• Tidak ada hasil yang ditemukan

Management address.

Dalam dokumen Modul Jaringan Komputer (3KA14) (Halaman 91-110)

BAB 5 NETWORK LAYER

3. Management address.

Sub-jaringan, atau subnet, adalah pembagian secara yang terlihat secara fsik dari IP jaringan.Praktik membagi jaringan menjadi dua atau lebih jaringan disebut subnetting. fungsi subnetting antara lain sebagai berikut:

o Mengurangi lalu-lintas jaringan, sehingga data yang lewat di perusahaan tidak akan bertabrakan (collision) atau macet.

o Teroptimasinya unjuk kerja jaringan.

o Pengelolaan yang disederhanakan

o Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak geografs yang menjauh.

Semua komputer yang termasuk dalam sebuah subnet dialamatkan dengan bit-group umum, identik, dan paling signifkan dalam alamat IP mereka.Hal ini menyebabkan pembagian logis dari alamat IP ke dua bidang, jaringan atau routing prefx dan sisa feld atau pengenal host.Field sisanya adalah pengidentifkasi untuk host tertentu atau antarmuka jaringan.Hal ini bisa kita lihat pada Subnet Mask.

Subnet Mask adalah istilah teknologi informasi yang mengacu kepada angka perduaan (binary) 32 bit yang digunakan untuk membedakan ID jaringan (network ID) dengan ID induk, yakni: menunjukkan letak suatu induk, entah berada di jaringan setempat atau di jaringan luar.

RFC 950 mengartikan penggunaan sebuah pola upajaringan yang disebut juga sebagai sebuah pola alamat (address mask) sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan pengidentifkasi jaringan (network identifer) dari pengidentifkasi induk (host identifer) dalam sebuah alamat IP. Bit-bit pola jaringan diberi arti sebagai berikut:

 Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh pengidentifkasi jaringan diatur ke nilai 1.

 Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh pengidentifkasi induk diatur ke nilai 0.

Setiap induk (host) di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah pola upajaringan meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja.Entah itu pola upajaringan asali (default subnet mask) (yang digunakan ketika memakai pengidentifkasi jaringan berbasis kelas) ataupun pola upajaringan yang disuaikan (yang digunakan ketika membuat sebuah upajaringan atau adijaringan (supernet)) harus diatur pasang dalam setiap simpul (node) TCP/IP.

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni:

 Notasi Desimal Bertitik

Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifer dan host identifer, hasil nilai

32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet maskbukanlah sebuah alamat IP.

Subnet maskdefault dibuat berdasarkan kelas-kelas

alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet.Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:

Kelas alamat Subnet mask (biner) Subnet mask

(desimal) Kelas A 11111111.00000000.00000000.000000 00 255.0.0.0 Kelas B 11111111.11111111.00000000.000000 00 255.255.0.0 Kelas C 11111111.11111111.11111111.000000 00 255.255.255.0

Nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifer dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifer akan digunakan untuk menampilkan network identifer yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0)

yang dapat digunakan untuk mendefnisikan custom network identifer.

Network identifer yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:

138.96.58.0, 255.255.255.0

Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask

Karena bit-bit network identifer harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefnisikan network identifer sebagai sebuah network prefx dengan menggunakan notasi network prefx seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefx juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefnisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:

/<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifer>

Kelas

alamat Subnet mask (biner)

Subnet mask (desimal) Prefix Length Kelas A 11111111.00000000.00000000.000000 00 255.0.0.0 /8 Kelas B 11111111.11111111.00000000.000000 00 255.255.0.0 /16 Kelas C 11111111.11111111.11111111.000000 00 255.255.255.0 /24

Sebagai contoh, network identifer kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefx length sebagai 138.96.0.0/16. Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifer yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifer yang sama yang didefnisikan oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifer 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifer 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.

Subnetting Alamat IP kelas A

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifer kelas A.

Jumlah subnet (segmen jaringan) Jumlah subnet bit Subnet mask (notasi desimal bertitik/

notasi panjang prefiks)

Jumlah host tiap subnet 1-2 1 255.128.0.0 atau /9 8388606 3-4 2 255.192.0.0 atau /10 4194302 5-8 3 255.224.0.0 atau /11 2097150 9-16 4 255.240.0.0 atau /12 1048574 17-32 5 255.248.0.0 atau /13 524286 33-64 6 255.252.0.0 atau /14 262142 65-128 7 255.254.0.0 atau /15 131070

129-256 8 255.255.0.0 atau /16 65534 257-512 9 255.255.128.0 atau /17 32766 513-1024 10 255.255.192.0 atau /18 16382 1025-2048 11 255.255.224.0 atau /19 8190 2049-4096 12 255.255.240.0 atau /20 4094 4097-8192 13 255.255.248.0 atau /21 2046 8193-16384 14 255.255.252.0 atau /22 1022 16385-32768 15 255.255.254.0 atau /23 510 32769-65536 16 255.255.255.0 atau /24 254 65537-131072 17 255.255.255.128 atau /25 126 131073- 262144 18 255.255.255.192 atau /26 62 262145- 524288 19 255.255.255.224 atau /27 30 524289- 1048576 20 255.255.255.240 atau /28 14 1048577- 2097152 21 255.255.255.248 atau /29 6 2097153- 4194304 22 255.255.255.252 atau /30 2

Subnetting Alamat IP kelas B

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifer kelas B.

Jumlah subnet/ segmen jaringan Juml ah subne t bit Subnet mask

(notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks)

Jumlah host tiap subnet 1-2 1 255.255.128.0 atau /17 32766 3-4 2 255.255.192.0 atau /18 16382 5-8 3 255.255.224.0 atau /19 8190 9-16 4 255.255.240.0 atau /20 4094 17-32 5 255.255.248.0 atau /21 2046 33-64 6 255.255.252.0 atau /22 1022 65-128 7 255.255.254.0 atau /23 510 129-256 8 255.255.255.0 atau /24 254 257-512 9 255.255.255.128 atau /25 126 513-1024 10 255.255.255.192 atau /26 62 1025-2048 11 255.255.255.224 atau /27 30 2049-4096 12 255.255.255.240 atau /28 14 4097-8192 13 255.255.255.248 atau /29 6 8193-16384 14 255.255.255.252 atau /30 2

Subnetting Alamat IP kelas C

Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifer kelas C.

Jumlah subnet (segmen jaringan) Jumlah subnet bit Subnet mas1265132185131813k (notasi desimal bertitik/ notasi panjang prefiks)

Jumlah host tiap subnet

0-1 0 255.255.255.0 atau /24 254

3-4 2 255.255.255.192 atau /26 62

5-8 3 255.255.255.224 atau /27 30

9-16 4 255.255.255.240 atau /28 14

17-32 5 255.255.255.248 atau /29 6

Subnetting

Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.

Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain,

subnet masknya adalah:

11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.

Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:

Variable-length Subnetting

Bahasan di atas merupakan sebuah contoh

Halaman

98

Subnet Mask Nilai CIDR 255.128.0.0 /9 255.192.0.0 /10 255.224.0.0 /11 255.240.0.0 /12 255.248.0.0 /13 255.252.0.0 /14 255.254.0.0 /15 255.255.0.0 /16

dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fxed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu.Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.

Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen- segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifer yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable- length Subnet Mask (VLSM). Karena semua subnet diturunkan dari network identifer yang sama, jika subnet- subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifer yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifer yang asli.

Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.

Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifer yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifer tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host. Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru.Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4).Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.

33- 64 6

255.255.255.252

atau / 2

Router

Routing merupakan fungsi yang berrtanggung jawab membawa data melewati sekumpulan jaringan dengan cara memilih jalur terbaik untuk dilewati data. Ketika suatu jaringan atau link independen terhubung bersama- sama untuk menciptakan sebuah internetwork, router atau

switch menentukan rute perjalanan paket ke tujuan akhir. Pada network layer terjadi proses routing dimana paket akan “diarahkan” agar sampai ke mesin tujuan, sehingga meskipun dua mesin masing-masing berada dalam network yang berbeda, mereka tetap dapat saling berkomunikasi. Proses routing ini diperankan oleh perangkat jaringan yang kita kenal sebagai Router, perangkat penghubung antara satu network dengan network lainnya. Dalam perjalannya, paket bisa saja melewati beberapa router sebelum sampai ke mesin tujuan. Setiap router yang harus dilalui oleh packet disebut sebagai hop.

Komputer-komputer yang berada dalam satu network yang sama dapat saling berkomunikasi dengan tanpa menggunakan perangkat layer network sebagai perantara. Sedangkan komputer-komputer yang berada dalam network yang berbeda memerlukan perangkat layer

network sebagai perantara untuk dapat berkomunikasi.Perangkat layer network ini misalnya adalah router sebagai gateway menuju network lain. Agar dapat menjalankan proses routing, router memerlukan informasi routing (route) yang mendefnisikan kemana paket harus di kirim untuk dapat sampai ke network yang menjadi tujuan. Dalam proses routing, router menentukan kemana paket harus di kirim (forward) berdasarkan informasi network tujuan yang ada pada IP Header paket.

Jika network yang dituju oleh paket tersebut merupakan network yang terhubung langsung (directly connected) pada router, maka paket tersebut akan di forward langsung ke komputer (host) yang dituju. Namun jika network yang dituju bukan network directly connected, maka paket akan di forward ke router lain (next-hop router).

Gateway atau default gateway diperlukan untuk mengirimkan data keluar dari network lokal. Gateway ini merupakan router yang salah satu lan-card/interface-nya terhubung ke network lokal (internal) dan interface yang lain terhubung ke network luar (external). Gateway harus memiliki network portion yangsama dengan IP address komputer-komputer dalam network lokal. Ketika komputer internal ingin mengirimkan paket ke network luar (external), maka host akan mengirimkannya ke IP address default gateway.

1. Gunakan perintah ipconfg dan route untuk mengetahui konfgurasi IP address dan default gateway pada OS windows.

2. Pada UNIX atau Linux gunakan perintah ifconfg dan route atau netstat -nr.

Informasi Routing (Route)

Untuk mem-forward paket ke network tujuan, router memerlukan informasi routing (route) tentang network yang dituju tersebut.Route menunjukkan informasi :

1. next-hop-address, yakni IP address dari next-hop router dimana paket harus diserahkan agar bisa sampai ke network tujuan. Dan/atau,

2. exit interface, lan-card/interface yang terhubung ke router lain (next-hop-router).

Semua informasi routing akan disimpan dalam sebuah table yang disebut tabel routing. Secara default, router akan menambahkan informasi routing tentang network-network yang terhubung langsung (directly connected) meskipun router belum dikonfgurasi routing apapun.

Table Routing

Semua informasi routing (route) oleh router akan disimpan dalam tabel routing. Informasi routing dalam tabel routing berisi :

1. Network tujuan 2. Next-hop address 3. Metric

Informasi routing network yang terhubung langsung (directly connected) akan otomatis ditambahkan oleh router ke dalam tabel routingnya.

Informasi routing dalam tabel routing dapat dibangun dengan 2 cara :

1. Static Routing, Informasi routing ditambahkan secara manual kedalam tabel routing oleh network admin/engineer.

2. Dynamic Routing:

3. Dengan memanfaatkan protokol routing, router-router dapat saling bertukar informasi routing satu sama lain.

4. Update perubahan informasi routing pada satu router juga akan disebarkan ke router-router yang lain.

5. Contoh protokol routing : RIP, EIGRP, OSPF, ISIS.

Dari topologi jaringan komputer diatas, berikut adalah isi tabel routing pada router R1 sebelum ada protokol routing apapun yang di deploy. Kita dapat menggunakan perintah show ip route untuk menampilkan tabel routing pada router cisco.

Perhatikan bahwa tabel routing pada R1 hanya berisikan informasi-informasi routing dari network- network yang directely-connected saja, yaitu network :

1. 10.10.10.0/24, directely-connected. Dan, 2. 192.168.1.0/30, directely-connected.

Kemudian berikut adalah isi tabel routing router R1 setelah dideploy protokol routing RIP kedua router R1 dan R2 diatas, perhatikan perubahan yang terjadi pada tabel routing router R1.

Sekarang tabel router R1 bertambah 1 buah entri informasi routing :

2. 192.168.1.0/30; directely-connected.

3. 20.20.20.0/24; dari RIP; IP address next-hop-router 192.168.1.2; exit-interface serial0/0.

Default Route

Ketika router tidak memiliki informasi routing dari network tujuan sebuah paket, maka router akan mem- forward paket tersebut ke default-route yang dimiliki. Default-route pada router disini equal dengan default- gateway yang dimiliki oleh komputer/host.

Berikut adalah perintah yang bisa kita gunakan untuk menambahkan informasi routing default-route secara manual (statik) ke dalam router cisco.

Perhatikan isi tabel routing R1 dibawah ini setelah kita tambahkan informasi routing default-route ke dalam router R1.

Dari isi tabel routing diatas, kita tahu bahwa tabel routing R1 sekarang bertambah satu lagi entri informasi routing, yaitu informasi tentang default-route yang ditandai dengan network 0.0.0.0/0.

Packet Processing

Setelah router men-dekapsulasi frame pada layer 2, router membaca informasi network tujuan pada IP Header paket, kemudian paket tersebut akan di proses seperti berikut :

1. Jika informasi network tujuan ada pada tabel routing, paket akan dikirimkan ke next-hop address yang ada pada tabel routing.

2. Jika tidak ada informasi network tujuan pada tabel routing, tapi router memiliki informasi default route, Paket akan dikirimkan ke next-hop address dari default-route.

3. Jika tidak ada informasi network tujuan pada tabel routing dan router tidak memiliki informasi default route, Paket akan di drop.

Router meng-enkapsulasi kembali paket sebelum melakukan forwarding ke IP address next-hop-router. Switihing

Disamping routing, fungsi lain dari layer Network ini adalah Switching.

a) Kemampuan dari sebuah router untuk menerima data pada satu port dari satu jaringan dan mengirim nya keluar port yang lain pada jaringan lainnya. b) Memindahkan data antara jaringan-2 terhubung

untuk mencapai tujuan akhir.Ada dua metoda bagaimana paket-paket berjalan melalui suatu jaringan yang kompleks, switching circuits, dan paket switching.

- Jalur ditentukan dari start ke fnish.

- Jalur harus terbentuk terlebih dahulu sebelum dimulainya komunikasi.

- Mirip seperti setting panggilan, dan menggunakan technology yang sama yang digunakan sebagai jaringan telpon.

- Semua paket mengambil jalur yang sama.

- Jalur adalah dedicated untuk conversation, dan harus dibuka tutup setiap saat.

- Menggunakan suatu Switched Virtual Circuit (SVC) antar piranti. Koneksi WAN yang menggunakan jenis circuit switched ini adalah ISDN switched network.

Packet Switching mempunyai karakteristik berikut: - Jalur ditentukan saat komunikasi terjadi.

- Pembentukan jalur koneksi tidak perlu sebelum memulai mengirim data.

- Packet Switching selalu ON dan tidak perlu dibangun lagi untuk setiap sessi.

- Setiap paket bisa mengambil jalur yang berbeda. - Setiap jalur bisa juga dipakai oleh piranti lainnya

pada saat bersamaan.

- Menggunakan suatu virtual circuit permanent (PVC) antar piranti

Path Determination

Determinasi jalur bekerja pada layer 3. Proses ini menjadikan router dapat mengevaluasi jalur untuk mencapai tujuannya yang disebut dengan routing. Proses

routing menggunakan nformasi tentang topologi jaringan untuk mengambil keputusan jalur maka yang akan dipakainya. Proses path determination adalah proses yang digunakan router untuk memilih loncatan berikutnya agar sebuah paket dapat sampai ke jaringan tujuan.

ICMP (Internet Control Message Protoiol)

Dalam suatu sistem connectionless setiap gateway akan melakukan pengiriman, perutean datagram yang dating tanpa adanya koordinasi dengan pengirim pertama. Tidak semua sistem berjalan dengan lancar. Kegagalan dapat saja terjadi. misalnya line komunikasi, prosesor atau dikarenakan mesin tujuan tidak sedang aktif, ttl dari counter habis, atau ketika terjadi kemacetan sehingga gateway tidak lagi bisa memproses paket yang datang. Dalam koneksi dengan internet pengirim tidak dapat memberitahukan & tidak tahu sebab kegagalan suatu koneksi. Untuk mengatasinya diperlukan suatu metode yang mengijinkan gateway melaporkan error atau menyediakan informasi mengenai kejadian yang tidak diinginkan sehingga dipakai mekanisme ICMP. ICMP merupakan standart protocol yang menyediakan kemampuan pengiriman pesan dalam IP. Icmp merupakan bagian dari Internet Protocol. ICMP digunakan peralatan- peralatan yg terhubung melalui jaringan internet untuk keperluan analisa jaringan. Penggunaan ICMP yang terkenal adalah ping dan tracerouteI. ICMP juga digunakan untuk memberikan pesan error jika suatu layanan (service) yang diminta tidak ada, atau jika

komputer atau router yang berusaha dicapai tidak dapat dihubungi.

Pesan ICMP merupakan bagian dari datagram IP. Tujuan akhir dari suatu pesan ICMP bukan merupakan program atau user melainkan software internet-nya. Ketika pesan ICMP hadir software ICMP akan menanganinya. ICMP mengijinkan gateway untuk mengirim pesan error ke gateway lain atau host.

ICMP menyediakan komunikasi antar software protocol Internet. Pada dasarnya terdapat dua macam pesan ICMP : ICMP Error Message & ICMP Query Message. ICMP error message digunakan pada saat terjadi kesalahan pada jaringan, sedangkan query message adalah jenis pesan yang dihasilkan oleh protokol ICMP jika pengirim paket menginginkan informasi tertentu yang berkaitan dengan kondisi jaringan.

ICMP Error & ICMP Query Reporting

Secara teknis ICMP adalam mekanisme error reporting untuk gateway sehingga dapat memberitahu sumber mengenai kesalahan yang terjadi. Sedangkan untuk koreksinya diserahkan pada program aplikasi yang ada pada pengirim. Pesan ICMP ini selalu dikirimkan kepada gateway awal. Jika suatu datagram yang melewati beberapa gateway mengalami kegagalan & kesalahan tujuan di intermediate gatewaynya maka tidak dapat dideteksi gateway mana yg gagal tersebut.

Ada beberapa jenis pesan error diantaranya :

Dalam dokumen Modul Jaringan Komputer (3KA14) (Halaman 91-110)

Dokumen terkait