BAB I PENDAHULUAN
1.5 Teori Penelitian
1.5.1 Makna Langsung
1.5.1.2 Makna Sempit atau Khusus
Makna sempit atau makna khusus adalah makna ujaran yang lebih sempit atau khusus daripada makna pusatnya. Misalnya, kata ahli bermakna „orang yang mahir atau pandai dalam segala ilmu pengetahuan‟, tetapi makna ahli dalam kalimat:
Prof. Dr. H. Yus Rusyana adalah ahli sastra.
Kalimat di atas lebih sempit daripada makna „orang yang mahir dalam segala ilmu pengetahuan‟ karena „hanya mahir dalam bidang ilmu pengetahuan sastra saja‟.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa makna luas, unsur leksemnya makin sempit. Artinya, yang diacu makin sempit maknanya. Leksem ahli mengacu „ke semua ahli dalam berbagai disiplin ilmu‟. Leksem ahli sastra lebih menyempit lagi, yakni „seseorang yang mengalihkan dirinya pada bidang bahasa‟
sedangkan ahli sastra Indonesia bermakna lebih sempit lagi.
1.5.2 Makna Kiasan (Asosiatif)
Makna kiasan atau asosiatif adalah makna kata atau leksem yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul pada penyapa dan pesapa.
Makna ini mucul akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap leksem yang dilafalkan atau didengarnya.
Makna kiasan mencakupi keseluruhan hubungan makna dengan alam luar bahasa. Makna ini berhubungan dengan mayarakat pemakai bahasa, pribadi, perasaan, dan nilai-nilai itu. Makna kiasan berbeda dari makna langsung dalam beberapa hal, antara lain:
a. Makna kiasan tidak terbatas pada bahasa saja tetapi juga pada sistem komunikasi yang lain seperti musik;
b. Makna kiasan tidak stabil tetapi berubah sesuai dengan nilai rasa yang dimiliki pemakainya; dan
c. Makna kiasan tidak terbatas tetapi terus bertambah dan berkembang.
Kata perempuan dan wanita, misalnya, mempunyai makna konseptual yang sama, yakni „manusia dewasa berjenis kelamin betina‟. Secara asosiatif, kata wanita memiliki nilai rasa atau asosiasi yang lebih tinggi dari kata perempuan.
Dilihat dari nilai rasa yang terkandung di dalamnya, makna kiasan (asosiatif) dibedakan atas makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna reflektif, makna kolokatif, dan makna idiomatis.
1.5.2.1 Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang tidak langsung menunjukkan hal, benda, atau objek yang di acunya. Makna konotatif biasanya mengandung perasaan, kenangan dan tafsiran terhadap objek lain. Makna konotatif merupakan pemakaian makna yang tidak sebenarnya.
Kata bunga selain bermakna denotatif bagian tumbuhan bakal buah juga bagian asosiasi terhadap barang lain memiliki makna sampiran (konotatif) seperti tampak pada contoh berikut.
1) Dialah bunga idamanku seorang. (=kekasih)
2) Dimana ada bunga berkembang, kesanalah banyak kumbang datang.
(=gadis)
Makna kata bunga diatas berubah karena digunakan dalam konteks kalimat.
Oleh karena itu, makna sebuah kata sering tergantung pada konteks kalimat atau wacana. Makna ini sering disebut juga dengan makna kontekstual. Makna kontekstual muncul akibat hubungan ujaran dan situasi pemakainya. Makna kata buaya berubah karena dipakai dalam konteks yang berbeda. Misalnya pada kalimat berikut ini:
1) Buaya termasuk binatang amfibi 2) Dasar buaya, uangku dicopet juga
Berikut ini contoh lain kata yang bermakna konotatif.
1. Jika disodori amplop, segala urusan akan beres. (=uang sogokan) 2. Bagaimana cerdikmu, tak dapat engkau mengisap aku. (mengisap =
menipu, memeras)
1.5.2.2 Makna Afektif
Makna afektif adalah makna yang timbul akibat reaksi pesapa terhadap penggunaan bahasa dalam dimensi rasa. Makna ini berhubungan dengan perasaan yang timbul setelah pesapa mendengar atau membaca kata sehingga menunjukkan adanya nilai emosional. Oleh karena itu, makna afektif disebut juga dengan makna emotif.
Makna afektif berhubungan dengan perasaan pribadi penyapa, baik terhadap pesapa maupun objek pembicaraan. Makna ini lebih terasa dalam bahasa lisan daripada bahasa tulisan. Misalnya, makna kata anjing dalam kalimat berikut memiliki nilai emosi yang berbeda.
1. Ahmad memiliki dua ekor anjing 2. Anjing itu bulunya hitam
3. Anjing kamu, mampuslah!
Kata anjing pada kalimat (1 dan 2) menunjukkan sejenis hewan, tetapi pada kalimat (3) menunjukkan orang yang dinggap rendah, sehingga disamakan martabatnya dengan anjing.
Karena makna afektif berhubungan dengan nilai rasa atau emosi pemakai bahasa, ada sejumlah kata yang konseptual bermakna sama tetapi secara emosinal memiliki nilai rasa yang berbeda. Kata-kata itu biasanya terasa kurang enak didengar, kasar, keras, tinggi, dan ramah. Oleh karena itu, makna afektif dapat dibedakan atas:
1. Makna afektif tinggi 2. Makna afektif ramah 3. Makna afektif kasar
1.5.2.2.1 Makna Afektif Tinggi
Makna afektif tinggi biasanya terdapat dalam kata-kata sastra, klasik, dan asing, misalnya:
Kalbu = Hati
Hadiah = Pemberian 1.5.2.2.2 Makna Afektif Ramah
Makna afektif ramah biasanya digunakan dalam pergaulan kita sehari-hari antar sesama anggota masyarakat. Makna ini berada pada bahasa atau dialek yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari, dengan demikian terjadilah bahasa campuran yang kadang-kadang terasa lebih ramah daripada bahasa Indonesia resmi. Misalnya:
Berabe = Susah
Ngobrol = Bercakap-cakap
1.5.2.2.3 Makna Afektif Kasar
Makna afektif kasar biasanya berada dalam kata-kata yang berasal dari bahasa daerah atau dialek yang dirasakan kasar, misalnya:
Algojo = tukang pukul
Babu = pembantu rumah tangga 1.5.2.3 Makna Stilistik
Stilistika adalah ilmu yang mempelajari bahasa yang digunakan dalam karya sastra: ilmu antar disiplin antara linguistik dan kesusastraan; penerapan pada penelitian gaya bahasa. Stilistika bertalian dengan gaya bahasa (figuratif language) yakni bahasa kias atau bahasa indah yang digunakan untik meninggikan dan meningkatkan pengaruh dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu hal dengan hal lain. Gaya bahasa merupakan penggunaan bahasa yang dapat mengubah serta menimbulkan nilai rasa tertentu.
Makna yang terkandung dalam gaya bahasa disebut makna stilistik atau makna figuratif. Makna stilistik mencakup berbagai makna seperti dibawah ini :
a. Perbandingan
1. Seperti air didaun keladi b. pertentangan
1. Sampah-sampah bertumpuk setinggi gunung dimuka gedung itu c. Pertautan
1. Tolong ambilkan gudang garam itu (rokok) d. Perulangan
1. Tangan tangguh tadahkan tangguk 1.5.2.4 Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang timbul akibat pesapa menghubungkan makna konseptual yang satu dengan makna konseptual lain sehingga menimbulkan repleksi (asosiasi) kepada makna lain. Makna ini cenderung mengacu pada hal-hal yang bersifat sakral (kepercayaan), tabu (larangan), atau
tata krama kesopanan. Makna replektif yang berkaitan dengan sakral dan tabu disebut makna piktorial, sedangkan yang berhubungan dengan kesopanan disebut makna gereplektif.
1.5.2.4.1 Makna Piktorial
Makna piktorial atau makna tak pantas muncul akibat bayangan pesapa terhadap kata yang didengar atau dibacanya. Kata-kata yang kurang pantas di anggap tabu, kurang sopan atau menjijikkan, sehingga penyapa sering dicela sebagai orang yang kurang sopan.
Misalnya :
1. Kata-kata yang berhubungan cacat badan seperti, bodoh = kurang pandai, buta = tuna netra.
2. Kata-kata yang berhubungan dengan rasa jijik seperti, kakus = jamban
3. Kata-kata yang berhubungan dengan kematian seperti, bangkai = jenazah
1.5.2.4.2 Makna Gereplektif
Makna gereplektif atau makna pantangan adalah makna yang muncul akibat reaksi pemakai bahasa terhadap makna lain. Makan ini terdapat pada kata-kata yang berhubungan dengsn kepercayaan masyarakat kepada hal-hal yang bersipat kepercayaan (magis). Kata-kata seperti ini biasanya dianggap tabu untuk diucapkan sehingga harus diganti dengan kata-kata lain yang bermakna sama misalnya : jika pergi kehutan malam hari ada kepercayaan masyarakat untuk tidak mengucapakan kata harimau. Jika diucapkan bisa bersua. Kata harimau harus diganti dengan kata nenek, kiai, datuk, atau raja hutan.
1.5.2.5 Makna Kolokasi
Kolokasi adalah seluruh kemungkinan adanya beberapa kata dalam lingkungan yang sama. Misalnya, garam, gula, lada, bumbu, cabe yang
berkolokasi dengan bumbu masak. Kolokasi merupakan sosialisasi yang tetap antara kata dengan kata-kata tertentu lainnya. Makna kata-kata yang berkolokasi di sebut makna kolokatip.
Makna kolokasi lebih banyak berhubugan dengan makna dalam frasa.
Misalnya, kata cantik dan molek terbatas pada kelompok kata wanita. Kita dapat mengatakan kalimat : wanita itu cantik dan molek. Tetapi belum pernah mengatakan lelaki itu cantik dan molek.
1.5.2.6 Makna Idiomatis
Idiom atau ungkapan adalah konstruksi unsur bahasa yang saling memilih.
Masing-masing unsurnya memiliki makna yang ada karena bersama yang lain.
Idiom merupakan konstruksi bahasa yang mknanya tidak sama dengan gabungan makna unsur-unsurnya. Makna yang terdapat dalam idiom disebut makna idiomatis. Makna idiomatis adalah makna yang tdak bisa diterngkan secara logis atau gramtikal dengan bertumpu pada makna kata-kata yang menjadi unsurnya, misalnya kambing hitam dalam kalimat : dalam peristiwa kebakaran itu, hansip menjadi kambing hitam, padahal mereka tidak tahu apa-apa.
Makna kambing hitam secara keseluruhan tidak sama dengan makna kambing maupun makna hitam. Idiom meliputi ungkapan dan peribahasa.
Ungkapan biasanyadalam bentuk kata majemuk atau frasa sedangkan peribahasa dalam bentuk klausa atau kalimat. Misalnya : adu domba = memecah belah.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan satu sumbangan pemikiran terhadap dunia akademik yang berhubungan dengan ilmu semantik, ilmu terjemahan dan perkembangan bahasa Indonesia, serta memperluas wawasan pemahaman peneliti dan
pembaca mengenai kata-kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab.
1.7 Kajian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, terdapat penelitian yang relevan terhadap penelitian ini, sehingga memberikan gambaran penelitian.
Berikut papapran tentang kajian yg menjadi referensi bagi penulis.
1. Tesis yang disusun oleh M. Husnan Lubis Ph.D dengan judul pemilihan kata bahasa indonesia yang asalnya dari bahasa Arab dalam tiga teks terjemahan Al-Qur‟an bahasa Indonesia: Analisis Perbandingan dan Strategi Penterjemahan. Membandingkan tiga teks terjemahan Al-Qur‟an secara umum. Tiga teks terjemehan yang dimaksud adalah a. Mahmud Yunus, b. Depag R.I, c. Hamka. Dalam penelitian ini peneliti terdahulu juga meneliti tentang strategi penerjemahan akan tetapi dalam kajiannya beliau tidak ada menganalisis tentang klasifikasi makna.
2. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Budiansyah Ritonga pada tahun 2013 mengenai kata serapan (kosa kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab) dengan objek kajiannya yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Republik Indonesia Indonesia yang disusun oleh Soesilo pada Tahun 1985. Akan tetapi dalam penelitiannya, beliau meneliti tentang perubahan makna dari kata-kata serapan yang beliau temukan dalam objek spenelitiannya dengan menggunakan teori Abdul (1996) dan Guntur (1985). Teori tersebut memaparkan tentang perubahan makna yaitu penambahan makna, pengurangan makna, penggantian makna dan makna tetap. Contohnya : kata bank berasal dari bahasa Arab yakni "هٕجٌا |al bank” dalam bahasa Arab bermakna ياِٛلاا ٍٗف غضٛر يػٌا ًسٌّا/ al-mahallu a-lażĩ tauda‟u fĩhi al amwãli/ tempat menyimpan harta, sedangkan ketika diserap ke dalam bahasa Indonesia kata Bank mempunyai makna badan usaha d bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang dalam
masyarakat. Sehingga, kata bank terjadi persamaan makna jika dilihat dari makna leksikal.
BAB II
KLASIFIKASI MAKNA KATA BAHASA INDONESIA
2.1 Klasifikasi makna kata dalam novel Tenggelamnya kapal Van Der Wijck.
Sesuai dengan teori Yayat Sudaryat (2008) yang memaparkan tentang nilai makna, secara umum makna leksikal dapat dibagi menjadi dua yaitu makna langsung dan makna kiasan. Makna langsung terbagi menjadi dua yaitu makna luas atau umum dan makna sempit atau khusus, sedangkan makna kiasan terbagi lagi menjadi makna konotatif, makna afektif (afektif tinggi, afektif ramah, dan afektif kasar), makna stilistik (perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan), makna replektif (makna piktorial dan makna gereplektif), makna kolokatif, dan makna idiomatis.
2.1.1 Makna Langsung
Makna langsung atau konseptual (sering juga disebut makna denotatif, makna konseptual, atau makna kognitif karena dilihat dari sudut yang lain).
Pada dasarnya, sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Karena itu makna denotasi sering disebut sebagai “makna sebenarnya”, ( Chaer, 2008:65).
Berikut ini penulis akan memaparkan contoh makna langsung yang terdapat dalam novel :
1. Adat
Kata adatadalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “حظبػ/„ādatun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu adat. Kata adat terdapat pada kalimat di halaman 5 dan 13 : “Menurut adat Minangkabau, amatlah malangnya seorang laki-laki jika tidak mempunyai saudara perempuan...”, (halaman 5).
Kata adat pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu Aturan yang lazim diturut/dilakukan sejak dahulu kala.
2. Akhir
Kata akhir adalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu“ؽضا/ākhirun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu akhir. Kata akhir terdapat pada kalimat di halaman 13 dan 32 :
“mamak masih tetap tinggal dirumah ini mengasuhmu, dan ayahmu berjalan kemana-mana, kadang-kadang menjadi guru pencak padang yang mashyur itu kadang-kadang berdukun dan paling akhir dia suka sekali mengajarkan ilmu agama”, (halaman 13).
Kata akhir pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu Belakang ; kemudian ; kesudahan, Yang akhir, yang penghabisan.
3. Alam
Kata alam adalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “ٌُبػ/„ālamun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu alam. Kata alam terdapat pada kalimat di halaman 17, 20 dan 25 : “sempit rasanya alam saya, mak base, jika saya masih tetap juga di Mengkasar ini”, (halaman 17).
Kata alam pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu Dunia, alam semesta.
4. Akhirat
Kata akhirat adalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “حؽضا/ākhiratun”,kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu akhirat. Kata akhirat terdapat pada kalimat di halaman 18 dan 63 : “maka putuslah mufakat mereka bahwa zainudin perlu berngkat ke Padang mencari keluarga ayahnya, melihat tanah nenek moyangnya menambah ilmunya dunia danakhirat”,(halaman18).
kata akhirat pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu alam sesudah kehidupan didunia;alam baka.
5. Alim
Kata alim adalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab
yaitu “ٌُبػ/„ālimun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu alim.Kata alim terdapat pada kalimat di halaman 22 dan 66 : “kadang-kadang berniat dihatinya hendak menjadi orang alim, jadi ulama sehingga kembali ke kampungnya membawa ilmu”, (halaman 66).
Kata alim pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu Berilmu (terutama dalam hal agama islam).
6. Asli
Kata asli adalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu
“ىٍصا/aṣliyun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu asli. Kata asli terdapat pada kalimat di halaman 21 : “bilamana Zainudin telah sampai ke Padang panjang, negri yang di tujunya, telah di teruskannya perjalanan ke dusun Batipuh, karena menurut orang temapt dia bertanya, disanalah negeri ayahnya yang asli”.
Kata asli pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu Tidak ada campurannya;tulen;murai Yang asal, yang asli.
7. Awal
Kata awaladalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “يٚا/awwalun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu awal. Kata awal terdapat pada kalimat di halaman 32 :
“dipinjaminya saya payung, sampai dia sendiri berbasah kuyup pulang”, sela Hayati, lalu di ceritakannya pertolongan itu dari awal ke akhirnya”.
Kata awal pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu yang pertama-tama, yang mula-mula.
8. Aib
Kata aibadalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu
“تٍػ/„aybun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu aib. Kata aib terdapat pada kalimat di halaman 47 : “berkirim-kiriman surat percintaan itu adalah aib dan cela yang paling besar,..” (halaman 47).
Kata aib pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaituMalu; nama buruk;cela;kesalahan;keliru.
9. Azan
Kata azan adalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “ْاغا/ażānun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu azan. Kata azanterdapat pada kalimat di halaman 53 : “matahari pun mulai bersembunyi kebalik gunung singgalang. Dan dari sebuah surau dikampung yang jauh kedengaran bunyi tabuh, diiringkan suara azan”.
Kata azan pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaituseruan untuk mengajak orang melakukan shalat.
10. Badan
Kata badanadalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “ْعث/badanun”,kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu badan. Kata badan terdapat pada kalimat di halaman 31 : “sekarang setelah badan tua, baru kita insaf dan ingat”.
Kata badan pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu tubuh, segenap jasad manusia, jasmani; raga; awak; pokok tubuh manusia.
11. Derajat
Kata derajatadalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “خخاؼظ/darājatun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu derajat. Kata derajatterdapat pada kalimat di halaman 38 dan 54 : “bagi mereka adalah perbuatan demikian, merendahkan derajat mereka seakan-akan kampung tak berpenjaga”, (halaman 54).
Kata derajat pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu pangkat, martabat.
12. Dunia
Kata duniaadalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “بٍٔظ/dunyā”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu dunia. Kata dunia terdapat pada kalimat di halaman 4, 18 dan 64 :
“maka putuslah mufakat mereka bahwa zainudin perlu berngkat ke Padang mencari keluarga ayahnya, melihat tanah nenek moyangnya menambah ilmunya dunia dan akhirat”, (halaman 18).
Kata dunia pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu jagat, tempat kaki hidup ; bumi dengan segala isinya ; alam kehidupan;
sekalian manusia yang ada di muka bumi.
13. Fitnah
Kata fitnahadalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu“خٕثف/fitnatun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu fitnah. Kata fitnah terdapat pada kalimat di halaman 57 : “banyak benar fitnah-fitnah orang terhadap dirinya dan dirimu sendiri”.
Kata fitnah pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaituperkataan yang bermaksud menjelekkan orang; perkataan bohong atau tanpa dasar kebenaran yang di sebarkan dengan maksud menjelekkan orang.
14. Halal
Kata halaladalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “يلازḥalālun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu halal. Kata halal terdapat pada kalimat di halaman 94 : “tak dapat dengan jalan yang biasa dikerjakannya, yaitu haram, dengan jalan halal baik juga.”
Kata halal pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu di izinkan, tdk dilarang oleh syariat islam, lawan haram ; sah izin, ampun.
15. Hukum
Kata hukum adalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “ُىز/ḥukmun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu hukum. Kata hukum terdapat pada kalimat di halaman 6 :
“...menurut hukum adat:”nan hasta, nan sejengkal, dan setampok sebuah jari”.
Kata hukum pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu peraturan yang dibuat oleh sesuatu kekuasaan untuk org banyak atau undang-undang.
16. Hak
Kata hakadalah kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu“كز/ḥaqqun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu hak. Kata hak terdapat pada kalimat di halaman 18, 22 dan 35 :
“pandanglah sebagai hak milik kita berdua”, (halaman 18).
Kata hak pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu wewenang ; milik kepunyaan.
17. Hakim
Kata hakimadalahkata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “ُوبز/ḥākimun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu hakim. Kata hakim terdapat pada kalimat di halaman 43 dan 61 : “kadang-kadang pula pemberian ayah kepada anaknya semasa dia hidup, diperkarakan, dan didakwa kemuka hakim oleh pihak kemanakan tidak tercela bahkan terpandang baik”, (halaman 61).
Kata hakim pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu org yang mengadili perkara di pengadilan / mahkamah ; pengadilan ; juri ; penilai.
18. Haram
Kata haram adalahkata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “َاؽز/ḥarāmun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu haram.Kata haram terdapat pada kalimat di halaman 86 dan 123 : “baginya semua haram, semuanya tak boleh semuanya terlarang”, (halaman 86).
Kata haram pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu terlarang oleh agama islam; tidak halal.
19. Selamat
kata selamat adalahkata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “خِلاق/Salāmatun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu selamat. Kata selamat terdapat pada kalimat di halaman 8 :
“Tetapi, tangannya yang terdorong bermula, dan pergaulan di dalam penjara yang bersambung nyawa, yang keselamatan diri bergantung kepada keberanian...”.
Kata selamat pada kalimat di atas bermakna langsung karena memiliki arti yang sebenarnya yaitu menunjukkan objeknya langsung yaitu “diri”.
20. Ilmu
Kata ilmuadalahkata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab yaitu “ٍُػ/„ilmun”, kata tersebut telah diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu ilmu. Kata ilmu terdapat pada kalimat di halaman 13 : “...dan paling akhir dia suka sekali mengajarkan ilmu agama”.
Kata ilmu pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu pengetahuan tentang suatu bidang yg disusun secara bersistem menurut
Kata ilmu pada kalimat di atas bermakna langsung dan sebenarnya yaitu pengetahuan tentang suatu bidang yg disusun secara bersistem menurut