• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Ibadah

3. Macam dan Pembagian Ibadah

Berdasarkan macamnya ibadah, terdiri dari beberapa macam, yaitu: 1. Bersifat ma’rifat yang tertentu dengan soal ke Tuhanan.

2. Ucapan-ucapan yang tertentu untuk Allah, seperti takbir, tahmid,tahlil

dan puji-pujian.

3. Perbuatan-perbuatan yang tertentu untuk Allah, seperti haji, „umrah,

ruku’, sujud, puasa, thawaf dan i’tikaf.

4. Ibadah yang lebih keras padanya hak Allah, walaupun terdapat pula padanya hak hamba, seperti: sembahyang fardhu dan sembahyang sunnah.

5. Yang melengkapi kedua-dua hak, tetapi hak hamba lebih berat, seperti: zakat, kaffarat dan menutupi aurat.23

Di antara macam-macam peribadatan itu, ada lima ibadah pokok yang bisa disebut arkanul Islam yaitu:

a. Ibadah lisan ialah ikrar keyakinan dengan syahadatain, dengan mengucapkan dua kalimat syahadat .

b. Ibadah badaniah murni harian ialah shalat yang bersifat harian yang mesti dilakukan 5 kali dalam sehari.

c. Ibadah badaniah tahunan ialah puasa yang dilakukan setahun sekali selama satu tahun Ramadhan.

d. Ibadah harta bersifat sosial ialah zakat, dengan mengeluarkan harta yang ditujukan kepada Allah, untuk kesejahteraan masyarakat.

e. Ibadah badaniah antara bangsa ialah haji yang merupakan ibadah setahun sekali atau seumur hidup sekali (jika mampu). Haji merupakan ibadah kolektif antara bangsa-bangsa di dunia di pusat kelahiran Islam.24

Adapun pembagian ibadah, terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

23

M. Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah… hal 71 24

Dari segi umum dan khususnya, ibadah terbagi menjadi :

1. Ibadah khusus, yaitu ibadah yang ketentuannya telah ditetapkannya telah ditetapkan oleh nash al Quran dan al Hadits, seperti shalat, puasa, haji atau ibadah yang terkatagori ibadah khusus tidak diterima penambahan dan kekurangan.

2. Ibadah umum, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan semua umat islam dengan niat ibadah dan diamalkannya semata- mata karena Allah.25

Dari segi pelaksanaannya, ibadah terbagi menjadi:

1. Ibadah jasmaniah dan rohaniyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani dan rohani, seperti shalat dan puasa. 2. Ibadah rohaniyah dan maliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan

dengan menggunakan rohani dan harta, seperti zakat.

3. Ibadah jasmaniah, rohaniyah dan maliah, yaitu ibadah yang dilakukan dengan menggunakan jasmani, jasmani dan harta, seperti haji.

Dari segi pribadi dan masyarakat, ibadah terbagi menjadi:

1. Ibadah fardi, yaitu ibadah yang dilaksanakn secara perseorangan, seperti shalat dan berpuasa.

2. Ibadah ijtima’ yaitu ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi tuntunan kebutuhan sosial masyarakat, seperti zakat dan haji.26

Dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah terbagi menjadi:

1. Ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah. Ibadah ini seperti: tasbih, tahmid, tahlil,takbir, do’a dan membaca hamdalah

oleh orang yang bersin dll.

25

M. Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah… hal 7-8

26

2. Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu sifat, contohnya: berjihad dijalan Allah, membela diri dari gangguan.

3. Ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan. Ibadah semacam ini, ialah: ketika berpuasa, yakni menahan diri dari makan, minum dan dari segala yang merusakkan puasa (Dengan kita menahan diri dari perbuatan tersebut, berwujudlah ibadah puasa).

4. Ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesuatu perbuatan. Umpamanya: I’tikaf (duduk di dalam sesuatu rumah dari rumah-rumah Allah) serta menahan diri dari jima’ dan mubasyah

dan seperti haji, thawaf, dan ta’rif.

5. Ibadah yang bersifat menggugurkan hak. Seperti membebaskan orang-orang yang berhutang dari hutangnya dan mema’afkan

kesalahan dari orang yang bersalah dan memerdekakan budak untuk kaffarat.

6. Ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khudlu’, khusyu’,

menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan bathin dari yang diperintahkan kita menghadapinya.27

Setelah kita mengetahui berbagai macam dan dilihat dari berbagi segi dalam beribadah, sudah seyogyanya kita dapat memperbaiki ibadah kita menjadi lebih baik.

Sifat-sifat ibadah dan keadaannya ibadah didalm syara islamy apabila ditinjau dri jurusan sifatnya, waktunya, keadaannya dan hukumnya, terbagi kepada :

1. Muadda : yang dikerjakan di dalam waktu yang ditetapkan syara’. 2. Maqdly : yang dikerjakan sudah keluar waktu yang ditentukan

syara’.

3. Mu’aad : yang diulangi sekali lagivdi dalm waktu untuk menambah kesempurnaannya.

27

4. Muthlaq : yang tiada diqaidkan waktunya oleh syara’ dengan

sesuatu waktu yang terbatas, seperti : membayar kifarat.

5. Muwaqqat : yang diqaidkan oleh syara’ dengan waktu yang

tertentu dan terbatas. Seperti sembahyang dan puasa Ramadhan. 6. Muwassa’ : yang lebih luas waktunya dari yang diperlukan oleh

fardu yang empunya waktu. Seperti sembayang 5.

7. Mudlaiyaq (mi’yaar) : yang waktunya sebanyak atau sepanjang fardu yang difardukan di dalam waktu itu; seperti : puasa. Di dalam waktu Madlayyaq, tak boleh dikerjakan yang lain dari yang empunya waktu.takbolehdikerjakab dalam bulan ramadhan, puasa yang lain dari pada bulan ramadhan sendiri.

8. Dzusyabahain : yang mempunyai persamaan dengan muwassa’

yaitu haji

9. Muayyan : yang tertentu dituntutnya oleh syara’.

10.Mukhatyar : yang boleh dipilih mana yang disukai dari salah satu yang ditentukan.

11.Muhaddad : yang dibatasi oleh kadarnya oleh syara’ seperti shalat fardu zakat dan harga-harga pembelian..

12.Gairu muhaddad : yang tidak dibatasi qadarnya oleh syara’. Seperti mengeluarkan harta di jalan Allah.

13.Murattab : yang harus dikerjakan menurut tertib. Yakni sesudah yang pertama tidak disanggupi, barulah dikerjakan yang kedua. Seperti kafarah jima.

14.Ma yaqbalu ta’khair wa la yaqbalut taqdiem : yang dapat di takhirkan dari waktunya, tak dapat didahulukan oleh waktunya. Seperti sembahyang dhuhur, magrib dan puasa.

15.Ma yaqbalu taqdiem wa la yaqbalut takhir : yang boleh di dahulukan dari waktunya, tak boleh di takhirkan dri waktunya. Seperti sembahyang ashar dan isya.

16.Mala yaqbalut taqdiem wa lattakhir : yang tak dapat menerima di

17.Mayajibu ‘alal fauri : yang wajib terus langsung (segera) dilaksanakan). Seperti menyuruh ma’ruf mencegah munkar.

18. Mayajibu ‘alattarakhy : yang dibolehkan kita melambatkan pelaksanaanya. Seperti nadzar yang muthlaq dan rupa-rupa kafarah. 19.Mayaqbaluttakhula : yang dapat masuk memasuki (yang dapat dengan sekali pelaksanaan hasil dua perkara). Seperti umrah, bisa masuk ke dalam haji.

20.Ma la yaqbaluttakhula : yang tak dapat masuk memasuki. Seperti shalat, zakat, shadaqah, hutang , haji dan umrah.

21.Ma ukhtulifa fie qabulit tadakhuli : yang diperseliishi para ulama tentang dapat tidaknya masuk memasuki. Seperti masuk wudhu ke dalam mandi.

22.Ma azlematuhu afdlalu min rukhshatihi : yang azimahnya lebih utama dari rukhshahnya. Seperti istinja’ dengan air

23.Ma rukhshatuhu afdlalu min azlematihi : yang rukhshahnya lebih utama dari ruhkshahnya. Seperti qashar dalam perjalanan 3 hari. 24.Mu yuqdha fie jamiil auqaat : yang boleh diselesaikan dalam

segala waktu. Seperti qurban dan hadaya yang dinazarkan.

25.Ma la yuqhda illa fie waqtihi: yang tidak boleh diqadla terkecuali dalm semisal waktunya. Seperti Haji.

26.Ma yaqbalul adaa-a wal qadlaa-a : yang menerima pelaksanaan dalam waktunya dan di luar waktunya. Seperti Haji dan pausa. 27.Ma yaqbalul adaa-a walaa yaqbalul qadlaa-a : tidak menerima

pelaksanaan diluar waktunya, yakni tak ada qadlanya. Seperti sembahyang jumat menurut mazhab jumhur.

28.Ma laa yushafu bi qadlaa-in wala adaa-in : yang tidak disifatkan dengan tunai dan tidak dengan qadla. Yaitu : sunnah yang kita kerjakan dengan tidak bersebab dan tidak berwaktu. Seperti Nafel muthlaq.

29.Ma yataqaddaru waqtu qadla ihi ma’a qabulihi litta’-khiery : yang berbatas waktu mengqadlanya, tetapi dapat juga dikerjakan sesudah lewat waktu qadlanya itu. Seperti qadla puasa.

30.Ma yakunu –uhu mutarakhian : yang boleh di qadla bila mana saja di kehendaki, yakni : tidak perlu disegerakan.

31.Ma yajibu qalauhu ‘ala fauri: yang wajib di qadla dengan segera. Seperti : Haji dan umrah yang dirusakkan.

32.Ma yadkhuluhusyarthu minal ‘ibadati : ibadah-ibadah yang bias dilaksanakan atas dasar sesuatu syarat. Seperti nadzar.

33.Ma laa yaqbalut ta’lieqa wa lasysyartha : yang tak dapat

digantungkan kepada hasil ta’lieq dan hasil syarat. Sperti puasa dan

shalat yang diwajibkan oleh syara’.

34.Ma yu’tabaru biwaqthi fi’lihi laa liwaqthi wujubihi : yang dipandang waktu pelaksanaannya bukan waqtu wajibnya. Seperti suci untuk bersembahyang.

35.Ma yutabaru biwaqti wujubihi : yang di I’tibarkan dengan waktu

wajibnya. Seperti sembahyang yang wajib dalam hadlir lalu di qadla dalam shafar.

36.Ma ukhtulifa fie I’tibarihi bi waqthi wujubihi, aubiwaqthi adaa-ihi

: yang diperselisihi tentang mana yang dii’tibarkan waktu

wajibnya, atau waktu pelaksanaannya.28

Dokumen terkait