• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Jenis Maksim Yang Terdapat Pada Kisah Nabi Sulaiman as Dalam

3.1.4 Maksim Kesederhanaan

mutawādi’atun/)

Pada kisah nabi Sulaiman a.s dalam al-Qur’an maksim kesederhanaan (Modesty Maxim) /hikmatun mutawādi’atun/) berjumlah 8 (delapan) terdapat dalam surat An-Naml ayat 15, 16, 19, 35, 36, 37, 40, dan 43 sebagai berikut:

Q.S An-Naml ayat 15

/wa laqad `atayna dawuda wa sulaymana ‘ilman wa qala alhamdulillahi allazi faddalana ‘ala kasirin min ‘ibadihi al-mu`minina/ ‘Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman” ‘

Berdasarkan kutipan diatas bahwasannya sikap nabi Daud a.s dan nabi Sulaiman a.s dalam menerima nikmat Allah itu, suatu sikap yang terpuji. Karena itu para ulama menganjurkan agar kaum muslimin meneladani sikap seorang hamba mengucapkan hamdalah (alhamdulillah = segala puji bagi Allah). Hal ini berarti bahwa hamba yang menerima nikmat itu, benar-benar merasakan bahwa yang diterimanya itu benar-benar merupakan pernyataan kasih sayang Allah SWT kepadanya dan ia merasa bahwa ia benar-benar memerlukan nikmat Allah SWT. Tanpa nikmat itu ia tidak akan hidup dan merasakan kebahagiaan.

An-Naml ayat 16

/wa warisa sulaymanu dawuda wa qala ya`ayyuha annasu ‘ulimna mantiqa al-atayri wa `utina min kulli syai`in `inna haza lahuwa al-fadlu al-mubinu/ ‘Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata” ‘.

Berdasarkan kutipan diatas bahwasannya yang dimaksud dengan mewarisi disini adalah bukan mewarisi emas atau perak melainkan menerima waris nubuwwat dan kerajaan. Mu’jizat beliau yang terbesar adalah kesanggupannya mengetahui percakapan burung-burung maka tanda bersyukur nabi Sulaiman a.s kepada Allah SWT tidaklah beliau sembunyikan hal itu. Pada ayat ini

menerangkan bahwa nabi Sulaiman a.s putera nabi Daud a.s menggantikan bapaknya sebagai kepala pemerintahan dan sebagai rasul Allah, menurut Ibnu ‘Attiyah: “Daud adalah raja dan rasul Allah, yang diutus Nya kepada Bani Israil jabatan ini dipegang oleh Sulaiman setelah bapaknya itu meninggal dunia. Karena Sulaiman menerima kedua jabatan itu setelah bapaknya meninggal dunia, maka disebutlah dalam ayat ini: dan Sulaiman telah mewarisi Daud”. Nabi Sulaiman a.s dengan kekuatan dan kesanggupan yang telah diberikan Allah SWT kepadanya, telah dapat memahami suara-suara binatang-binatang yang lain, selain suara burung. Dalam ayat ini dikhususkan menyebutkan bahwa nabi Sulaiman a.s memahami suara burung adalah karena burung adalah tentara khusus nabi Sulaiman a.s yang mempunyai keistimewaan khusus pula, seperti yang telah dilakukan oleh burung Hud-hud.

An-Naml ayat 19

/fatabassama dahikan min qawliha wa qala rabbi awzi’ni an asykura ni’mataka allati an’amta ‘alayya wa ‘ala walidayya wa an a’mala salihan tardahu wa adkhilni birahmatika fi ‘ibadika salihina/ ‘maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh’. Berdasarkan kutipan diatas bahwasannya nabi Sulaiman a.s sangat mensyukuri karena ilmu yang dianugerahkan Tuhan kepadanya dapat mengetahui perkataan semut sehingga beliau dapat mengetahui kehidupan semut. Di samping nikmat-nikmat yang lain: nikmat kekuasaan, nikmat kerajaan, nikmat nubuwwat terutama dan nikmat dapat menguasai pula makhluk-makhluk halus. “Dan kedua ayah bundaku”. Sebab nikmat yang telah beliau terima adalah sebagai warisan dari ayahnya, yang diwariskan Tuhan kepada dirinya. Ayahnya (nabi Daud a.s)

pun adalah seorang nabi dan raja juga, dibantu oleh ibunya yang telah melahirkannya ke dunia. Oleh sebab itu meskipun yang terkemuka hanya ayahnya saja tetapi nabi Sulaiman a.s sebagai putera yang berbakti tidaklah mau melupakan bahwa ibunya pun sangat patut turut disebutnya di hadapan Tuhan. Karena ibu yang melahirkan ke dunia.”dan supaya aku beramal dengan amalan yang saleh”. Pekerjaan yang baik, amal yang berfaedah, perbuatan yang berguna: “Yang engkau ridhai”, yaitu bahwa sesuai bahwa hendaknya baik yang beliau pilih itu dengan kehendak dan keridhaan Allah SWT. “Dan masukkanlah aku ke dalam golongan hamba-hambamu yang saleh”. Tercatat kiranya beliau termasuk ke dalam golongan atau daftar Tuhan sebagai hamba-hamba-Nya yang saleh, yang berfaedah, yang berjasa, yang hidupnya di dunia ini tidak sia-sia. Dengan itulah nabi Sulaiman a.s menyatakan syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang berlipat ganda yang beliau terima. Sedang Allah SWT akan sangat gembira apabila hamba-Nya mensyukuri nikmat yang telah Dia berikan itu disyukuri dan berjanji akan melipatgandakannya lagi.

Q.S An-Naml ayat 35

/wa `inni mursilatun `ilayhim bihadiyyatin fanaziratun bima yarji’u al-mursaluna/ ‘Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu”

Berdasarkan kutipan tersebut bahwasannya ayat ini menerangkan kebijaksanaan Ratu Balqis dalam menghadapi kaumnya terhadap surat dari nabi Sulaiman a.s. ia tidak terpengaruh sikap sombong dan merasa diri kuat yang tercermin dari ucapan-ucapan mereka. Pada umumnya sikap dan tabiat raja-raja itu akan sama, sama-sama suka menindas dan membunuh secara kejam musuh-musuh yang dikalahkannya, mereka akan merusak kota-kota dan menghina pembesar-pembesar negeri yang telah ditaklukannya itu. Untuk menghindarkan semua kejadian yang tidak diinginkan itu Ratu Balqis mempunyai suatu pikiran yang jika dilaksanakan akan membawa keuntungan bagi dirinya dan kerajaannya. Yaitu dengan cara melunakkan hati nabi Sulaiman a.s dengan mengirimkan

hadiah-hadiah kepadanya. Hadiah itu dikirimkan diantar oleh orang-orang yang berilmu pengetahuan sehingga dapat mengetahui dengan pasti keadaan nabi Sulaiman a.s dan akan melihat bagaimana kesan penerimaannya atas hadiah itu. Karena memang sudah menjadi kebiasaan bagi manusia yang berbudi jika dia menerima hadiah yang layak, hadiah itu akan mempengaruhi sikapnya. Kalau sebelumnya ada rasa permusuhan, mungkin akan bertukar jadi persahabatan atau penghargaan yang baik.

Q.S An-Naml ayat 36

/falamma ja`a sulaymana qala `atumiddunani bimalin fama `atani allahu khayrun mimma `atakum bal `antum bihadiyyatikum tafrahuna/ ‘Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: "UApakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamuU; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.’

Berdasarkan kutipan tersebut bahwasannya nabi Sulaiman a.s tidak suka dengan hadiah itu. Meskipun hadiah yang diberikan Ratu Balqis merupakan barang-barang yang mahal, sebagaimana mestinya dari seorang ratu kepada seorang raja. Karena bagaimanapun besarnya hadiah, bagaimanapun mahalnya semua tidak menarik hati nabi Sulaiman a.s, sebab nabi Sulaiman a.s tidak memerlukan hadiah itu. Pemberian Allah SWT yang diberikan kepada nabi Sulaiman a.s jauh lebih mulia dari pada yang diberikan Allah SWT kepada Ratu Balqis, tetapi Ratu Balqis menyangka bahwa hadiah yang diberikannya kepada nabi Sulaiman a.s sudah sangat bagus.

Q.S An-Naml ayat 37

/arji’u `ilayhim falana`tiyannahum bijunudin la qibalalahum biha walanukhrijannahum minha `azillatan wa hum sagiruna/ ‘Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina."

Berdasarkan kutipan tersebut bahwasannya setelah para utusan Ratu Balqis menghadap nabi Sulaiman a.s maka nabi Sulaiman a.s berkata kepada mereka: “Hai para utusan Ratu Balqis, apakah kamu bermaksud memberikan harta-hartamu kepadaku? Aku tidak akan mencari dan meminta kesenangan dan kekayaan duniawi, yang aku inginkan ialah kamu semua beserta rakyatmu mengikuti agamaku, yang menyembah Allah semata, Tuhan Yang Maha Esa, tidak menyembah matahari, sebagaimana yang kamu lakukan. Allah SWT telah menganugerahkan kepadaku nikmat-nikmat yang tak terhingga banyakknya, seperti nikmat kenabian, ilmu pengetahuan, dan kerajaan yang besar. Karena nikmat itu aku dapat menguasai jin, berbicara dengan binatang-binatang, menguasai angin dan banyak lagi pengetahuan yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadaku. Jika aku bandingkan dengan nikmat yang kamu peroleh itu tidak ada artinya bagiku sedikitpun. Karena kamu tidak mengetahui agama Allah, maka kamu anggap harta yang banyak dan kesenangan duniawi itu dapat memuaskan hatimu. Kesenangan dan kebahagiaan yang aku cari adalah kesenangan dan kebahagiaan abadi, sesuai dengan yang dijanjikan Allah SWT kepada hamba-hambaNya yang saleh”. Selanjutnya nabi Sulaiman a.s menyatakan kepada utusan Ratu Balqis; jika kamu sekalian tidak memenuhi seruanku maka kembalilah kepada kaummu.

Q.S An-Naml ayat 40

/qala allazi ‘indahu ‘ilmun mina al-kitabi `ana `atikabihi qabla `an yartadda `ilayka tarfuka falamma ra`ahu mustaqiran ‘indahu qala haza min fadli rabbi liyabluwani `a`asykuru `am `akfuru wa man syakara fa`innama yasykuru linafsihi wa man kafara fainna rabbi ganniyun karimun/ ‘Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia’

Berdasarkan kutipan tersebut bahwasannya setelah singgasana itu berdiri dihadapan nabi Sulaiman a.s, beliau sangat terharu dan mengakui bahwa itu semata-mata karunia Allah SWT atas dirinya. Beliau berpikir, kalaulah dengan kekuatan manusia biasa tidaklah akan sanggup mengerjakannya. Dan patutlah beliau bersyukur dan berterimakasih kepada ilahi sebab itu mukjizat yang luar biasa dan beliau tidak menyangka permohonannya terkabul dengan cepat, merasakan bahwa ini adalah ujian untuk dirinya sendiri, bersyukurkah atau kufur, melupakan jasa Tuhan atas dirinya.

Dokumen terkait