• Tidak ada hasil yang ditemukan

M2 Atas Nama PT. Gerindo Investa Internasional yang

terletak di Kelurahan Sail, Kecamatan Tenayan Raya (DH. Desa

Tebing Tinggi Okura Kecamatan Bukit Raya) Kota Pekanbaru

Provinsi Riau sebagai Pelaksanaan Putusan Pengadilan Yang Telah

Berkekuatan Hukum Tetap, yang untuk selanjutnya disebut sebagai

objek sengketa in litis; ---

Menimbang, bahwa didalam Gugatannya Penggugat telah mendalilkan alasan-alasan gugatannya sebagai berikut: ---

1. Bahwa penerbitan objek sengketa in litis bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; --- a. Objek sengketa bertentangan dengan ketentuan Pasal 19 ayat (1)

dan (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria jo. Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah karena menimbulkan ketidakpastian

hukum dan tidak melindungi kepentingan hukum Penggugat atas sisa tanah seluas 104,432 Ha yang tidak tumpang tindih dengan Yusni Yunis dkk; --- b. Pada saat penerbitan objek sengketa, Peraturan Menteri

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan Sepanjang Mengatur Tata Cara Pembatalan Hak Atas Tanah Negara, telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi sesuai dengan ketentuan Pasal 84 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan, Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan; --- c. Tindakan Tergugat menerbitkan Surat Keputusan Nomor:

SK.01/Pbt/BPN.14/2013 Tanggal 7 Februari 2013 telah sesuai dengan kewenangannya, dilakukan menurut prosedur yang berlaku, dan merupakan pelaksanaan materi putusan sehingga pembatalan Surat Keputusan Nomor: SK.01/Pbt/BPN.14/2013 Tanggal 7 Februari 2013 melalui objek sengketa bertentangan dengan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan; --- 2. Penerbitan objek sengketa in litis bertentangan dengan Asas-asas

Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB);--- a. Bertentangan dengan Asas Kepastian Hukum;---

Bahwa tindakan Tergugat menerbitkan objek sengketa in litis telah menimbulkan ketidakpastian hukum atas sisa tanah Penggugat seluas 104.432 Ha, dikarenakan Tergugat tidak memperhatikan Pertimbangan Hukum dalam Putusan Nomor: 35/G/2009/ PTUN.Pbr halaman 47, yang pada pokoknya menyatakan bahwa

Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor: 01 Tahun 1997 Tanggal 16 Juli 1997 tumpang tindih dengan Sertipikat atas nama Para Penggugat seluas 51.700 M2 sehingga sisa tanah Penggugat seluas 104,432 Ha tidak tumpang tindih dengan tanah Para Penggugat, hal ini dikuatkan dengan Putusan Sela dalam Perkara Nomor: 27/G/2013/PTUN.Pbr, yang menolak permohonan intervensi atas nama Edi Suryanto yang dinyatakan tidak mempunyai kepentingan hukum terhadap tanah sisa seluas 104,432 Ha; --- b. Bertentangan dengan Asas Tertib Penyelenggaraan Negara;---

Bahwa tindakan Tergugat dalam menerbitkan objek sengketa in litis bertentangan dengan asas tertib penyelenggaraan negara dikarenakan Tergugat telah menerbitkan objek sengketa di atas bidang tanah yang telah didaftarkan dan diterbitkan sertipikat atas nama Penggugat, terlebih lagi Tergugat tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai sisa tanah seluas 104,432 Ha, yang nyata-nyata hak keperdataannya masih pada Penggugat; ---

Menimbang, bahwa terhadap dalil Gugatan Penggugat a quo, Tergugat telah menyampaikan Jawabannya tertanggal 20 Juli 2016, yang pada pokoknya membantah dalil-dalil Gugatan Penggugat tersebut; ---

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya Penggugat telah mengajukan bukti surat yang diberi tanda P-1 sampai dengan P-19 dan 1 (satu) orang Ahli bernama Muhammad Husnu Abadi, S.H.,M.H.,Ph.D, yang telah didengar keterangan dan pendapatnya di bawah sumpah, keterangan dan pendapat selengkapnya sebagaimana dimuat dalam Berita Acara Sidang yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari pertimbangan hukum dalam sengketa in litis tanpa mengajukan saksi; ---

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil bantahannya, Tergugat telah mengajukan bukti surat yang diberi tanda T-1 sampai dengan T-30, tanpa mengajukan saksi maupun ahli; ---

Menimbang, bahwa setelah mencermati alasan-alasan gugatan Penggugat serta bantahan-bantahan Tergugat dan dihubungkan dengan Pasal 53 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Majelis Hakim berpendapat bahwa pokok permasalahan hukum (legal issues) dalam sengketa in litis adalah: ---

1. Apakah Tergugat dalam menerbitkan objek sengketa telah melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku atau tidak?;--- 2. Apakah Tergugat dalam menerbitkan objek sengketa bertentangan

dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) khususnya asas kepastian hukum dan asas tertib penyelenggaraan negara atau tidak?;---

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah penerbitan objek sengketa in litis telah melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku atau tidak, sebagai berikut: ---

Menimbang, bahwa objek sengketa in litis diterbitkan oleh Tergugat selaku Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Riau pada Tanggal 26 April 2016 dengan mencantumkan peraturan perundang-undangan sebagai dasar penerbitan pada konsideran ‘MENGINGAT’

Angka 7, yaitu Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan; ---

Menimbang, bahwa selain mencantumkan Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 a quo, pada konsideran ‘MEMUTUSKAN’ Diktum Keempat objek sengketa in litis, Tergugat menyatakan bahwa keputusan ini bersifat administratif dalam melaksanakan perintah jabatan, sesuai dengan kewenangan yang diberikan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan. Ketentuan tersebut dinyatakan sebagaimana diakui Tergugat dalam Jawabannya tertanggal 20 Juli 2016 Angka 10 Halaman 15, yang pada pokoknya menyatakan bahwa pencantuman Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan oleh Tergugat telah cukup menyimpulkan bahwa Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan sudah tidak mengikat secara hukum terhadap objek sengketa dan objek sengketa tetap mempunyai landasan hukum yang kuat; ---

Menimbang, bahwa pada saat objek sengketa in litis diterbitkan Tergugat pada Tanggal 26 April 2016, ternyata Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional telah menerbitkan Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan yang ditetapkan pada Tanggal 21 Maret 2016 dan telah

diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor: 569 Tahun 2016 pada Tanggal 14 April 2016; ---

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 73 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 a quo, Peraturan Menteri a quo dinyatakan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yakni pada Tanggal 14 April 2016, dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan telah berlaku sebagai ius constitutum dan memiliki kekuatan hukum mengikat termasuk bagi Tergugat sesuai dengan asas presumptio iures de iure atau asas fiksi hukum (rechtfictie) sejak diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor: 569 Tahun 2016 Tanggal 14 April 2016; ---

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 72 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan, yang pada pokoknya menyebutkan bahwa pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, maka Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; ---

Menimbang, bahwa selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 71 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan, yang pada pokoknya menyebutkan dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Sengketa, Konflik dan Perkara

yang masih dalam proses penanganan dan penyelesaian, ditangani dan diselesaikan lebih lanjut berdasarkan Peraturan Menteri ini;---

Menimbang, bahwa oleh karena objek sengketa in litis diterbitkan oleh Tergugat pada Tanggal 26 April 2016 tanpa menyebutkan/ menggunakan Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan sebagai dasar hukum penerbitannya, melainkan menggunakan dasar peraturan perundang-undangan berupa Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor: 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan yang telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, maka Majelis Hakim berpendapat tindakan Tergugat a quo telah melanggar ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan beserta penjelasannya yang mengatur asas legalitas sebagai salah satu asas penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang mewajibkan penyelenggaraan administrasi pemerintahan mengedepankan dasar hukum atas suatu keputusan yang dibuat oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan; ---

Menimbang, bahwa karena penerbitan objek sengketa in litis tidak mempertimbangkan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan, maka berdasarkan asas hukum ignorare legis est lata culpa, yang berarti pengabaian terhadap hukum

adalah pelanggaran terhadap hukum tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa tindakan Tergugat tersebut telah bertentangan pula dengan Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan; ---

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan dalil Tergugat yang dimuat dalam Jawabannya tertanggal 20 Juli 2016 Angka 10 Halaman 15, yang pada pokoknya menyatakan bahwa pencantuman dasar hukum yang telah dicabut/tidak berlaku dalam konsideran ‘Mengingat’ objek sengketa, bukan berarti objek sengketa menjadi cacat hukum. Pencantuman Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan oleh Tergugat, sudah cukup menyimpulkan bahwa Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan sudah tidak mengikat secara hukum terhadap objek sengketa dan objek sengketa tetap mempunyai landasan hukum yang kuat, dengan pertimbangan sebagai berikut; ---

Menimbang, bahwa berdasarkan dalil Tergugat a quo, Majelis Hakim berpendapat bahwa Tergugat membenarkan penerbitan objek sengketa in litis didasarkan pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan tanpa mempertimbangkan dan menggunakan Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan; ---

Menimbang, bahwa selanjutnya terhadap dalil Tergugat yang pada pokoknya menyatakan bahwa meskipun aturan perundang-undangan yang menjadi dasar penerbitannya telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku namun objek sengketa tetap mempunyai landasan hukum yang kuat, Majelis Hakim berpendapat bahwa dalil tersebut tidak dapat dibenarkan secara hukum mengingat pengaturan dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan mengandung perbedaan mendasar baik meliputi aspek kewenangan, prosedur maupun substansi pembatalan hak atas tanah, khususnya yang berkaitan dengan pembatalan hak akibat adanya tumpang tindih sertipikat serta diaturnya perihal penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan melalui penerbitan keputusan perubahan data sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 24 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan; ---

Menimbang, bahwa oleh karena antara Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan mengandung perbedaan mendasar dalam hal kewenangan, prosedur maupun substansinya, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa tidak digunakannya Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016

Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan sebagai dasar hukum penerbitan objek sengketa in litis mengakibatkan proses penerbitan objek sengketa in litis dapat dipastikan tidak menerapkan seluruh prosedur dan substansi yang diatur didalamnya;---

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan dalil Tergugat sebagaimana termuat dalam Jawabannya tertanggal 20 Juli 2016 poin 12, 14 dan poin 15 Halaman 16, 17 dan 18, yang pada pokoknya menyatakan bahwa tindakan Tergugat menerbitkan objek sengketa in litis sebagai bentuk kepatuhan dan tunduk atas putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang harus dihormati dan dilaksanakan sesuai dengan bunyi amar putusan tanpa melakukan interpretasi atau pengurangan menjadi membatalkan sebagian mengingat tidak ada tolok ukur menurut hukum yang memungkinkan dilakukannya tindakan lain selain dari yang ditentukan oleh amar putusan, dengan pertimbangan sebagai berikut; ---

Menimbang, bahwa peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap di internal instansi Badan Pertanahan Nasional yang berlaku pada saat Tergugat menerbitkan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Provinsi Riau Nomor SK.01/ Pbt/BPN.14/2013, Tanggal 7 Februari 2013 tentang Pembatalan Sebagian Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor: 01 Tahun 1997 seluas 51.700 M2 Atas Nama PT.Gerindo Investa Internasional yang Terletak di Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya (Dh. Desa Tebing Okura Kecamatan Bukit Raya) Kota Pekanbaru Provinsi Riau sebagai Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang telah Berkekuatan Hukum Tetap adalah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor: 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan; ---

Menimbang, bahwa pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap pada saat Tergugat menerbitkan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Provinsi Riau Nomor: SK.01/Pbt/BPN.14/ 2013, Tanggal 7 Feberuari 2013 secara khusus diatur dalam Pasal 55 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, sebagai berikut; ---

Pasal 55: --- 1) Tindakan untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat berupa:--- a. pelaksanaan dari seluruh amar putusan;--- b. pelaksanaan sebagian amar putusan; dan/atau --- c. hanya melaksanakan perintah yang secara tegas tertulis pada amar putusan. --- Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 55 ayat (1) huruf a, b dan c Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 3 Tahun 2011 a quo, Majelis Hakim berpendapat bahwa secara internal Badan Pertanahan Nasional telah mengatur pilihan hukum pelaksanaan dari seluruh amar putusan, pelaksanaan sebagian amar putusan ataukah melaksanakan perintah yang secara tegas tertulis pada amar putusan; ---

Menimbang, bahwa peraturan yang berlaku berkaitan pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap di internal instansi Badan Pertanahan Nasional saat Tergugat menerbitkan Surat Keputusan Objek Sengketa pada tanggal 26 April 2016 adalah Peraturan Menteri Agraria

Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan;---

Menimbang, bahwa penyelesaian sengketa atau konflik pertanahan pada saat Tergugat menerbitkan Surat Keputusan Objek Sengketa diatur dalam ketentuan Pasal 24 ayat (1) dan (7) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan, mengatur sebagai berikut: ---

Pasal 24: ---

1) Setelah menerima Laporan Penyelesaian Sengketa dan Konflik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (5), Kepala Kantor Wilayah BPN atau Menteri menyelesaikan Sengketa dan Konflik dengan menerbitkan:--- a. Keputusan Pembatalan Hak Atas Tanah;--- b. Keputusan Pembatalan Sertifikat;--- c. Keputusan Perubahan Data pada Sertifikat, Surat Ukur, Buku

Tanah dan/atau Daftar Umum lainnya; atau --- d. Surat Pemberitahuan bahwa tidak terdapat kesalahan

administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3).--- ...dst --- 7) Dalam hal di atas satu bidang tanah terdapat tumpang tindih sertifikat hak atas tanah, Menteri atau Kepala Kantor Wilayah BPN sesuai kewenangannya menerbitkan Keputusan pembatalan sertifikat yang tumpang tindih, sehingga di atas bidang tanah tersebut hanya ada 1 (satu) sertifikat hak atas tanah yang sah;--- Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24 ayat (1) huruf C a quo, secara mutatis mutandis dikaitkan dengan ketentuan Pasal 24 ayat (7) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan, Majelis Hakim berpendapat bahwa

dalam hal satu bidang tanah terdapat tumpang tindih sertipikat hak atas tanah, maka Menteri atau Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional sesuai kewenangannya menerbitkan keputusan pembatalan sertipikat yang tumpang tindih sehingga di atas bidang tanah tersebut hanya ada 1 (satu) sertipikat hak atas tanah yang sah dan dapat dilakukan dengan melakukan perubahan data yang meliputi perubahan data fisik dan data yuridis dari sertipikat hak atas tanah; ---

Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, menurut pendapat Majelis Hakim, hak menggugat bagi seseorang atau Badan Hukum Perdata timbul akibat adanya kerugian yang ditimbulkan oleh keputusan tata usaha negara, sehingga secara a contrario dapat disimpulkan bahwa orang atau Badan Hukum Perdata tidak dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata usaha negara yang berada di luar batas kepentingannya;---

Menimbang, bahwa oleh karena orang atau Badan Hukum Perdata tidak dapat mengajukan gugatan di luar batas kepentingannya, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap terhadap sebuah sengketa yang amar putusannya menyatakan adanya tumpang tindih sertipikat hak atas tanah cukup dilaksanakan sebatas pemenuhan seluruh kepentingan Penggugat dan tidak dapat dimaknai sebagai pelaksanaan putusan yang melebihi batas kepentingan Penggugat yang justru tidak memperhatikan keadilan bagi para pihak secara proporsional;---

Menimbang, bahwa R.Soebijantono sebagaimana dimuat dalam buku Himpunan Karangan di Bidang Hukum Tata Usaha Negara,

Mahkamah Agung Republik Indonesia Tahun 1993 halaman 155, mengemukakan doktrin hukum voor gedect verklaren, yang mengatur pembatalan dengan ketentuan bahwa akibat dari pembatalan keputusan tersebut tetap dipertahankan sehingga tidak perlu diterbitkan keputusan baru, Majelis Hakim berpendapat bahwa pembatalan sebagian terhadap sebuah keputusan tata usaha negara dimungkinkan untuk dilaksanakan meskipun amar putusan tidak secara tegas memerintahkan pembatalan sebagian dengan syarat bahwa pembatalan keputusan tata usaha negara tersebut didasarkan pada adanya tumpang tindih sertipikat hak atas tanah;---

Menimbang, bahwa oleh karena secara internal Badan Pertanahan Nasional telah mengatur perihal pelaksanaaan sebagian putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor: 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan dan Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan. Selain itu, oleh karena Majelis Hakim berpendapat bahwa pelaksanaan putusan yang berkekuatan hukum tetap harus dilaksanakan Tergugat dengan memperhatikan batas-batas kepentingan Penggugat secara proporsional sebagai pemenuhan rasa keadilan bagi para pihak, dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa dalil Tergugat yang menyatakan pada pokoknya bahwa Tergugat tidak memiliki pilihan kecuali melaksanakan amar putusan secara letterlijke haruslah dinyatakan tidak berdasarkan hukum dan ditolak;---

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan dalil Tergugat sebagaimana termuat dalam

Jawabannya tertanggal 20 Juli 2016 poin 13 halaman 17 yang pada pokoknya menyatakan bahwa tindakan Tergugat menerbitkan objek sengketa in litis merupakan tindakan yang bersifat spontane vernietiging, dengan pertimbangan sebagai berikut; ---

Menimbang, bahwa asas spontane vernietiging sebagai salah satu asas hukum administrasi diatur antara lain dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 57 PK/TUN/2012 tanggal 6 Agustus 2012 dan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor: 111 K/TUN/2000 tanggal 13 Februari 2012; ---

Menimbang, bahwa berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam perkara Nomor: 57 PK/TUN/2012 dan Nomor: 111 K/TUN/2000, dapat dipahami bahwa Tergugat sebagai Pejabat Tata Usaha Negara yang berwenang menerbitkan suatu keputusan tata usaha negara dengan asas spontane vernietiging juga berwenang untuk membatalkan keputusan tata usaha negara tersebut bila ternyata terdapat kekeliruan didalamnya; ---

Menimbang, bahwa Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam perkara Nomor: 57 PK/TUN/2012 dan Nomor: 111 K/TUN/2000 a quo, Majelis Hakim berpendapat bahwa asas spontane vernietiging mengatur perihal kewenangan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara menerbitkan keputusan tata usaha negara secara a contrario juga diberi kewenangan untuk mencabutnya sepanjang terdapat kesalahan atau kekeliruan di dalamnya; ---

Menimbang, bahwa setelah meneliti Gugatan Penggugat dihubungkan dengan jawab menjawab Para pihak dan fakta-fakta yang timbul di persidangan, Majelis Hakim berpendapat bahwa Gugatan

Penggugat pada pokoknya tidak mempersoalkan kewenangan Tergugat dalam menerbitkan objek sengketa in litis, melainkan mempersoalkan penerbitan objek sengketa in litis yang didalilkan Penggugat telah melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku dan asas-asas umum pemerintahan yang baik serta tidak memperhatikan kepentingan Penggugat sebagai pemegang hak keperdataan atas tanah sisa seluas 104,432 Ha beserta pemisahan dan perubahan data yang telah terjadi terhadap Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor: 01 Tahun 1997 Tanggal 16 Juli 1997 sebelum terbitnya objek sengketa, dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa dalil Tergugat berkaitan dengan asas spontane vernietiging tidak relevan lagi untuk dipertimbangkan; ---

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah penerbitan objek sengketa in litis bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) atau tidak, dengan pertimbangan sebagai berikut: ---

Menimbang, bahwa Bukti T-28, berupa Surat Tergugat tertanggal 21 Mei 2014 Nomor: 912/19.14/V/2014 Perihal Keberatan Atas Terbitnya Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi

Dokumen terkait