• Tidak ada hasil yang ditemukan

Malaikat Maut dan Proses Pencabutan Nyawa

BAB III WAWASAN AL-MAUT DALAM AL-QURAN

B. Sakaratul Maut

3. Malaikat Maut dan Proses Pencabutan Nyawa

Menyangkut malaikat, kita hanya dituntut untuk mempercayai wujudnya sebagai makhluk yang diciptakan Allah. Mereka nyata, bukan maya, bukan ilusi dan bukan pula sesuatu yang menyatu dalam diri manusia. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang taat, yang diberi tugas-tugas tertentu oleh-Nya, seperti membagi rezeki, memikul singgasana Ilahi, mencatat amal-amal manusia, menjadi utusan Allah kepada manusia dan lain-lain. Tetapi bagaimana cara mereka melakukan tugasnya, tidaklah wajib mempercayainya. Memang dari al Qur`ân dan sunnah Nabi SAW. baik sunnah shahih maupun dha’îf (lemah), ditemukan sejumlah rincian mengenai hal itu. Tetapi karena sifatnya tidak mutawâtir atau maknanya diperselisihkan, informasi tersebut tidak dapat dijadikan akidah.40

Tentang Malaikat maut, al Qur’an menegaskan dalam beberapa ayat:

!!! !!!!! !!!!!!! !! !!!!!! !!Ê!!!! !!!!! !! Ê!!!! !! !!!! Ê! !!!!Ê! !!!!ƒ!!!!! !!!!!!! !! !!!!!!!!!!ƒ!!!

!

11

!

Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan." (QS. al-Sajadah: 11)

!!!!!!!! !!!!!!!!!!!!!!!! !!!!ƒ!!!!! !! !! !! !!!È!!!! !!!!Ê!!! !!!! !!!!! !!!! !!! !! !!!!!!!!! Ê! !!!!!!!Ê!Ê!!!!Ê!!!! !!!!!!!Ê!!!!ƒ!!!!!!!!!

!!!!!!!!!!!!! !!!!

!!! !!!

!

61

!

39

Shihab, Tafsir al-Mishbah…, vol. 13, hal. 298

40

Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. (QS. al-An’âm: 61)

!!! !! !! !!!!!!!!!!! Ê!!! !!!!! Ê!!Ê! !!!!!!!! Ê! !!!!!!!! Ê!!!!!!ƒ!!!!!Ê! !!!!ƒ!!!Ê! !!!!!!!!! Ê!!!! !!!Ê!!!! !!!Ê!Ê!!! !!!!!!!!!!!

!!! !! !!!!!!!!! !! !!!!!! ! !!!Ê!! Ê! !!!ƒ!!! !! !!! !!! !! !!!!!! !!! !!!!!!ƒ!!

!Ê!Ê!!!!È!! !! !!! !! !!!!!! !!! !! !! ƒ!!! !!!!!!! Ê!!!!!! ! !!

!!! !!!Ê!ƒ!!!!! !!

!

93

!

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. (QS. al-An’ân: 93)

!!!!Ê!!!! !!!! !!

!!! !!!!!!!!!!!!!!!! !!!!!!! !!!!! !!!Ê!!! !!!!!!! Ê!!!!!!ƒ!!!!! !!!!!!!!!!

!

27

!

Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka? (QS. Muhammad: 27)

!!!!! Ê!!!!!!ƒ!!!!! !!!!!!!!!!!!!! !Ê! !!!

!!! !!!!!!!!!!!! !!!!!! !!!!Ê!!!!!!!! ƒ!!!!!!!!! !!!!!! !! !!!!!!!!!!!!!! !!! !!!!!!!!!!! Ê!!!!!

!

32

!

(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS. al-Nahl: 32)

!! !!!!!! !!! !Ê!!!!!!!!!!!! Ê!Ê! !!!!!!!! Ê!Ê!!!! !!!!! Ê!!!!!!ƒ!!!!! !!!!!!!!!!!! !Ê! !!!!!! Ê!

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?" (QS. al-Nisâ`: 97)

!!!!!!!!!! Ê!!! !!!!!Ç!!!! !!! Ê!!!! !!!!!!!!!!!! !!!!!!! !!!! !!!!!!!!ƒ!!!!!!!! Ê!Ê! !!!!!!!! Ê!Ê!!!! !!!!! Ê!!!!!!ƒ!!!!! !!!!!!!!!!!!!! !Ê! !!!

!!! !!!!!!!!!!!! !!!!!! !!!!Ê!!!! !Ê!!!

!

28

!

(yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri

(sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatanpun". (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan". (QS. al-Nahl: 28)

!!! !!! !!!!!!!!!!!!!!! !!!!!!!!!!!!!!!! !!!!!!! !!!!! !!!Ê!!! !!!!!!! Ê!!!!!!ƒ!!!!!!!!!!! !!! !Ê! !!!!! !!!!!!!!!ƒ!Ê!!! !!!!!!!!!!!

!Ê! !Ê!!! ƒ!!

Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri). (QS. al-Anfâl: 50)

!!!!!!!!!Ê! !!!Ê!!!!!!!!

!

1

!!

!!!! !! !!!Ê! !!! Ê! !!!!!!!

!

2

!

Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras. dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut. (QS. al-Nâzi’ât: 1-2)

Bahwa malaikat adalah perntara Allah dengan sesuatu yang lain. Hakekat ini terbaca jelas dalam ayat-ayat al-Qur`ân. Dalam hal kematian misalnya peranan mereka sangat jelas. Bukankah mereka yang bertugas mewafatkan suatu nyawa sebagaimana tersirat dalam QS. al-Sajdah:11 di atas. Quraish Shihab mengutip pendapat Al-Biqâî dalam menjelaskan makna ayat QS. al-Sajdah:11, sebagai berikut;

Bahwa penolakan kaum musyrikin itu disebabkan karena mereka menduga bahwa manusia tidak mungkin dapat bangkit dari kematiaannya setelah percampuran badan manusia yang telah lapuk dengan tanah. Ayat ini, menurut al-Biqâî menjawab keberatan mereka; ”Malaikat maut akan mencabut nyawa kamu secara sempurna dari jasad setelah sebelumnya telah bercampur dengan bagian-bagian badan, dan yang dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan atau dibedakan satu dengan yang lain. Itu dilakukan dengan mudah oleh salah satu hamba-hamba Allah. Begitu perintah Allah kepada malaikat untuk mencabut ruh yang menyatu dengan badan itu, serta merta badan menjadi lunglai dan terjatuhlah tanpa gerak, walau badan itu sendiri masih dalam keadaan utuh.” Kalau salah satu hamba-Nya dapat melakukan hal tersebut pada ruh yang demikian padat percampurannya dengan badan menjadi melebihi pencampuran

sisa-sisa badan manusia dengan tanah, maka bagaimana mungkin hal seperti itu mustahil bagi Tuhan semesta alam?41

Thabâthabâî menjelaskan bahwa, ”Sebenarnya kalian tidak binasa. Kematian bukanlah kelenyapan diri kamu. Tidak juga terkuburnya kamu akibat kamu hilang dan binasa. Malaikat maut yang bertugas mengambil nyawa kamu sebenarnya mengambil kamu dari badan kamu dalam keadaan sempurna. Dia mencabut ruh kamu dari badan kamu, hanya dalam arti memutus hubungan ruh itu dengan badan kamu, sedang arwah kamu itulah hakekat kamu. ”Kamu” sebenarnya terpelihara, tidak ada sesuatu dari ”kamu” yang hilang atau binasa di bumi, yang hilang dan berubah hanya badan yang memang selama ini selalu berubah sejak kejadiannya. Kamu semua terpelihara sampai kamu kembali kepada Tuhan dengan kembalinya ruh ke jasad masing-masing.”42

Pada ayat QS. al-Sajdah: 11 menunjuk pencabut nyawa sebagai satu malaikat, karena kata (ﻚﻠﻣ) malak menunjuk kepada tunggal, jamaknya adalah kata

(ﺔﻜﺋﻼﻣ)

malaikah. Sementara dalam QS. al-An’âm:61 disebutkan bahwa yang mewafatkan adalah

(ﺎﻨﻠﺳر)

rusuluna yang berarti utusan-utusan kami (malaikat-malaikat kami). Di tempat lain Allah berfirman:

Ê

!!!!!!!! Ê!!!! !!!!!!! !!!! Ê!!!!!!!!!!Ê!!!!!!!! Ê! !!! !!!!!!ƒ!!!! !!!!!!!!!!!!!!!

!!!

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya (QS. al-Zumar: 42)

41

Shihab, Tafsir al-Mishbah…, vol. 11, hal. 188

42

Di sini maknanya jelas, bahwa yang mewafatkan adalah Allah SWT. Persoalan pertama yang muncul adalah apakah malaikat maut hanya satu malaikat atau banyak?

Ini terjawab dengan penjelasan sahabat Nabi SAW Ibn ’Abbâs, yang menyatakan bahwa malaikat maut yang satu itu mempunyai pembantu-pembantu, itulah yang dimaksud oleh ayat di atas dengan rasul-rasul Kami. Demikian dikemukakan oleh pakar riwayat dan tafsir, Ibn Jarîr al-Thabarî.43

Jawaban lain adalah berdasar kaidah kebahasaan. Bahasa membenarkan untuk menggunakan bentuk jamak, bila yang dimaksud adalah tiap sesuatu yang disebut dalam kelompok. Karena konteks ayat ini berbicara tentang manusia keseluruhannya, maka dari segi makna, jumlah mereka banyak. Selanjutnya karena setiap manusia itu dicabut ruhnya oleh satu malaikat –sedang manusia banyak– maka ayat ini dengan menggunakan bentuk tunggal untuk yang diwafatkan bermaksud menyatakan bahwa masing-masing ditangani oleh satu malaikat yang bertugas mencabut ruhnya. Inilah yang dimaksud oleh ayat di atas.

Jawaban lain dikemukakan oleh al-Jamâl dalam bukunya yang mengomentari Tafsîr al-Jalâlain, yaitu bahwa yang dimaksud dengan rusuluna adalah satu malaikat saja, yaitu malaikat maut, tetapi penggunakan jamak itu untuk mengisyaratkan keagungan dan kehebatan malaikat tersebut.44

43

Abû Ja’far ibn Jarîr al-Thabarî, Tafsîr al-Thabarî; Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân,

(Baerut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999), jil.5, h. 314

44

Pertanyaan kedua; siapa sebenarnya yang mewafatkan, malaikat atau Allah? Hal ini dapat dijawab dengan menyatakan bahwa yang mewafatkan adalah Allah SWT melalui perintah-Nya kepada malaikat maut agar mencabut nyawa dan merekalah yang dimaksud dengan utusan-utusan Kami. Ini dapat diilustrasikan dengan hasil tulisan. Yang menulis adalah komputer atau pena, tetapi yang menggerakkan alat itu adalah jari-jari atau tangan, sedang di ”belakang” tangan, ada otak yang memerintah kepada tangan dan jari-jari agar bergerak.45

Secara zhahir, cara atau proses kematian orang beriman dengan orang kafir terkadang tidak berbeda. Hal ini telah dijelaskan dalam sub bab sakaratul maut, bahwa setiap jiwa akan mengalami kepedihan saat naza’. Kondisi zhahir mengenaskan atau terlihat tenang dan damai inilah yang mampu disaksikan oleh mata manusia. Oleh karena itu, dalam al-Qur`ân dijelaskan bahwa Allah SWT lebih dekat dengan orang yang akan meninggal dibanding orang-orang yang berada di dekat orang tersebut.46 Sebagaimana firman-Nya;

!!! !!!Ê! !!!!!!!!!!! Ê! !!!!!!! !! !!Ê!!Ê!!!!!Ê!!!! !!ƒ!!!!!! !! !!!!

!

85

!

Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat (QS. al-Wâqi’ah: 85)

Esensi kematian yang dialami oleh orang-orang kafir diterangkan Allah SWT dalam QS. al-An’âm: 93 di atas, bahwa mereka akan diwafatkan sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa

45

Shihab, Tafsir al-Mishbah…, vol. 11, hal. 190

46

Mâhir Ahmad al-Shûfî, al-Maut wa ‘Alam al-Barzakh, (Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyyah, 2004), hal. 42

yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.

Firman-Nya: "Keluarkanlah nyawamu", dipahami bukan dalam arti ucapan, karena kematian dan kehidupan bukanlah sesuatu yang berada dalam wilayah kemampuan manusia untuk meraih atau menampiknya. Atas dasar itu, perintah di atas dapat dipahami sebagai gambaran dari keengganan seseorang untuk meninggal dunia. Ini menggambarkan betapa kasar dan kejam malaikat menghadapi mereka seakn-akan mereka berkata, ”Keluarkanlah nyawamu dari siksa yang akan kamu hadapi.” Memang semua orang enggan mati, tetapi seorang mukmin pada saat malaikat maut datang mengambil nyawanya melihat tempatnya kelak di surga. Ketika jiwanya merasa tenang dan senang bertemu dengan Allah, Allah pun senang bertemu dengannya. Sedang seorang durhaka, diperlihatkan kepadanya –saat sekarat- tempat yang akan dihuninya di neraka, sehingga hatinya gusar, tidak ingin mati, nyawanya bagaikan enggan keluar karena melihat dan menyadari apa yang akan dialaminya.47

Sementara bagi seorang mukmin yang selalu mempertahankan ketakwaannya hingga akhir umurnya, sebagaimana dilukiskan dalam QS. al-Nahl: 32 di atas, (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”

47

Kata (! !!!) thayyibîn adalah bentuk jamak dari kata (! !!) thayyib. Kata ini dipahami juga dalam arti bebasnya sesuatu dari segala yang mengeruhkannya. Bahwa orang bertakwa dimatikan dalam keadaan thayyibin berarti bahwa mereka mati dalam keadaan yang sangat baik. Kematiannya tidak disertai oleh sesuatu yang mengeruhkannya. Mereka akan terhindar dari sû’ul-khâtimah dan kesulitan sakaratul maut. Oleh karena dikatakan kepada mereka, "Salâmun'alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. Dalam ayat lain dikatakan:

!!!

!!!!!Ê!!!ƒ!!!ƒ!!!!! ƒ!!!!!!!!!!!!!!!!

!

27

!!

!!!!!Ê! !!!!!!!!!Ê! !!!!Ê! !!!!!! !!Ê!!! Ê!Ê! !!!

!

28

!!

!! Ê!!!!Ê!!! Ê!!! Ê!!! !!!!!

!

29

!!

!! Ê!!!!! !! Ê!!! !!!!!

!

30

!

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS. al-Fajr: 27-30)

Dengan demikian, esensi proses kematian yang dialami oleh orang-orang beriman adalah rahmat, meski secara zhahir cara mereka menjalani kematian terlihat menderita. Dan esensi kematian yang dialami oleh orang-orang kafir adalah azab, meski secara zhahir kematian mereka terlihat tenang dan damai.

Ungkapan di atas bukanlah penggambaran seluruh esensi proses kematian yang dialami oleh manusia. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ada sesuatu yang bersifat zhahir yang dapat terbaca oleh penglihatan kita dan ada sesuatu yang bersifat batin dan tidak kita ketahui.48 Hal ini telah penulis kemukakan dalam pembahasan Sakarat al-maut di atas.

48

Dokumen terkait