• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROKOK KRETEK 6.1. Hasil Estimasi Model

6.1.8. Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok Kretek

Hasil estimasi persamaan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek dengan bantuan software SAS 9.0 for Windows secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6. Adapun secara ringkas dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok Kretek Variabel Parameter Estimasi Pr > |t| Elastisitas Keterangan SR LR Intercept 20 321.6800 0.2792 Intercept

HTDK -0.5269 0.2305 -0.1323 -0.4712 harga riil tembakau di tingkat konsumen (000 Rp/ton)

HRK 75.5479 0.2611 0.1183 0.4210 harga riil rokok kretek di tingkat produsen (Rp/batang)

HC -0.2442 0.0571 -0.0580 -0.2064 harga riil cengkeh (000 Rp/ton) T 1 907.8580 0.0746 0.1869 0.6656 tingkat teknologi

LDTORK 0.7191 0.0037 lag permintaan permintaan

tembakau oleh industri rokok kretek (ton)

R-Square 0.8845 Pr > F <.0001 Dh tidak terdefinisi Sumber: Data, diolah (2013)

Koefisien determinasi (R2) yang didapat dari persamaan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek adalah sebesar 0.88. Adapun artinya adalah variabel-variabel di dalam persamaan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek secara bersama-sama mampu menjelaskan keragaman permintaan tembakau oleh

73 industri rokok kretek sebesar 88 persen, sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan.

Berdasarkan tabel 11, variabel yang berpengaruh nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel harga riil cengkeh, tingkat teknologi dan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek pada tahun sebelumnya. Variabel yang tidak berpengaruh secara nyata adalah harga riil tembakau di tingkat konsumen dan harga riil rokok kretek di tingkat produsen. Hal ini disebabkan karena dengan tingkat biaya yang dikeluarkan sebuah perusahaan rokok kretek untuk membeli tembakau selama kurun waktu penelitian, perusahaan rokok kretek tersebut masih mendapatkan keuntungan. Hal ini disebabkan konsumsi rokok kretek yang selalu mendekati penawaran rokok kretek sehingga perusahaan rokok kretek selalu untung karena hampir seluruh produknya diserap pasar (Tjahjapriadi dan Indarto, 2003).

Variabel harga riil cengkeh berpengaruh secara negatif dengan koefisien sebesar 0.24. Adapun artinya adalah apabila terjadi perubahan harga riil cengkeh sebesar Rp 1 000 per ton, cateris paribus, maka akan terjadi perubahan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek sebesar 0.24 ton berlawanan arah dengan laju perubahan harga riil cengkeh. Ditinjau dari elastisitasnya, variabel harga riil cengkeh berpengaruh secara inelastis baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini membuktikan bahwa permintaan tembakau oleh industri rokok kretek relatif lambat dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi sesuai dengan berpengaruhnya variabel permintaan tembakau oleh industri rokok kretek pada tahun sebelumnya.

74 6.1.9. Permintaan Tembakau Total

Pada penelitian ini, persamaan permintaan tembakau total merupakan persamaan identitas yang terdiri dari variabel permintaan tembakau oleh industri rokok kretek dan permintaan tembakau oleh perusahaan lain. Permintaan tembakau total merupakan penjumlahan dari permintaan tembakau oleh industri rokok kretek dan permintaan tembakau oleh industri lain. Secara matematis, persamaan tembakau total dapat dirumuskan sebagai berikut:

DTTt = DTORKt + DTOPLt dimana:

DTTt = permintaan tembakau total pada tahun ke t (ton) DTORKt = permintaan tembakau oleh industri rokok kretek pada

tahun ke t (ton)

DTOPLt = permintaan tembakau oleh industri lain pada tahun ke t (ton)

Berdasarkan persamaan tersebut dapat kita simpulkan bahwa apabila terjadi peningkatan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek, cateris paribus, maka permintaan tembakau total akan mengalami peningkatan dan berlaku pula sebaliknya apabila terjadi penurunan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek, cateris paribus, maka akan terjadi penurunan permintaan tembakau total. 6.1.10.Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani

Hasil estimasi persamaan harga riil tembakau di tingkat petani dengan bantuan software SAS 9.0 for Windows secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6. Koefisien determinasi (R2) yang didapat dari persamaan harga riil tembakau di tingkat petani adalah sebesar 0.97. Adapun artinya adalah bahwa

75 variabel-variabel pada persamaan harga riil tembakau di tingkat petani secara bersama-sama mempengaruhi keragaman harga riil tembakau di tingkat petani sebesar 97 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan harga riil tembakau di tingkat petani. Secara ringkas hasil estimasi persamaan harga riil tembakau di tingkat petani dapat dilihat pada tabel 12 berikut:

Tabel 12. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani Variabel Parameter

Estimasi

Pr > |t| Elastisitas Keterangan

SR LR

Intercept -7 746.4200 0.0035 Intercept

LPTD -0.0213 0.1956 -0.3166 -0.6364 lag produksi tembakau domestik (ton)

LDTT 0.0224 0.1636 0.3277 0.6588 lag permintaan tembakau total (ton)

HTDK 0.4754 0.0001 1.2660 2.5449 harga riil tembakau di tingkat konsumen (000 Rp/ton)

LHTDP 0.5025 0.0003 lag harga riil tembakau di tingkat petani (000 Rp/ton)

R-Square 0.9764 Pr > F <.0001 Dh 2.2335

Sumber: Data, diolah (2013)

Berdasarkan tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh secara nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel harga riil tembakau di tingkat konsumen dan variabel harga riil tembakau di tingkat petani pada tahun sebelumnya. Variabel yang tidak berpengaruh secara nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel produksi tembakau domestik pada tahun sebelumnya dan permintaan tembakau total pada tahun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Kosen (2012), bahwa penentuan harga riil tembakau di tingkat petani dilakukan oleh grader sehingga petani tidak memiliki daya tawar untuk menentukan harga jual tembakaunya. Selain itu, salah satu asumsi yang merusak asumsi pasar persaingan sempurna adalah campur tangan pemerintah (Perloff, 2008). Campur tangan pemerintah dalam penentuan tarif cukai rokok secara tidak langsung mempengaruhi komoditas tembakau sehingga permintaan dan

76 penawaran tembakau tidak berpengaruh terhadap harga riil tembakau di tingkat petani seperti pada asumsi pasar persaingan sempurna.

Variabel harga riil tembakau di tingkat konsumen berpengaruh secara positif dengan koefisien 0.48. Adapun artinya adalah bahwa apabila terjadi perubahan harga riil tembakau di tingkat konsumen sebesar Rp 1 000 per ton, cateris paribus, maka akan terjadi perubahan harga riil tembakau di tingkat petani

sebesar Rp 480 per ton searah dengan laju perubahan harga riil tembakau di tingkat konsumen. Hal ini disebabkan karena dalam penentuan grade dan harga masing-masing grade, seorang grader yang rasional akan mempertimbangkan

harga jual tembakau tersebut. Ditinjau dari elastisitas, variabel harga riil tembakau di tingkat konsumen berpengaruh secara elastis dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

6.1.11.Harga Riil Tembakau di Tingkat Konsumen

Hasil estimasi persamaan harga riil tembakau di tingkat konsumen dengan bantuan software SAS 9.0 for Windows dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 6. Adapun secara sederhana dapat dilihat pada tabel 13 berikut:

Tabel 13. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Tembakau di Tingkat Konsumen Variabel Parameter Estimasi Pr > |t| Elastisitas Keterangan SR LR Intercept -981.9580 0.3980 Intercept

LST -0.0179 0.2570 -0.1016 -2.4095 lag penawaran tembakau (ton) LDTT 0.0386 0.0921 0.2122 5.0304 lag permintaan tembakau total (ton) LHTDK 0.9578 <.0001 lag harga riil tembakau di tingkat

konsumen (000 Rp/ton)

R-Square 0.8942 Pr > F <.0001 Dh 0.0824

Sumber: Data, diolah (2013)

Nilai koefisien determinasi (R2) yang didapat dari persamaan harga riil tembakau di tingkat konsumen adalah sebesar 0.89. Adapun artinya adalah bahwa variabel-variabel di dalam persamaan harga riil tembakau di tingkat konsumen secara

77 bersama-sama mampu menjelaskan keragaman harga riil tembakau di tingkat kosumen sebesar 89 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan.

Dari tabel 13, dapat diketahu bahwa variabel yang berpengaruh secara nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel permintaan tembakau total pada tahun sebelumnya dan harga riil tembakau di tingkat konsumen pada tahun sebelumnya. Variabel yang tidak berpengaruh secara nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel penawaran tembakau pada tahun sebelumnya. Adapun hal ini sesuai dengan asumsi bahwa pasar persaingan sempurna pada komoditas tembakau dirusak oleh adanya penetapan tarif cukai rokok sehingga harga komoditas tembakau bukan lagi didasarkan pada perpotongan kurva penawaran dan permintaan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa konsumen tembakau atau perusahaan rokok memiliki daya tawar yang lebih tinggi dari tengkulak ataupun grader sebagai penyedia tembakau.

Variabel permintaan tembakau total pada tahun sebelumnya berpengaruh secara positif dengan nilai koefisien sebesar 0.04. Adapun artinya adalah apabila terjadi perubahan permintaan tembakau total pada tahun sebelumnya sebesar satu ton, cateris paribus, maka akan terjadi perubahan harga riil tembakau di tingkat

konsumen sebesar Rp 40 rupiah per ton searah dengan laju perubahan permintaan tembakau total pada tahun sebelumnya. Ditinjau dari elastisitas, variabel permintaan tembakau total pada tahun sebelumnya berpengaruh secara inelastis pada jangka pendek dan kemudian menjadi elastis pada jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa harga riil tembakau di tingkat konsumen cenderung lambat dalam menyesuaikan diri dengan perubahan ekonomi yang terjadi. Hal ini

78 didukung dengan berpengaruhnya variabel harga riil tembakau pada tahun sebelumnya.

6.1.12.Produksi Rokok Kretek

Hasil estimasi persamaan produksi rokok kretek secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6. Adapun secara ringkas dapat dilihat pada tabel 14 berikut: Tabel 14. Hasil Estimasi Persamaan Produksi Rokok Kretek

Variabel Parameter Estimasi

Pr > |t| Elastisitas Keterangan

SR LR

Intercept 31 249.6000 0.3257 Intercept

HRK 128.3749 0.2710 0.1206 0.3900 harga riil rokok kretek di tingkat produsen (Rp/batang)

HEXRK 115.0366 0.2286 0.0902 0.2918 harga riil ekspor rokok kretek (Rp/batang)

HTDK -0.5996 0.3243 -0.0904 -0.2923 harga riil tembakau di tingkat konsumen (000 Rp/ton) HC -0.4713 0.0593 -0.0671 -0.2172 harga riil cengkeh (000 Rp/ton) LTB -218.0930 0.4429 -0.0198 -0.0641 lag tingkat suku bunga (%) T 2 100.5650 0.2196 0.1235 0.3995 tingkat teknologi

LPRK 0.6908 0.0085 lag produksi rokok kretek (juta batang)

R-Square 0.8896 Pr > F <.0001 Dh tidak terdefinisi Sumber: Data, diolah (2013)

Dari hasil estimasi persamaan produksi rokok kretek didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.89. Adapun artinya adalah bahwa variabel-variabel di dalam persamaan produksi rokok kretek secara bersama-sama mampu menjelaskan keragaman produksi rokok kretek sebesar 89 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabellain di luar persamaan.

Berdasarkan tabel 14, variabel yang berpengaruh secara nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel harga riil cengkeh dan produksi rokok kretek pada tahun sebelumnya. Variabel yang tidak berpengaruh secara nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel harga riil rokok kretek di tingkat produsen, harga riil ekspor rokok kretek, harga riil tembakau di tingkat konsumen, tingkat suku bunga pada tahun sebelumnya dan tingkat teknologi. Variabel harga riil rokok kretek di tingkat

79 produsen, harga riil ekspor rokok kretek dan harga riil tembakau di tingkat konsumen tidak berpengaruh karena seperti dijelaskan pada pembahasan hasil estimasi persamaan permintaan tembakau oleh industri rokok kretek, pada tingkat harga yang ada pada rentang waktu penelitian, perusahaan rokok kretek masih mendapatkan keuntungan.

Variabel harga riil cengkeh berpengaruh secara negatif dengan nilai koefisien 0.47. Adapun artinya adalah apabila terjadi perubahan harga riil cengkeh sebesar Rp 1 000 per ton, cateris paribus, maka akan terjadi perubahan produksi rokok kretek sebesar 470 ribu batang searah dengan laju perubahan harga riil cengkeh. Ditinjau dari elastisitas, variabel harga riil cengkeh berpengaruh secara inelastis baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini sesuai dengan berpengaruhnya produksi rokok kretek pada tahun sebelumnya. Berpengaruhnya produksi rokok kretek pada tahun sebelumnya mengindikasikan bahwa produksi rokok kretek cenderung lambat dalam merespon perubahan-perubahan ekonomi yang terjadi.

6.1.13.Total Ekspor Rokok Kretek

Hasil estimasi persamaan total ekspor rokok kretek dengan bantuan software SAS 9.0 for Windons secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6. Dari

persamaan total ekspor rokok kretek didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.82. Adapun artinya adalah bahwa variabel-variabel di dalam persamaan total ekspor rokok kretek secara bersama-sama mampu mempengaruhi total ekspor rokok kretek sebesar 82 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabellain di luar persamaan total ekspor rokok kretek. Secara sederhana, hasil estimasi persamaan total ekspor rokok kretek dapat dilihat pada tabel 15 berikut:

80 Tabel 15. Hasil Estimasi Persamaan Total Ekspor Rokok Kretek

Variabel Parameter Estimasi

Pr > |t| Elastisitas Keterangan

SR LR

Intercept 765.6327 0.0951 Intercept

HEXRK 2.6071 0.1244 0.3421 0.8976 harga riil ekspor rokok kretek (Rp/batang)

LHRK -3.8647 0.0974 -0.6074 -1.5939 lag harga rokok kretek di tingkat produsen (Rp/batang)

LTEXRK 0.6189 0.0118 lag total ekspor rokok kretek (juta batang)

R-Square 0.8208 Pr > F <.0001 Dh tidak terdefinisi Sumber: Data, diolah (2013)

Berdasarkan tabel 15 di atas, dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh secara nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel harga riil ekspor rokok kretek, harga rokok kretek di tingkat produsen pada tahun sebelumnya dan total ekspor rokok kretek pada tahun sebelumnya. Pada persamaan total ekspor rokok kretek ini, tidak ada variabel yang tidak berpengaruh secara nyata pada taraf α 15 persen. Hal ini sesuai dengan hasil uji statistik-F yang menunjukkan bahwa variabel-variabel di dalam persamaan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel total ekspor rokok kretek secara signifikan pada taraf α 15 persen.

Variabel harga riil ekspor rokok kretek berpengaruh secara positif dengan besaran koefisien 2.6. Adapun artinya adalah bahwa apabila terjadi perubahan harga riil ekspor rokok kretek sebesar Rp 1 per batang, cateris paribus, maka akan terjadi perubahan total ekspor tembakau sebesar 2.6 juta batang searah dengan perubahan harga riil ekspor rokok kretek. Ditinjau dari sisi elastisitas, variabel harga riil ekspor rokok kretek berpengaruh secara inelastis pada jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini membuktikan bahwa total ekspor rokok kretek relatif lambat dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Hal ini ditunjukkan pula oleh berpengaruhnya variabel total ekspor tembakau pada tahun sebelumnya.

81 Harga riil rokok kretek di tingkat produsen pada tahun sebelumnya berpengaruh secara negatif terhadap total ekspor rokok kretek dengan besaran koefisien 3.86. Adapun artinya adalah apabila terjadi perubahan harga riil rokok kretek di tingkat produsen pada tahun sebelumnya sebesar Rp 1 per batang, cateris paribus, maka total ekspor tembakau akan berubah sebesar 3.86 juta

batang berlawanan arah dengan laju perubahan harga riil rokok kretek di tingkat produsen pada tahun sebelumnya. Adapun apabila ditinjau dari sisi elastisitas, variabel harga riil rokok kretek di tingkat produsen pada tahun sebelumnya berpengaruh secara inelastis untuk jangka pendek dan elastis untuk jangka panjang. Hal ini disebabkan karena total ekspor tembakau memerlukan waktu untuk menyesuaikan perubahan-perubahan ekonomi yang terjadi.

6.1.14.Penawaran Rokok Kretek

Pada penelitian ini, persamaan penawaran rokok kretek merupakan persamaan identitas yang terdiri dari variabel produksi rokok kretek dan total ekspor rokok kretek. Secara ringkas penawaran rokok kretek adalah produksi rokok kretek dikurangi total ekspor rokok kretek. Adapun secara matematis persamaan penawaran rokok kretek dapat dirumuskan sebagai berikut:

SRKt = PRKt – TEXRKt dimana:

SRKt = penawaran rokok kretek pada tahun ke t (juta batang) PRKt = produksi rokok kretek pada tahun ke t (juta batang) TEXRKt = total ekspor rokok kretek pada tahun ke t (juta batang)

Dari persamaan tersebut dapat kita simpulkan bahwa produksi rokok kretek berpengaruh secara positif terhadap penawaran rokok kretek. Adapun artinya

82 adalah apabila terjadi peningkatan produksi rokok kretek, cateris paribus, maka penawaran rokok kretek juga akan meningkat berlaku pula sebaliknya. Variabel total ekspor rokok kretek berpengaruh secara negatif, artinya apabila terjadi peningkatan ekspor rokok kretek, cateris paribus, maka akan terjadi pula penurunan penawaran tembakau dan sebaliknya.

6.1.15.Permintaan Rokok Kretek

Hasil estimasi persamaan permintaan rokok kretek dengan bantuan software SAS 9.0 for Windows secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6.

Adapun secara sederhana, dapat dilihat pada tabel 16 berikut: Tabel 16. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Rokok Kretek

Variabel Parameter Estimasi

Pr > |t| Elastisitas Keterangan

SR LR

Intercept 65 845.3000 0.2081 Intercept

HCRK -462.7850 0.0021 -0.6458 -1.5083 harga riil rokok kretek di tingkat konsumen (Rp/batang)

JP 0.8492 0.1405 0.5485 1.2810 jumlah penduduk dewasa (000 jiwa)

PP 4.1349 0.0266 0.1870 0.4369 pendapatan per kapita masyarakat (000 Rp/kapita/tahun)

LDRK 0.5719 0.0005 lag permintaan rokok kretek (juta batang)

R-Square 0.8236 Pr > F <.0001 Dh 0.1636

Sumber: Data, diolah (2013)

Dari estimasi persamaan permintaan rokok kretek, didapat koefisien determinasi sebesar 0.82. Adapun artinya adalah bahwa variabel-variabel dalam persamaan permintaan rokok kretek secara bersama-sama mampu menjelaskan keragaman permintaan rokok kretek sebesar 82 persen sedangkan sisanya dijelaskan oeh variabel lain di luar persamaan.

Berdasarkan tabel 16, variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan tembakau pada taraf α 15 persen adalah variabel harga riil rokok kretek di tingkat konsumen, jumlah penduduk dewasa, pendapatan per kapita masyarakat permintaan rokok kretek pada tahun sebelumnya. Pada persamaan

83 permintaan rokok kretek, tidak ada variabel yang tidak berpengaruh nyata pada taraf α 15 persen. Hal ini sesuai dengan hasil uji statistik-F yang menunjukkan bahwa variabel-variabel di dalam persamaan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel permintaan rokok kretek secara signifikan pada taraf α 15 persen.

Variabel harga riil rokok kretek di tingkat konsumen berpengaruh secara negatif dengan koefisien sebesar 462.79. Adapun artinya adalah apabila terjadi perubahan harga riil rokok kretek di tingkat konsumen sebesar Rp 1 per batang, cateris paribus, maka akan terjadi perubahan permintaan rokok kretek sebesar

462.79 juta batang berlawanan arah dengan laju perubahan harga riil rokok kretek di tingkat konsumen. Ditinjau dari elastisitasnya, variabel harga riil rokok kretek di tingkat konsumen berpengaruh secara inelastis untuk jangka pendek dan elastis pada jangka panjang. Hal ini disebabkan karena permintaan rokok kretek relatif lambat dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi termasuk perubahan harga riil rokok kretek di tingkat konsumen sesuai dengan penelitian oleh Kosen (2012). Hal ini diimplikasikan dari berpengaruhnya variabel permintaan tembakau pada tahun sebelumnya.

Variabel jumlah penduduk dewasa berpengaruh secara positif terhadap permintaan rokok kretek dengan koefisien sebesar 0.85. Adapun artinya adalah apabila terjadi perubahan jumlah penduduk dewasa sebesar seribu jiwa, cateris paribus, maka akan terjadi perubahan permintaan rokok kretek sebesar 850 ribu

batang searah dengan laju perubahan jumlah penduduk dewasa. Ditinjau dari sisi elastisitasnya, variabel jumlah penduduk dewasa berpengaruh secara inelastis untuk jangka pendek dan elastis untuk jangka panjang. Hal ini disebabkan karena

84 permintaan rokok kretek memerlukan waktu untuk menyesuaikan dengan perubahan ekonomi yang terjadi.

Pendapatan per kapita masyarakat juga berpengaruh secara positif dengan koefisien 4.13. Adapun artinya adalah apabila terjadi perubahan pendapatan per kapita masyarakat sebesar Rp 1 000 per kapita per tahun, cateris paribus, maka akan terjadi perubahan permintaan rokok kretek sebesar 4.13 juta batang searah dengan laju perubahan pendapatan per kapita masyarakat. Ditinjau dari sisi elastisitas, variabel pendapatan per kapita masyarakat berpengaruh secara in elastis dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini sesuai dengan penelitian Tjahjapriadi dan Indarto (2003) bahwa mayoritas konsumen rokok kretek justru merupakan kalangan masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah.

6.1.16.Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Konsumen

Hasil estimasi persamaan harga riil rokok kretek di tingkat konsumen dengan bantuan software SAS 9.0 for Windows secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6. Koefisien determinasi yang didapat dari estimasi persamaan harga riil rokok kretek di tingkat konsumen adalah sebesar 0.95. Adapun artinya adalah bahwa variabel-variabel eksogen di dalam persamaan harga riil rokok kretek di tingkat konsumen secara bersama-sama mampu menjelaskan keragaman harga riil rokok kretek di tingkat konsumen sebesar 95 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan harga riik rokok kretek di tingkat konsumen. Secara ringkas, hasil estimasi persamaan harga riil rokok kretek di tingkat konsumen dapat dilihat pada tabel 17 berikut:

85 Tabel 17. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat

Konsumen Variabel Parameter Estimasi Pr > |t| Elastisitas Keterangan SR LR Intercept 184.7482 0.0013 Intercept

SRK -0.0004 0.1215 -0.3065 -0.3678 penawaran rokok kretek (juta batang) LDRK 0.0002 0.2455 0.1419 0.1703 lag permintaan rokok kretek (juta

batang)

CRK 0.9075 <.0001 0.3035 0.3642 tarif cukai rokok kretek (Rp/batang) LHCRK 0.1666 0.1663 lag harga riil rokok kretek di tingkat

konsumen (Rp/batang)

R-Square 0.9526 Pr > F <.0001 Dh 0.1112

Sumber: Data, diolah (2013)

Berdasarkan tabel 17, variabel yang berpengaruh nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel penawaran rokok kretek dan tarif cukai rokok kretek. Variabel yang tidak berpengaruh nyata pada taraf α 15 persen adalah variabel permintaan rokok kretek pada tahun sebelumnya dan harga riil rokok kretek pada tahun sebelumnya. Variabel permintaan rokok kretek yang tidak berpengaruh menunjukkan bahwa sesuai dengan teori Perloff (2008), bahwa asumsi pasar persaingan sempurna dapat dirusak oleh campur tangan pemerintah dalam halini tarif cukai rokok kretek. Variabel harga riil rokok kretek pada tahun sebelumnya juga tidak berpengaruh, hal ini menunjukkan bahwa harga riil rokok kretek di tingkat konsumen relatif cepat dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan rokok kretek memiliki daya tawar yang tinggi dalam penentuan harga riil rokok kretek di tingkat konsumen.

Penawaran tembakau berpengaruh secara negatif dengan koefisien 0.0004. Adapun artinya adalah bahwa apabila terjadi perubahan penawaran rokok kretek sebesar satu milyar batang, cateris paribus, maka harga riil rokok kretek di itngkat konsumen akan berubah sebesar Rp 4 per batang searah dengan laju perubahan penawaran rokok kretek. Ditinjau dari sisi elastisitasnya, penawaran tembakau

86 berpengaruh secara inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Variabel tarif cukai rokok kretek berpengaruh secara positif dengan koefisien sebesar 0.9. Adapun artinya adalah apabila terjadi perubahan tarif cukai rokok kretek sebesar Rp 10 per batang, cateris paribus, maka akan terjadi perubahan harga riil rokok kretek di tingkat konsumen sebesar Rp 9 per batang searah dengan perubahan tarif cukai rokok kretek. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar tarif cukai rokok kretek dibebankan kepada konsumen. Ditinjau

Dokumen terkait