• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 Analisis Kelayakan Finansial Pengelolaan Pelepah Sawit Menjadi Mulsa dan Kompos

5.5 Hasil dan Pembahasan 1 Unit Pengelolaan Pelepah Sawit

5.5.3 Luasan Lahan Pengelolaan Pelepah sawit

Analisis luasan tempat pengomposan perlu dilakukan untuk mendapatkan kebutuhan minimal luas lahan untuk bangunan pengelolaan pelepah sawit. Luasan lahan yang harus disediakan untuk proses pengomposan diperuntukkan sebagai gudang penyimpanan pelepah, tempat pencacahan daun dan pengempaan pelepah, gudang simpan mulsa pelepah, gudang simpan cacahan, lapangan untuk pencampuran bahan, lapangan untuk fermentasi, gudang bahan baku dan gudang kompos (Gambar 5.1). Kebutuhan tempat dan total luasan yang dibutuhkan disajikan pada Tabel 5.1 untuk skenario pertama dan Tabel 5.2 untuk skenario kedua.

Gudang penyimpanan pelepah sawit digunakan sebagai tempat penumpukan pelepah sawit dari lapangan. Diharapkan tidak terjadi penumpukan pelepah di gudang ini karena kapasitas mesin pencacah dan pengempa pelepah sawit sudah disediakan lebih besar dari pada potensi pelepah sawit maksimum harian (781 pelepah). Luas lahan yang dibutuhkan untuk gudang penyimpanan tergantung dari potensi maksimal pelepah yang datang ke gudang penyimpanan pada satu hari kerja. Potensi maksimal harian ini diambil agar gudang dapat menampung pelepah secara maksimal di gudang penyimpanan ketika potensi pelepah tinggi. Berdasarkan persamaan pada Lampiran 22 maka gudang penyimpanan yang dibutuhakan adalah seluas 30.74 m2 untuk skenario pertama. Untuk skenario kedua kebutuhan gudang penyimpanan untuk dua tempat pengelolaan adalah masing-masing 30.74 m2 dan 24.06 m2. Luas gudang yang sama besar pada skenario pertama dengan luas gudang skenario kedua (tempat pengelolaan A) disebabkan oleh potensi harian pelepah maksimal harian yang juga sama yaitu 781 pelepah. Pada tempat pengelolaan B pada skenario kedua potensi maksimal pelepah adalah 585 pelepah sehingga membutuhkan luasan gudang 24.06 m2.

Gudang Penyimpanan Pelepah

Tempat pencacahan

pelepah

Gudang Bahan Baku (Kotoran ternak, Bahan baku lainnya) Gudang mulsa Pelepah Gudang Simpan Cacahan Lapangan Pencampuran kompos

Lapangan untuk Fermentasi Gudang Kompos

Tabel 5.1 Kebutuhan luas lahan minimal untuk pengelolaan pelepah sawit skenario pertama

No Item tempat Luas lahan (m2) 1 Gudang penyimpanan Pelepah 30.74 2 Tempat pencacahan daun dan pengempaan pelepah 12.00 3 Gudang simpan mulsa pelepah 22.30 4 Gudang simpan cacahan 30.04 5 Lapangan pencampuran 6.93 6 Lapangan untuk fermentasi 7,617.04

7 Gudang bahan baku 5.25

8 Gudang kompos 6.58

Total 7,731

Tabel 5.2 Kebutuhan luas lahan minimal untuk pengelolaan pelepah sawit skenario kedua

No Item tempat Luas lahan (m

2

) Tempat A Tempat B 1 Gudang penyimpanan Pelepah 30.74 24.06 2 Tempat pencacahan daun

dan pengempaan pelepah

12.00 8.00 3 Gudang simpan mulsa pelepah 22.30 17.72 4 Gudang simpan cacahan 30.04 23.53 5 Lapangan pencampuran 6.93 6.20 6 Lapangan untuk fermentasi 5,056.42 5,916.62 7 Gudang bahan baku 5.25 4.93

8 Gudang kompos 6.58 5.93

Total 5,170 6,007

Tempat pencacah daun dan pengempaan pelepah yang dibutuhkan adalah untuk menempatkan mesin pencacah dan pengempa pelepah. Kebutuhan ruang tempat pencacah daun dan pengempaan pelepah didasarkan pada dimensi mesin. Mesin pencacah dan pengempa pelepah yang digunakan memiliki panjang dan lebar masing-masing adalah 2 m × 2 m. Jumlah mesin pencacah dan pengempa pelepah adalah satu unit. Luas ruang untuk operator mesin pencacah dan luas jarak mesin ke dinding gudang adalah 8 m2. Total kebutuhan luas lahan untuk tempat pencacahan daun dan pengempaan pelepah pada skenario pertama adalah 12 m2. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23. Tempat pencacah daun dan pengempa pelepah A pada skenario kedua sama dengan skenario pertama.

Tempat pencacah daun dan pengempa pelepah B lebih kecil karena mesin pencacah yang digunakan berkapasitas dan berdimensi lebih kecil dari pada di tempat pengolahan A. Mesin pencacah dan pengempa pelepah yang digunakan memiliki panjang dan lebar masing-masing adalah 2 m × 1 m. Luas ruang untuk operator mesin pencacah dan luas jarak mesin ke tepi gudang adalah 6 m2. Total kebutuhan luas lahan untuk tempat pencacahan daun dan pengempaan pelepah skenario kedua pada tempat B adalah 8 m2. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23.

Gudang simpan mulsa pelepah digunakan untuk menyimpan pelepah sebelum diaplikasikan ke lapangan. Lama maksimum penyimpanan mulsa pelepah adalah dua hari. Luas lahan yang dibutuhkan untuk gudang simpan mulsa tergantung dari potensi maksimal pelepah yang datang ke gudang simpan mulsa pada satu hari kerja. Potensi maksimal harian ini diambil agar gudang dapat menampung mulsa secara maksimal di gudang penyimpanan ketika potensi pelepah tinggi. Luas lahan minimal untuk gudang penyimpanan mulsa pelepah pada skenario pertama adalah 22.30 m2. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23. Pada skenario kedua di gudang penyimpanan A membutuhkan luas 22.30 m2 dan di gudang penyimpanan B membutuhkan luas 17.72 m2. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 24. Luas gudang simpan mulsa yang sama besar pada skenario pertama dengan skenario kedua (tempat pengelolaan A) disebabkan oleh potensi pelepah maksimal yang datang pada tempat pengolahan tersebut sama yakni 781 pelepah.

Lapangan pencampuran digunakan untuk mencampur cacahan daun sawit dengan metode bokhasi. Pencampuran dilakukan dengan mesin pencampur (Lampiran 47) berkapasitas 120-125 kg/proses. Luas lahan yang dibutuhkan untuk lapangan pencampuran tergantung dari potensi maksimal pelepah yang datang ke unit proses pencampuran. Jumlah pelepah maksimum yang datang akan mempengaruhi jumlah daun tercacah maksimum yang akan dicampur dengan kotoran ternak. Potensi maksimal harian ini diambil agar lapangan pencampuran dapat menampung proses pencampuran secara maksimal ketika potensi pelepah tinggi. Luas lahan minimal untuk lapangan pencampuran skenario pertama adalah 6.93 m2. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23. Pada skenario kedua lapangan pencampuran A membutuhkan luas 6.93 m2 dan di lapangan pencampuran B membutuhkan luas 6.20 m2. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 24. Luas lapangan pencampuran yang sama besar pada skenario pertama dengan skenario kedua (tempat pengelolaan A) disebabkan oleh potensi

pelepah maksimal yang datang pada tempat pengolahan tersebut sama yakni 781 pelepah.

Lapangan untuk fermentasi digunakan untuk melakukan proses fermentasi kompos. Fermentasi dilakukan selama 10 minggu. Kompos juga akan dilakukan proses pembalikan dengan mesin pembalik (Lampiran 48) berkapasitas 100-500 m3/jam. Luas lahan minimal untuk lapangan fermentasi skenario pertama adalah 7,617 m2. Tumpukan fermentasi dilakukan dengan tinggi 50 cm sepanjang 100 m (Gambar 5.2). Lebar tumpukan fermentasi adalah 2.56 m dengan jarak antar tumpukan 2 m sebanyak 16 baris tumpukan. Di ujung masing-masing tumpukan diberikan jarak ke tepi gudang sebesar 2 m. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23. Pada skenario kedua lapangan fermentasi A membutuhkan luas 5,056 m2 dan di lapangan fermentasi B membutuhkan luas 5,916 m2. Lebar tumpukan fermentasi pada masing-masing tempat adalah 3.03 m dan 3.54 m. Jarak tumpukan yaitu 2 m sebanyak 16 baris tumpukan. Di ujung masing-masing tumpukan diberikan jarak ke tepi gudang sebesar 2 m. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 24.

Gudang bahan baku digunakan untuk menyimpan bahan baku campuran untuk pengomposan. Bahan baku tersebut terdiri dari kotoran ternak, EM4 dan peralatan lainnya. Luas lahan yang dibutuhkan untuk gudang bahan baku tergantung dari potensi maksimal pelepah yang datang. Jumlah pelepah maksimum yang datang akan mempengaruhi jumlah bahan baku yang akan disimpan. Potensi maksimal harian ini diambil agar gudang bahan baku dapat menampung bahan baku secara maksimal ketika potensi pelepah tinggi. Luas lahan minimal untuk gudang bahan baku skenario pertama adalah 5.25 m2. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23. Pada skenario kedua gudang bahan baku A membutuhkan luas 5.25 m2 dan di gudang bahan baku B membutuhkan luas 4.93 m2. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 24. Luas gudang bahan baku yang sama besar pada skenario pertama dengan skenario kedua (tempat pengelolaan A) disebabkan oleh potensi pelepah maksimal yang datang pada tempat pengolahan tersebut sama yakni 781 pelepah.

Gudang kompos digunakan untuk menyimpan kompos hasil fermentasi. Luas lahan yang dibutuhkan untuk gudang kompos tergantung dari potensi maksimal pelepah yang datang. Jumlah pelepah maksimum yang datang akan mempengaruhi jumlah kompos yang akan disimpan. Potensi maksimal harian ini diambil agar gudang kompos dapat menampung kompos secara maksimal ketika potensi pelepah tinggi. Luas lahan minimal untuk gudang kompos skenario pertama adalah 6.58 m2. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 23.

Pada skenario kedua gudang kompos A membutuhkan luas 6.58 m2 dan di gudang kompos B membutuhkan luas 5.93 m2. Hitungan secara detail dapat dilihat pada Lampiran 24. Luas gudang kompos yang sama besar pada skenario pertama dengan skenario kedua (tempat pengelolaan A) disebabkan oleh potensi pelepah maksimal yang datang pada tempat pengolahan tersebut sama yakni 781 pelepah dan lama penyimpanan selama 2 hari.

5.5.4 Analisis Kelayakan Skenario Pertama

Model skenario pertama mengasumsikan tempat pengolahan pelepah berada di titik pusat afdeling (Lampiran 31). Potensi pelepah dari semua blok akan dibawa menuju pusat pengelolaan pelepah sawit. Blok panen dan potensi pelepah setiap hari dapat dilihat pada Tabel 5.3. Potensi pelepah maksimal terjadi pada hari pertama dan kedua setiap pekannya yaitu sebesar 781 pelepah. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pengolahan pelepah sawit pada model ini sama seperti model kedua dan ketiga, yakni mengalikan antara produksi kompos dengan harga kompos. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh pendapatan setiap tahunnya mulai tahun ketiga sebesar Rp 2,877,633,163 dari unit pengelolaan pelepah sawit.

Tabel 5.3 Blok panen dan potensi pelepah sawit harian skenario pertama Hari ke- Blok panen Luas panen (ha) Potensi pelepah (kg/hari) Potensi pelepah (pelepah/hari) 1 A1, A2, B1, B2 120 7,420.93 781 2 C1, C2, D1, D2 120 7,420.93 781 3 C3, D3, D4 90 5,565.70 585 4 C4, C5, D5 90 5,565.70 585 5 A5, B5, A4 90 5,565.70 585 6 A4, A3, B3 90 5,565.70 585 Total pelepah/minggu 37,104.66 3,905

Biaya investasi pada pengelolaan sawit dikeluarkan pada tahun pertama. Investasi yang dikeluarkan meliputi pembangunan tempat pengelolaan pelepah sawit, pembelian alat dan mesin, perlengkapan, sumur, instalasi listrik dan sarana pendukung lainnya. Total biaya investasi dan reinvestasi yang harus dikeluarkan pemilik modal pada skenario pertama sebesar Rp 3,842,031,932. Biaya investasi model skenario satu pada penyediaan tempat dan pengadaan mesin-mesin untuk mengelola pelepah sawit mencapai 98.90 % dari total biaya investasi Tabel 5.4. Pada penelitian ini terdapat biaya reinvestasi yaitu biaya yang dikeluarkan ketika nilai ekonomis dari suatu aset kurang dari umur proyek. Peralatan dan perlengkapan diganti sesuai dengan umur teknis dan dilakukan reinvestasi pada saat peralatan tersebut mencapai umur teknisnya. Total biaya reinvestasi yang dikeluarkan selama pengelolaan pelepah sawit menjadi mulsa dan kompos adalah sebesar Rp 952,305,000. Tenaga kerja yang digunakan dalam pengelolaan pelepah sawit dan jumlahnya disajikan pada Tabel 5.5. Total biaya tenaga kerja pada model skenario pertama sebesar Rp 926,400,000 per tahun.

Tabel 5.4 Biaya investasi unit pengelolaan pelepah sawit skenario pertama No Item Umur ekonomis (Th) Unit Jumlah pergantian Harga satuan (Rp) Total (Rp) 1 Gudang penyimpanan 20 1 - 11,990,998 11,990,998 2 Ruang pencacahan 20 1 - 6,380,000 6,380,000

3 Gudang simpan mulsa 20 1 - 8,336,472 8,336,472

4 Gudang simpan cacah 20 1 - 11,857,288 11,857,288

5 Lapangan pencampuran 20 1 - 5,416,570 5,416,570

6 Lapangan fermentasi 20 1 - 1,935,204,503 1,935,204,503

7 Gudang bahan baku 20 1 - 5,096,838 5,096,838

8 Gudang kompos 20 1 - 5,349,262 5,349,262

9 Kereta sorong 5 4 4 475,000 7,600,000

10 Mesin jahit karung 4 1 5 1,250,000 6,250,000

11 Traktor dan trailer 10 1 2 350,000,000 700,000,000

12 Truk 10 1 2 250,000,000 500,000,000 13 Timbangan 5 1 4 2,000,000 8,000,000 14 Mesin pencacah 5 1 4 20,000,000 80,000,000 15 Mesin pencampur 10 1 2 100,000,000 200,000,000 16 Mesin pengaduk 10 1 2 157,000,000 314,000,000 17 Sumur 20 1 - 2,000,000 2,000,000 18 Pompa air 5 1 4 1,000,000 4,000,000 19 Selang air 5 150 4 12,500 7,500,000

20 Bak penampung air 20 1 - 7,500,000 7,500,000

21 Ember plastik 2 5 10 15,000 750,000 22 Drum plastik 4 5 5 100,000 2,500,000 23 Pipa 20 40 - 11,250 450,000 24 Kran 2 5 10 45,000 2,250,000 25 Parang 4 8 5 80,000 3,200,000 26 Sekop 4 8 5 85,000 3,400,000 27 Pemasangan listrik 20 1 - 3,000,000 3,000,000 Total 3,842,031,932

Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan model skenario pertama layak untuk dilakukan. Analisis kelayakan model skenario satu ditinjau dari nilai NPV (Rp 766,518,333) menyatakan bahwa usaha dengan model skenario pertama layak untuk diusahakan karena nilai NVP telah lebih besar dari 0 dengan lama pengembalian modal 8.09 tahun dan jumlah kompos yang harus diproduksi adalah 23,290.72 ton. Ditinjau dari sudut Net B/C yang memberikan nilai 1.25 telah dinyatakan layak untuk dikelola karena sudah lebih besar dari satu. Bila investasi menggunakan pinjaman dengan tingkat suku bunga bank 13%, maka usaha pengelolaan pelepah sawit menjadi mulsa dan kompos juga layak diusahakan karena nila IRR (25%) telah lebih besar dari tingkat suku bunga. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial tersebut (Tabel 5.6), dapat disimpulkan bahwa model skenario pertama dengan konsep model pengelolaan limbah secara terpusat layak untuk dilakukan.

Tabel 5.5 Rincian biaya tenaga kerja skenario pertama No Item pekerjaan Jumlah TK Upah (Rp) Hari kerja (hari) Total (Rp) 1 Manager 1 300,000 298 89,400,000

2 Tenaga pengumpul pelepah 15 75,000 298 335,250,000 3 Operator traktor+trailer 2 75,000 298 44,700,000

4 Operator truk 2 75,000 298 44,700,000

5 Gudang penyimpanan pelepah 2 75,000 298 44,700,000 6 Tempat pencacahan dan pengempaan 2 75,000 298 44,700,000

7 Gudang mulsa pelepah 2 75,000 298 44,700,000

8 Gudang simpan cacah 2 75,000 298 44,700,000

9 Operator pencampur 2 75,000 298 44,700,000

10 Operator Pengaduk 2 75,000 298 44,700,000

11 Gudang bahan baku 2 75,000 298 44,700,000

12 Gudang kompos 2 75,000 298 44,700,000

13 Satpam 2 75,000 365 54,750,000

Total 38 926,400,000

Tabel 5.6 Kelayakan finansial pengelolaan pelepah sawit skenario pertama Kriteria investasi Nilai Satuan

NPV 766,518,333 Rp

Net B/C 1.25

IRR 25 %

Payback Period 8.09 tahun

BEP 23,290.72 ton

5.5.5 Analisis Kelayakan Skenario Kedua

Konsep model skenario kedua yaitu membangun dua unit pengolahan pelepah sawit dalam satu afdeling (Lampiran 32). Potensi pelepah dari seluruh blok akan dibagi ke tempat pengelolaan pelepah A dan pengelolaan pelepah B. Jumlah potensi pelepah yang akan diolah pada tempat A setiap pekannya adalah 1,562 pelepah. Jumlah potensi pelepah yang akan diolah pada tempat B setiap pekannya adalah 2,343 pelepah. Blok panen pada setiap hari dan potensi pelepah dapat dilihat pada Tabel 5.7. Pada hari pertama dan kedua setiap pekannya maka tempat pengelolaan B tidak akan beroperasi karena pasokan pelepah tidak ada. Tempat pengelolaan B akan beroperasi saat hari ketiga sampai hari keenam dimana saat itu tempat pengelolaan pelepah A juga tidak akan beroperasi.

Tabel 5.7 Blok panen dan potensi pelepah sawit harian skenario kedua Hari ke- Blok panen Luas panen (ha) Potensi pelepah (kg/hari) Potensi pelepah (pelepah/hari) Tempat pengelolaan 1 A1, A2, B1, B2 120 7,420.93 781 A 2 C1, C2, D1, D2 120 7,420.93 781 3 C3, D3, D4 90 5,565.70 585 B 4 C4, C5, D5 90 5,565.70 585 5 A5, B5, A4 90 5,565.70 585 6 A4, A3, B3 90 5,565.70 585 Total pelepah/minggu 37,104.66 3,905

Pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan model skenario kedua sama

dengan model skenario pertama. Jumlah seluruh biaya investasi sebesar Rp 5,319,936,253. Biaya investasi tersebut lebih besar Rp 1,477,904,321

dibandingkan dengan biaya investasi skenario pertama. Hal ini disebabkan oleh biaya bangunan tempat pengelolaan pelepah menjadi lebih besar pada skenario

kedua. Biaya reinvestasi untuk model skenario kedua yakni sebesar Rp 1,264,610,000. Jumlah tenaga kerja yang digunakan pada model skenario

kedua berbeda dengan skenario pertama. Unit pengelolaan pelepah sawit yang terpisah menjadikan tenaga kerja yang dibutuhkan semakin banyak. Biaya tenaga kerja untuk model skenario kedua mencapai Rp 1,204,650,000 per tahun (Tabel 5.9).

Tabel 5.8 Biaya investasi unit pengelolaan pelepah sawit skenario kedua

No Item Umur ekonomis (Th) Unit Jumlah pergantian Harga satuan (Rp) Total (Rp) 1 Gudang penyimpanan 20 2 - 9,305,873 18,611,747 2 Ruang pencacahan 20 2 - 6,000,000 12,000,000

3 Gudang simpan mulsa 20 2 - 7,901,913 15,803,827

4 Gudang simpan cacah 20 2 - 9,188,877 18,377,753

5 Lapangan pencampuran 20 2 - 5,346,999 10,693,997 6 Lapangan fermentasi 20 2 - 1,393,919,127 2,787,838,253

7 Gudang bahan baku 20 2 - 5,067,233 10,134,467

8 Gudang kompos 20 2 - 5,288,104 10,576,209

9 Kereta sorong 5 8 4 475,000 15,200,000

10 Mesin jahit karung 4 2 5 1,250,000 12,500,000

11 Traktor dan trailer 10 1 2 350,000,000 700,000,000

12 Truk 10 1 2 250,000,000 500,000,000 13 Timbangan 5 2 4 2,000,000 16,000,000 14 Mesin pencacah 5 2 4 17,500,000 140,000,000 15 Mesin pencampur 10 2 2 75,000,000 300,000,000 16 Mesin pengaduk 10 2 2 157,000,000 628,000,000 17 Sumur 20 2 - 2,000,000 4,000,000 18 Pompa air 5 2 4 1,000,000 8,000,000 19 Selang air 5 300 4 12,500 15,000,000

20 Bak penampung air 20 2 - 7,500,000 15,000,000

21 Ember plastik 2 10 10 15,000 1,500,000 22 Drum plastik 4 10 5 100,000 5,000,000 23 Pipa 20 80 - 11,250 900,000 24 Kran 2 10 10 45,000 4,500,000 25 Parang 4 16 5 80,000 6,400,000 26 Sekop 4 16 5 85,000 6,800,000 27 Pemasangan listrik 20 2 - 1,500,000 3,000,000 Total 5,315,836,253

Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan model skenario kedua layak untuk dilakukan (Tabel 5.10). Analisis kelayakan model skenario kedua ditinjau dari nilai NPV (Rp 487,406,792) menyatakan bahwa usaha dengan model skenario kedua layak untuk diusahakan karena nilai NVP telah lebih besar dari 0. Durasi waktu pengembalian model 14.23 tahun menjadikan skenario ini layak untuk digunakan karena durasi pengembalian modal masih pada waktu umur ekonomis. Jumlah kompos yang harus diproduksi untuk mencapai titik impas (40,935.51 ton) juga sudah hampir mendekati produksi kompos maksimal dari unit pengelolaan.

Ditinjau dari parameter Net B/C yang memberikan nilai 1.07 juga mendefenisikan bahwa usaha pengelolaan dengan skenario kedua ini layak untuk dikelola. Bila investasi menggunakan pinjaman dengan tingkat suku bunga 13% maka usaha pengelolaan pelepah sawit menjadi mulsa dan kompos juga layak diusahakan karena nila IRR (15%) sudah lebih besar dari tingkat suku bunga yang diberikan bank. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial tersebut dapat disimpulkan bahwa model skenario kedua dengan konsep model pengelolaan pelepah terdapat dua tempat pengelolaan pada satu afdeling masih layak untuk dilakukan.

Kelayakan finansial dari parameter yang dianalisis terhadap skenario yang disimulasikan menunjukkan bahwa skenario pertama lebih unggul dari pada skenario kedua. Hal ini ditunjukkan oleh waktu pengembalian modal yang lebih singkat dan Net B/C yang lebih besar pada skenario pertama. Namun dari aspek sosial, skenario kedua lebih baik diterapkan pada pengelolaan pelepah karena dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak dari pada skenario pertama. Hal ini akan berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat disekitar perkebunan sawit.

Tabel 5.9 Rincian biaya tenaga kerja skenario kedua

No Item pekerjaan Jumlah

TK Upah (Rp/hari) Hari kerja (hari) Total (Rp) 1 Manajer 1 300,000 298 89,400,000 2 Kepala unit 2 150,000 298 89,400,000

3 Tenaga pengumpul pelepah 15 75,000 298 335,250,000 4 Operator traktor+trailer 2 75,000 298 44,700,000

5 Operator truk 2 75,000 298 44,700,000

6 Gudang penyimpanan pelepah 2 75,000 298 44,700,000

7 Operator chopper 4 75,000 298 89,400,000

8 Gudang mulsa pelepah 2 75,000 298 44,700,000

9 Gudang simpan cacah 2 75,000 298 44,700,000

10 operator pengaduk 4 75,000 298 89,400,000

11 Operator pencampur 4 75,000 298 89,400,000

12 Gudang bahan baku 2 75,000 298 44,700,000

13 Gudang kompos 2 75,000 298 44,700,000

14 Satpam 4 75,000 365 109,500,000

Total 48 1,204,650,000

Tabel 5.10 Kelayakan finansial pengelolaan pelepah sawit model skenario kedua Kriteria investasi Nilai Satuan

NPV 487,406,792 Rp

Net B/C 1.07

IRR 15 %

Payback Period 14.23 tahun

5.5.6 Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Skenario Pertama dan

Dokumen terkait