• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. M EM BACA M ENULIS A L QUR'AN

Membaca ialah melihat serta memahami isi dan apa yang tertulis (dengan melesankan atau hanya dihati)33.

Menulis ialah membuat hum f (angka, dsb) dengan pena (pensil, kapur,dsb)34.

31 Fatah Syukur,op.cit.hlm .20 32 Ramayulis, op cit, hlm.95

” W J S Poerwodarminto, loc cit, hlm.75 34 Ibid, him. 1304

A! Qur'an menurut bahasa adalah yang dibaca. A1 Qur'an adalah masdar yang diartikan dengan isim m aful yaitu maqru berarti yang dibaca35. A1 Qur’an merupakan kitab suci dan pedoman bagi jalan hidup mereka.

Jadi maksud membaca menulis A1 Qur'an adalah aktifitas melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis dengan melesankan serta membuat dengan pena huruf-huruf atau ayat-ayat A1 Qur'an.

Setiap mukmin yang mempercayai A1 Qur'an, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap Kitab Sucinya itu. Di antara kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajarinya dan mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan A1 Qur'an adalah kewajiban suci lagi mulia. Rasulullah SAW telah mengatakan; "Yang sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari A1 Qur'an dan mengajarkannya." Dalam hadist lain Rasulullah mengatakan : "Sesungguhnya seseorang yang berpagi-pagi pergi mempelajari ayat-ayat dalam Kitabullah lebih baik yang seperti itu daripada mengeijakan sembahyang sunnat seratus rokaat." Dari hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah juga mengatakan Siapa-siapa yang mempelajari Kitabullah, kemudian diamalkannya isi yang terkandung di dalamnya, Allah akan menunjukinya dari kesesatan dan akan dipeliharanya pada hari kiamat dari siksa yang berat."

Jadi belajar A1 Qur'an itu merupakan kewajiban yang utama bagi setiap mukmin, begitu juga mengajarkannya. Belajar A1 Qur'an itu dapat dibagi kepada

35Hasbi Ash Shiddiqie, Sejarah dan Pengantar Ilmu A l Qur'an Tafsir, Bandung,Bulan Bintang, 1954.him. 1

bsberapa tingkatan, yaitu belajar membacanya sampai lancar dan baik, menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam qiroat dan tajwid,belajar arti dan maksudnya sampai mengerti akan maksud-maksud yang terkandung di dalamnya dan terakhir belajar menghafalnya di luar kepala, sebagai mana yang dikerjakan oleh para sahabat pada masa Rosulullah, demikian pula pada masa sekarang di beberapa negeri islam.

Belajar A1 Qur'an itu hendaknya dari semenjak kecil, sebaiknya dari semenjak berumur 5 atau 6 tahun, sebab umur 7 tahun sudah disuruh mengeijakan sembahyang. Rosulullah sudah mengatakan:"Suruhlah anak-anakmu mengeijakan sembahyang bila sudah berumur 7 tahun dan pukullah atau marahlah bila dia tidak mengeijakan sembahyang kalau sudah berumur 10 tahun."

Menjadikan anak-anak dapat belajar A1 Qur'an mulai dari semenjak kecil itu adalah kewajiban orang tuanya masing-masing Berdosalah orang tua yang mempunyai anak-anak tetapi anak-anaknya tidak pandai membaca A1 Qur'an. Tidak ada malu yang paling besar di hadapan Allah nantinya, bilamana anak- anaknya tidak pandai membaca A1 Qur’an. Sebaliknya tidak ada kegembiraan yang lebih memuncak nantinya, bilamana orang tua dapat menjadikan anaknyapandai membaca A1 Qur’an. Rasulullah telah mengatakan:"Tidak ada suatu keuntungan bagi seseorang yang telah menjadikan anaknya pandai membaca A1 Qur’an kecuali baginya nanti pada hari kiamat akan diberikan suatu mahkota dari dalam syurga".

Pada tingkat pertama ini, yaitu tingkat mempelajari membaca A1 Qur’an dcngan baik hendaknya sudah merata dilaksanakan, sehingga tidak ada lagi orang yang buta huruf A1 Qur’an dikalangan masyarakat Islam. Di tiap-tiap rumah tangga orang Islam hendaknya diaktifkan benar-benar pemberantasan buta huruf A1 Qur'an dengan baik. Batas untuk mempelajari A1 Qur'an itu hanya bila seseorang sudah diantar ke lubang kubur.

Jadi tidak alasan untuk tidak mempelajarinya, misalnya saja karena tua, karena sudah dewasa dan sebagainya. Dalam tingkatan pertama sekedar pandai membaca A1 Qur'an dengan baik, hal ini belaku nagi anak-anak, orang dewasa maupun orang tua, pria ataupun wanita, semuanya berkewajiban untuk mempelajarinya.

Pada tingkatan pertama yang dikenalkan adalah mengenal huru- huruf hijaiyah untuk dapat membaca A1 Qur'an dengan baik. Huruf Hijaiyah adalah ejaan huruf arab. H uruf hijaiyah digunakan untuk menulis A1 Qur'an. Agar kita bisa membaca dan menulis A1 Qur'an maka harus bisa membaca dan menulis huruf-huruf hijaiyah. Jumlah huruf hijaiyah seluruhnya dari mulai alif (* ) hingga ( ) ada 3036. * 11

Dalam membaca A1 Qur’an, harus diperhatikan tanda baca atau harokat yang digunakan. Harokat yang ditemukan dalam bacaan huruf A1 Qur’an ada enipai, yaitu faihah, kasrvh, dhammah dan su k u n 7.

Az Zarqoni memberikan pengertian Qiroah sebagai suatu madzhab yang dianut olah seorang imam dalam membaca A1 Qur'an yamg berbeda satu sama lainnya dalam pengucapan A1 Qur'an serta disepakati riwayat dan jalur-jalumya, baik perbedaan itu dalam pengucapan huruf maupun dalam pengucapan lafalnya 38

Sebab-sebab timbulnya perbedaan itu dapat disimpulkan dalam dua hal yaitu penulisan A1 Qur'an itu sendiri dan perbedaan iahjah (dialek) orang-orang Arab.

Dalam hal ini ada beberapa Qiroah yang masyhur di tengah-tengah masyarakat Islam sampai saat ini yaitu:Qiroah Sabhah, qiroah Arba'a Asyrah.

Adapun dari segi kualitas,qiroah terbagi menjadi dua, yaitu qiroah yang dikenal dan qiroah yang tidak dikenal. Qiroah yang tidak dikenal terbagi menjadi tiga yaitu qiroah yang disebut sebagiannya berasal dari sahabat, qiroah syadz yang tidak boleh diamalkan, qiroah yang dijumpai dalam beberapa hadits yang diriwayatkan oleh imam-imam ahli b a it 37 38

3 7 him. 13

A! Qur'an mula-mula ditulis tanpa titik dan baris. Hal ini tidak mempengaruhi pembacaan A1 Qur'an karena para sahabat dan para tabiin adalah orang-orang yang fasih dal am bahasa arab. Oleh karena itu mereka dapat membacanya dengan baik dan tepat. Tetapi setelah agama Islam tersiar dan banyak, bangsa yang bukan bangsa arab memeluk agama Islam sulitlah bagi mereka membaca A1 Qur'an tanpa titik dan baris itu.

Sangatlah dikhawatirkan bahwa hal ini akan menimbulkan kesalahan- kesalahan dalam pembacaan A1 Qur'an. Maka Abu Aswad Ad Dauli mengambil inisiatif untuk memberi tanda-tanda dalam A1 Qur’an dengan tinta yang berlainan wamanya dengan tulisan A1 Qur'an. Tanda-tanda itu adalah titik di atas untuk fathah, titik di bawah untuk kasroh, dan titik di sebelah kiri atas untuk dhommah dan dua titik untuk tanwin. Hal ini teijadi pada masa Muawiyah.

Kemudian dimasa Abdul Malik bin Marwan, Nashir bin Ashim dan Yahya bin Ya'mar menambahkan tanda-tanda untuk huruf-huruf yang bertitik dengan tinta yang sama dengan tulisan A1 Qur'an. Itu adalah untuk membedakan antara maksud dari titik Abu Aswad Ad Dauli dengan titik yang baru ini. Atitik Abu Aswad adalah untuk tanda baca dan titik Nashir bin Ashim adalah titik huruf. Cara penulisan semacam ini tetap berlaku pada masa Bani Umayyah, dan pada masa permulaan Kerajaan Abbasyiah, bahkan tetap dipakai pula di Spanyol sampai pertengahan abad ke 4 H. Kemudian temyata bahwa cara pemberian tanda seperti iini menimbulkan kesulitan bagi para pembaca A1 Qur'an, karena terlalu banyak titik, sedang titik itu lama kelamaan hampir menjadi serupa wamanya.

Maka A1 Kholil mengambil inisiatif, untuk membuat tanda-tanda yang baru yaitu waw kecil ( ) di atas untuk tan da dhommah, huruf alif kecil ( ' ) untuk

tanda fathah, huruf yaa kecil untuk kasroh, kepala huruf syin ( ' ) untuk tanda syaddah, kepala ha ( • ) untuk sukun dan kepala ain ( , ) untuk hamzah.

Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong dan ditambah sehingga menjadi bentuk yang ada sekarang39.

B AB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

Dokumen terkait