• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disiplin beribadah siswa SMP Islam Assa'adah Pondok Kelapa jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Disiplin beribadah siswa SMP Islam Assa'adah Pondok Kelapa jakarta Timur"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Disusun oleh :

Muhammad Fazrih

(104011000025)

FAKULTAS ILMU TARBYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i Muhammad Fazrih (NIM. 104011000025)

Disiplin Beribadah Siswa SMP Islam As-Sa’adah Pondok Kelapa Jakarta Timur,

Skripsi: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Adapun ibadah merupakan puncak segala kepatuhan. Ibadah sebagai media komunikasi langsung dan integral antara makhluk dan Khaliknya. Tujuannya tidak lain adalah agar manusia bertaqwa kepada Allah SWT.

Penelitian ini dilakukan di SMP Islam As-Sa’adah Pondok Kelapa Duren Sawit Jakarta Timur, pendekatan dan metode yang dipakai ialah menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah metode survey, dalam penelitian deskriptif analisis kualitatif.

(6)

ii rahmat, karunia dan hidayah yang telah diberikan, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir kuliah yang berupa skripsi dengan judul: DISIPLIN BERIBADAH SISWA SMP ISLAM AS SA’ADAH JAKARTA”.

Shalawat serta salam tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir masa.

Karya tulis yang sederhana ini, merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, walaupun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

tujuan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Saat penyusunan skripsi dan selama penulis masih beraktivitas dibangku perkuliahan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis mendapatkan banyak bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Bapak. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak. Bahrissalim, M.A Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Bapak. Dr. Sapiudin Shidiq, MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

(7)

iii

dan juga memberikan ruang inspirasi kepada penulis untuk menentukan berbagai proporsi, kategori dan interpretasi pada skripsi ini.

5. Para dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan motivasi dan pelayanan serta bimbingan dalam mengembangkan pemikiran dan intelektualitas selama belajar dibangku perkuliahan.

6. Kepala sekolah SMP Islam Assa’adah Jakarta, Serta para guru dan karyawan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk

mengadakan penelitian.

7. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf dan karyawan yang membantu pelayanan fasilitas buku-buku demi terselesaikannya skripsi ini.

8. Ayahanda H. Amat dan Ibunda Hj.Inah tercinta yang telah berjuang tanpa mengenal menyerah untuk mengasuh, mendidik, membimbing, mendoakan dan berkorban baik moril maupun materil, sehingga penulis berhasil menyelesaikan studi (jihad) di UIN SYARIF

HIDAYATULLAH ini. “rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma

kama rabbayaani shaaghiraa”.

9. Para sanak family ( Abang, Mpo, Encang dan Encing) yang tiada hentinya memberi motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini, terima kasih atas do’a dan dukungannya.

10.Para Kyai dan para Habaib yang selalu mendoakan sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas hingga akhir. Khususnya pimpinan Pon-Pes modern An Najah yaitu Ibu Ustadzah Dra. Hj. Maisyaroh Madsuni dan para guru An Najah wabil khusus Bapak Noval.

11.Kekasihku Siti Khodijah yang telah banyak sekali dalam membantu

penulisan skripsi dan juga semangat yang luar biasa yang tak kenal lelah dalam memberikan semangat, motivasi dan juga kasih sayang yang diberikan olehnya dan maminya.

(8)

iv

penulis dengan keceriaan, ketenangan jiwa dan kebersamaan yang begitu erat khususnya (Muchlis, Endank, Trisno, Bakhrudin, Basri, Yahya and all best friend) oia Choironi yang sudah sempat meminjamkan referensi skripsi penulis

Kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam penyelesaian skripsi ini, penulis haturkan rasa terima kasih, semoga Allah swt membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Apabila ada kesalahan, kekurangan dan kekhilafan mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari sistematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini, dapat bermanfaat untuk kita semua, Amin.

Jakarta, 22 Agustus 2011

(9)

v LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Disiplin ... 8

1. Pengertian Disiplin ... 8

2. Tujuan Disiplin ... 11

3. Macam- Macam Disiplin ... 12

4. Prinsip-prinsip Disiplin ... 14

5. Bentuk dan Pendekatan Disiplin ... 15

B. Ibadah ... 18

1. Pengertian Ibadah ... 18

2. Tujuan Ibadah ... 22

3. Macam dan Pembagian Ibadah ... 23

4. Motivasi Ibadah ... 28

(10)

vi

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Pendekatan dan Metode ... 32

C. Sumber Data ... 32

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Analisis Data ... 33

G. Kisi-Kisi/Instrumen Wawancara ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ………. 35

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 35

1. Latar Belakang Berdiri, Visi dan Misi ... 35

2. Struktur Organisasi ... 38

3. Keadaan Murid ... 39

4. Sarana dan Prasarana ... 40

5. Tata Tertib ... 41

B. Analisa Data ... 45

BAB V PENUTUP ………... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Alam semesta ini merupakan salah satu sarana untuk merenungi kebesaran pencipta-Nya. Hasil perenungan ini memotivasi manusia untuk mentaati dan mencintai Allah. Melalui para RasulNya, Allah memberikan petunjuk kepada manusia agar memahami tujuan hidup yang semata-mata hanya beribadah kepada Allah SWT.

Ibadah merupakan puncak segala kepatuhan. Ibadah sebagai media komunikasi langsung dan integral antara makhluk dan Khaliknya. Ibadah bagi seorang muslim berfungsi sebagai peringatan yang menggugah perasaan hati, pada saat hatinya lalai, membangkitkan ingatan dikala lupa, menumbuhkan naluri giat melakukan kebaikan dan menambahnya, mengangkat derajatnya dan membebaskanya dari perbuatan syahwat dan hawa nafsu dirinya sendiri.1

Sebagai manusia yang beriman pada Tuhan, sudah menjadi fitrah bagi manusia untuk menyembah Allah. Untuk itu manusiapun memeluk agama yang diyakininya melalui agama tersebut, manusia diberi tata cara dan ritual untuk menyembah-Nya sesuai ajaran yang dibawa Nabi dan Rasul. Seperti dalam Islam, umatnya diwajibkan untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat, shalat lima waktu, zakat, puasa pada bulan Ramadhan, dan pergi haji bagi

1

(12)

yang mampu. Demikian juga dengan agama-agama yang lain, semua memiliki kewajiban dan tata cara ibadah sendiri-sendiri.

Kewajiban untuk melakukan ibadah tersebut sudah seharusnya dilaksanakan dengan taat dan disiplin. Ibadah itu tidak boleh dirasakan sebagai beban, tetapi harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran. Kesadaran bahwa manusia adalah hamba ciptaan-Nya, manusia adalah makhluk yang lemah dan tiada daya/kekuatan selain dari-Nya, kesadaran bahwa manusia adalah makhluk yang tidak ada apa-apanya dibanding kekuasaan-Nya; sebagaimana sesuai dengan firman Allah SWT: kita berasal dari setetes air mani (sperma), ke mana-mana membawa kotoran (di dalam perut) dan akhirnya menjadi mayat yang kembali ke tanah.

Dan manusiapun harus sadar bahwa nikmat dan karunia Tuhan yang tercurah setiap saat kepada manusia tiada terhitung banyaknya. Dengan kesadaran ini maka manusia akan sadar bahwa beribadah bukan lagi dianggap sebagai kewajiban, tetapi sudah menjadi kebutuhan sebagai makhluk yang tahu berterima kasih kepada Tuhan. Seandainya seluruh manusia di bumi ini

tidak ada yang menyembah-Nya, tidak akan terkurangi sedikitpun keagungan Tuhan, tetapi sudah menjadi fitrah (bawaan alami) manusia untuk beribadah dan menyembah-Nya. Jadi, bukan Tuhan yang butuh manusia untuk menyembah-Nya, melainkan manusialah yang butuh untuk bersujud, beribadah dan menyembah-Nya dengan segenap iman. Tanpa beriman dan beribadah, mungkin manusia bisa memiliki kekayaan melimpah yang pernah ada di bumi ini seperti orang-orang atheis yang pernah hidup tapi kaya raya tetapi manusia tidak akan pernah merasakan yang namanya kebahagiaan dan kedamaian jiwa yang hakiki.

(13)

Dengan konsisen beribadah, manusia memiliki sumber kekuatan dari dalam yang membuat percaya diri dalam menghadapi badai apapun dalam hidup ini karena dapat diketahui semua berada dalam kendali Yang Maha Kuasa. Dengan konsisten menjalankan ibadah, setiap manusia yang bertakwa akan mendapat derajat tertinggi di sisi Tuhan, sebagaimana dalam firman Allah:

Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan

Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Takwa itu sendiri memiliki definisi pokok yaitu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebuah definisi yang kelihatannya singkat, namun boleh jadi akan lebih sulit untuk mempraktekkannya. Walaupun demikian, manusia yang sukses sejati. Menurut penulis adalah manusia yang selain sukses secara duniawi juga sukses secara ukhrowi, yakni yang telah mencapai derajat takwa tersebut.

Dalam Islam ibadahlah yang memberikan motivasi rohani yang diperlukan manusia. Semua ibadah yang ada dalam Islam seperti shalat, puasa, zakat bertujuan membuat roh manusia dekat kepada Allah SWT. Dan dapat mempertajam kesucian, karena rasa kesucian yang kuat akan dapat menjadi rem terhadap hawa nafsu seseorang agar tidak melanggar nilai-nilai moral,

peraturan dan hukum yang sudah ditetapkan oleh ِِAllah, baik dari al Quran dan As sunnah. Oleh karena itu sejalan dengan tujuan Allah menciptakan manusia, yaitu hanya untuk beribadah.

(14)

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Ibadah dalam firman tersebut merupakan aktualisasi diri manusia. Aktualisasi ini akan membentuk suatu jati diri (self- image) dan harga diri

(self- estren) yang benar-benar fitri dan islami,2 untuk membentuk itu semua diharuskan kedisiplinan dalam menjalaninya.

Dalam beribadah kita harus berdisiplin, karena dengan disiplin maka semua pekerjaan berjalan dengan baik. Yang dimaksud dengan disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.

Dalam ajaran Islam banyak ayat Al Qur’an dan Hadist yang

memerintahkan disiplin dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa ayat 5 9:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan)

kamu …

Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha maupun belajar, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa. Perlu kita sadari bahwa betapa pentingnya

2

(15)

disiplin dan betapa besar pengaruh kedisiplinan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa maupun kehidupan bernegara.3

Menumbuhkan kebiasaan anak didik dalam beribadah merupakan salah satu benteng dalam menyelamatkan moral mereka dari prilaku buruk yang melanda masyrakat saat sekarang ini, seperti, pengaruh produk pornografi yang terus mengintai generasi muda, tauran remaja yang meresahkan masyrakat, narkoba dll. dalam beberapa tahun terakhir berbagai produk pornografi terus bermunculan seperti cendawan di musim hujan, namun ironis sebagian masyarakat menyambutnya dengan tangan terbuka.

Kenyataan itu merupakan suatu fenomena yang menggelisahkan. Merebaknya produk buruk tersebut sebagai cerminan kondisi sebuah masyarakat yang sedang "sakit sosial" dan jika budaya itu terus berkembang akan menjadi kanker ganas untuk membusukkan semua potensi serta melumatkan harmoni pergaulan sosial.

Ajaran Islam menyebutkan, setiap mereka yang berbuat dosa akan

menerima cobaan, baik dalam bentuk bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, puting beliung, tanah longsor, meletus gunung berapi, semburan lumpur

panas dan kekeringan.

Untuk membentengi anak dari pengaruh buruk tersebut, mereka perlu dididik sedini mungkin dalam hal disiplin mematuhi ajaran agama Islam. Oleh karenanya pendidikan agama bagi remaja perlu diberikan seoptimal mungkin. Secara konkret pendidikan agama harus lebih kuat dengan mengajarkan Alquran dan mempraktikkan ibadah lainnya.

Faktor kebiasaan dan pemberian contoh yang baik merupakan kunci utama dalam menyelamatkan generasi muda dari pengaruh negative, masyarakat, baik individual maupun kolektif, perlu memberikan keteladanan kepada generasi muda dalam semua aspek kehidupan..

3

(16)

SMP Islam As-Saadah adalah salah satu lembaga pendidikan di Pondok Kelapa Jakarta Tmur, yang menyelenggarakan kegiatan praktek ibadah yang tujuan utamanya dalah untuk membiasakan anak didik dalam beribadah dan mendisiplinkan anak didika akag kontinyu dan istiqomah dalm kehidupan beribadah sehari-hari.

Kondisi yang ada menunjukan, banyak siswa yang melarikan diri

ketika diperintahkan shalat berjama’ah, itu semua upaya sekolah untuk

menjadikan siswanya menjadi insan yang berdisiplin dalam beribadah. Jika kedisiplinan beribadah siswa sekolah tersebut tidak baik atau lemah maka yang menjadi sorotan utama adalah guru, sehingga banyak yang memandang bahwa rendahnya disiplin beribadah di sekolah tersebut akibat kekurangan disiplin guru dan staf pengajar yang tidak berdisiplin pula dalam beribadah di sekolah. Dengan keberadaan siswa yang memiliki disiplin yang sangat kurang sekali sehingga mengurangi citra baik sekolah. Untuk menjadikan kedisiplinan siswa dalam beribadah dibutuhkan dorongan dari kedisiplinan seorang guru

karena gurulah yang akan dijadikan contoh teladan oleh para siswa-siswinya sehingga terciptanya disiplin beribadah siswa sekolah tersebut.

Untuk itu kita semua butuh kedisiplinan dalam segala hal. Dalam masalah ini guru diharapkan membina siswa-siswinya dalan berdisiplin beribadah, agar guru biasa membantu membina peserta didik dalam mengembangkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. maka untuk melaksanakan itu semua, guru agama Islam khususnya dituntut untuk menanamkan disiplin beribadah siswa-siswinya di sekolah.

(17)

Beberapa hal di atas menjadi latar belakang masalah yang akan di angkat oleh penulis yaitu mengenai “DISIPLIN BERIBADAH SISWA SMP

ISLAM AS-SA’ADAH JAKARTA”

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada masalah:

1. Masih rendahnya disiplin beridah shalat siswa SMP Islam As-Sa’adah

2. Kurangnya upaya guru dalam mendisiplinkan beribadah siswa

C. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah tersebut diatas maka penulis merumuskan, perumusan sebagai berikut:

Rendahnya disiplin beribadah siswa SMP Islam Assa’adah.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kedisiplinan beribadah siswa dan untuk menjelaskan dampak disiplin beribadah siswa di SMP

As-Sa’adah Pondok Kelapa Jakarta timur.

Dan adapun hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:

(18)

2. Guru, sebagai kajian/referensi dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana mendisiplinkan siswa dalam beribadah. 3. Penulis, sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar S-1/Strata Satu

(19)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Disiplin

1. Pengertian Disiplin

Untuk membahas tentang pengertian disiplin, maka penulis mengemukakan sebagai berikut:

Disiplin berasal dari kata “disciple” yang berarti belajar. Disiplin

merupakan arahan untuk melatih dan membuat seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik.1 Dalam Kamus Bahasa Indonesia, disiplin berarti latihan batin dan watak supaya mentaati tata tertib, kepatuhan pada aturan.2 Arti dasar dari disiplin ialah melatih mental agar dapat mematuhi segala perintah dan larangan agar menjadi lebih baik.

Menurut M. Hafi Anshori, disiplin adalah “Suatu sikap mental yang

dengan kesadaran dan keinsyafannya mematuhi peraturan-peraturan atau larangan yang ada terhadap suatu hal, karena mengerti betul-betul tentang pentingnya perintah dan larangan”.3 Berarti dapat juga dikatakan bahwa disiplin dapat dilakukan dengan baik apabila seseorang mengerti betul tentang pentingnya larangan atau perintah itu, karena apabila tidak dimengerti dengan

baik maka kemungkinan besar disiplin tidak dapat dijalankan dengan baik pula.

1

Heru Subekti, Artikel tentang Disiplin Kerja, Selasa 25 Maret 2009

2

Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Amani) h.84

3

(20)

Tentang disiplin The Liang Gie mengemukakan bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.4 Pengertian di atas ialah pengertian disiplin apabila di lihat dari sudut pandang keorganisasian atau suaru perusahaan.

Sejalan dengan itu Drs. Peter Salim dan Yeny Salim dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer mengartikan istilah disiplin “sebagai kepatuhan kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan”.5

Demikian juga pendapat yang dilontarkan oleh A. Tabrani Rusyan yang searah dengan pendapat di atas menyatakan bahwa, disiplin adalah suatu perbuatan yang mentaati, mematuhi dan tertib akan aturan, norma dan kaidah yang berlaku di tempat kerja.6

Menurut Melayu S.P Hasibuan, definisi disiplin adalah sebagai berikut: disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.7 Jadi kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi/mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan, baik yang tertulis maupun tidak.

Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda-beda, oleh karena itu disiplin mempunyai berbagai macam pengertian. Pengertian tentang disiplin telah banyak didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Ahli yang satu mempunyai batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.

Salah satu definisi tersebut adalah yang berhubungan dengan disiplin di antaranya seperti yang dikemukakan oleh Andi Rasdiyanah mengemukakan

4

The Liang Gie, Kamus Administration, (Jakarta: Gunung Agung, 1972)

5

Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991) h. 345

6

A. Tabrani Rusyan dkk, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar ( Media Cipta Nusantara, 2001) cet.ke-2, h. 521

(21)

bahwa disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah kepatuhan mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Depdiknas mengartikan tentang disiplin adalah “Tingkat konsistensi dan konsekuen seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang

berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai waktu dan proses pelaksanaan

suatu kegiatan”. Dari definisi di atas terdapat 3 aspek penting dalam hal

kedisiplinan agar kedisiplinan dapat dilakukan dengan benar yaitu: ada sifat

konsisten, konsekuen, dan komitmen. !) Konsisten, berarti kesiapan seseorang

dalam menjalankan kegiatan yang secara berkelanjutan dan terusmnerus. 2) Konsekuen, berarti sikap focus terhadap pekerjaan yang digelutinya. 3) Komitmen, berarti sikap ketetapan dalam menjalankan suatu hal tanpa adanya keruguan. Ketiga hal di atas apabila berjalan secara seimbang dan serasi maka kedesiplinan untuk mentaati peraturan-peraturan berjalan dengan tertib dan tujuan akan mudah untuk dicapai.

Dari berbagai macam pendapat tentang definisi disiplin di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu sikap moral siswa yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral. Siswa yang memiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar secara tertib, terarah dan teratur. Dengan demikian siswa yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan dan mengendalikan perilakunya.8

Jadi esensi dari disiplin adalah suatu sikap moral seseorang yang

terbentuk melalui suatu proses dari berbagai rangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keterarturan dan ketertiban

8

Herlin Febriana, Pengertian Disiplin, diakses pada tanggal 02 Juli 2011, dari

(22)

berdasarkan acuan nilai moral dan norma-norma yang yang ada dalam masyarakat..

2. Tujuan Disiplin

Dalam proses pendidikan terdapat peraturan-peraturan guna mendisiplinkan semua warga pendidikan. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting di mana dengan adanya disiplin dapat mengatur system pendidikan yang tealh terencanakan secara tertib, efektif dam efisien. Menurut

Herlin Febriana, Disiplin mempunyai beberapa tujuan seperti :

a. Menolong anak menjadi matang pribadinya dan berubah dari sifat ketergantungan ke arah tidak ketergantungan.

b. Mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan situasi dan kondisi dalam belajar mengajar agar mengikuti segala peraturan yang ada dengan penuh perhatian.

Dengan adanya disiplin, secara tidak langsung dapat membantu peserta didik agar mengenal dirinya untuk mewujudkan sesuatu yang baik dan yang akhirnya menghasilkan nama-nama yang berlaku. Jadi tujuan keseluruhan dari disiplin adalah membentuk perilaku yang sedemikian rupa sehingga anak akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok.

Disiplin mempunyai manfaat yang sangat besar bagi anak. Disiplin memberi anak rasa aman karena anak mengetahui mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Disiplin membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah. Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Disiplin dapat membantu anak untuk dapat mengembangkan hati nurani sebagai pembimbing dalam

mengambil setiap keputusan dan mengendalikan perilaku.9

9

(23)

3. Macam-macam Disiplin

Banyak para pakar yang mengemukakan tentang macam-macam disiplin, sebagai berikut, adapun menurut Piet A. Sahertian tentang macam-macam disiplin adalah:

a. Disiplin tradisional adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik. Maksudnya disiplin di sini ialah disiplin yang menjadikan yang terdidik secara otoriter, contohnya orang tua yang

memaksa anaknya untuk beribadah apabila si anak Usianya lebih dari 7 tahun untuk shalat maka maka si anak boleh hokum.

b. Disiplin modern adalah pendidikan hanya menciptakan situasi yang memungkinkan agar si terdidik dapat mengatur dirinya. ada situasi yang akrab, hangat, bebas sehingga si terdidik dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Maksudnya adalah disiplin di sini adalah disiplin yang menjadikan siterdidik diberikan pilihan untuk melaksanakan suatu hal untuk dikerjakan atau ditinggalkan agar anak bisa mengembangkan diri dengan harmonis. Contohnya orang tua secara demokratis telah memberitahu anaknya tentang kebaikan dan akibat apabila si anak tidak mengerjakan shalat, orang tua memberikan pilihan terhadap anak untuk mengerjakan atau meninggalkan shalat artimnya orang tua tidak memaksa tujuannya adalah agar tercipta hubungan harmonis antara orang tua dan anak.

c. Disiplin liberal, yang dimaksud disiplin liberal adalah disiplin yang diberikan kepada terdidik sehingga anak tersebut merasa memiliki kebebasan tanpa batas.10 Maksudnya adalah siterdidik diberikan kebebasan untuk melaksanakan atau meninggalkan suatu aturan, situasi

hubungannya pun tidak akrab dan tidak harmonis.

Adapun menurut Riki Septiawan macam-macam disiplin, antara lain:

10

(24)

a. Disiplin Diri

Disiplin diri merujuk pada pelatihan yang didapatkan seseorang untuk memenuhi tugas tertentu atau untuk mengadopsi pola perilaku tertentu. Sebagai contoh, seseorang mungkin saja tidak melakukan sesuatu yang menurutnya memuaskan dan menyenangkan dengan membelanjakan uangnya untuk sesuatu yang ia inginkan dan menyumbangkan uang tersebut kepada organisasi amal dengan pikiran bahwa hal tersebut lebih penting.

b. Disiplin dalam kehidupan pribadi

Kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih.

c. Disiplin Waktu

Disiplin dalam penggunaan waktu perlu diperhatikan dengan seksama. Waktu yang sudah berlalu tidak mungkin dapat kembali lagi. Hari yang sudah lewat tak akan datang lagi. Demikian pentingnya waktu sehingga berbagai bangsa didunia mempunyai ungkapan yang mernyatakan penghargaan terhadap waktu. Pribahasa Arab

mengatakan: “Waktu adalah pedang”. Tak dapat dipungkiri bahwa

orang-orang yang berhasil mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya.

d. Disiplin Dalam Beribadah

Menurut bahasa, ibadah berarti tunduk, merendahkan diri. Pengertian yang lebih luas dalam ajaran Islam, ibadah berarti tunduk dan

merendah diri hanya kepada Allah yang disertai perasaan cinta kepada-Nya.11

11

(25)

Dari pengertian tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa disiplin dalam beribadah itu adalah: Berpegang teguh pada apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah atau larangan, maupun ajaran yang bersifat menghalalkan, menganjurkan, sunnah dan makruh.

4. Prinsip-Prinsip Disiplin

Untuk meningkatkan disiplin perlu diperhatikan prinsip-prinsip disiplin, menurut Heru Subekti, sebagai berikut:

1. Perilaku positif dari pemimpin

Untuk dapat menjalankan disiplin yang baik dan benar, seorang pemimpin harus dapat menjadi role model/ panutan bagi bawahannya. Oleh karena itu seorang pemimpin harus dapat mempertahankan perilaku yang positif sesuai dengan harapan.

2. Perilaku yang cermat yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi secara formal dari rangkain pelanggaran yang di lakukan oleh anggota. 3. Kesegeraan mengatasi masalah yaitu kesegeraan dalam mengatasi

pelanggaran dengan cara yang bijaksana.

4. Perlindungan kerahasiaan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota/staf, karena dapat mempengaruhi masa depan mereka.

5. Fokus pada masalah.

6. Peraturan dijalankan secara konsisten.

7. Disiplin yang fleksibel, tindakan disipliner ditetapkan apabila seluruh informasi tentang anggota yang telah dianalisa dan dipertimbangkan. Hal yang menjadi pertimbangan antara lain adalah tingkat kesalahannya, prestasi pekerjaan yang lalu meningkat kemampuannya dan pengaruhnya terhadap organisasi.

8. Mengandung nasehat yaitu dengan menjelaskan secara bijaksana bahwa pelanggaran yang dilakukan tidak dapat diterima.

9. Tindakan konstruktif.

(26)

Pimpinan harus secara cermat mengawasi dan menetapkan, apakah perilaku bawahan sudah berubah, pimpinan harus melihat kembali penyebabnya dan mengevaluasi kembali batasan akhir tindakan indisipliner.12

Adapun prinsip-prinsip disiplin menurut Manullang, adalah: a. Hukuman disiplin hendaknya bersifat membangun

b. Hukuman disiplin dilakukan atas dasar penilaian yang objektif c. Hukuman disiplin dijatuhkan tepat pada waktunya dan jangan

sampai kadaluarsa.

d. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi

e. Keputusan hukuman jabatan hendaknya benar-benar dilaksanakan dengan penuh pertimbangan dan kebijaksanaan f. Pimpinan hendaknya tetap bertindak dan bersikap wajar setelah

pelaksanaan hukuman disiplin diberikan

g. Berilah kesan-kesan yang bersifat positif sehingga yang bersangkutan merasa adanya penyesalan dan kesadaran atas dasar perbuatan-perbuatan yang dilakukannya.13

Dari prinsip-prinsip diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan yang positif dari guru, setiap siswa akan menerima secara sadar tanggung jawabnya dalam melaksanakan aturan tentang disiplin yang telah diterapkan.

5. Bentuk dan Pendekatan Disiplin

Menurut Anwar Prabu, ada 2 bentuk disiplin, yaitu: a. Disiplin Preventatif

Disiplin preventatif adalah upaya untuk menggerakkan seseorang

mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk

12

Heru Subekti, Artikel tentang Disiplin Kerja…

13

(27)

menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventatif, seseorang dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan. b. Disiplin Korektif

Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan karyawan dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku di perusahaan.

Pada disiplin korektif, seseorang yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan

pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki seorang pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.

Di dalam pelaksanaan disiplin menurut Anwar Prabu, ada 3 pendekatan disiplin, yaitu:

a. Pendekatan Disiplin Modern

Pendekatan disiplin modern yaitu mempertemukan sejumlah keperluan atau kebutuhan baru di luar hukuman. Pendekatan ini berasumsi:

1) Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman fisik

2) Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukum yang berlaku

3) Keputusan-keputusan yang semaunya terhadap kesalahan atau prasangka harus diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya.

4) Melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak

terhadap kasus disiplin.

b. Pendekatan Disiplin dengan Tradisi

(28)

1) Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada peninjauan kembali bila telah diputuskan

2) Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus sesuaikan dengan tingkat pelanggarannya

3) Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggar maupun kepada karyawan lainnya

4) Peningkatan perbuatan pelanggaran diperlukan hukuman yang lebih keras

5) Pemberian hukuman terhadap karyawan yang melanggar kedua kalinya harusnya diberi hukuman yang lebih berat.

c. Pendekatan Disiplin Bertujuan

Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi bahwa:

1) Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua karyawan.

2) Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembentukan perilaku

3) Disiplin ditujukan untuk perubahan perilaku lebih baik

4) Disiplin karyawan bertujuan agar karyawan bertanggung jawab terhadap perbuatannya.14

Dengan mengetahui bentuk dan pendekatan disiplin di atas, dapat menjadi gambaran bagi siswa. Apabila mereka tidak berdisiplin dalam segala hal akan mendapatkan sanksi begitupun dalam hal beribadah, jika tidak berdisiplin maka dalam ibadahnya pun berdampak kurang baik.

14

(29)

B. Ibadah

1. Pengertian Ibadah

Allah telah menetapkan tujuan penciptaan manusia dan jin yaitu untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya :

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzaariyat : 56)

Ibadah dalam Islam mencakup seluruh sisi kehidupan, ritual dan sosial,

hablumminallah (hubungan vertikal) dan hablumminannas (hubungan

horizontal), melipuli fikiran, perasan dan pekerjaansebagaimana firman-Nya:

“Katakanlah Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. Al-An’aam : 162) Ibadah dalam arti umum meliputi segala kegiatan manusia yang didasarkan kepada kepatuhan, ketundukan dan keikhlasan kepada Allah SWT, sedangkan dalam arti khusus, hanya mencakup perbuatan yang tata cara serta rinciannya telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya, seperti shalat, puasa, dan haji.15

Ibadah adalah kata masdar dari ‘abada yang berarti: memuja, menyembah, mengabdi, berkhidmat. Orang yang menyembah disebut ‘abid.

15

(30)

Jadi ibadah berarti pemujaan, penyembahan, pengabdian, pengkhidmatan. Itulah pengertian ibadah menurut lughawi.16

Kata ibadah berasal dari kata ‘abada, yu’aabidu, ‘ibadatan artinya menyembah, mempersembahkan, tunduk, patuh dan taat. Sedangkan ibadah menurut istilah adalah ketundukan hati secara sempurna dan mendalam, diiringi dengan sikap dan perbuatan lahiriyah berupa ibadah kepada Allah SWT, yaitu semua ibadah yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya.17

Kata ibadah dapat diartikan mengabdi atau menyembah seperti dapat dilihat dalam firman Allah SWT.

“Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa”. (Q.S. al-Baqoroh: 2:

21)

Adapun pengertian ibadah menurut istilah, para fuqoha pada umumnya memberikan pengertian serupa walaupun redaksinya berbeda-beda. “Ibadah adalah perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf, tidak menurut hawa nafsunya

untuk memuliakan Tuhannya”.18

Ibadah sering juga diterjemahkan dengan menyembah Tuhan. Ilmu cara menyembah Tuhan sering disebut Theologi. Dalam Al Quran Allah berfirman: “Tidak diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah (menyembah) kepada Allah”. Bagaimana cara manusia menyembah Allah, Allah lah yang memberikan petunjuk, berupa Al Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, dan berupa contoh suri tauladan dalam diri Nabi Muhammad, yang diutus oleh Allah SWT (Rasulullah).

Al Quran menentukan bahwa manusia wajib shalat, berpuasa, berzakat, dan berhaji, dan banyak lagi perintah Allah dan larangannya. Ibadah yang

16

Prof. Dr.H. Moh. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama) Cet-1, h. 16

17

Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah… h. 26

18

(31)

ditentukan dalam Al Quran, yang disebut nash Al Quran disebut pula ibadah syar’i seperti shalat, puasa seperti yang tersebut diatas.

Di samping itu Rasulullah memberikan pula petunjuk contoh beribadah yang tidak ditetapkan dalam Al Quran seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan sebagainya. Yang disebut ibadah sunnah, ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah, sering disebut ibadah ritual, sedangkan yang berdampak langsung kepada kepentingan masyarakat seperti zakat, infaq, dan

sodaqoh sering disebut ibadah sosial. Itu hanya soal istilah saja. Adalagi ibadahmu’amalah seperti mendirikan sekolah, mengadakan koperasi, dan pekerjaan-pekerjaan duniawiyah lainnya, seperti bekerja, bertani dan sebagainya, itu juga beribadah dalam arti luas.

Seorang suami wajib memberikan nafkah kepada istri dan anaknya. Itu suatu perbuatan ibadah. Maka upaya sang suami untuk mendapatkan rizki sehingga dapat melaksanakan ibadah memberikan nafkah kepada isteri dan anaknya itu dengan bekerja keras, itu juga beribadah. Membangun masyarakat dan bangsa, sehingga masyarakat dan bangsa dapat mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negaranya, sehingga dapat hidup makmur, sebagai bekal untuk beribadah kepada Allah itupun juga dinamakan ibadah. Karena itu, kita sebagai seorang muslim dalam bekerja atau segala apapun kita niatkan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Semoga Allah memberkati dan meridhoi.19

Adapun pengertiannya menurut istilah Agama Islam adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ketundukan dan kepatuhan sepenuhnya dengan disertai rasa kekhidmatan yakni bersikap khidmat terhadap yang dipuja, dengan segenap jiwa raga yang diliputi oleh rasa kekuasaan

dan keagungan-Nya dan senantiasa memohon rahmat dan karuniaNya.

19

(32)

b. Selanjutnya menurut ilmu fikih ibadah ialah amal perbuatan hamba Allah yang bertentangan dengan kehendak hawa nafsunya karena melalaikan keagungan Tuhannya.20

Terdapat juga beberapa definisi dari para ahli ilmu yang terdapat dalam buku fiqihibadah yaitu:

1. Ahli Lughoh mengartikan dengan: taat, menurut, mengikat, tunduk yaitu diartikan dengan tunduk setinggi-tinggi dengan doa.

2. Ulama tauhid, tafsir dan hadits mengartikan ibadah dengan mengesakan Allah, menta’dhimkannya dengan sepenuh ta’dhim serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepadanya (menyembah Allah).

3. Ulama akhlaq mengartikan ibadah dengan segala mengerjakan taat

badaniyah dan menyelenggarakannya segala syariat.

4. Menurut fuqoha ibadah adalah segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhoaan Allah dengan mengharap pahala di akherat. Pengertian-pengertian itu pada hakekatnya saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan merupakan satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dan dapat diartikan kesimpulan satu definisi tentang ibadah yakni suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan menta’dhimkan Allah SWT. Dengan cara tunduk dan taat atas segala apa yang di perintahkan-Nya Untuk mendapat kebahagiaan, keselamatan guna memperoleh keridhoan dan mengharap pahalanya di akhirat.

Adapun ibadah itu dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

a. Ibadah mahdah (murni) yaitu bentuk ibadah yang langsung

berhubungan dengan Allah.

20

(33)

b. Ibadah ghairu mahdah (selain mahdah) yang tidak langsung dipersembahkan kepada Allah melainkan melalui hubungan kemanusiaan.

Dalam ibadah mahdah (disebut juga ibadah khusus) aturan-aturannya tidak boleh semaunya akan tetapi harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Orang yang mengada-ada aturan baru misalnya, shalat subuh 3 rakaat atau puasa 40 hari terus menerus tanpa berbuka, adalah orang yang tidak disiplin dalam ibadah, karena tidak

mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, ia termasuk

orang yang berbuat bid’ah dan tergolong sebagai orang yang sesat.

Dalam ibadah ghairu mahdah (disebut juga ibadah umum) orang dapat menentukan aturannya yang terbaik, kecuali yang jelas dilarang oleh Allah. Tentu saja suatu perbuatan dicatat sebagai ibadah walau niatnya ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena riya ingin mendapatkan pujian orang lain.21

2. Tujuan Ibadah

Segala pekerjaan yang dilakukan manusia adalah berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, begitu juga halnya ibadah yang dilakukan manusia kepada Allah berdasarkan tujuan. Adapun tujuan ibadah secara hakiki menghadapkan diri kepada Allah SWT saja dan meninggalkannya sebagai tumpahan dan harapan dalam segala hal untuk mencari keridhoan dari-Nya.

Tujuan pokok ibadah yaitu menghadapkan diri kepada Allah dan mengkonsentrasikan niat kepadanya dalam setiap keadaan, dan untuk mencapai derajat tinggi di akherat.22

Dari penjelasan tujuan di atas, maka Penulis menyimpulkan bahwa tujuan ibadah itu adalah agar manusia bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan

akhirat, karena Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya agar manusia itu sendiri mendapat kebahagiaan dan keridhoan dari Allah SWT.

21

M. Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah… hal 2-6

22

(34)

3. Macam dan Pembagian Ibadah

Berdasarkan macamnya ibadah, terdiri dari beberapa macam, yaitu: 1. Bersifat ma’rifat yang tertentu dengan soal ke Tuhanan.

2. Ucapan-ucapan yang tertentu untuk Allah, seperti takbir, tahmid,tahlil

dan puji-pujian.

3. Perbuatan-perbuatan yang tertentu untuk Allah, seperti haji, „umrah,

ruku’, sujud, puasa, thawaf dan i’tikaf.

4. Ibadah yang lebih keras padanya hak Allah, walaupun terdapat pula

padanya hak hamba, seperti: sembahyang fardhu dan sembahyang sunnah.

5. Yang melengkapi kedua-dua hak, tetapi hak hamba lebih berat, seperti: zakat, kaffarat dan menutupi aurat.23

Di antara macam-macam peribadatan itu, ada lima ibadah pokok yang bisa disebut arkanul Islam yaitu:

a. Ibadah lisan ialah ikrar keyakinan dengan syahadatain, dengan mengucapkan dua kalimat syahadat .

b. Ibadah badaniah murni harian ialah shalat yang bersifat harian yang mesti dilakukan 5 kali dalam sehari.

c. Ibadah badaniah tahunan ialah puasa yang dilakukan setahun sekali selama satu tahun Ramadhan.

d. Ibadah harta bersifat sosial ialah zakat, dengan mengeluarkan harta yang ditujukan kepada Allah, untuk kesejahteraan masyarakat.

e. Ibadah badaniah antara bangsa ialah haji yang merupakan ibadah setahun sekali atau seumur hidup sekali (jika mampu). Haji merupakan ibadah kolektif antara bangsa-bangsa di dunia di pusat

kelahiran Islam.24

Adapun pembagian ibadah, terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

23

M. Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah… hal 71

24

(35)

Dari segi umum dan khususnya, ibadah terbagi menjadi :

1. Ibadah khusus, yaitu ibadah yang ketentuannya telah ditetapkannya telah ditetapkan oleh nash al Quran dan al Hadits, seperti shalat,

Dari segi pelaksanaannya, ibadah terbagi menjadi:

1. Ibadah jasmaniah dan rohaniyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani dan rohani, seperti shalat dan puasa. 2. Ibadah rohaniyah dan maliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan

dengan menggunakan rohani dan harta, seperti zakat.

3. Ibadah jasmaniah, rohaniyah dan maliah, yaitu ibadah yang dilakukan dengan menggunakan jasmani, jasmani dan harta, seperti haji.

Dari segi pribadi dan masyarakat, ibadah terbagi menjadi:

1. Ibadah fardi, yaitu ibadah yang dilaksanakn secara perseorangan, seperti shalat dan berpuasa.

2. Ibadah ijtima’ yaitu ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi tuntunan kebutuhan sosial masyarakat, seperti zakat dan haji.26

Dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah terbagi menjadi:

1. Ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah. Ibadah ini seperti: tasbih, tahmid, tahlil,takbir, do’a dan membaca hamdalah

(36)

2. Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu sifat, contohnya: berjihad dijalan Allah, membela diri dari gangguan.

3. Ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan. Ibadah semacam ini, ialah: ketika berpuasa, yakni menahan diri dari makan, minum dan dari segala yang merusakkan puasa (Dengan kita menahan diri dari perbuatan tersebut, berwujudlah ibadah puasa).

4. Ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesuatu perbuatan. Umpamanya: I’tikaf (duduk di dalam sesuatu rumah dari rumah-rumah Allah) serta menahan diri dari jima’ dan mubasyah

dan seperti haji, thawaf, dan ta’rif.

5. Ibadah yang bersifat menggugurkan hak. Seperti membebaskan orang-orang yang berhutang dari hutangnya dan mema’afkan kesalahan dari orang yang bersalah dan memerdekakan budak untuk kaffarat.

6. Ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khudlu’, khusyu’, menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan bathin dari yang diperintahkan kita menghadapinya.27

Setelah kita mengetahui berbagai macam dan dilihat dari berbagi segi dalam beribadah, sudah seyogyanya kita dapat memperbaiki ibadah kita menjadi lebih baik.

Sifat-sifat ibadah dan keadaannya ibadah didalm syara islamy apabila ditinjau dri jurusan sifatnya, waktunya, keadaannya dan hukumnya, terbagi kepada :

1. Muadda : yang dikerjakan di dalam waktu yang ditetapkan syara’. 2. Maqdly : yang dikerjakan sudah keluar waktu yang ditentukan

syara’.

3. Mu’aad : yang diulangi sekali lagivdi dalm waktu untuk menambah kesempurnaannya.

27

(37)

4. Muthlaq : yang tiada diqaidkan waktunya oleh syara’ dengan sesuatu waktu yang terbatas, seperti : membayar kifarat.

5. Muwaqqat : yang diqaidkan oleh syara’ dengan waktu yang tertentu dan terbatas. Seperti sembahyang dan puasa Ramadhan. 6. Muwassa’ : yang lebih luas waktunya dari yang diperlukan oleh

fardu yang empunya waktu. Seperti sembayang 5.

7. Mudlaiyaq (mi’yaar) : yang waktunya sebanyak atau sepanjang fardu yang difardukan di dalam waktu itu; seperti : puasa. Di dalam waktu Madlayyaq, tak boleh dikerjakan yang lain dari yang empunya waktu.takbolehdikerjakab dalam bulan ramadhan, puasa yang lain dari pada bulan ramadhan sendiri.

8. Dzusyabahain : yang mempunyai persamaan dengan muwassa’ yaitu haji

9. Muayyan : yang tertentu dituntutnya oleh syara’.

10.Mukhatyar : yang boleh dipilih mana yang disukai dari salah satu yang ditentukan.

11.Muhaddad : yang dibatasi oleh kadarnya oleh syara’ seperti shalat fardu zakat dan harga-harga pembelian..

12.Gairu muhaddad : yang tidak dibatasi qadarnya oleh syara’. Seperti mengeluarkan harta di jalan Allah.

13.Murattab : yang harus dikerjakan menurut tertib. Yakni sesudah yang pertama tidak disanggupi, barulah dikerjakan yang kedua. Seperti kafarah jima.

14.Ma yaqbalu ta’khair wa la yaqbalut taqdiem : yang dapat di takhirkan dari waktunya, tak dapat didahulukan oleh waktunya. Seperti sembahyang dhuhur, magrib dan puasa.

15.Ma yaqbalu taqdiem wa la yaqbalut takhir : yang boleh di dahulukan dari waktunya, tak boleh di takhirkan dri waktunya. Seperti sembahyang ashar dan isya.

16.Mala yaqbalut taqdiem wa lattakhir : yang tak dapat menerima di

(38)

17.Mayajibu ‘alal fauri : yang wajib terus langsung (segera) dilaksanakan). Seperti menyuruh ma’ruf mencegah munkar.

18. Mayajibu ‘alattarakhy : yang dibolehkan kita melambatkan pelaksanaanya. Seperti nadzar yang muthlaq dan rupa-rupa kafarah. 19.Mayaqbaluttakhula : yang dapat masuk memasuki (yang dapat dengan sekali pelaksanaan hasil dua perkara). Seperti umrah, bisa masuk ke dalam haji.

20.Ma la yaqbaluttakhula : yang tak dapat masuk memasuki. Seperti shalat, zakat, shadaqah, hutang , haji dan umrah.

21.Ma ukhtulifa fie qabulit tadakhuli : yang diperseliishi para ulama tentang dapat tidaknya masuk memasuki. Seperti masuk wudhu ke dalam mandi.

22.Ma azlematuhu afdlalu min rukhshatihi : yang azimahnya lebih utama dari rukhshahnya. Seperti istinja’ dengan air

23.Ma rukhshatuhu afdlalu min azlematihi : yang rukhshahnya lebih utama dari ruhkshahnya. Seperti qashar dalam perjalanan 3 hari. 24.Mu yuqdha fie jamiil auqaat : yang boleh diselesaikan dalam

segala waktu. Seperti qurban dan hadaya yang dinazarkan.

25.Ma la yuqhda illa fie waqtihi: yang tidak boleh diqadla terkecuali dalm semisal waktunya. Seperti Haji.

26.Ma yaqbalul adaa-a wal qadlaa-a : yang menerima pelaksanaan dalam waktunya dan di luar waktunya. Seperti Haji dan pausa. 27.Ma yaqbalul adaa-a walaa yaqbalul qadlaa-a : tidak menerima

pelaksanaan diluar waktunya, yakni tak ada qadlanya. Seperti sembahyang jumat menurut mazhab jumhur.

28.Ma laa yushafu bi qadlaa-in wala adaa-in : yang tidak disifatkan dengan tunai dan tidak dengan qadla. Yaitu : sunnah yang kita kerjakan dengan tidak bersebab dan tidak berwaktu. Seperti Nafel muthlaq.

(39)

30.Ma yakunu –uhu mutarakhian : yang boleh di qadla bila mana saja di kehendaki, yakni : tidak perlu disegerakan.

31.Ma yajibu qalauhu ‘ala fauri: yang wajib di qadla dengan segera. Seperti : Haji dan umrah yang dirusakkan.

32.Ma yadkhuluhusyarthu minal ‘ibadati : ibadah-ibadah yang bias dilaksanakan atas dasar sesuatu syarat. Seperti nadzar.

33.Ma laa yaqbalut ta’lieqa wa lasysyartha : yang tak dapat

digantungkan kepada hasil ta’lieq dan hasil syarat. Sperti puasa dan

shalat yang diwajibkan oleh syara’.

34.Ma yu’tabaru biwaqthi fi’lihi laa liwaqthi wujubihi : yang dipandang waktu pelaksanaannya bukan waqtu wajibnya. Seperti suci untuk bersembahyang.

35.Ma yutabaru biwaqti wujubihi : yang di I’tibarkan dengan waktu wajibnya. Seperti sembahyang yang wajib dalam hadlir lalu di qadla dalam shafar.

36.Ma ukhtulifa fie I’tibarihi bi waqthi wujubihi, aubiwaqthi adaa-ihi

: yang diperselisihi tentang mana yang dii’tibarkan waktu

wajibnya, atau waktu pelaksanaannya.28

4. Motivasi Ibadah

Motivasi atau dorongan kebutuhan tentu merupakan penggerak utama dalam suatu pekerjaan. Karena itu, besar kecilnya gairah untuk melakukan suatu pekerjaan tergantung besar kecilnya motivasi terhadap pekerjaan tersebut. Adapun motivasi ibadah menurut Syahminan Zaini dalam bukunya

“Problematikaibadah dalam kehidupan manusia” ada 5 macam yaitu:

1. Karena tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepadanya. Maka manusia harus menggunakan kemampuannya untuk beribadah karena dasar penciptaan tersebut.

28

(40)

2. Karena manusia telah berjanji untuk taat kepada Allah. Allah berfirman, bahwa manusia sewaktu dalam arwah dahulu sudah mengadakan perjanjian dengannya.

3. Karena jasmani manusia memerlukan makanan, yaitu manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Allah berfirman bahwa jasmani manusia diciptakan dari tanah kemudian diberi roh.

4. Manusia ingin hidup bahagia, sebab hidup bahagia merupakan salah satu fitrah manusia yang pokok, karena apapun yang

disahkan adalah dalam rangka mewujudkan hidup bahagia.

5. Karena manusia harus kembali kenegri asalnya (surga) karena jika ingin kembali ke surga manusia harus beriman dan beramal shaleh atau melaksanakn kehidupan untuk beribadah kepada Allah karena merekalah yang diberi hak oleh Allah untuk kembali kesana.29 Dari kelima motivasi ibadah penulis setuju dengan pendapat di atas, oleh karena itu merupakan hal yang menjadi patokan mengapa kita harus beribadah? Maka menurut penulis yang lebih penting adalah niat dan keikhlasan kita dalam beribadah.

5. Hikmah Ibadah

Ibadah yang dilakukan manusia diharapkan membawa hikmah dengan membawa perubahan dalam diri manusia itu sendiri antara lain secara rasional

ibadah berperan mendidik pribadi manusia agar menjadi manusia yang berakal berfikir sistematik, dan menggunakan fikirannya secara terus menerus dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan diri kehidupan perasaan, ibadah dapat mendidik manusia agar mempunyai robbani yang murni dan selalu tunduk serta taat kepada perintah allah semata.

Ibadah juga berfungsi menghidupkan kesadaran tauhid serta memantapkan di dalam hati menghapus kepercayaan dan ketergantungan

29

(41)

kepada berbagai kuasa gaib yang selalu disembah dan diseru oleh orang-orang musyrik untuk meminta pertolongan.30

Dari segi cara dan sifatnya ibadah-ibadah itu beraneka ragam, tapi tujuannya sama. Keragaman ibadah-ibadah itu sesuai dengan potensi hidup manusia itu sendiri, potensi jiwa dan jasmaninya, sehingga masing-masing potensi itu dapat menikmati dan menghayati peribadatan itu, yang seluruhnya tertuju kepada Ilahi. Namun demikian, ibadah yang bermacam-macam tidaklah tumpang-tindih satu sama lain.

Sistem peribadatan tersebut adalah suatu cara bagaimana manusia menghubungkan dirinya dengan Tuhannya. Oleh karena itu, caranya diatur sendiri oleh Allah dan utusan-Nya karena aturan ibadah bukanlah ciptaan manusia tetapi ciptaan Allah melalui rasul-Nya.31

Sifat hubungan manusia dengan Tuhan dalam ibadah ini bukan dengan meninggalkan diri, bukan pula melalui perantara, tetapi hubungan dan kontak secara langsung manusia dengan Tuhannya dengan keadaan hakekat wujud yang tetap pada kedudukan masing-masing.

Selanjutnya apakah hikmah kontak hubungan manusia dengan Tuhan dalam ibadah yang pada akhirnya seolah-olah yang merupakan ibadah-ibadah

jasmaniah (seperti: syahadat, shalat, zakat, puasa, haji dan lain-lain) padahal ditunjukan kepada Allah yang bersifat rohaniah. Seperti diketahui, bahwa manusia itu terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Antara keduanya ada hubungan yang amat erat dan saling mempengaruhi.

Demikianlah, semua kegiatan jasmaniah dan ibadah maaliah (harta) yang dilakukan secara nyata dan berlangsung secara fisik akan menimbulkan peristiwa rohaniah yang akan menuntun rohani kita untuk berhubungan dengan Allah dengan sebaik-baiknya.32

Dengan melakukan ibadah, manusia akan tau dan selalu sadar bahwa betapa hina dan lemah dirinya bila berhadapan dengan kuasa Allah, sehingga ia menyadari benar-benar akan kedudukannya sebagai hamba Allah. jika hal

(42)

ini benar-benar telah dihayati, maka berbagai manfaat akan diperoleh dengan sendirinya. Surga yang dijanjikan, tidak akan luput sebab Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Bagaimana pun, dengan beribadah secara benar dan sempurna, pribadi seseorang akan menjadi baik (taqwa), jiwanya suci, dan akhlaqnya menjadi mulia. Namun itu bukanlah tujuan yang sesungguhnya.33

Oleh sebab itu penulis menyimpulkan hikmah ibadah ialah menjadikan manusia menjadi makhluk yang patuh menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya dan menjadi hamba yang bertaqwa kepada

Allah, dan juga membuat rohani menjadi bersih dan menjadi hamba yang sholeh dan taat kepada Allah SWT.

33

(43)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lembaga pendidikan Islam, lebih tepatnya di SMP Islam As-Sa’adah Jakarta Jl. Raya Swakarsa IB RT. 04/03 Pondok Kelapa Jakarta Timur. Adapun waktu pelaksanaan penelitian tersebut yaitu dilakukan ulang pada tanggal 6 Oktober 2011.

B. Pendekatan dan Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah metode survey, di mana bentuk penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah berbentuk penelitian deskriftif yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena yang terjadi dan merupakan metode yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama

(44)

D. Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah dimensi atau aspek utama dari masalah yang akan menjadi fokus pembahasan studi ini. Variabel utama dalam penelitian ini adalah disiplin beribadah siswa

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan menggumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Observasi, adalah merupakan teknik pengumpulan data dengan melihat dan mengamati langsung terhadap objek yang diteliti. Teknik ini digunakan untuk mengetahui kedisiplinan siswa dalam beribadah baik ketika shalat

berjama’ah maupun ibadah-ibadah lainnya.

2. Wawancara, digunakan untuk menghimpun atau mengumpulkan data-data dengan langsung mengadakan tanya jawab nara sumber yang mengetahui persoalan dari objek yang diteliti. Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan guru-guru siswa dan kepala sekolah SMP Islam As-Saadah. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang langsung dengan responden.

3. Dokumentasi, data yang diambil dari sumber laporan dalam penelitian ini diantaranya adalah profil, struktur kepemimpinan, sejarah, prestasi-prestasi akademik dan non akademik SMP Islam As-Sa’adah.

F. Analisis Data

(45)

G. Kisi-Kisi/Instrumen Wawancara

Variabel Indikator Pernyataan

Disiplin

Beribadah Siswa

1. Kegiatan ibadah

2. Dampak disiplin Ibadah

3. Strategi disiplin beribadah

a. Materi Pelajaran Ibadah b. Tujuan disiplin beribadah c. Bentuk kegiatan ibadah d. Cara melaksanakan ibadah e. Cara penilaian guru

f. Dalam kegiatan ibadah siswa

a. Dampak ibadah shalat b. Sikap siswa

c. Perilaku siswa

a. Kegiatan Intrakulikuler

(46)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian

1. Latar Belakang Berdiri, Visi dan Misi SMP Islam As Sa’adah Jakarta

SMP Islam Assa’adah adalah sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Perguruan Islam Assa’adah. Didirikan oleh KH. Arsyad Mualim (Alm) pada tanggal 28 Mei 1993 sebagai pencetus dan pendiri Yayasan Perguruan Islam As-Sa’adah. SMP Islam As-Sa’adah yang berlokasi di daerah pemukiman penduduk wilayah Kota Jakarta yaitu jalan Swakarsa IB No. 40 Rt 004 / 03 Pondok Kelapa Duren Sawit Jakarta Timur. Wilayah inilah yang dijadikan tempat oleh pendirinya sebagai suatu keinginan dan niat yang tulus agar dapat membantu mereka, para orang tua yang tidak mampu menyekolahkan anaknya.

Sejalan dengan perkembangan wilayah dan penduduk sekitar, ekspansi Yayasan Perguruan Islam As-Sa’adah sekarang ini sudah dapat mencapai wilayah Pondok Kelapa, Pondok Kopi, Cakung, Jatibening, Bekasi dan Umumnya DKI Jakarta. SMP Islam As-Sa’adah memiliki Sarana dan Prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar seperti ruang kelas yang nyaman, masjid yang luas,

(47)

Kurikulum yang digunakan di SMP Islam As-Sa’adah merupakan perpaduan antara Kurikulum Diknas dan Kurikulum Departemen Agama melalui program IPTEK dan IMTAQ sesuai dengan Visinya: “Mendidik manusia berilmu, beriman dan berakhlak mulia “.

1.1 Visi SMP Islam As-Sa’adah

Visi ini merupakan gambaran citra moral/Imtaq dan Teknologi, profil sekolah yang di inginkan dimasa datang. Namun demikian adanya keharusan

bahwa visi harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional, maka penyusunan visi juga memperhatikan dan mempertimbangkan 2 hal yaitu:

a. Potensi yang dimiliki sekolah

b. Harapan masyarakat yang dilayani sekolah

Dalam merumuskan visi, sekolah mengajak pihak yang terkait untuk bermusyawarah, sehingga visi tersebut dapat dikatakan mewakili aspirasi berbagai kelompok yang terkait (guru, karyawan, siswa, orang tua, masyarakat, pemerintahan). Sehingga seluruh kelompok terkait bersama-sama berperan aktif untuk mewujudkannya.

Keberhasilan visi yang telah dirumuskan sekolah dapat dilihat dari beberapa indikator yang ada. Adapun indikator dari visi tersebut adalah:

1. Unggul dalam potensi akademik, nilai ujian sekolah dan nilai ujian nasional (UN).

2. Unggul dalam pengembangan kurikulum dalam upaya pencapaian ketuntasan belajar.

3. Unggul dalam proses pembelajaran dan persaingan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

4. Unggul dalam lomba karya ilmiah, lomba pidato dalam bahasa asing

(Inggris, Arab) lomba mengarang dan baca puisi. 5. Unggul dalam lomba kreatifitas, keterampilan kesenian.

(48)

7. Unggul dalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan media pembelajaran misalnya pada mata pelajaran tata busana, komputer dan olah raga.

8. Unggul dalam peningkatan IMTAQ atau kegiatan/aktivitas keagamaan.

9. Unggul dalam sumber daya manusia dengan membentuk manusia seutuhnya yang bepegang pada otak, olah hati, olah rasa dan olah raga dengan melaksanakan disiplin, akhlakul karimah, sopan santun dan

berbudi pekerti yang luhur.

10. Unggul dalam melakukan kegiatan sosial (membantu korban banjir, korban bencana alam).

11. Memiliki kompetensi pengetahuan dan menguasai sebagai keterampilan serta mampu mengubah siakp dari yang buruk menjadi lebih baik yang dapat digunakan untuk bekal hidup setelah selesai/berhenti sekolah.

12. Unggul dalam kelembagaan dan manajemen sekolah.

1.2Misi SMP Islam Assa’adah

“Mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas umat dan membantu mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

a. Meningkatkan IMTAQ melalui KBM dalam kegiatan keagamaan. b. Melaksanakan pembelajaran, bimbingan secara efektif.

c. Menumbuhkan rasa sosial yang tinggi antar warga social. d. Melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

e. Melaksanakan pengembangan si.abus, rencana pelaksanaan

pembelajaran dan standar kompetensi. f. Meningkatkan standar kelulusan.

g. Melaksanakan pengembangan mutu kelembagaan dan manajemen sekolah.

(49)

i. Menegakkan disiplin sekolah secar konsekwen

j. Meningkatkan fasilitas pendidikan menurut skala prioritas.

k. Melaksanakan pengembangan proesionalisme dan kompetensi tenaga kependidikan dan staff aministrasi.

2 Struktur Organisasi

Tabel 1

Struktu Organisasi SMP Islam Assa’adah Jakarta

YAYASAN

Kepala Sekolah SMP

Wakil Kurikulum

Wakil Kesiswaan

Wakil Pengembangan

Guru Guru

Guru

OSIS

(50)

Tabel 2

Data-Data Guru SMP Islam Assa’adah Jakarta

NAMA JABATAN MATA

PELAJARAN 1. DRS.Sopiansyah BR,

MM

Kepala Sekolah IPS

2. Mukhlisoh, S.Ag Wakil Kepala PAI

3. Irma Melani, S.Pi Guru IPA

4. Marwah Salim, S.Sos Guru PKn

5. Siti Rohmah, S.Pd Guru Bahasa Inggris

6. Etik Nurcahyani, S.Pd Guru IPA

7. Rohayati, S.Pd Guru Mulok

8. SriBaedah,S.Pd, MM.Pd Guru Bahasa Indonesia

9. Yusuf Nugraha Guru TIK

10.Abdul Aziz, S.Sos Guru IPS

11.Pupu Syarifudin, S.Pd Guru PENJASOR

12.Marsyanih, S.Ag Guru Seni Budaya

13.Djoko Trianto, S.Pd Guru Matematika

14.Abdul Barry, S.HI Guru PLKJ

15.Erik Escada, S.Pd Guru PENJASOR

16.Titi Kurniasih, S.Pd Guru Bahasa Indonesia

17.Agus Muchsin, S.Pd Guru Matematika

18.Mardani, SE Guru Mulok

19.Hj. Sri Palupi, S.Pd Guru Bahasa Inggris

(51)

Dimana guru sekolah SMP Islam Assa’adah sudah berpengalaman

dalam mengajar dan mendidik siswanya, dan banyak alumni yang melanjutkan ke SMA Negeri.

Bagi seluruh siswa SMP Islam Assa’adah yang baru masuk akan

mendapatkan pelajaran ekstrakulikuler yang belum pernah di pelajarinya di SD di antaranya adalah:

1. Bahasa Arab 2. Aqidah Akhlak

3. Fiqih

4. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

5. Qur’an Hadits

Jumlah siswa siswi SMP Islam Assa’adah pada tahun pelajaran

2011/2012 sebanyak 270 siswa terdiri dari 130 laki-laki dan 140 perempuan.

4 Sarana dan prasarana

Dalam kegiatan belajar mengajar, sarana dan prasarana sekolah sangat penting, yaitu:

a. Gedung dua tingkat dengan standar lokal kelas yang ideal

b. Masjid yang besar sebagai sarana praktek ibadah dan pembinaan akhlak

c. Laboratorium komputer, fisika, kimia, biologi dan bahasa d. Sarana bermain yang memadai

(52)

Adapun laboratorium, sebagai berikut:

No Nama Lab Banyaknya Keterangan

1 Lab Fisika 1 Modular kit SMA lengkap

kondusif, maka sekolah SMP Islam Assa’adah membuat tata tertib guru dan

(53)

b. Guru meninggalkan kelas setelah bel tanda jam pelajaran selesai c. Guru yang berhalangan, harus memberitahukan kepada Kepala

Sekolah satu hari sebelumnya

d. Guru yang tidak hadir cukup lama tanpa adanya pemberitahuan yang jelas akan dibebas tugaskan.

2) Di Kelas

a. Guru masuk kelas dengan mengucapkan salam

b. Sebelum pelajaran dimulai, guru hendaknya terlebih dahulu

meneliti/ memeriksa keadaan kelas dan siswa.

c. Jika terdapat kejanggalan pada siswa (melanggar tata tertib siswa), guru harus dapat bertindak dengan penuh bijaksana. d. Sebelum meninggalkan kelas, guru terlebih dahulu mengisibuku

jurnal kelas.

e. Guru mencatat dan melaporkan tentang keganjalan sikap siswa selama belajar kepada wali kelas.

f. Bagi guru laki-laki tidak merokok di kelas sewaktu menyampaikan pelajaran.

b. Tata Tertib Murid

Selain tata tertib guru, murid juga di berikan tata tertib, antara lain: 1) Hal Masuk Sekolah

a) Semua murid harus di sekolah selambat-lambatnya 5 menit sebelum pelajaran di mulai

b) Murid yang datang terlambat tidak diperkenenkan langsung masuk kelas, melainkan harus melapor terlebih dahulu kepada kepala sekolah

c) Murid absen hanya karena sungguh-sungguh sakit atau

keperluan yang sangat penting

Gambar

Struktu Organisasi Tabel 1 SMP Islam Assa’adah Jakarta
Data-Tabel 2 Data Guru SMP Islam Assa’adah Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Pada 1 Desember 2007 Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya melakukan penggabungan usaha yang secara efektif mulai beroperasi pada 1 Desember 2007 dengan

Hasil DST dan uji kandungan lapisan pada sumur S-1 Hasil DST dan uji kandungan lapisan pada sumur H-1 Hasil DST dan uji kandungan lapisan pada sumur GB-1 Histogram untuk

yang disebut dengan Bantuan Operasional Pendidikan, ketiga sumber keuangan dari usaha lembaga sekolah, usaha lembaga sekolah ini merupakan usaha yang dimiliki oleh RA Al Muttaqin

Metode pengambilan sampel yang digunakan peneliti berupa purposive sampling dan sampel dipilih dengan kriteria tertentu (Budiarto, 2019), yaitu: (1) Perusahaan manufaktur

Seminar Nasional dan Call for Paper (Sancall 2014): Research Methods and Organizational Studies. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan dengan

Model perilaku pencarian informasi informan dalam hal kehamilan dan pengasuhan bayi pada penelitian ini diinterpretasikan menurut model praktik informasi dua dimensi yang

Ini menjadikan jumlah keseluruhan kes positif COVID-19 yang telah pulih atau dibenarkan discaj meningkat kepada 15,911 orang atau 81.35% dari jumlah keseluruhan kes

dungan protein susu yang tidak berbeda nyata ini disebabkan oleh pemberian katu pada level 0,03 dan 0,05 % BB belum mampu memberikan kontribusi yang cukup