• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macetnya Air PDAM Duri

Dalam dokumen Konflik Antara Pdam Duri Dan Pelanggannya (Halaman 79-91)

BAB III SITUASI DAN SUMBER KONFLIK

3.2 Sumber-sumber Konflik

3.2.1 Macetnya Air PDAM Duri

Salah satu wujud buruknya pelayanan PDAM Duri di mata masyarakat dinilai dengan tidak maksimalnya penerimaan air baku kepada pelanggan. Hal ini terlihat dari distribusi air yang tidak kontinyu dalam 24 jam serta tidak mengalirnya air sama sekali di beberapa daerah tertentu yang juga termasuk dalam cakupan pelayanan PDAM Duri. Permasalahan mengenai kemacetan air ini

dianggap menjadi suatu permasalahan sejak akhir tahun 2011. Kata dianggap menjadi menurut analisa penulis adalah situasi dimana ketidakpuasan pelanggan sudah berada pada ambang batas kesabarannya dan memulai kontak untuk berkonflik. Dengan artian sudah merugikan pelanggan tersebut.

Tidak lancarnya distribusi air bisa diartikan dengan tidak maksimalnya penyaluran air ke rumah-rumah pelanggan (dalam artian air masih masuk kerumah pelanggan tetapi tidak kontinyu sifatnya, bisa saja dua hari sekali, dll), namun dalam kasus ini terdapat suatu kondisi dimana beberapa pelanggan di area tertentu, sama sekali tidak kebagian air. Menurut Bapak Kandar, kategori pelanggan yang paling sering mengalami “tidak kebagian air” :

“Daerah yang paling sulit air adalah daerah yang jarak lokasinya cukup jauh dengan wilayah operasi PDAM. Misalnya, daerah Sebanga dan Pinggir, untuk daerah yang dua ini perlu berjam-jam untuk air bisa sampai sedangkan air hidup hanya dua hari sekali.”

Kasus kemarahan pelanggan akibat “tidak kebagian air” adalah kasus yang paling sering masuk kebagian hubla PDAM. Pelanggan yang marah karena air tidak mengalir berbulan-bulan menjadi penyebabnya. Seorang Bapak pensiunan chevron yang tinggal di wilayah Sebanga pernah datang dan marah-marah sambil membayar tagihan air yang sudah menunggak selama berbulan-bulan (Menurut cerita Pak Iwan yang merupakan staf di bagian Hubla Bapak pensiunan Chevron ini seringkali datang hanya untuk memarahi pihak PDAM karena air yang jarang sampai ke rumahnya), dengan sangat kesal si Bapak berkata :

“Buat apa dibuka PDAM ini kalau toh tidak ada air yang bisa dibagikan, lebih baik ditutup saja.”

Sebanga dan Pinggir memanglah cakupan wilayah PDAM yang letaknya paling jauh dari wilayah operasi PDAM. Hampir semua pelanggan yang tinggal di wilayah ini ketika ditanyai tentang PDAM jawaban yang mereka berikan selalu berbau negatif. Tidak terpenuhinya hasrat masyarakat setelah menyerahkan kepercayaannya kepada PDAM yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air bersih selalu memberikan citra yang buruk di mata pelanggannya. Pak Kumis Seorang informan yang tinggal di Jalan Durian (Sebanga) mengatakan keluh kesahnya tentang air PAM yang tidak pernah dinikmatinya dengan nada batak :

“yang untungnya masih bagus sumur ini dek, kalau enggak capek lah saya bolak-balek ke perumahan untuk ambil air dari sana. Tapi kalau kemarau memang, mau gak mau memang harus ke perumahan ngambil air.”

Selain daerah Sebanga, daerah yang seringkali tidak kebagian air adalah daerah Kulim dan Ampang-ampang (km 125). Informasi ini diperoleh penulis

seorang mahasiswa yang tinggal di daerah Ampang-ampang (km 125) yang juga merupakan sahabat dekat penulis pernah bercerita tentang kekesalannya akibat tidak mengalirnya air PDAM ke rumahnya. Sementara jumlah tagihan yang harus dibayarkan orang tuanya ke PDAM melonjak sangat tinggi (hampir berkisar dua juta) setelah selama berbulan-bulan tagihan tersebut tidak dibayarkan. Menurutnya “air saja tidak pernah mengalir, tetapi kewajiban yang harus kami bayarkan sangat tidak sesuai dengan apa yang harusnya kami terima.”

Menurut pihak PDAM Duri melalui wawancara penulis dengan Bapak Kandar, seorang staf yang bekerja di PDAM Duri menyatakan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi tidak lancarnya distribusi air kepada pelanggan/masyarakat :

1. Kurangnya air baku yang akan disalurkan ke rumah-rumah pelanggan

Kurangnya air baku berkaitan dengan kontrak kerjasama PDAM Duri dengan pihak swasta sebagai penyedia sumber air baku PDAM selama ini. Dalam hal ini PT. CPI sebagai penyuplai air baku membatasi jumlah pasokan air yang akan disalurkan kepada PDAM Duri sesuai dengan kepentingan PT. CPI, dimana pada saat kemarau PT. CPI akan lebih memprioritaskan kepentingannya dan memenuhi kebutuhannya akan air dibandingkan harus menyuplai air baku kepada PDAM yang pada perjanjiannya dengan PT. CPI hanya mampu menyuplai air baku untuk 4000 pelanggan PDAM.

2. Adanya pengaruh topografi tanah dalam pendistribusian air PDAM.

Letak pipa saluran air sifatnya mengikuti topografi tanah yang tentunya berbeda pada masing-masing rumah pelanggan. Letak pipa ternyata sangat

mempengaruhi aliran air ini mengingat sifat air yang selalu mengalir ketempat yang lebih rendah. Dengan kata lain, rumah pelanggan yang terletak pada topografi tanah yang rendah akan sering kebagian air daripada pelanggan yang tinggal pada topografi tanah tinggi. Hal ini bisa terjadi karena air baku yang disalurkan PDAM tidak mencapai 100 % seperti distribusi sebelumnya. Selain itu ulah pelanggan nakal yang menggunakan sanyoikut menyedot air sehingga rumah-rumah lain di sekitar pengguna sanyo tersebut.

3. Faktor jarak antara wilayah pengelolaan air PDAM dengan rumah pelanggan

Jarak antara PDAM dengan rumah pelanggan pada situasi air yang tidak 100 % ini ternyata juga mempengaruhi lancar atau tidaknya distribusi air kepada pelanggan. Kecepatan meteran induk PDAM yang biasanya 90 liter per detik nya (sekarang hanya 50 liter per detik) menyebabkan lamanya air untuk mengalir dan mencapai rumah pelanggan. Sedikitnya air yang akan didistribusikan juga mempengaruhi kecepatan laju mengalirnya air untuk bisa sampai ke rumah pelanggan. Menurut penjelasan Pak Kandar, pelanggan yang rumahnya di daerah Sebanga paling sering merasakan hal ini. Butuh waktu setengah hari agar air sampai ke wilayah tersebut, belum lagi debit air yang kecil, maka tak jarang sebaran air pun tidak merata ke rumah-rumah pelanggan di wilayah tersebut.

4. Terganggunya sistem penggiliran air karena adanya pemadaman listrik yang dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN)

Sebagai solusi meratanya pembagian air kepada pelanggan, PDAM menetapkan adanya penggiliran air sesuai area tempat tinggal pelanggan.

Penggiliran air ini dilakukan dua hari sekali per area. Menurut penjelasan Bapak Kandar, metode penggiliran air menjadi tidak maksimal karena adanya pemadaman listrik. Air yang tadinya sudah mengalir dan sampai di Jalan Jawa, ketika mati lampu, akan terhisap kembali dan mengalir ke pipa-pipa yang lebih rendah topografi tanahnya, sementara untuk mencapai area yang jaraknya jauh dari lokasi PDAM butuh waktu berjam-jam. sedangkan waktu penggiliran hanya dua hari sekali.

Kemacetan air pada dasarnya sangat berbeda-beda pengertiannya apabila ditanyai kepada tiap-tiap pelanggan. Di beberapa daerah tertentu kemacetan air berarti tidak mengalirnya air dalam jangka waktu yang sangat lama (misalnya satu minggu bahkan berbulan-bulan seperti yang terjadi di wilayah Sebanga dan Kulim). Tetapi di beberapa daerah lain yang jarak lokasinya tidak terlalu jauh dari PDAM, kemacetan air bisa berarti tidak kebagian air karena adanya oknum-oknum yang juga merupakan pelanggan PDAM menghisap air dengan menggunakan pompa air listrik atau yang sering disebut dengan sanyo. Alhasil, pelanggan yang berada di sekitar rumah pelanggan yang menggunakan sanyo

akhirnya mengalami situasi dimana air yang mengalir sangat kecil dibanding aliran normal seperti biasanya, bahkan tak jarang menyebabkan “mati air” bila pengguna sanyo sedang menyalakan air-nya. Salah seorang pelanggan yang tinggal di Ladang Tengah (seputaran daerah Soebrantas) mengatakan :

“Besar kecilnya air PAM kalau musim sekarang ini (musim yang dimaksudkan bukan musim kemarau) disebabkan oleh banyaknya orang-orang yang “menghisap” air tersebut dengan pompa, jadi yang aturannya masuk kesini disedot oleh mereka untu masuk ke rumah mereka.”

Kesulitan air menurut analisa penulis juga dipengaruhi oleh adanya istilah “pelanggan tidak langsung” PDAM. Masyarakat yang tidak mendaftarkan diri menjadi pelanggan PDAM akan membeli air kepada “pelanggan langsung” PDAM.31

31

Masyarakat yang menjadi pelanggan tidak langsung sebenarnya ingin menjadi pelanggan tetap Hal ini tentu menambah beban kebutuhan pelanggan yang harus dipenuhi oleh PDAM. Apabila jumlah pelanggan saat ini 8502 pelanggan, dan setiap pelanggan menjual air nya kepada “pelanggan baru” maka jumlah pelanggan bertambah 100 % menjadi 17.004 pelanggan, sementara jumlah air yang bisa dibagikan oleh PDAM hanya untuk 8502 pelanggan tetap PDAM (dalam keadaan normal dan tidak ada gangguan air baku) maka bisa dibayangkan apabila kondisi PDAM sedang tidak normal (sumber air baku yang mau diolah terbatas/kemarau) bagaimana sulitnya pelanggan untuk memperoleh air.

Munculnya pelanggan tidak langsung sebenarnya termasuk kedalam tindakan melanggar hukum. Mengingat tingginya harga air yang dijual kembali oleh pelanggan. Tarif yang dibayarkan oleh Pelanggan kepada PDAM untuk kategori Rumah tangga 1, 2, dan 3 senilai Rp 3000- Rp 4000,- per kubik nya (dalam pemakaian kurang dari 10m3 dan apabila lebih dari 10m3 maka harga per kubiknya akan dinaikkan Rp 500,-) sementara yang dijual kembali oleh pelanggan ke “pelanggan” harganya berkisar antara Rp 8000,- hingga Rp 10.000,-. Akan tetapi tindakan masyarakat yang menjual air ini tidak bisa disalahkan oleh pihak PDAM sebagai tindakan yang melanggar hukum (dengan menjual air secara

Selain menjadi pelanggan tidak langsung, banyak masyarakat yang juga melakukan cangkok meter (istilah yang digunakan untuk pelanggan yang memberikan meterannya untuk digunakan lebih dari satu rumah tangga). Hal ini juga berada diluar kuasa pihak PDAM, sebab statusnya yang tidak bisa menerima pelanggan baru maka cara ini adalah salah satu strategi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih. Meskipun sebenarnya cara ini juga mempengaruhi berlangsungnya distribusi air bersih yang maksimal kepada pelanggan.

3.2.2 “Bengkaknya” Tagihan Pelanggan

Membengkaknya tagihan menurut pelanggan PDAM Duri adalah sebuah kondisi dimana pelanggan harus membayarkan tagihan yang lebih besar dari yang digunakannya setiap bulan. Dalam artian pelanggan membayar tagihan bukan untuk air yang harusnya diterimanya sebagai pelanggan tetapi justru untuk air yang tidak diterimanya. Kasus seperti ini muncul semenjak tidak lancarnya pendistribusian air kepada pelanggan (akhir tahun 2011). Menurut Juli, salah seorang informan yang mengalami langsung kasus bengkaknya tagihan ini, bahwa mereka tidak menggunakan, bahkan jarang sekali menerima air PDAM tetapi mereka harus membayar tagihan hampir dua juta (setelah menunggak hampir setengah tahun).

Sejauh ini penyebab dari bengkaknya tagihan ini menurut penulis dari informasi yang ditemukan di lapangan, terdapat tiga hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembayaran yang tidak sesuai dengan pemakaian pelanggan, yaitu :

1. Terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh pembaca meter saat membaca meteran pelanggan.

2. Terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh karyawan PDAM Duri saat mengentri data atau memasukkan data yang diberikan oleh pembaca meter.

3. Adanya perputaran water meter yang disebabkan oleh tekanan angin pada pipa yang tidak dialiri air. Angin memicu kencangnya laju perputaran

water meter saat keran dibuka dalam kondisi kosong alias tidak dialiri air. Di antara tiga hal yang menjadi penyebab tidak sesuainya pembayaran dengan pemakaian pelanggan, yang paling banyak dijumpai kasusnya adalah adanya perputaran water meter yang disebabkan oleh angin.

Gambar 7 : Water meter pelanggan

Sebagian pelanggan yang mengalami “bengkaknya” tagihan adalah pelanggan yang selalu menghidupkan kran air di rumahnya meskipun air dalam

keadaan mati. Sebenarnya alasan pelanggan melakukan ini cukup masuk akal, sebab mereka tidak tahu kapan air akan ”menyala” sehingga mereka memposisikan kran –nya untuk siap siaga dibuka demi mendapatkan air. Masih berkaitan dengan distribusi air yang tidak lancar, berdasarkan situasi ini dapat dilihat bahwa yang paling sering mengalami hal ini adalah pelanggan yang berada pada lokasi ”sulit air”. Menurut Pak Iwan yang sudah seringkali menangani kasus pengaduan semacam ini, pelanggan yang tinggal di seputaran Jalan Jawa, Sebanga dan Pinggir banyak yang protes karena masalah “tagihan yang tidak sesuai” menurut mereka. Seorang Bapak pensiunan Chevron yang kerap kali datang untuk memarahi karyawan PDAM pun datang untuk hal yang sama, tagihan yang tidak sesuai menurut yang dirasakannya. Tagihan pelanggan yang mencapai angka dua ratus ribu dianggap tidak adil oleh pelanggan. Ibu Des, seorang pelanggan yang tinggal di Jalan Jawa pernah mengalami kejadian ini, ketika ditanyai tentang tagihan air yang tidak sebanding ini oleh penulis32

Menurut pemahaman pelanggan sejenis ini tidak mendapat air berarti tidak perlu membayar apa-apa sebab hubungannya dengan PDAM adalah hubungan “jual-beli”, seolah-olah tidak ada barang maka tidak ada transaksi. Hal ini disimpulkan penulis ketika mengingat banyaknya pelanggan yang mengeluhkan hal yang sama saat penulis melakukan penelitian di Kantor PDAM selama

:

“Air saja tidak sampai lima kubik mungkin dek tapi tagihan Ibu seratus ribu, pemakaian pun bisa jadi 20 kubik lebih terdaftar disitu, udah airnya sering mati, tapi harus bayar mahal-mahal.”

32

Penulis mencoba meminta billing tagihan informan mengenai kasus ini, tetapi Beliau menolak dengan berbagai alasan seperti ketakutannya di blacklist oleh pihak PDAM karena memberikan informasi yang menurutnya terkesan “memburuk-burukkan” PDAM.

sebulan. Beberapa orang ada yang mengeluh karena harus membayarkan beban setiap bulannya meskipun tidak menerima air sama sekali. Tak jarang pelanggan justru menolak membayar dan membiarkan tagihannya menunggak sampai berbulan-bulan lamanya bahkan ada yang sampai setahun. Menunggaknya tagihan pelanggan mestinya bisa ditindak lanjuti PDAM dengan melakukan pencabutan meter. Hal ini terlihat pada kesepakatan yang disetujui oleh pelanggan pada saat mendaftarkan diri menjadi pelanggan PDAM.

Gambar 8 : “Surat Pernyataan Pemohon” kesepakatan menjadi pelanggan PDAM Duri

Tetapi mengingat kondisi PDAM yang pelayanannya kurang memuaskan, (dengan berbagai permasalahan yang memberatkan pelanggan) maka pihak PDAM memberikan dispensasi kepada pelanggan. Bahkan ada pelanggan yang menunggak sampai jumlah tagihannya Rp 1.079.500,- tetapi statusnya masih

menjadi pelanggan PDAM (bila distribusi air lancar pelanggan tersebut juga masih bisa merasakan air distribusi PDAM). Hal ini menurut hasil wawancara penulis dengan pihak PDAM merupakan salah satu bentuk tenggang rasa PDAM kepada pelanggan.

Gambar 9 : tunggakan pelanggan yang sudah setahun tidak dibayar dan tidak dilakukan pemutusan sesuai ketentuan perjanjian awal yaitu 2 bulan

Menurut pihak PDAM Duri, untuk menghindari masalah bengkaknya tagihan dengan kasus seperti perputaran water meter ini, hendaknya pelanggan juga yang memperhatikan prilaku-nya sendiri dalam menggunakan air agar situasi seperti ini tidak terjadi. Sebab semua itu berada diluar kendali PDAM, menurutnya “tidak mungkin pihak PAM juga yang masuk untuk memperhatikan

Permasalahan tunggakan akibat air PDAM yang tidak mengalir menjadi salah satu masalah yang harus dibenahi oleh PDAM, mengingat tunggakan menjadi sumber finansial bagi PDAM. Pada bulan September 2013 lalu pihak PDAM sudah mulai mendata jumlah pelanggan yang mengalami tunggakan tagihan, hal ini bertujuan untuk menertibkan pelanggan yang bandel dan untuk lebih memaksimalkan pelayanan terhadap pelanggan PDAM yang berstatus aktif (alias teratur membayar tagihan rekening meskipun air macet). Akan tetapi tindakan pihak PDAM ini justru mendapat perlawanan dari sebagian pelanggan yang merasa dirinya diperlakukan tidak adil sebab harus membayar sesuatu yang bahkan tidka bisa dinikmatinya. Seperti yang terjadi pada pelanggan yang tinggal di Parker Baru33

Gambar 10 : Fax pelanggan yang tinggal di Toko Parker Baru, Lantai 3 Lantai 3, pelanggan ini mewujudkan aksi protesnya lewat fax yang dikirimnya melalui tokonya ke kantor PDAM Duri.

Dari keseluruhan kasus yang terjadi mengenai bengkaknya jumlah tagihan ini sebenarnya yang menjadi pemicu kemarahan pelanggan adalah karena tidak lancarnya distribusi air kepada pelanggan. Menurut pelanggan ketidaklancaran biasanya “pagi mati, tetapi malamnya air hidup” namun ketidaklancaran yang cocok untuk PDAM adalah “Air mati terus” seperti ungkapan pelanggan lewat fax kepada PDAM. Tidak adanya upaya pihak PDAM untuk masalah ini tentu saja semakin mengembangkan konflik di antara pihak pelanggan dengan PDAM Duri.

Baca selengkapnya

Dalam dokumen Konflik Antara Pdam Duri Dan Pelanggannya (Halaman 79-91)

Dokumen terkait