• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHASISWA

Dalam dokumen IMELDA MELVANI SITOMPUL (Halaman 40-0)

Pengertian mahasiswa menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi adalah peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi. Kamus Bahasa Indonesia (2008), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar (pelajar) di perguruan tinggi. Menurut Hartaji (2012), mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Dalam Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja oleh Yusuf (2012) dikatakan bahwa seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Pada tahap ini dapat digolongkan masa remaja akhir sampai dewasa awal dan dilihat dari segi perkembanan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pamantapan pendirian hidup.

26 2.5 KERANGKA TEORI

Gambar 2.2 Kerangka teori.

Sindrom Dispepsia

Klasifikasi

Diagnosis Banding

1. Penyakit Saluran Pencernaan 2. Penyakit Non-Saluran Pencernaan Faktor Risiko

Internal

1. Jenis Kelamin 2. Usia

3. Genetik 4. Hormonal 5.Stres

Eksternal 1. Makanan 2. Minuman 3. Obat-Obatan 4. Lingkungan 1. Dispepsia Organik

2. Dipepsia Fungsional

Tatalaksana

1. Medikamentosa 2. Terapi

27 2.6 KERANGKA KONSEP

Gambar 2.3 Kerangka konsep.

Sindrom Dispepsia Karakteristik Individu

1. Jenis Kelamin 2. Usia

3. Tempat Tinggal

4. Penggunaan Obat OAINS Variabel Independen

Variabel Dependen

Gejala:

1. Rasa penuh 2. Rasa kembung 3. Rasa cepat kenyang 4. Mual

5. Sendawa

6. Nyeri epigastrium/Ulu hati 7. Rasa terbakar

8. Sakit perut Pola Makan

1. Keteraturan Makan

2. Makanan dan Minuman Iritatif

28 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi cross sectional (studi potong lintang) yang merupakan studi penelitian yang mempelajari korelasi antara paparan atau faktor risiko (independen) dengan akibat atau efek (dependen), dengan pengumpulan data dilakukan bersamaan secara serentak dalam satu waktu antara faktor risiko dengan efeknya (point time approach) (Masturoh, 2018). Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara pola makan dan karakteristik individu terhadap sindrom dispepsia.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2021.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2019 dan angkatan 2020 dengan total populasi sebanyak 515 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah subset (bagian) populasi yang diteliti (Sastroasmoro, 2017).

Sampling atau teknik pengambilan sampel merupakan proses penyeleksian jumlah populasi untuk dapat mewakili populasi (Notoatmodjo, 2017). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Stratified random sampling, dengan menggunakan rumus Slovin.

29

𝑛 = 𝑁 1 + 𝑁𝑒 Β²

Keterangan:

N : Populasi

n : Besaran Sampel

e : Ketepatan absolut yang dikehendaki (5%) 𝑛 = 515

1 + 515 Γ— ( 0,05 )Β² n = 225,13 = 225 orang

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka diperoleh jumlah responden sebanyak 225 orang.

Untuk menentukan besarnya subjek pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi proporsional agar subjek yang diambil lebih proporsional dengan cara:

π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘Ÿπ‘’π‘ π‘π‘œπ‘›π‘‘π‘’π‘› π‘‘π‘–π‘Žπ‘ 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙 = π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘Ÿπ‘’π‘ π‘π‘œπ‘›π‘‘π‘’π‘›

π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘π‘œπ‘π‘’π‘™π‘Žπ‘ π‘– Γ— π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘‘π‘–π‘Žπ‘ 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙

Jumlah mahasiswa angkatan 2019 = 251 orang 225

515 Γ— 251

= 109,66 = 110 orang

Jumlah mahasiswa angkatan 2020 = 264 orang 225

515 Γ— 264

= 115,33 = 115 orang

30 Kriteria inklusi dalam penelitian adalah:

1. Mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan tahun 2019 dan tahun 2020 (minimal masa pembelajaran tiga bulan).

2. Mahasiswa yang pernah atau sedang mengalami salah satu gejala, seperti mual, muntah, kembung, nyeri pada ulu hati, sendawa, rasa seperti terbakar, rasa penuh pada ulu hati dan cepat merasa kenyang. Gejala terjadi dalam 3 bulan sebelum kuesioner dibagikan.

3. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden dan telah menandatangani informed consent atau lembar persetujuan.

Kriteria ekslusi dalam penelitian adalah:

1. Pernah didiagnosa kelainan gastrointestinal.

2. Terdapat salah satu alarm sign, seperti penurunan berat badan>10%, disfagia progresif, muntah rekuren atau persisten, perdarahan saluran cerna, anemia, demam, massa daerah abdomen bagian atas, riwayat keluarga kanker lambung.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA 3.4.1 Jenis Pengumpulan Data

Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitan ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumber datanya dengan menggunakan angket (kuesioner) (Masturoh, 2018). Peneliti memberikan lembar informed consent melalui google formulir yang disebar melalui media sosial responden (line dan whatsapp). Responden yang telah mengisi kolom bersedia kemudian mengisi identitas responden selama 2 menit. Apabila responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi maka responden adalah sampel yang akan diteliti. Selanjutnya responden berpartisipasi dalam penelitian dan diminta untuk mengisi kuesioner

31 yang dikirim melalui google formulir yang disebar melalui media sosial responden (line dan whatsapp). Estimasi waktu yang diberikan kepada responden untuk mengisi kuesioner yang terdiri dari kuesioner keteraturan makan, kuesioner makanan dan minuman iritatif, dan kusioner sindrom dispepsia dengan total 26 pertanyaan selama 5 menit. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya bias.

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner pola makan berdasarkan referensi penelitian sebelumnya yang sudah divalidasi, sementara kuesioner dispepsia merupakan suatu ketetapan berdasarkan kriteria Roma III. Kuesioner terdiri atas empat bagian, yaitu kuesioner identitas responden, kuesioner keteraturan makan, kuesioner makanan dan minuman iritatif, dan kuesioner dispepsia.

a. Kuesioner tentang identitas responden, terdiri atas nama, NIM (Nomor Induk Mahasiswa), jenis kelamin, usia, nomor telepon, tempat tinggal, riwayat kelainan gastrointestinal, gejala dispepsia, gejala alarm sign, penggunaan obat OAINS.

1. Jenis kelamin diberikan kode 1 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan.

2. Tempat tinggal reponden dalam waktu tiga bulan terakhir diberi kode 1 untuk tinggal bersama orang tua, dan kode 2 apabila tinggal tidak bersama orang tua.

3. Penggunaan obat OAINS diberi kode 1 apabila menggunakan obat OAINS dan kode 2 apabila tidak menggunakan obat OAINS.

b. Kuesioner tentang keteraturan makan, terdiri atas 11 pertanyaan dengan 4 pilihan dan menggunakan skala likert, a bernilai 3, b bernilai 2, c bernilai 1, dan d bernilai 0. Sehingga skor tertinggi untuk setiap pertanyaan adalah 3 dan skor terendah adalah 1. Skor total untuk seluruh pertanyaan adalah 33, untuk pola makan dinyatakan tidak teratur dengan skor 0-16 dan pola makan yang teratur dengan skor 17-33.

32 c. Kuesioner makanan dan minuman iritatif, terdiri atas 8 pertanyaan dengan 4 pilihan dan menggunakan skala likert, a bernilai 3, b bernilai 2, c bernilai 1, dan d bernilai 0. Sehingga skor tertinggi untuk setiap pertanyaan adalah 3 dan skor terendah adalah 1. Skor total untuk seluruh pertanyaan adalah 24, untuk makanan dan minuman dikatakan tidak iritatif dengan skor 0-11 dan untuk makanan dan minuman iritatif dengan skor 12-24.

d. Kuesioner Sindrom Dispepsia, terdiri atas 7 pertanyaan dengan pilihan jawaban

β€œya” atau β€œtidak”. Apabila satu jawaban β€œya”, maka hasilnya positif mengalami sindrom dispepsia dan apabila seluruh pertanyaan mendapat jawaban β€œtidak”, maka hasilnya tidak mengalami sindrom dispepsia.

3.5 METODE ANALISIS DATA 3.5.1 Teknik Pengolahan

a. Editing adalah pemeriksaan data yang telah dikumpulkan.

b. Coding adalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi data dalam bentuk angka/bilangan

c. Entry adalah pemasukan data ke dalam komputer yang telah diberi kode.

d. Cleaning Data adalah pengecekan kembali data yag sudah dientri.

e. Saving adalah data disimpan ke dalam komputer sebelum dianalisa.

f. Analisa data (Masturoh, 2018).

3.5.2 Analisis Data

a. Analisis Univariat

Jenis analisis ini digunakan untuk penelitian satu variabel. Ini dilakukan terhadap penelitian deskriptif, dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penghitungan statistik tersebut nantinya merupakan dasar dari penghitungan selanjutnya.

33 b. Analisis Bivariat

Jenis analisis ini digunakan untuk melihat hubungan dua variabel. Kedua variabel tersebut merupakan variabel pokok, yaitu variabel pengaruh (bebas) dan variabel terpengaruh (tidak bebas). Uji statistik yang digunakan adalah chi square.

Uji chi square adalah uji statistik analitik komparatif untuk membandingkan dua variabel kategorik berupa proporsi yang tidak berpasangan.

𝑋2 = Ξ£(O βˆ’ E)Β² 𝐸 Keterangan:

Ξ£ = Chi-Square

O = Observed (nilai yang di observasi) E = Ekspektasi (nilai harapan)

Interpretasi hasil chi square:

a. Apabila p ≀ 0,05 berarti Ho ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna.

b. Apabila p > 0,05 berarti Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna (Halim, 2020).

3.6 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1 Definisi operasional.

NO Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur

1 Usia Waktu yang terlewat sejak

kelahiran Kuesioner Data Numerik Nominal

2 Jenis Kelamin

Perbedaan biologis antara

laki-laki dan perempuan. KTP 1. Laki-laki (1)

2. Perempuan (2) Nominal 3 Tempat

Tinggal

Tempat menetap mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Kuesioner

1. Bersama orang tua(1) 2. Tidak bersama orang tua(2).

mengatasi nyeri. Kuesioner

1. Menggunakan obat OAINS (1)

2. Tidak menggunakan obat OAINS (2)

Nominal

34 5 Pola Makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari oleh mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Kuesioner

1.Pola makan tidak teratur (0-16)

2. Pola makan teratur (17-33)

Kuesioner 1. Tidak iritatif (0-11)

2. Iritatif (12-24) Nominal

7 Sindrom Dispepsia

Suatu kumpulan gejala dari berbagai penyakit pada saluran cerna seperti mual, muntah, kembung, nyeri pada ulu hati, sendawa, rasa seperti terbakar, rasa penuh pada ulu hati dan cepat merasa kenyang pada

terdapat 1 atau lebih.

Dinyatakan tidak, apabila semua pernyataan terdapat

β€œtidak”.

Nominal

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan secara online dengan lokasi penelitian disesuaikan dengan lokasi responden. Metode penelitian dengan menggunakan kuesioner atau google form yang dibagikan secara online kepada para responden. Penyebaran link google form melalui media sosial yaitu line dan whatsapp yang dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2021 dengan subjek penelitian adalah mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2019 dan 2020.

Jumlah total subjek penelitian yang bersedia menjadi sampel, memenuhi kriteria inklusi dan eklusi, serta hasil perhitungan yang telah ditentukan yaitu sebanyak 225 orang.

Tabel 4. 1 Distribusi responden angkatan 2019 dan 2020.

Responden Jumlah Persentase

Angkatan 2019 110 48,9%

Angkatan 2020 115 51,1%

Total 225 100%

4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Karakteristik Individu

a. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil yaitu jumlah jenis kelamin laki-laki 99(44%) orang dan jumlah jenis kelamin perempuan 126(56%) orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 225 responden, jumlah jenis kelamin perempuan lebih banyak dari jenis kelamin laki-laki.

36 Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa angkatan 2019 dan

2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Jenis Kelamin Jumlah (%)

Total Angkatan 2019 Angkatan 2020

Laki-Laki 50 (22,2%) 49 (21,8%) 99 (44%) Perempuan 60 (26,7%) 66 (29,3%) 126 (56%)

Total 110 (48,9%) 115 (51,1%) 225 (100%) b. Usia

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh hasil yaitu jumlah usia 17 tahun 2(0,9%) orang, jumlah usia 18 tahun 45(20%) orang, jumlah usia 19 tahun 98(43,6%) orang, jumlah usia 20 tahun 66(29,3%) orang, dan jumlah usia 21 tahun 14(6,2%) orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi usia terbanyak dari 225 responden adalah usia 19 tahun.

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan usia pada mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Usia Jumlah (%)

Total Angkatan 2019 Angkatan 2020

17 0 (0%) 2 (0,9%) 2 (0,9%)

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh hasil yaitu jumlah tinggal bersama orang tua 105(46,7%) orang dan jumlah tinggal tidak bersama orang tua 120(53,3%) orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 225 responden, jumlah yang tinggal tidak bersama orang tua lebih banyak dari yang tinggal bersama orang tua.

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan tempat tinggal pada mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Tempat Tinggal Jumlah (%)

Total Angkatan 2019 Angkatan 2020

Bersama Orang Tua 53 (23,6%) 52 (23,1%) 105 (46,7%) Tidak Bersama Orang Tua 57 (25,3%) 63 (28%) 120 (53,3%) Total 110 (48,9%) 115 (51,1%) 225 (100%)

37 d. Penggunaan Obat OAINS

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil yaitu jumlah menggunakan obat OAINS 118(52,4%) orang dan jumlah tidak menggunakan obat OAINS 107(47,6%) orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi terbanyak dari 225 responden yaitu menggunakan obat OAINS

Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan riwayat penggunaan obat OAINS pada mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penggunaan Obat OAINS Jumlah (%)

Total Angkatan 2019 Angkatan 2020

Iya 63 (28%) 55 (24,4%) 118 (52,4%)

Tidak 47 (20,9%) 60 (26,7 %) 107 (47,6%) Total 110 (48,9%) 115 (51,1%) 225 (100%)

4.2.2 Keteraturan Makan

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh hasil yaitu jumlah teratur makan 85(37,8%) orang dan jumlah tidak teratur makan 140(62,2%) orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi terbanyak dari 225 responden adalah tidak teratur makan.

Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan keteraturan makan pada mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Keteraturan Makan Jumlah (%)

Total Angkatan 2019 Angkatan 2020

Teratur 38 (16,9%) 47 (20,9%) 85 (37,8%) Tidak Teratur 72 (32%) 68 (30,2%) 140 (62,2%)

Total 110 (48,9%) 115 (51,1%) 225 (100%)

4.2.3 Makanan dan Minuman Iritatif

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh hasil jumlah konsumsi makanan dan minuman iritatif 117(52%) orang, dan jumlah konsumsi makanan dan minuman tidak iritatif 108(48%) orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 225 responden distribusi terbanyak yaitu konsumsi makanan dan minuman iritatif.

38 Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan makanan dan minuman iritatif pada mahasiswa

angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Makanan dan Minuman Iritatif

Jumlah (%)

Total Angkatan 2019 Angkatan 2020

Iritatif 48 (21,3%) 69 (30,7%) 117 (52%) Tidak Iritatif 62 (27,6%) 46 (20,4%) 108 (48%) Total 110 (48,9%) 115(51,1%) 225 (100%) 4.2.4 Sindrom Dispepsia

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasil yaitu jumlah mengalami sindrom dispepsia 159(70,7%) orang dan jumlah tidak mengalami sindrom dispepsia 66(29,3%) orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi terbanyak dari 225 responden mengalami sindrom dispepsia.

Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan sindrom dispepsia pada mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Sindrom Dispepsia Jumlah (%)

Total Angkatan 2019 Angkatan 2020

Ya 82 (36,4%) 77 (34,2%) 159 (70,7%)

Tidak 28 (12,4%) 38 (16,9%) 66 (29,3%)

Total 110 (48,9%) 115 (51,1%) 225 (100%) 4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dan Sindrom Dispepsia

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh hasil yaitu jumlah laki-laki mengalami sindrom dispepsia 57(25,3%) orang, dan jumlah laki-laki tidak mengalami sindrom dispepsia 42(18,7%) orang. Jumlah perempuan mengalami sindrom dispepsia 102(45,3%) orang, dan jumlah perempuan tidak mengalami sindrom dispepsia 24(10,7%) orang. Dari hasil penelitian diperoleh jumlah perempuan lebih banyak mengalami sindrom dispepsia. Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi Chi-Square diperoleh hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan sindrom dispepsia. (p<0,05)

39 Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan sindrom dispepsia pada mahasiswa

angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Jenis Kelamin

4.3.2 Hubungan Usia dan Sindrom Dispepsia

Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh hasil yaitu jumlah usia 17 tahun 2(0,9%) orang, jumlah usia 18 tahun 30(13,3%) orang, jumlah usia 19 tahun 60(26,7%) orang, jumlah usia 20 tahun 55(24,4%) orang, dan jumlah usia 21 tahun 14(6,2%) orang mengalami sindrom dispepsia. Dari hasil penelitian diperoleh frekuensi usia terbanyak mengalami sindrom dispepsia adalah 19 tahun. Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi Pearson diperoleh hubungan bermakna antara usia dengan sindrom dispepsia. (p < 0,05)

Tabel 4.10 Distribusi responden berdasarkan usia dan sindrom dispepsia pada mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Usia

4.3.3 Hubungan Tempat Tinggal dan Sindrom Dispepsia

Berdasarkan tabel 4.11 diperoleh hasil yaitu jumlah tinggal bersama orangtua yang mengalami sindrom dispepsia sebanyak 45(20%) orang dan jumlah tinggal tidak bersama orangtua yang mengalami sindrom dispepsia sebanyak 114(50,7%) orang. Dari hasil penelitian diperoleh responden yang tinggal tidak bersama orang tua lebih banyak mengalami sindrom dispepsia. Hasil analisa

40 statistik menggunakan uji korelasi Chi-Square diperoleh hubungan bermakna antara tempat tinggal dengan sindrom dispepsia. (p < 0,05)

Tabel 4.11 Distribusi responden berdasarkan tempat tinggal dan sindrom dispepsia pada mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Tempat Tinggal

4.3.4 Hubungan Penggunaan Obat OAINSdan Sindrom Dispepsia

Berdasarkan tabel 4.12 diperoleh hasil yaitu jumlah menggunakan obat OAINS yang mengalami sindrom dispepsia sebanyak 115(51,1%) orang, dan jumlah tidak menggunakan obat OAINS yang mengalami sindrom dispepsia sebanyak 44(19,6%) orang. Dari hasil penelitian diperoleh responden yang menggunakan obat OAINS lebih banyak mengalami sindrom dispepsia. Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi Chi-Square diperoleh hubungan bermakna antara penggunaan obat OAINS dengan sindrom dispepsia. (p < 0,05)

Tabel 4.12 Distribusi responden berdasarkan penggunaan obat OAINS dan sindrom dispepsia pada mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penggunaan Obat OAINS

4.3.5 Hubungan Keteraturan Makan dan Sindrom Dispepsia

Berdasarkan tabel 4.13 diperoleh hasil yaitu jumlah teratur makan yang mengalami sindrom dispepsia sebanyak 48(21,3%) orang, dan jumlah tidak teratur makan yang mengalami sindrom dispepsia sebanyak 111(49,3%) orang. Dari hasil penelitian diperoleh responden yang tidak teratur makan lebih banyak mengalami sindrom dispepsia. Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi Chi-Square

41 diperoleh hubungan bermakna antara keteraturan makan dengan sindrom dispepsia.

(p < 0,05)

Tabel 4.13 Distribusi responden berdasarkan keteraturan makan dan sindrom dispepsia pada mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Keteraturan Makan

4.3.6 Hubungan Makanan dan Minuman Iritatif dan Sindrom Dispepsia Berdasarkan tabel 4.14 diperoleh hasil yaitu jumlah konsumsi makanan dan minuman iritatif yang mengalami sindrom dispepsia sebanyak 110(48,9%) orang, dan jumlah konsumsi makanan dan minuman tidak iritatif yang mengalami sindrom dispepsia sebanyak 49(21,8%) orang. Dari hasil penelitian diperoleh responden dengan makanan dan minuman iritatif lebih banyak mengalami sindrom dispepsia. Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi Chi-Square diperoleh hubungan bermakna antara makanan dan minuman iritatif dengan sindrom dispepsia. (p < 0,05)

Tabel 4.14 Distribusi responden berdasarkan makanan dan minuman iritatif dan sindrom dispepsia pada mahasiswa angkatan 2019 dan 2020 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Makanan dan Minuman Iritatif

Sindrom Dispepsia

4.4.1 Hubungan Jenis Kelamin dan Sindrom Dispepsia

Penelitian hubungan antara jenis kelamin dan sindrom dispepsia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2019 dan 2020 diperoleh hasil yaitu jumlah perempuan lebih banyak mengalami sindrom dispepsia dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

42 dilakukan oleh Tiana (2017) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wancana, dan Irfan (2019) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa jumlah perempuan dengan sindrom dispepsia lebih banyak dari jumlah laki-laki. Penelitian lain dilakukan oleh Bestari (2020), Wibawani (2021), dan Giringan (2021) pada pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan jumlah perempuan mengalami sindrom dispepsia lebih banyak dari laki-laki. Adanya gambaran diri (body image) yang salah terhadap perempuan seperti ketakutan akan perubahan bentuk tubuh mengakibatkan perempuan sering kali melakukan pola diet yang salah. Perilaku tersebut sangat berbahaya dan berisiko untuk mengalami penyakit yang berhubungan dengan gangguan pada sistem pencernaan. Kim (2014) mengemukakan bahwa perempuan secara signifikan menjadi faktor risiko dari sindrom disepsia dikarenakan adanya perbedaan hormon seks yang mempengaruhi kerja motilitas lambung dan sensitivitas viseral. Hormon wanita diperkirakan mengubah waktu pengosongan lambung menjadi lebih panjang dan persepsi nyeri viseral mungkin dipengaruhi oleh perubahan siklus pada hormon seks wanita. Hal ini sejalan dengan Djojoningrat (2009) yang mengatakan bahwa dalam beberapa percobaan, hormon progesteron, estradiol, dan prolaktin dapat mempengaruhi kontraktilitas otot polos dan memperlambat waktu transit gastrointestinal.

4.4.2 Hubungan Usia dan Sindrom Dispepsia

Penelitian hubungan antara usia dan sindrom dispepsia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2019 dan 2020 diperoleh hasil yaitu frekuensi usia terbanyak mengalami sindrom dispepsia adalah 19 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Irfan (2019) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan frekuensi usia terbanyak adalah 19 tahun. Penelitian lain dilakukan oleh Nasution (2016) pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara dengan hasil mayoritas mahasiswa usia 18-19 tahun. Usia 19 tahun termasuk dalam usia remaja yang telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). Kategori usia dalam hal ini termasuk pelajar dan mahasiswa. Mahasiswa dengan kesibukan dan aktivitas

43 perkuliahan yang padat sering dikaitkan dengan tingginya angka kejadian dispepsia. Mulai dari kegiatan akademik, tugas kuliah yang banyak, jadwal perkuliahan yang padat dan aktivitas mahasiswa yang lain dibidang non-akademik seperti kegiatan organisasi atau kepanitiaan. Kepadatan aktivitas ini akan berdampak pada pola makan. Mahasiswa mempunyai kebiasaan untuk menunda makan dan bahkan lupa untuk makan. Kebiasaan tersebut akan berdampak terhadap kesehatan terutama menimbulkan kejadian dispepsia pada mahasiswa (Rizky et al, 2015). Faktor lain yang menyebabkan dispepsia pada remaja sekolah usia 12-19 tahun yaitu keadaan stres (Phavichitr et al, 2012). Stres pada usia sekolah mengarah ke bidang akademik dan dinilai memberikan dampak negatif pada kesehatan (Zaralidis, 2015). Kondisi ini diduga terjadi karena adanya interaksi faktor psikis dengan gangguan saluran cerna atau melalui mekanisme brain-gut-axis (Zubir, 2002). Corticotropin releasing factor sebagai mediator utama dari respon stress disekresikan oleh hipotalamus dan selanjutnya menstimulasi kelenjar hipofisis untuk mengeluarkan adrenocorticotrophic hormone (ACTH) yang menyebabkan keluarnya kortisol dari kelenjar adrenal. Kortisol tersebut akan merangsang lambung untuk meningkatkan sekresi asam lambung dan menghambat prostaglandin sebagai agen proteksi lambung. Terpaparnya lambung oleh asam lambung mengakibatkan kerusakan pada mukosa lambung. Apabila keadaan ini berlangsung secara terus menerus akan mengakibatkan luka pada dinding lambung (Darwin, 2017).

4.4.3 Hubungan Tempat Tinggal dan Sindrom Dispepsia

Penelitian hubungan antara tempat tinggal dengan sindrom dispepsia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2019 dan 2020 diperoleh hasil yaitu responden yang tinggal tidak bersama orang tua lebih banyak mengalami sindrom dispepsia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Listiawati (2016) pada mahasiswa yang tinggal di asrama rusunawa Universitas Muhammadiyah Semarang, Wahyudi (2018) pada remaja akhir (18-21 tahun) di asrama putra papua Kota Malang, Ajjah (2020) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, dan Hidayah (2020) pada siswa asrama dan

44 non asrama di SMK Kesehatan Samarinda. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut didapati kecenderungan yang tinggal tidak bersama orang tua mengalami sindrom dispepsia. Berdasarkan observasi sederhana yang dilakukan Hartati (2014) dikatakan bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan mahasiswa yang tinggal tidak bersama orang tua untuk terkena sindrom dispepsia, seperti kepadatan aktivitas diakibatkan kurangnya manajemen waktu sehingga kurang memperhatikan makanan. Wawancara yang dilakukan oleh Lestari (2016) terhadap 6 dari mahasiswi yang tinggal di asrama mengatakan sering mengalami sakit perut hingga ke ulu hati, pusing dan muntah. Selain itu, terdapat kebiasaan sering telat makan, frekuensi makan 1-2 kali dalam sehari dengan porsi makan yang sedikit dan kurang bergizi. Hal ini dikarenakan jadwal kuliah yang padat dan banyak kegiatan kampus lainnya serta masalah terhadap keuangan.

4.4.4 Hubungan Penggunaan Obat OAINS dan Sindrom Dispepsia

Penelitian hubungan antara penggunaan obat OAINS dengan sindrom dispepsia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2019 dan 2020 diperoleh hasil yaitu jumlah dengan penggunaan OAINS lebih banyak mengalami sindrom dispepsia. Hal ini sejalan dengan Hutapea (2017) pada pengguna OAINS di RSUP Haji Adam Malik Medan, Damanik (2017) pada

Penelitian hubungan antara penggunaan obat OAINS dengan sindrom dispepsia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2019 dan 2020 diperoleh hasil yaitu jumlah dengan penggunaan OAINS lebih banyak mengalami sindrom dispepsia. Hal ini sejalan dengan Hutapea (2017) pada pengguna OAINS di RSUP Haji Adam Malik Medan, Damanik (2017) pada

Dalam dokumen IMELDA MELVANI SITOMPUL (Halaman 40-0)

Dokumen terkait