• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. POKOK-POKOK EKARISTI DAN PERKEMBANGAN IMAN

A. Pokok-pokok Ekaristi

4. Makna Perayaan Ekaristi untuk Hidup Beriman Umat

Kata perayaan menerjemahkan kata Latin celebratio yang kata kerjanya: celebrare. Kata celebrare ini mempunyai banyak kemungkinan arti, seperti: merayakan, mengunjungi atau menghadiri dalam jumlah banyak, meramaikan, memenuhi, kerap kali melakukan, memasyhurkan, memuji atau memuja. Maka, makna dasar celebratio atau perayaan selalu berunsur plural atau banyak (Martasudjita, 2005: 105).

a. Membangkitkan Sikap Syukur

Ekaristi merupakan sebuah perayaan syukur Gereja akan seluruh berkat bagi umat-Nya. Oleh karena itu perayaan Ekaristi menjadi sarana bagi umat untuk mengungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan atas seluruh karya penyelamatan Allah melalui Putera-Nya yang tunggal, yakni Yesus Kristus yang wafat dan bangkit dari kematian-Nya demi penebusan dosa manusia. Maka seluruh doa dalam perayaan Ekaristi itu ditujukan kepada Allah yang telah setia menyertai seluruh hidup para anggota Gereja. Ungkapan syukur itu sangat Nampak dalam Doa Syukur Agung (DSA), yang merupakan sebuah doa dan ungkapan syukur atas seluruh cinta kasih dan kebaikan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus (Martasudjita, 2005: 344).

b. Meningkatkan Kerinduan Umat untuk Lebih Bertobat

Mengakui diri sebagai orang berdosa berarti umat menempatkan diri sebagai anak-anak Allah. Dalam lubuk hati setiap manusia memiliki kerinduan untuk terus mencari dan menemukan Allah sebagai sumber kehidupan. Sikap rendah hati dihadapan Allah merupakan bentuk pertobatan yang dapat dilakukan dihadapan Allah, dengan mengakui diri sebagai orang yang berdoa. Dengan menghayati Ekaristi berarti harus dapat melihat dan mengakui bahwa rahmat Allah berkarya dalam diri orang lain. Ekaristi membuka mata manusia untuk melihat yang baik dan yang benar dalam diri mereka yang berbeda (Suharyo, 2011: 27).

Umat Kristiani diharapkan mampu untuk mewartakan perdamaian dalam hidup, mengembangkan relasi dan dialog persaudaraan serta berjuang untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Maka umat Kristiani yang mengikuti Perayaan Ekaristi akan menjadi pribadi yang sungguh menghayati panggilan dan perutusan untuk menghidupi benih-benih kemanusiaan yang baru, yang sudah ditebus dan diselamatkan dari dosa-doa (Suharyo, 2011:29).

c. Membangun Persekutuan Umat Beriman

Ekaristi mengajak umat Kristiani untuk menyadari bahwa Allah Tritunggal memanggil, mengundang dan menghimpun umat Kristiani menjadi satu kesatuan sebagai umat Allah. Melalui perayaan Ekaristi Allah mengundang umat-Nya untuk ikut serta dalam perjamuan dan kurban Ekaristi ini ditujukan kepada semua

orang tanpa memperhatikan perbedaan latar belakang ekonomi, sosial, politik, budaya, atau perbedaan apapun juga (Suharyo, 2011:16).

Menanggapi panggilan itu berarti manusia berusaha membangun sebuah keluarga atas dasar iman kepada Allah. Kehadiran Allah dalam diri umat-Nya akan membentuk sebuah persaudaraan yang secara bersama-sama menanggapi panggilan yang sungguh datang dari Allah. Melalui Ekaristi Allah mengajak umat Kristiani untuk mau dan mampu mengesampingkan perbedaan kelas sosial dan kepentingan pribadi. Dengan mendengarkan panggilan Allah itu, umat Kristiani akan berhimpun sebagai sesama saudara yang mempunyai jati diri sebagai anak-anak Allah (Suharyo, 2011:17).

Melalui Ekaristi, umat Kristiani sungguh-sungguh harus mempunyai ciri misioner, yakni dengan memiliki perhatian kepada seluruh anggota Gereja, terutama kepada orang-orang yang terasing, lemah, kecil, dan tersingkir sehingga mereka dapat menemukan Allah melalui anak-anak Allah yang akhirnya mereka dapat menemukan persaudaraan bersama dengan murid-murid Yesus (Suharyo, 2011:20).

d. Menjadi Sumber Pertumbuhan Harapan Iman dan Kasih

Ekaristi menjadi sumber hidup umat Kristiani karena Ekaristi juga membantu umat bertumbuh dalam iman, harapan dan kasih. Keutamaan-keutamaan ini mengarahkan hidup umat Kristiani kepada Allah sendiri, sehingga umat Kristiani dengan sungguh dapat menghayati dan menghidupi imannya (Prasetyantha, 2008:144).

Perayaan Ekaristi menjadi sumber iman bagi umat Kristiani, serta menjadi tanda yang mengarahkan hidup umat. Yesus yang memelihara dan menguatkan iman umat-Nya dengan apa yang Yesus tunjukkan, yakni kasih dan kekuatan Allah yang dinyatakan kepada umat-Nya oleh Kristus dan kehadiran nyata melalui Tubuh dan Darah-Nya. Dengan karya penyelamatan Allah yang memuncak dalam wafat dan kebangkitan Kristus, Ekaristi akan semakin memperkembangkan dan memupuk iman umat (Prasetyantha, 2008: 145).

Ekaristi adalah sumber kasih yang memungkinkan umat Kristiani untuk mengasihi Allah. Dengan melihat apa yang Allah telah lakukan bagi manusia dalam diri Yesus yang hadir di tengah umat dalam Ekaristi, umat Kristiani harus membalas kasih Allah dalam Roh Kudus yang dicurahkan dalam hati manusia melalui Yesus. Melalui Ekaristi, umat diajak untuk masuk dan ambil bagian dalam hidup Allah Tritunggal, yang adalah kasih itu sendiri (Prasetyantha, 2008:146).

e. Menggerakkan Umat untuk Berbagi Pada Sesama

Ekaristi adalah sumber seluruh kehidupan orang beriman. Ekaristi tidak hanya dihidupi dalam hidup menggereja saja, tetapi juga dihidupi di dalam setiap segi kehidupan, seperti di tempat kerja, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, dan sebagainya. Sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah itu ssungguh mampu diwujudkan secara lebih sungguh dalam seluruh aspek kehidupan (Prasetyantha, 2008:14).

Dalam perayaan Ekaristi seluruh umat menerima roti yang dibagikan sebagai kesatuan hidup sebagai seluruh anggota Gereja dan umat beriman. Ekaristi selalu berpusat kepada hidup Yesus. Melalui Ekaristi, Yesus mau makan bersama dengan murid-muridNya, orang-orang asing, orang-orang miskin dan sakit, orang-orang benar dan juga orang-orang yang berdosa. Sikap ini ingin menunjukkan bahwa cinta Allah diperuntukkan dan diberikan bagi semua orang (Prasetyantha, 2008:155).

Semua yang hadir dan ikut ambil bagian dalam Ekaristi memperoleh kesatuan dengan Yesus yang telah memberikan hidup-Nya bagi semua orang. Oleh karena itu, melalui perayaan Ekaristi menunjukkan bahwa semua orang mau dan rela berbagi hidup kepada orang lain, dengan meneladan sikap Yesus. Kerajaaan Allah itudiperuntukkan bagi semua orang, demikian semua umat beriman Kristiani dipanggil dan diutus untuk mewujudkan Kerajaan Allah ditengah kehidupan bermasyarakat dengan mau berbagi kepada orang lain (Prasetyantha, 2008:156).

B. Perkembangan Pribadi dan Iman Kaum Remaja

Dokumen terkait