• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Kesalehan Sosial dalam Ilmu dan Budaya secara denotasi, konotasi, dan mitos

Dalam dokumen Kesalehan Sosial Dalam Film Penjuru 5 Santri (Halaman 91-106)

Sebuah masyarakat tidak akan mungkin berbudaya tanpa ilmu. Ilmulah yang menjadi pendorong terwujudnya masyarakat yang berbudaya dan berperadaban. Istilah modern yang bisa diucapkan dan ditulis untuk menyebut masyarakat berbudaya dan berperadaban adalah msayarakat madani

1. Sceen 1 (Menuntut Ilmu)

Tabel 3.8 Visualisasi:

Denotasi

pada gambar terlihat tiga anak laki-laki dan satu perempuan berjalan melintasi perkebunan dengan mengenakan pakaian seragam sekolah. Pada gambar kedua, terlihat siswa-siswi sekolah dasar dan guru sedang

melaksanakan upaca bendera merah putih, terlihat juga di belakang kantor guru terlihat siswa yang sedang berlarian.

Gambar 1

Konotasi Konotasi yang ingin disampaikan dalam adegan Rajin belajar ke 2 adalah menampilkan suatu semangat menuntut ilmu dari sekumpulan anak-anak desa meskipun harus menyebrangi lereng perkebunan dan menyebrangi sungai dengan bertelanjang kaki dan berjalan anak-anak tetap penuh semangat menuntut ilmu ke sekolah. Inilah semangat belajar semangat menuntut ilmu yang luar biasa yang dilakukan oleh Sabar, Sugeng, Slamet, Rahayu dan Wahyu. Pentingnya sebuah pendidikan bagi manusia memang harus selalu mendapat perhatian utama bagi kita karena proses pendidikan dapat membuat manusia menjadi mahkluk yang berguna bagi sesamanya. Akan tetapi minimnya perhatian dari pemerintah tidak mematahkan semangat mereka untuk pergi menuntut ilmu ke sekolah guna menaikan derajat taraf hidup mereka dan meraih cita-cita yang mereka harapkan.

Mitos Di Indonesia budaya menuntut ilmu dalam kondisi sesulit apapaun sudah diajarkan oleh para pendiri bangsa contohnya adalah Mohammad Hatta pada tahun 1921 beliau mendapat beasiswa Van Deventer dan melanjutkan kuliah di Handels-Hogeschool, Rotterdam (Rotterdam School of Commerce, kini Universitas Erasmus) meskipun dalam kondisi terjajah belanda bung Hatta tetap semangat menempuh pendidikannya hingga menjadi proklamator kemerdekaan negara Indonesia bersama dengan Bung Karno. Semangat seperti inilah yang harusnya dicontoh oleh seluruh generasi muda Indonesia meskipun bangsa kita dirundung berbagai macam masalah seperti kemiskinan, hal seperti ini tidak boleh mematahkan semangat kita. Seperti yang diperlihatkan dalam rangkaian adegan di atas meskipun tinggal di pelosok desa anak-anak dan harus melewati lereng perbukitan dan menyeberangi sungai yang berarus sambil berjalan kaki, anak-anak tetap semangat menuntut ilmu guna kehidupan yang lebih baik.

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW: “Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti

ada jalan...” (HR. Bukhori). hal ini mengajarkan kita sebagai seorang muslim kita tidak boleh putus asa, termasuk dalam menuntut ilmu kita tidak boleh berputus asa dan selalu yakin bahwa Allah akan membukakan jalan kemudahan untuk kita dalam menuntut ilmu apapun keadaannya. a. Narasi Antar Adegan Utama dan Pendukung pada Tabel 3.8

Tabel di atas merupakan serangkaian adegan yang berkaitan satu sama lain. Dalam rangkaian gambar di atas, sutradara menampilkan semangat untuk menuntut ilmu dan tidak memandang seberapa besar rintangan yang mereka hadapi yang terjadi dalam Film Penjuru 5 Santri.

seluruh adegan ini ditampilkan mulai dari empat sekawan yang ingin pergi kesekolah hingga mengikuti kegiatan sekolah.

Pada gambar 1 tabel 3.8 terlihat Sabar, Rahayu, Sugeng dan Wahyu sedang berjalan melintasi perkebunan untuk pergi kesekolah dengan penuh semangat dan rasa gembira. Mereka tak pernah mengeluh seberapa besar rintangan yang mereka hadapi sekalipun mereka harus menyebrangi sungai dan melintasi perkebunan guna menuntut ilmu disekolah.

Pada gambar 2 tabel 3.8 terlihat sebuah pelaksanaan upacara bendera di suatu sekolah yang di hadiri oleh seluruh siswa, dewan guru, dan pembina upacara, mereka terlihat sedang mengangkat tangan kanan (hormat) kepada sang merah putih sembari menyanyikan lagu Indonesia

Raya. Kemudian mereka bersiap untuk memulai kegiatan belajar mengajar.

2. Sceen 2 (Menuntut Ilmu)

Tabel 3.9 Visualisasi: Denotasi

pada gambar pertama terlihat raur wajah Sabar yang

memandang ketas sambil duduk di bawah pohon. Pada gambar kedua Sabar sedang membaca sebuah buku yang berjudul Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia di bawah pohon. Gambar 1 Gambar 2

Konotasi Konotasi yang hendak disampaikan dalam rangkaian adegan di atas ialah suatu semangat belajar, semangat menutut ilmu yang ditunjukan oleh anak-anak Indonesia khususnya anak pelosok desa.

Konotasi Di tengah aktivitasnya membantu sang nenek mencari rumput dan kayu bakar sambil beristirahat sabar menyempatkan dirinya untuk membaca sebuah buku, sangatlah luar biasa sekali semangat menuntut ilmu Sabar yang tanpa mengenal lelah seperti ini. Walaupun minim akan canggihnya teknologi seperti di kota-kota modern tapi sabar dengan penuh semangat tetap rajin membaca buku. Rajin menutut ilmu dalam kondisi apapun sangatlah patut untuk ditiru oleh pelajar-pelajar di Indonesia di tengah keterbatasan kita tapi kita harus sadar bagaimanapun pendidikan harus tetap diutamakan karena proses pendidikan dapat merubah taraf hidup suatu bangsa menjadi maju. Ada pepatah bahasa Indonesia yang mengatakan “Rajin pangkal pandai” Oleh karena itu bersykurlah kita yang hingga saat ini masih diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan hingga tingkat universitas manfaatkanlah setiap wadah ilmu yang telah tersedia.

Mitos Kurangnya minat seseorang untuk menuntut ilmu dikarenakan faktor kemiskinan adalah suatu hal yang harus kita tolong. Sebagai seorang muslim kita di wajibkan untuk menuntut ilmu Rasulullah SAW bersabda:

Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi

setiap muslim laki-laki maupun muslim

perempuan” (HR. Muslim). Semangat belajar harus lebih kita terapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia ingat bangsa kita adalah bangsa yang berbudaya bangsa yang penuh dengan potensi-potensi luar biasa yang telah Allah anugerahkan dalam Sumber Daya Alamnya oleh karena itu kita harus terus memiliki semangat belajar atau semangat menuntut ilmu guna memperbaiki kondisi bangsa Indonesia yang mulai rapuh oleh kemiskinan.

Dengan menerapkan ilmu sebagai budaya pendidikan maka niscaya Indonesia akan di penuhi oleh anak-anak yang luar biasa cerdas baik dari ujung kota sabang sampai ujung timur kota merauke.

a. Narasi Antar Adegan Utama dan Pendukung pada Tabel 3.9

Di dalam tabel di atas merupakan serangkaian gambar adegan yang berhubungan satu sama lain. Dalam rangkaian adegan diatas, sutradara mencoba menampilkan nilai penting mengenai semangat belajar dari masyarakat pedesaan. Seluruh adegan ini di awali dengan Sabar yang sedang beristirahat di bawah pohon sampai Sabar membaca sebuah buku.

Pada gambar 1 tabel 3.9 nampak Sabar memakai pakaian yang lusuh sedang beristirahat di bawah pohon yang rindang, ia kelelahan karena harus membantu sang nenek mencari rumput untuk makan ternaknya dan mencari beberapa kayu bakar yang akan digunakan sebagai bahan bakar memasak sang nenek.

Pada gambar 2 tabel 3.9 terlihat Sabar ditengah istirahatnya menyempatkan waktu senggang untuk membaca sebuah buku. Adapaun buku yang dibaca oleh sabar adalah buku tentang UUD 1945 sebuah buku lama yang mungkin jarang ditemui di sekolah.

3. Sceen 3 (Menuntut Ilmu)

Tabel 3.10 Visualisasi:

Denotasi pada gambar pertama terlihat Sabar sedang belajar di dalam ruangan yang dekat dengan tungku. Pada gambar kedua, terlihat Sabar yang sedang belajar dengan kondisi dia harus menemani neneknya yang sedang berbaring

ditempat tidur. Gambar 1

Gambar 2

Konotasi Konotasi yang ingin disampaikan dalam rangkaian adegan gambar 1 dan 2 menunjukan adanya semangat belajar yang ditunjukan oleh sabar meskipun tinggal di dalam rumah yang kurang layak huni berlantaikan tanah langsung sabar tetap dengan tekun belajar. Semangat belajar menuntut ilmu yang ditunjukan oleh sabar lagi-lagi patut kita contoh karena dalam kondisi apapun kita sebagai generasi muda tidak boleh bermalas-malasan dalam menuntut ilmu, baik dalam ilmu umum ataupun ilmu agama.

Alangkah baiknya jika kita sebagai generasi muda mulai menyibukan diri kita dalam berbagai kegiatan positif mulai dari hal yang terkecil saja seperti yang di lakukan sabar dalam gambar 1 dan 2, lalu kita mencoba dengan bernagai macam kegiatan belajar lainnya dalam ruang lingkup yang lebih besar seperti berdiskusi, belajar bersama, dan menghadiri forum-forum pelajaran di instansi sekolah maka niscaya generasi muda kita akan cerdas, pintar dan pandai. “Seorang anak yang dibesarkan oleh seorang nenek, otomatis peduli terhadap neneknya, ini makanya secara tidak langsung menyadarkan pada anak-anak dikita. Walau dengan keterbatasan ini tetap semangat belajar, kecenderungan anak-anak di Desa itu seperti yang digambarkan pada film. Ingin merubah keadaan tidak selamanya ingin berada dalam keadaan ini tidak pantang mengeluh dan menyerah ingin merubah suatu kehidupan dimasa yang akan datang. Nah ini yang kebayakan anak-anak sekarang tidak meliki rasa seperti itu, mereka dengan fasilitas serba ada kurang memiliki semangat untuk

menuntut ilmu. “pikirannya ah, orang tua gue ini mampu ko, gak perlu gue kerja keras belajar mati-matian toh gue uang ada, ini itu ada” itulah pemikiran anak-anak sekarang sangat berbeda. Makanya saya ingin menunjukan adegan tidak hanya aktivitas pesantren tetapi aktivitas sekola pun ditunjukan”.6

Mitos Dalam budaya Islam ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan berbagai macam masalah atau persoalan, lalu ilmu diibaratkan sebagai cahaya karena ilmu memilki fungsi sebagai petunjuk dalam kehidupan kita. Orang yang memiliki ilmu mempunyai kehormatan di sisi Allah SWT, Allah SWT berfirman dalam QS Al-Mujadalah ayat 11:

6

Wawancara dengan Sutradara dan Penulis Skenario Film Penjuru 5 Santri (Plaza Tamini Square) pada 8 Juni 2015.

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Berdasarkan firman Allah tersebut harusnya kita bisa lebih termotivasi lagi, lebih semangat lagi dalam mencari ilmu bagaimanapun kondisinya kita tidak boleh kalah atau pasrah dengan keadaan. Lalu setelah kita mempunyai ilmu yang cukup banyak Alangkah baiknya ilmu yang kita miliki ini, kita ajarkan kepada setiap orang yang hendak belajar juga. Dengan menyebarkan ilmu yang sudah kita dapat kepada orang lain insya Allah akan menjadi suatu sikap kesalehan sosial yang indah dan bermanfaat bagi orang banyak. Amin Ya robbal alamin.

a. Narasi Antara Adegan Utama dan Pendukung pada Tabel 3.10

Dalam rangkaian adegan gambar diatas merupakan suatu rangkaian narasi yang saling berkaitan antara satu dan lainnya. Dalam rangkaian gambar diatas, sutradara kembali menunjukan semangat keshalehan sosial dalam menuntut ilmu pada Film Penjuru 5 Santri. Seluruh adegan ini diawali dengan adegan Sabar sedang belajar sampai dengan adegan Sabar yang masih tetap belajar sambil menjaga neneknya yang sedang tertidur lelap.

Pada gambar 1 tabel 3.10 terlihat Sabar dengan penuh semangat dan rasa ikhlas, walapun dengan fasilitas seadanya, pencahayaan yang minim, dan kondisi rumah yang kurang layak sabar tetap melakukan aktifitas belajar.

Pada gambar 2 tabel 3.10 terlihat Sabar yang sedang belajar dengan disinari cahaya dari lampu tempel dan waktu yang sudah larut malam ia tetap semangat melanjutkan kegiatan belajanya sekaligus menjaga sang nenek yang sudah tidur lebih dahulu.

4. Sceen 4 (Berjiwa Seni)

Tabel 3.11 Visualisasi:

Denotasi

Pada gambar pertama terlihat sekumpulan mahasiswa dan dua orang santri sedang duduk bersama disebuah saung Pondok Pesantren. Pada Gambar kedua terlihat dua orang laki-laki sedang duduk bersama dengan ekpresi wajah tersenyum.

Gambar 1

Gambar 2

Konotasi Pesan konotasi yang disampaikan dalam rangkaian gambar ini adalah kemampuan materi dakwah yang menghubungkan antara problematika saat ini dan nasihat-nasihat sastra Jawa (Giung).

Seorang penceramah senior atau sudah lanjut usia biasanya tidak ragu dalam menyatukan antara sastra-sastra lama dan kondisi saat ini, dengan menggunakan materi tersebut diharapkan agar masyarakat selalu mengingat bahwa ternyata nenek moyang kita atau orang-orang tua terdahulu juga meninggalkan kalimat-kalimat bijak yang sampai saat ini tidak boleh kita lupakan agar kita bisa lebih memperluas wawasan budaya dan kesenian yang ada di Indonesia. Apapun pesannya selama itu bijak dan bermanfaat wajib kita pelajari dan kita amalkan sebagai suatu pegangan hidup. Dan tidak lupa dari semua pesan-pesan itu kita pelajari kembali dan kita ajarkan kepada anak cucu kitaumumnya pada setiap generasi muda.

Mitos Sebagai generasi muda penerus perjuangan bangsa Indonesia kita wajib untuk mempelajari dan menjaga setiap budaya-budaya yang ada di Indonesia. Karena dengan sikap-sikap seperti itu kita bisa memahami jiwa luhur bangsa kita sekaligus kita jadikan teladan menjalani kehidupan bermasyarakat. Khususnya dalam hal ini suatu sastra jawa (Giung) yang dijadikan kalimat pembuka ceramah di hadapan para mahasiswa. Hal yang dilakukan oleh Kiai Landung sangatlah efektif guna mengajarkan kepada generasi muda yang saat ini sebagian kehidupannya sudah terkontaminasi oleh budaya luar. Mengajarkan budaya sendiri kepada generasi penerus bangsa ini kita rasa harus dilakukan oleh semua kalangan tidak hanya oleh kalangan pendidik dan penceramah tapi juga bisa dari kalangan pemerintah, oknum PNS, kepolisian dan semuanya. Agar kita bisa menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera. a. Narasi Antar Adegan Utama dan Pendukung pada Tabel 3. 11

Tabel di atas merupakan beberapa adegan berjiwa seni yang ditekankan oleh sutradara dalam memperoleh semangat untuk menghidupkan sastra sebagai media sarana berdakwah. Dalam potongan

gambar di atas, sutradara mencoba menampilkan mengenai berjiwa seni dalam Film Penjuru 5 Santri. beberapa adegan ini ditampilkan mulai dari duduk bersama-sama di sebuah saung hingga Kiai Landung memberikan tausiyah penyambutan kepada mahasiswa.

Pada gambar 1 tabel 3.11 terlihat Kiai Landung, Gus Pras beberapa santri dan rombongan KKN mahasiswa sedang menyimak ceramah penyambutan yang di bawakan oleh Kiai Landung. Dalam ceramahnya Kiai Landung berpesan tentang kebaikan menjaga ucapan dan bercerita sedikit tentang sebuah sastra tradisi Jawa yaitu giung.

Pada gambar 2 tabel 3.11 terlihat Kiai Landung bersama dengan Gus Pras. Kiai landung masih melanjutkan pesan ceramahnya kepada mahasiswa KKN. Ada giung yang bunyinya “aji ning diri sokoladi” yang artinya kemulian sesorang itu tergantung pada lidahnya.

5. Sceen 5 (Berjiwa Seni)

Tabel 3.12 Visualisasi:

Denotasi

Pada gambar pertama terlihat seorang Kiai Landung sedang memegang sebuah wayang.

Pada gambar kedua terlihat raur wajah Kiai landung yang memandang ke arah depan dan juga terlihat Kiai Landung duduk di atas kursi

Gambar 2

Konotasi Konotasi yang ingin disampaikan dari rangkaian gambar di atas adalah suatu kemampuan berdakwah yang dipadukan dengan kesenian dan pentingnya untuk melestarikan budaya Indonesia dalam adegan ini yaitu wayang. Dalam materinya Kiai Landung memberikan suatu nasehat yang beraplikasikan kisah pewayangan Rama dan Shinta. Begitu banyaknya budaya Indonesia dalam hal ini wayang bisa menarik simpati orang-orang apalagi jika dibawakan dengan bahasa-bahasa yang bisa dipahami oleh rakyat. Sutradara film Penjuru 5 Santri menampilkan sisi-sisi budaya dalam membangkitkan ghiroh ukhuwah islamiyah yang ada di Indonesia. Dalam menjaga ukhuwah Islamiyah bisa kita lakukan dengan cara berdakwah. Ada banyak cara untuk menyampaikan dakwah salah satunya dengan menggunakan kesenian. Mengenal budaya kita memang harus dilakukan sedari kecil agar kita tidak lupa akan setiap budaya yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kita.

Mitos Islam menyebar ke Indonesia melalui beberapa jalur salah satu penyebaran Islam adalah dengan kesenian. Bermacam-macam tradisi yang ada di Indonesia membuat suatu nilai tersendiri di mata para penyebar islam. Hal ini telah dilakukan oleh para walisongo contohnya Sunan Kalijaga dalam dakwahnya Sunan Kalijaga menggunakan seni pewayangan dan musik-musik gamelan untuk menarik perhatian masyarakat yang sebagian besar beragama hindu dan budha. Dan pada waktu itu masyarakat masih sangat suka dengan pertunjukan wayang dan gamelan-gamelan kemudian akhirnya sunan Kalijaga menghubungkan kebiasaan masyarakat dengan dakwah penyebaran materi-materi Islam sehingga akhirnya sebagian masyarakat mau di ajak masuk agama Islam. Inilah yang harusnya mulai dilakukan oleh para penceramah saat ini kita tidak boleh melupakan budaya-budaya yang dari dulu sudah ada di masyarakat lalu secara perlahan mengaplikasikan dalam setiap ajakan ceramah kita hal ini biasa disebut Pribumisasi Islam. ”Apa artinya agama tanpa kebudayaan, bukan berarti kebudayaan lebih penting dari pada agama. Agama dan kebudayaan seiring sejalan karena agama mengajarkan manusia menjadi religius dekat dengan Tuhan. Kebudayaan mengajarkan manusia untuk berbudi pekerti yang tinggi dan berprilaku yang baik serta saling menghargai sesama umat di dunia. Mengajak masyarakat didunia itu penting, karena kebudayaan seiring sejalan dengan agama agar tidak terjadi radikalisme kepemtingan sosial dan membenci yang tidak sepaham dan seiman. Maka dari itu ada adegan seoarang kiai yang sedang meyampaikan tausyiah dengan memberagakan wayang sebagai media untuk menyampaikan pesan agar bisa dipahami oleh pendengar”.7

Dengan ini Islam akan lebih menjadi agama yang Rahmatan lil Alamin.

7

Wawancara dengan Sutradara dan Penulis Skenario Film Penjuru 5 Santri (Plaza Tamini Square) pada 8 Juni 2015.

Sebagai warga negara Indonesia kita wajib melestarikan budaya-budaya kita sendiri tidak hanya melestarikan kita juga wajib mempelajari sekaligus mempertahankan setiap budaya kita dari gangguan pengakuan budaya oleh negara lain.

a. Narasi Antar Adegan Utama dan Pendukung pada Tabel 3.12

Tabel di atas merupakan serangkaian narasi yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam rangkaian gambar di atas, sutradara mencoba menampilkan sikap kesalehan sosial dalam berjiwa seni untuk menyampaikan pesan dakwah yang di gambarkan oleh seorang Kiai. Seluruh adegan ini ditampilkan mulai dari Kiai Landung menyampaikan tausiyah menggunakan wayang.

Pada gambar 1 tabel 3.12 salah satu adegan Kiai Landung yang sedang memberikan tausyiah melalui cerita rama dan sinta dengan perantara wayang sebagai objek peraga “Tokoh yang namanya dasamuka

atau rahwana, ya dalam dunia pewayangan sebagai raksasa yang suatu saat mencuri istri orang, perempuan yang dicuri itu namanya Dewi Shinta. Nah setelah Dewi Shinta itu berada di dalam istananya, sebenarnya Rahwana ini bisa saja meperkosa Dewi Shinta tapi dia tidak melakukan, kenapa? Karena Dewi Shinta tidak rela untuk menyerahkan

dirinya kepada orang yang bukan kepada suaminya”.

Pada gambar 2 tabel 3.12 adegan Kiai landung menutup tausyiahnya dengan menggunakan lantunan puisi tentang perjanjian Dewi Shinta kepada suaminya “Suamiku Sri Rama, kalau mendung hitam sudah

di atas kepala jangan larang hujan turun kebumi, kalau angin bertiup dengan kencangnya jangan larang daun-daun kering berguguran kalau senyummu Sri Rama selalu mekar dalam hatiku. Jangan larang aku akan tetap setia dan rindu padamu”.

C. Makna Kesalehan Sosial dalam Membangun Harmoni-Sosial secara

Dalam dokumen Kesalehan Sosial Dalam Film Penjuru 5 Santri (Halaman 91-106)