.50-0.59 1 5.56 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.60-0.69 0 0.00 0 0.00 1 7.69 1 7.69 Total 18 100.00 18 100.00 13 100.00 13 100.00 Rata-rata 0.314 0.256 0.371 0.314 Min. 0.179 0.164 0.259 0.191 Maks. 0.539 0.428 0.661 0.653

Sementara itu, nilai efisiensi alokatif pada usahatani kemangi petani bukan anggota kelompoktani berkisar antara 0.259 hingga 0.661. Rentang nilai ini lebih tinggi dibandingkan rentang nilai pada sebaran efisiensi alokatif pada petani anggota. Nilai rata-rata efisiensi alokatif pada usahatani petani non-anggota adalah 0.371, sedikit lebih tinggi daripada usahatani petani anggota kelompoktani. Petani non-anggota kelompoktani yang paling tidak efisien (0.259) masih dapat menghemat biaya hingga 60.86%, sementara rata-rata petani dapat menghemat sekitar 43.88%.

Gabungan dari efisiensi teknis dan efisiensi alokatif akan menghasilkan efisiensi ekonomis. Rendahnya efisiensi alokatif membuat tidak ada seorang responden pun yang usahataninya telah efisien secara ekonomis. Pada Tabel 21, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata efisiensi ekonomis usahatani kemangi petani anggota kelompoktani di Desa Ciaruteun Ilir adalah 0.256, dengan sebaran nilai efisiensi ekonomis yang berkisar antara 0.164 hingga 0.428. Oleh karena itu, rata- rata petani anggota kelompoktani dapat menghemat biaya hingga 40.14%, sementara petani anggota yang paling tidak efisien dapat menghemat biaya hingga 61.58%. Nilai rata-rata efisiensi ekonomis pada petani non-anggota kelompok sedikit lebih tinggi, yaitu 0.314, dengan sebaran nilai yang berkisar antara 0.191 hingga 0.653.

Tidak ada seorang responden pun (baik anggota kelompoktani maupun bukan) yang telah efisien secara alokatif dan ekonomis, yang ditunjukkan oleh nilai efisiensi alokatif dan ekonomis lebih besar atau sama dengan 0.7. Hal ini merupakan indikasi bahwa petani kemangi di Desa Ciaruteun Ilir belum dapat mencapai keuntungan yang paling maksimum akibat adanya inefisiensi biaya. Kasus tingginya nilai efisiensi teknis, namun rendahnya nilai efisiensi alokatif dan ekonomis bukan hal baru pada usahatani hortikultura di Indonesia. Beberapa penelitian komoditas hortikultura yang memberikan hasil serupa adalah penelitian Kurniawan (2008), Husyairi (2012), dan Tinaprilla (2012).

99 Gambar 23 merupakan diagram yang menggambarkan sebaran efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis dari petani responden dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier di Desa Ciaruteun Ilir. Dari Gambar 23 serta penjabaran sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa nilai efisiensi teknis yang tinggi belum tentu akan membuat nilai efisiensi ekonomis juga tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan masalah inefisiensi biaya lebih penting daripada inefisiensi teknis dalam upaya peningkatan efisiensi ekonomis. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas harus diimbangi dengan kemampuan petani dalam meminimumkan biaya produksi, sehingga keuntungan yang maksimum dapat dicapai.

Gambar 23 Sebaran efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis petani responden dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier di Desa Ciaruteun Ilir

Salah satu cara yang dapat dilakukan petani agar dapat meningkatkan efisiensi alokatif adalah dengan menurunkan penggunaan herbisida Bravoxone. Penurunan penggunaan herbisida Bravoxone sebesar 50% ternyata mampu meningkatkan rata-rata nilai efisiensi teknis sebesar 0.12%, dari semula 0.839 menjadi 0.840. Bahkan, nilai efisiensi alokatif turut mengalami kenaikan, dari semula 0.338 menjadi 0.350, atau sekitar 3.55%. Hal ini berarti terjadi penghematan sebesar 3.55%. Sebagai akibatnya, nilai efisiensi ekonomis pun mengalami kenaikan. Rata-rata nilai efisiensi ekonomis naik dari 0.281 menjadi 0.291, atau naik 3.56%. Ini membuktikan bahwa alokasi penggunaan input yang tepat dapat meningkatkan efisiensi ekonomis, melalui penghematan biaya yang dapat dilakukan petani. Meskipun demikian, penurunan penggunaan herbisida Bravoxone sebesar 50% bukanlah kondisi optimum penggunaan input, karena keuntungan optimum baru dapat tercapai bila NPM = Px/Py. Namun, angka-angka

yang didapatkan biasanya tidak realistis, dikarenakan sifat dan kekurangan pada fungsi Cobb-Douglas (Kurniawan 2008). Tabel 22 merupakan tabel yang meringkas sebaran nilai efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis petani kemangi responden setelah penurunan penggunaan herbisida Bravoxone sebesar 50%.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0.0-0.1 0.1-0.2 0.2-0.3 0.3-0.4 0.4-0.5 0.5-0.6 0.6-0.7 0.7-0.8 0.8-0.9 0.9-1.0 TE AE EE

100

Tabel 22 Sebaran petani responden berdasarkan tingkat efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomis usahatani kemangi di Desa Ciaruteun Ilir setelah penurunan penggunaan herbisida Bravoxone

Selang efisiensi

Efisiensi Teknis Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomis Petani anggota Petani non- anggota Petani anggota Petani non- anggota Petani anggota Petani non- anggota n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) 0.10-0.19 0 0.00 0 0.00 1 5.56 0 0.00 4 22.22 1 7.69 0.20-0.29 0 0.00 0 0.00 8 44.44 2 15.38 9 50.00 5 38.46 0.30-0.39 0 0.00 0 0.00 5 27.78 6 46.15 4 22.22 6 46.15 0.40-0.49 0 0.00 0 0.00 3 16.67 4 30.77 1 5.56 0 0.00 0.50-0.59 1 5.56 1 7.69 1 5.56 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.60-0.69 4 22.22 2 15.38 0 0.00 1 7.69 0 0.00 1 7.69 0.70-0.79 2 11.11 2 15.38 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.80-0.89 2 11.11 1 7.69 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.90-0.99 9 50.00 7 53.85 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Total 18 100.0 13 100.0 18 100.0 13 100.0 18 100.0 13 100.0 Rata-rata 0.837 0.845 0.326 0.384 0.266 0.326 Min. 0.509 0.590 0.186 0.273 0.166 0.197 Maks. 0.983 0.988 0.555 0.677 0.446 0.669

Selain penggunaan faktor produksi yang belum optimum, nilai efisiensi alokatif yang rendah dapat disebabkan oleh ketidaksempurnaan informasi harga, baik harga input maupun harga output. Ketidaksempurnaan informasi harga ini lazim ditemui khususnya pada sektor pertanian, sehingga harga rata-rata yang didapatkan menjadi overestimated atau underestimated. Oleh karena itu, terjadi keragaman harga input dan output yang tidak dapat diwakili oleh harga rata-rata semata.

Untuk meningkatkan efisiensi ekonomis usahatani kemangi melalui peningkatan efisiensi alokatif, diperlukan bantuan dari pemerintah berupa dukungan kebijakan harga input yang memihak petani. Penurunan harga input, misalnya melalui kebijakan pupuk bersubsidi, dapat menghemat biaya produksi sehingga efisiensi alokatif menjadi lebih tinggi. Sebagai akibatnya, petani mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selain itu, melalui kelompoktani yang mampu menjalankan peranannya dengan baik, petani dapat meningkatkan posisi tawar sehingga dapat memainkan harga output, serta menekan biaya produksi akibat keuntungan yang didapat dari skala ekonomis. Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus dari pemerintah untuk dapat meningkatkan peranan kelompoktani terhadap usahatani di pedesaan, sehingga efisiensi ekonomis dapat tercapai.

101

7

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Ditinjau dari aspek manajemen, Kelompoktani Mekar Tani belum dapat menjalankan perannya, baik sebagai wahana belajar-mengajar, wahana kerjasama, maupun sebagai kesatuan unit produksi, dengan baik.

2. Usahatani kemangi di Ciaruteun Ilir telah efisien secara teknis, namun belum efisien secara alokatif maupun ekonomis. Sumber-sumber inefisiensi yang berpengaruh secara nyata terhadap inefisiensi teknis adalah umur petani dan tingkat pendidikan formal, sedangkan keikutsertaan dalam kelompoktani tidak berpengaruh secara nyata terhadap efisiensi produksi. Saran

1. Berdasarkan analisis fungsi produksi kemangi yang telah dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir, maka agar produksi kemangi meningkat, disarankan penggunaan input berupa benih, pupuk Urea, dan tenaga kerja untuk ditingkatkan. Sementara itu, penggunaan faktor-faktor produksi lain yang pada hasil analisis ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi (pupuk kandang, pupuk Phonska dan herbisida Bravoxone) membutuhkan kajian yang lebih mendalam, khususnya dari sisi teknis budidaya.

2. Nilai efisiensi alokatif dan ekonomis yang masih rendah menandakan bahwa usahatani kemangi di Desa Ciaruteun Ilir belum dapat mencapai keuntungan maksimum akibat inefisiensi biaya yang tinggi. Hal ini diduga diakibatkan adanya informasi pasar yang tidak sempurna serta kurang berperannya kelompoktani di desa tersebut. Oleh karena itu, diperlukan strategi serta dukungan dari pemerintah berupa kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran agar kelompoktani dapat menjalankan perannya dengan baik. 3. Penelitian-penelitian terkait tanaman indigenous di Indonesia, khususnya

Jawa Barat, belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan pengkajian lebih lanjut, khususnya dari sisi ekonomi, usahatani- usahatani tanaman indigenous seperti leuncah, labu siam, paria, koro roay, gambas, kenikir, katuk, dan sebagainya.

102

Dokumen terkait