• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lulus Sekolah

Dalam dokumen Pecinta Tuhan Mutiara Hikmah Dari Kedai Sufi (Halaman 120-124)

Hari Selasa 12 Juni 2007 mungkin hari yang sangat mengasyikkan bagi segenap ABG (Anak Baru Gede) Indonesia yang lulus Ujian Akhir Nasional (UAN). Kegembiraan itu mereka ungkapkan dengan ragam ekspresi. Mulai dari konvoi sampai mengonsumsi minuman beralkohol, bahkan melepas kegadisannya atau keperjakaannya. Penulis tidak pernah heran, sebab ia menganggap hal itu sebagai suatu kewajaran dari aspek kehidupan dunia ini. Yang pasti, di hati penulis menerka bahwa semua manusia, entah itu pejabat, politisi, artis, maupun anak-anak yang baru lulus dari UAN, juga ingin bahagia. Persoalannya adalah ukuran kebahagiaan bagi setiap hamba Tuhan itu berbeda-beda.

Seringkali Tuhan menakdirkan kepada hamba-Nya untuk bermaksiat. Hal ini dalam rangka Tuhan akan mendekatkan sang hamba kepada-Nya, yaitu dengan penyesalan akan dosanya. Kita tidak perlu merasa asing ketika kita terikat dengan alam dunia. Dunia dihiasi dengan segala “angkara murka” tidak lain adalah supaya kita sadar akan kehambaan kita, dan merasa bosan pada dunia ini, minimal tidak banyak harap terhadap tipuan

110

Lulus Sekolah

Hari Selasa 12 Juni 2007 mungkin hari yang sangat mengasyikkan bagi segenap ABG (Anak Baru Gede) Indonesia yang lulus Ujian Akhir Nasional (UAN). Kegembiraan itu mereka ungkapkan dengan ragam ekspresi. Mulai dari konvoi sampai mengonsumsi minuman beralkohol, bahkan melepas kegadisannya atau keperjakaannya. Penulis tidak pernah heran, sebab ia menganggap hal itu sebagai suatu kewajaran dari aspek kehidupan dunia ini. Yang pasti, di hati penulis menerka bahwa semua manusia, entah itu pejabat, politisi, artis, maupun anak-anak yang baru lulus dari UAN, juga ingin bahagia. Persoalannya adalah ukuran kebahagiaan bagi setiap hamba Tuhan itu berbeda-beda.

Seringkali Tuhan menakdirkan kepada hamba-Nya untuk bermaksiat. Hal ini dalam rangka Tuhan akan mendekatkan sang hamba kepada-Nya, yaitu dengan penyesalan akan dosanya. Kita tidak perlu merasa asing ketika kita terikat dengan alam dunia. Dunia dihiasi dengan segala “angkara murka” tidak lain adalah supaya kita sadar akan kehambaan kita, dan merasa bosan pada dunia ini, minimal tidak banyak harap terhadap tipuan

112

adalah cerminan bobroknya moral dari para guru sampai birokrat pendidikan. Kita ini lebih malu pada sesama ketika aib kita diketahui. Kita tidak malu terhadap aib kita yang diketahui Tuhan. Kita lebih memilih malu kalau aib kita diketahui publik. Pada dasarnya, jika ada orang yang memuji kita, sebenarnya orang tersebut tidak memuji kita. Tetapi memuji Tuhan yang telah meng-hijab orang tersebut dari kebobrokan moral kita. Andaikan Tuhan telah membukakan aib kita, pasti tidak ada manusia yang mau menoleh pada kita.

dunia. Kita tidak usah seperti malaikat yang banyak

protes pada Tuhan akan keberadaan manusia yang lebih tahu akan segala hal.

Kita hanya berkewajiban mengantarkan anak didik kita kepada pintu gerbang mahabbah Tuhan. Tentang dibukakan atau tidaknya, terserah Sang Empunya. Persoalannya bukan hanya pada anak ABG saja. Sudahkah saban sholat lima waktu para guru berdoa untuk para muridnya, pejabat berdoa untuk bawahannya? Sudahkah para penanggungjawab dunia pendidikan kita bebas dari menyembah kepada jabatan, dan tidak main potong dan minta uang pelicin kepada siapa saja yang akan berhubungan dengannya? Kalau belum, jangan harap para ABG kita bisa kenal akan Tuhannya. Jika manusia t i d a k k e n a l a k a n T u h a n n y a d a n s a d a r a k a n kehambaannya, sangat sulit untuk diharapkan ada keberkahan dalam hidupnya. Kalau sudah begini, setiap perilaku manusia Indonesia hanya akan terlandasi oleh pelampiasan “hawa nafsu”.

Manusia yang merdeka sejatinya adalah yang hanya rela dirinya menjadi budak Tuhan. Dalam keseharian kita sudah sering melihat jutaan manusia Indonesia, entah itu yang berprofesi guru, makelar sekolah, maupun pejabat yang mengurusi sekolah, lebih memilih menjadi budak nafsu. Sehingga dalam mendidik dan mengurusi siswa hanya dengan pendekatan nafsu, yang pada akhirnya yang tertransformasikan kepada siswa adalah kobaran nafsu guru, pejabat Depag, dan pejabat Diknas. Buahnya adalah tidak indahnya moral mereka.

Kita tidak usah marah, bingung, apalagi stres, melihat konvoi para ABG yang baru lulus. Semua itu

112

adalah cerminan bobroknya moral dari para guru sampai birokrat pendidikan. Kita ini lebih malu pada sesama ketika aib kita diketahui. Kita tidak malu terhadap aib kita yang diketahui Tuhan. Kita lebih memilih malu kalau aib kita diketahui publik. Pada dasarnya, jika ada orang yang memuji kita, sebenarnya orang tersebut tidak memuji kita. Tetapi memuji Tuhan yang telah meng-hijab orang tersebut dari kebobrokan moral kita. Andaikan Tuhan telah membukakan aib kita, pasti tidak ada manusia yang mau menoleh pada kita.

dunia. Kita tidak usah seperti malaikat yang banyak

protes pada Tuhan akan keberadaan manusia yang lebih tahu akan segala hal.

Kita hanya berkewajiban mengantarkan anak didik kita kepada pintu gerbang mahabbah Tuhan. Tentang dibukakan atau tidaknya, terserah Sang Empunya. Persoalannya bukan hanya pada anak ABG saja. Sudahkah saban sholat lima waktu para guru berdoa untuk para muridnya, pejabat berdoa untuk bawahannya? Sudahkah para penanggungjawab dunia pendidikan kita bebas dari menyembah kepada jabatan, dan tidak main potong dan minta uang pelicin kepada siapa saja yang akan berhubungan dengannya? Kalau belum, jangan harap para ABG kita bisa kenal akan Tuhannya. Jika manusia t i d a k k e n a l a k a n T u h a n n y a d a n s a d a r a k a n kehambaannya, sangat sulit untuk diharapkan ada keberkahan dalam hidupnya. Kalau sudah begini, setiap perilaku manusia Indonesia hanya akan terlandasi oleh pelampiasan “hawa nafsu”.

Manusia yang merdeka sejatinya adalah yang hanya rela dirinya menjadi budak Tuhan. Dalam keseharian kita sudah sering melihat jutaan manusia Indonesia, entah itu yang berprofesi guru, makelar sekolah, maupun pejabat yang mengurusi sekolah, lebih memilih menjadi budak nafsu. Sehingga dalam mendidik dan mengurusi siswa hanya dengan pendekatan nafsu, yang pada akhirnya yang tertransformasikan kepada siswa adalah kobaran nafsu guru, pejabat Depag, dan pejabat Diknas. Buahnya adalah tidak indahnya moral mereka.

Kita tidak usah marah, bingung, apalagi stres, melihat konvoi para ABG yang baru lulus. Semua itu

114

Aswaja

Dalam dokumen Pecinta Tuhan Mutiara Hikmah Dari Kedai Sufi (Halaman 120-124)