• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pesan dominan dalam kerangka Kesalehan Sosial di Film Penjuru Lima Santri

Dalam dokumen Kesalehan Sosial Dalam Film Penjuru 5 Santri (Halaman 131-136)

Seperti yang sudah saya jelaskan di dalam bab 2 kesalehan sosial adalah semua jenis kebajikan yang ditujukan kepada sesama manusia misalnya bekerja untuk memperoleh nafkah bagi anak dan istri, kemudian Ali Anwar Yusuf menjelaskan bahwa Kesalehan Sosial merupakan sikap turunan dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, khususnya hablun min an-naas. Dan kesalehan sosial pun mempunyai jenis dan bentuk yaitu: (1) kesalehan sosial dalam aktivitas sosial-politik bentuknya adalah Besikap terbuka, Berjiwa Lapang, dan Kepedulian (2) kesalehan sosial dalam ilmu dan budaya bentuknya adalah Menuntut Ilmu dan Berjiwa Seni (3) kesalehan sosial dalam pembangunan harmoni sosial bentuknya adalah Bersikap Hormat dan Santun, menerapkan konservasi sumber daya alam, memberikan pendidikan dan pelatihan dan profesionalisme.

Namun dalam penelitian ini sikap kesalehan sosial yang sangat mendominasi dalam film Penjuru Lima Santri adalah sikap Kepedulian. Kepedulian termasuk dalam jenis Kesalehan Sosial dalam aktivitas sosial dan politik, Kepedulian adalah suatu sikap tolong menolong dalam menghadapi

Gus Pras : Pak Lurah, Pak RT sebaiknya kita mundur kita harus panggil polisi nih

Pak RT : Setuju, saya kenal betul semua warga disini, mereka itu bukan orang sini secepatnya kita lapor polisi Pak lurah

segala masalah dan kesusahan serta bekerjasama untuk menyelesaikannya. Sikap kesalehan sosial berjenis kepedulian ditunjukan lebih banyak dalam film ini alasannya adalah karena sikap kepedulian dirasa sangat membantu dalam proses kehidupan. Dengan adanya sikap kepedulian sesama manusia tidak membeda-bedakan golongan baik kaya, miskin, bodoh, pintar, lemah, kuat semuanya tidak bermakna ketika sudah mengenal kata peduli. Melalui film Penjuru Lima Santri Sutradara film ini Wimbadi JP menambakan bahwa “sikap kesalehan sosial dalam hal ini kepedulian saya rasa harus lebih banyak di kenalkan, di ajarkan, dan diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kita hidup dalam kondisi masyarakat yang hedonis sekaligus individualis rata-rata pejabat kita hanya sibuk memperkaya diri dan keluarganya, mereka seolah-olah lupa bahwa di bawah mereka masih banyak masyarakat yang miskin, kelaparan, dan hidup susah jika dibiarkan terus menerus negara ini bisa hancur tidak mempunyai masa depan karena rakyatnya hanya di pandang sebagai masalah sepele oleh para pejabat. Oleh karena itu melalui film penjuru lima santri kami mencoba untuk mengemas nilai kepedulian dan menghadirkannya di dalam suatu tayangan yang menarik dan enak ditonton seluruh elemen masyarakat.12

12

Wawancara dengan Sutradara dan Penulis Skenario Film Penjuru 5 Santri (Plaza Tamini Square) pada 8 Juni 2015.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Setelah peneliti menganalisa data berupa rangkaian adegan film Penjuru lima santri dengan mencari makna denotasi, konotasi, dan mitos yang dianggap menunjukan sikap kesalehan sosial. Maka penulis merumuskan beberapa hal, yaitu:

1. Makna Denotasi

Makna denotasi pada penelitian ini adalah gambaran tentang potret kehidupan Pesantren luhur budaya ilmu giri dan masyarakat desa lereng bukit selopang ngulon.

2. Makna Konotasi

Makna Konotasi yang terlihat dalam film ini adalah perjuangan yang dilakukan kelima orang anak desa yaitu Sabar, Sugeng, Slamet, Santi, dan Wahyu disebuah desa di lereng bukit selopang ngulon untuk memperoleh pendidikan umum dan agama yang layak. Ini terlihat pada beberapa adegan yang menunjukan sikap kesalehan sosial yaitu semangat dan solidaritas mereka yang rela tolong menolong dalam memperoleh pendidikan meskipun banyak memperoleh rintangan. Tidak hanya itu dalam film ini pun menunjukan peran seorang Kiai Landung dan seluruh santri pesantren yang menunjukan sikap kesalehan sosial mau membantu siapapun yang membutuhkan baik

dalam hal pendidikan agama, musyawarah desa, pelestarian alam sampai merawat orang yang sakit jiwa.

3. Mitos

Adapun pesan mitos yang terlihat dalam film ini, yaitu wacana sikap-kebajikan yang semuanya itu terangkum dalam kesalehan sosial. Secara singkat, mitos yang terdapat dalam film ini adalah sikap kesalehan sosial yang sesuai dengan ajaran islam dan budaya masayarakat Indonesia khusussnya jawa. Sikap kesalehan sosial ini sebenarnya sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW lalu diterapkan oleh para Walisanga dalam penyebaran ajaran agama islam di tanah jawa dan kemudian menjadi ajaran sekaligus perilaku baik untuk kehidupan dalam berbangsa dan bermasyarakat di negara kita Indonesia.

Dari ketiga makna di atas, maka peneliti dapat mengatakan bahwa kesalehan sosial dalam film Penjuru Lima Santri ini berupa ajaran untuk mau melihat kondisi orang-orang di sekitar kita (sosial), mau terjun langsung membantu apabila ada masalah tanpa memandang sifat individualitas yang ada di dalam diri kita. Selain itu juga terdapat beberapa nilai kesalehan sosial yang mengajarkan kepada kita bahwa hidup di dunia ini kita harus bisa menjaga dan merawat alam oleh karena itu penting bagi kita untuk selalu melakukan konservasi dan lebih peduli lagi terhadap bumi yang menjadi tempat tinggal kita.

B. Saran

Saran peneliti terhadap film ini adalah:

1. Saran penulis kepada sutradara film: pada industri perfilman tanah air sebaiknya lebih memperbanyak film yang bertemakan kesalehan sosial dan ajaran-ajaran Islam yang sesuai dengan syariat tidak ada unsur propaganda bahkan sampai memanfaatkan islam demi keuntungan semata.

2. Saran penulis kepada penonton lainnya: saat menonton film kita harus bisa mimilah milih mana tayangan film yang bisa dijadikan ajaran bagi kehidupan kita, oleh karena itu penonton harus lebih aktif dalam mencari pesan-pesan yang tersirat dalam adegan cerita film tersebut.

3. Saran peneliti kepada pemerintah: pemerintah harus kembali menerapkan ajaran kesalehan sosial kepada setiap elemen bangsa guna perbaikan bangsa bagi generasi bangsa Indonesia ke depan.

Dalam dokumen Kesalehan Sosial Dalam Film Penjuru 5 Santri (Halaman 131-136)