• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Makna Hidup

1. Pengertian Makna Hidup

Keinginan manusia untuk mencari makna hidup merupakan motivator utama dalam hidupnya. Makna hidup merupakan sesuatu yang unik dan khusus; artinya makna hidup hanya dapat dipenuhi oleh yang bersangkutan, hanya dengan cara itulah individu dapat memiliki arti yang bisa memuaskan keinginannya untuk mencari makna hidup (Frankl, 2004).

Ada berbagai cara dalam memberi arti bagi kehidupan, namun Frankl (dalam Schultz, 1994) tetap mempertahankan bahwa hanya ada satu jawaban terhadap setiap situasi, yaitu makna. Menemukan makna hidup dan

menetapkan tujuan hidup merupakan upaya untuk mengembangkan hidup yang bermakna. Hasrat untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang yang selalu menginginkan hidup yang bermakna dan bahagia.

Frankl (2004) mengartikan makna hidup sebagai kesadaran akan adanya satu kesempatan atau kemungkinan yang dilatarbelakangi oleh realitas atau dalam kalimat yang sederhana, menyadari apa ya ng bisa dilakukan di dalam situasi tertentu.

Bastaman (2007) mendefinisikan makna hidup sebagai hal yang dianggap penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Makna hidup ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan dan tak menyenangkan, keadaan bahagia, dan penderitaan. Apabila makna hidup berhasil ditemukan maka seseorang akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life), dan ganjaran (rewa rd) dari hidup yang bermakna adalah perasaan bahagia (happiness). Sebaliknya, jika makna hidup belum berhasil ditemukan maka kehidupan akan dirasa tidak bermakna (meaningless) yang apabila berlarut-larut dapat menimbulkan neurosis noogenik.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa makna hidup adalah makna atau arti yang diperoleh dari penghayatan pada setiap peristiwa yang dialami oleh individu baik peristiwa yang menyenangkan, tidak menyenangkan, bahkan penderitaan, yang jika berhasil ditemukan akan membuat hidup seseorang bermakna sehingga akan muncul perasaan bahagia,

namun jika tidak dapat membawa seseorang pada kehidupan yang tidak bermakna.

2. Sumber-sumber Untuk Menemukan Makna Hidup

Frankl (dalam Bastaman, 2007) mengemukakan bahwa makna hidup tidak saja dapat ditemukan dalam keadaan yang menyenangkan, tetapi juga dapat ditemukan dalam penderitaan sekalipun, selama individu mampu melihat hikmah-hikmahnya. Menurut Frankl (dalam Bastaman, 2007), dalam kehidupan ada tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan individu menemukan makna hidup di dalamnya. Nilai-nilai tersebut adalah.

a. Creative Values (Nilai-nilai kreatif)

Creative Values merupakan nilai-nilai yang didapat melalui kegiatan berkarya, bekerja, menciptakan serta melaksanakan tugas dan kewajiban dengan penuh tanggung jawab. Melalui karya dan kerja individu dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna.

b. Experiential Values (Nilai-nilai penghayatan)

Experiential Values adalah nilai yang didapat dari keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan dan keagamaan, serta cinta kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan hidup seseorang berarti. Banyak orang-orang yang merasa menemukan arti hidup dari agama yang diyakininya, atau ada sebagian orang yang menghabiskan separuh usianya untuk menekuni suatu

cabang seni tertentu. Cinta kasih juga dapat menjadikan seseorang menghayati perasaan berarti dalam hidupnya. Mencintai dan dicintai akan membuat seseorang merasa hidupnya penuh dengan pengalaman hidup yang membahagiakan.

c. Attitudial Values (Nilai-nilai bersikap)

Attitudinal Values merupakan nilai yang diperoleh dari penerimaan dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi. Dalam hal ini yang diubah bukan keadaannya, melainkan sikap (attitude) yang diambil dalam menghadapi keadaan yang tak mungkin diubah atau dihindari. Sikap menerima dengan penuh ikhlas dan tabah dapat mengubah pandangan individu untuk mampu melihat makna dan hikmah dari penderitaan. Penderitaan dapat memberikan makna apabila individu mengubah sikap terhadap penderitaan menjadi lebih baik. Hal ini berarti bahwa dalam keadaan bagaimanapun (sakit, nista, dosa, bahkan maut) arti hidup masih tetap ditemukan, dengan mengambil sikap yang tepat dalam menghadapinya.

Berdasarkan tiga nilai yang dikemukakan Frankl, Bastaman (2007) menambahkan nilai lain yang dapat menjadikan hidup lebih bermakna yaitu harapan (hope). Harapan adalah keyakinan akan terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari. Pengharapan mengandung makna hidup karena terdapat keyakinan akan terjadinya perubahan yang lebih baik, ketabahan menghadapi keadaan buruk saat ini dan

sikap optimis terhadap masa depan. Nilai kehidupan ini disebut dengan nilai pengharapan (Hopeful Values).

3. Tahap-tahap Mencapai Kebermaknaan Hidup

Menurut Bastaman (1996) dalam proses perubahan dari penghayatan hidup tidak bermakna menjadi hidup bermakna dapat dideskripsikan dari tahapan pengalaman tertentu. Tahapan tersebut adalah.

a. Tahap Derita

Pada tahap derita, seseorang dihadapkan pada pengalaman hidup yang tragis dan penderitaan. Pengalaman tragis dan penderitaan tersebut membawa seseorang pada kehidupan tanpa makna yang ditandai dengan perasaan hampa, bosan, tidak berarti, tidak memiliki tujuan hidup, dan putus asa.

b. Tahap Penerimaan Diri

Pada tahap penerimaan diri terjadi proses pemahaman diri dan perubahan sikap. Individu mulai dapat memahami dirinya, menerima apa adanya dan mengubah sikap terhadap penderitaan.

c. Tahap Penemuan Makna

Tahap ini ditandai dengan kemampuan individu dalam memaknai peristiwa hidup yang dialami dan mulai menentukan tujuan hidup.

d. Realisasi Makna

Individu melakukan kegiatan-kegiatan yang terarah untuk menemukan makna hidup dan pemenuhan tujuan hidup. Hal ini berarti bahwa

seseorang harus bersedia melakukan self-commitment terhadap makna dan tujuan hidup serta meningkatkan keterlibatan diri (self-involvement) pada berbagai aktivitas dalam kehidupan.

e. Kehidupan Bermakna

Pada tahap ini, seseorang telah mencapai kehidupan bermakna yang ditandai dengan gairah hidup, semangat hidup, tujuan hidup jelas, kegiatan terarah, dan lainnya. Penghayatan kehidupan bermakna tersebut dapat dicapai apabila individu telah berhasil menemukan makna dan merealisasikannya sehingga akan menimbulkan perasaan bahagia.

4. Penghayatan Hidup Bermakna

Bastaman (2007) menggambarkan orang-orang yang menghayati hidup bermakna sebagai berikut:

a. Individu menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh semangat dan gairah hidup serta jauh dari perasaan hampa.

b. Individu mempunyai tujuan hidup yang jelas, baik tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

c. Individu memiliki kegiatan-kegiatan terarah dan dapat merasakan sendiri kemajuan-kemajuan yang telah dicapai.

d. Individu memiliki tugas-tugas dan pekerjaan yang dianggap sebagai sumber kepuasan dan kesenangan yang dilakukan dengan penuh semangat dan tanggung jawab.

e. Individu dapat menemukan pengalaman baru setiap hari yang dapat menambah pengalaman hidupnya.

f. Individu dapat menghargai hidup yang dijalani.

g. Individu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, menyadari batasan-batasan lingkungan, dan dari batasan tersebut individu dapat menentukan apa yang paling baik untuk mereka lakukan.

h. Individu mampu mencintai dan menerima cinta kasih dari orang lain, dan menyadari bahwa cinta kasih merupakan salah satu hal yang membuat hidup indah.

Dokumen terkait