• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN INFORMASI STRATEGIS, TAKTIS & UMUM PADA PENANGANAN

DARURAT BENCANA LOMBOK

Hadi Purwanto

Ringkasan Eksekutif dan Saran Kebijakan Temuan Lapangan

Penanganan Darurat Bencana Gempa di Lombok melibatkan lebih dari 250 lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah, yang di satu sisi menjadi kekuatan tatapi di sisi lain menjadi tantangan besar khususnya terkait manajemen informasi. Peraturan dan kebijakan terkait manajemen informasi sudah banyak tersedia namun penerapan di lapangan terkendala oleh keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dari pihak yang terlibat.

Faktor gangguan fungsi perangkat telekomunikasi sering dijadikan alasan terjadinya keterlambatan dan kesimpangsiuran data informasi bencana.

Padahal tantangan sesungguhnya adalah faktor koordinasi dan lemahnya sistem manajemen informasi. Permasalahan yang ditemukan di lapangan terkait pendataan, pertukaran dan distribusi informasi baik informasi strategis maupun taktis mencakup :

1. Penyajian laporan yang belum bisa cepat, tepat, komprehensif karena petugas terkait juga terdampak bencana dan perlu waktu 1-2 minggu untuk mengurus keluarganya sendiri, tidak siap dengan instrument pendataan dan manajemen informasi, dan karena terjadinya kerusakan infrastruktur atau gangguan fungsi perangkat komunikasi.

2. Kurangnya koordinasi dan pertukaran informasi peran lembaga non-pemerintah dan organisasi masyarakat sipil dengan non-pemerintah.

3. Alur, mekanisme, dan sistem manajemen informasi yang diimprovisasi di lapangan

Saran Kebijakan

Pemerintah perlu melakukan upaya penguatan manajemen informasi dalam bentuk :

1. Pelatihan ToT kepada BPBD untuk sosialisasi darurat bencana kepada insan media mengenai jurnalistik bencana yang bijak dan beretika 2. BNPB harus menyiapkan instrument berupa, SOP Pendataan dan

Manajemen Informasi dan Pertukaran Data, berupa format atau template untuk pendataan (damage and need assessment), format laporan dan lampiran data agregat, Alur dan Mekanisme Pendataan, Koordinasi, Pertukaran Data dan Informasi yang mengatur alur, mekanisme, dan tata kelola informasi darurat bencana, standard dan kamus data/informasi darurat bencana supaya interoperable antar klaster dan antar pihak yang terlibat di semua level, beserta standard tools yang dipakai pada level desa, posko kecamatan, Posko PDB Kabupaten, Posko PDB Provinsi, antara Pusdalop BPBD Kabupaten, Pusdalop BPBD Provinsi sampai Pusdalop BNPB ketika status darurat bencana.

3. BNPB perlu mengembangkan sistem informasi manajemen pengumpulan data dan pelaporan darurat bencana secara online yang terpadu/terintegrasi untuk mengelola data dan laporan darurat bencana, termasuk pengelolaan data bantuan logistic pada keadaan darurat bencana secara efektif dan efisien.

4. Perlu dan melaksanakan pelatihan sistem informasi manajemen pengumpulan dan pelaporan data darurat bencana terpadu terintegrasi dan sistem informasi manajemen bantuan logistik darurat bencana terpadu terintegrasi, BNPB/Pusdiklat BNPB perlu mengembangkan materi pelatihan dan memberikan pelatihan penguatan kapasitas termasuk simulasi di lapangan untuk TRC dan Pusdalop BNPB, BPBD Provinsi, BPBD Kabupaten, PRC PB TNI, Polri, dan pihak – pihak yang berpotensi dilibatkan dalam darurat bencana dalam asesmen cepat, pendataan, pengolahan dan pelaporan, sharing data/informasi dengan menggunakan SOP dan tools manajemen data dan informasi yang disebutkan di atas.

Dengan terlaksananya keempat kebijakan di atas, maka situasi simpang siur dan kelambatan dalam penyediaan informasi serta pengelolaan kegiatan-kegiatan bantuan darurat bisa teratasi.

---

Pengantar

Sejak tanggal 29 Juli 2018 penanganan bencana Gempa Bumi di wilayah Lombok melibatkan peran serta dari berbagai pihak dari pemerintah daerah, nasional, K/L maupun relawan. Bupati adalah penanggung jawab utama dalam melakukan penanganan bencana di daerahnya, sedangkan provinsi memberikan dukungan penuh terhadap Kabupaten/Kota terdampak, dan BNPB melalui Pospenas mengkoordinasikan potensi sumberdaya nasional dari berbagai K/L serta memberikan pendampingan bagi pemerintah daerah.

Organisasi sosial masyarakat, lembaga usaha, lembaga pendidikan dan lainnya juga turut berperan dalam upaya penanganan (Posko Lapangan Penanganan Darurat BNPB, 2018) namun baru terlihat peran mereka dalam Laporan harian tanggal 16 Agustus 2018.

Berdasarkan wawancara dengan Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial, Dinas Sosial Provinsi NTB, hal tersebut terjadi karena peran organisasi sosial masyarakat, NGO dan lainnya cukup diwakili oleh instansi teknis yang berkaitan supaya waktu yang diperlukan untuk rapat koordinasi dan pelaporan bisa lebih singkat.

Berbagai tantangan dalam pendataan dan komunikasi juga bermunculan, antara lain masalah sulitnya pendataan karena ujung tombak pendataan di lapangan yakni kepala dan aparat desa desa dan Petugas TRC BPBD juga menjadi korban terdampak bencana.

Masalah lainnya terkait data pengungsian dengan tidak adanya data jumlah pengungsi secara pasti untuk setiap titik pengungsian dan pola pengungsian yang tersebar di sekitar rumah masing-masing. Hal tersebut menyebabkan masalah dalam penentuan jumlah stok bantuan logistik yang harus didistribusikan. Pengiriman data juga terkendala oleh gangguan jaringan telekomunikasi, beberapa wilayah di kota dan sekitar kita mengalami kendala selama 2-3 hari sejak terjadi gempa (Posko Lapangan Penanganan Darurat BNPB, 2018).

Kendala pendataaan sekolah rusak juga akibat kesulitan komunikasi karena beberapa kepala desa dan Petugas BPBD merupakan korban terdampak, kurangnya tenaga pendukung dan tenaga assessment

(Pospenas BNPB, 2018g). Kesulitan pendataan tersebut terjadi selama 29 Juli sampai dengan 7 Agustus 2018. Kendala ini mulai teratasi setelah dibentuk dan diturunkan Tim Pospenas sejak 6 Agustus 2018. Pospenas berhasil menyusun laporan harian secara rutin sejak tanggal 7 Agustus 2018. Pemerintah Provinsi NTB juga menugaskan masing-masing OPD untuk mendampingi kecamatan dalam pendataan dan pelaporan sejak tanggal 6 Agustus 2018. Hasil pendampingan tersebut terlihat pada laporan rutin tiap kecamatan mulai tanggal 14 Agustus 2016 yang ditandatangani oleh Camat dan Koordinator Pendamping Kecamatan yang berasal dari OPD Provinsi NTB.

Dari latar belakang di atas memperlihatkan tantangan sebagai berikut:

1. Masalah dalam pendataan, pertukaran dan distribusi informasi baik informasi strategis maupun taktis karena petugas yang seharusnya aktif dalam memberikan laporan juga terdampak bencana dan perlu waktu 1-2 minggu untuk mengurus keluarganya sendiri, tidak siap dengan alat untuk pendataan dan manajemen informasi maupun terjadinya kerusakan infrastruktur atau gangguan fungsi perangkat komunikasi.

2. Pendataan peran dan koordinasi organisasi non-pemerintah dan organisasi masyarakat sipil dalam pendataan dan pertukaran informasi.

3. Masalah alur, mekanisme, maupun SOP dalam pendataan dan manajemen informasi.