• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN ORGANISASI NIRLABA

Dalam dokumen Makalah Sistem Pengendalian Manajemen (1) (Halaman 55-60)

BAB II PENUTUP 43 A Kesimpulan

D. MANAJEMEN ORGANISASI NIRLABA

1. Pengertian organisasi nirlaba

Pada dasarnya organisasi nirlaba dapat didefinisikan sebagai organisasi yang tujuannya lebih menekankan kepada pencapaian manfaat bagi para anggota dan masyarakt daripada aspek keuangan dari organisasi. Manfaat tersebut dapat berupa manfaat social, pendidikan, keagamaan, maupun kesehatan. Diantara contoh organisasi nirlaba adalah organisasi non pemerintah maupun lembaga social lainnyaOrganisasi nirlaba dapat didefinisikan sebagai organisasi yang tujuannya lebih menekankan kepada pencapaian mamfaat bagi para anggota dan masyarakat dari pada aspek keuangan dari organisasi. Mamfaat tersebut dapat berupa mamfaat sosial, pendidikan, keagamaan, maupun kesehatan. Contoh organisasi nilaba adalah organisasi non pemerintah (ornop) atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun

lembaga sosial lainnya.

2. Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba

Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’ organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah

dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi Organisasi nirlaba, non- profit, membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan organisasi profit dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba dan kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada pertimbangan ekonomi semata, tetapi sejauhmana masyarakat yang

dilayaninya diberdayakan sesuai dengan konteks hidup dan potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan kemanusiaan sejati merupakan ciri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba. Manusia menjadi pusat sekaligus agen perubahan dan pembaruan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan, dan kedamaian, bebas dari konfilk dan kekerasan. Kesalahan dan kurang pengetahuan dalam mengelola organisasi nirlaba, justru akan menjebak masyarakat hidup dalam kemiskinan,

ketidakberdayaan, ketidaksetaraan gender, konflik dan kekerasan sosial. Pengelolaan organisasi nirlaba, membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi dan organisasi sebagai agen perubahan masyarakat, serta pemahaman yang komprehensif dengan memadukan pengalaman-pengalaman konkrit dan teori manajemen yang handal, unggul dan mumpuni, sebagai hasil dari proses pembelajaran bersama masyarakat. Dalam konteks pembangunan organisasi nirlaba yang unggul, berkelanjutan dan memberikan energi perubahan dan

pembaruan bagi masyarakat, Bernardine R. Wirjana, profesional dalam bidang pemberdayaan masyarakat, yang selama dua dasawarsa menjadi pelaku manajemen organisasi nirlaba, mengabadikan proses pembelajaran atas pengalaman-pengalaman laoangan dan teori-teori manajemen terkini dalam bidang pemberdayaan masyarakat.

3. Ciri-Ciri Organisasi Nirlaba

a. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapakan pembayaran

kembali atas manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

b. Menghasilkan barang dan/ atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas

menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.

c. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa

kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas.

3. Beberapa kekeliruan pandangan dalam manajemen organisasi Nirlaba

Terdapat beberapa anggapan keliru mengenai manajemen bagi organisasi nirlaba diantaranya adalah manajemen nirlaba tidak sama dengan manajemen perusahaan, organisasi nirlaba memberikan penghargaan yang rendah bagi pelaksananya, serta orang aktif dalam organisasi nirlaba di waktu senggangnya.

a. Organisasi Nirlaba Tidak Sama dengan Manajemen Perusahaan

Bagi Drucker manajemen organisasi nirlaba memerlukan visi, misi dan tujuan yang jelas yang ingin dicapai bersama. Manajemen organisasi nirlaba juga memerlukan perencanaan, pengorganisasian, hingga pengawasan yang baik.

b. Penghargaan Yang Diberikan Organisasi Nirlaba Rendah

Pelaksana organisasi nirlaba digaji jauh lebih rendah daripada standar. Beberapa organisasi tak bisa bertahan lama dalam kegiatannya dikarenakan benar-benar mengandalkan

atau pahal dari Tuhan kecil, namun tidak bisa dinafikan bahwa organisasi nirlaba juga perlu mempertimbangkan.penghargaan yang bersifat financial, apalagi pada kenyataannya banyak organisasi nirlaba yang pada mulanya tidak memliki akses financial, bukan karena akses financial ini tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi, akan tetapi terjadi konflik kepentingan dan benturan pandangan seputar penggunaan uang.

c. Keaktifan Dalam Organisasi Nirlaba di Waktu Senggang

Adanya anggapan bahwa untuk menjalankan organisasi nirlaba perlu memiliki waktu senggang semakin memperkuat anggapan bahwa organisasi nirlaba dijalankan tidak secara professional.anggapan ini akan mendorong bahwa organisasi nirlaba dijalankan oleh orang- orang yang hanya menyisakan waktunya secara sedikit dan oleh karenanya mengandung konsekuensi bahwa hasil yang diperoleh dari sebuah organisasi nirlaba tidak dapat terlalu muluk-muluk.

4. contoh organisasi nirlaba

a. Organisasi Kesejahteraan Sosial Masyarakat

b. Yayasan Sosial

Misalnya : Supersemar, Yatim Piatu dsb

c. Yayasan Dana

misalnya : YDSF, Pundi Amal SCTV, RCTI Peduli, Dompet Dhu’afa,

d. Lembaga Advokasi

Misalnya : Kontras, YLKI, Perlindungan kekerasan dalam RT

e. Balai Keselamatan

Misalnya : Tim SAR

f. Konservasi lingkungan / satwa

Misalnya : WALHI, Pro Fauna

g. Rumah Sakit dan Organisasi Kesehatan Masyarakat

Yayasan Kanker Indonesia PMI

5. Manajemen organisasi nirlaba

Sebagaimana manajemen organisasi pada umumnya, manajemen organisasi nirlaba memiliki fungsi-fungsi pengawasan dan pengendalian. Yang membedakan manajemen organisasi nirlaba dengan organisasi bisnis diantaranya adalah fungsi operasional dari manajemen nirlaba tersebut. Kecenderungan orientasi dari organisasi nirlaba adalah berupa jasa yang bernilai kemanusiaan, kemasyarakatan, pembangunan, dan lingkungan. Oleh karena itu, para pengelola organisasi nirlaba perlu mempertimbangkan beberapa factor dalam menjalankan organisasi nirlaba tersebut.

a. Karakteristik Produk atau keluaran dari Organisasi Nirlaba

Umumnya keluaran yang dihasilkan organisasi nirlaba berupa jasa yang bernilai kemanusiaan, kemasyarakatan, lingkungan maupun nilai social lainnya. Untuk sebuah organisasi nirlaba bergerak dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu, kegiatan tidak mungkin dapat dilakukan jika tidak tersedia peralatan medis dan obat-obatan yang memadai dan hal itu tidak mungkin dapat disediakan jika tidak tersedia dukungan financial bagi penyediaanya.

b. Sasaran dari Kegiatan Organisasi Nirlaba

Terdapat dua jenis sasaran yang ingin dicapai dalam organisasi nirlaba. Yaitu sasaran input dan sasaran akhir. Sasaran inpu adalah mereka atau sesuatu yang memiliki potensi untuk berkontribusi dalam mendukung tercapainya produk atau keluaran yang ingin dihasilkan oleh organisasi nirlaba. Sasaran akhir adalah mereka atau sesuatu yang berpotensi untuk menerima keluaran dari hasil kegiatan yang dijalankan oleh organisasi nirlaba.

c. Sikap Professional dari Pengelola Organisasi Nirlaba

Orang-orang yang bekerja atau ditugaskan organisasi nirlaba perlu memegang asas

profesionalisme dalam pekerjaan mereka. Sikap professional juga harus ditunjukkan dengan cara kita dalam mengelola berbagai factor input yang digunakan dalam menghasilkan keluaran bagi sasaran akhir. Pengelolaan keluaran dari berbagai donator, pengelolaan

kegiatan dokumentasi, hendaknya juga dijalankan dengan penuh transparansi dan memenuhi prinsip akuntabilitas. Hal ini perlu dilakukan agar tidak muncul kesan bahwa organisasi nirlaba dipergunakan untuk memperkaya diri, dengan menjual nama “kemanusiaan”.

d. Kemampuan Adaptif dari Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan.

Perubahan-perubahan yang biasa dihadapi oleh organisasi nirlaba adalah perubahan generasi dari pengelola organisasi, jumlah sasaran akhir atau pengguna organisasi nirlaba yang mungkin bertambah sedangkan sasaran input mungkin berkurang. Menghadapi hal ini organisasi nirlaba dituntut untuk berinovatif dan berkreatif dalam mengelola organisasinya untuk mencapai tujuan organisasi nirlaba tersebut.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada beberapa topik yang memilik peran penting dan sangat berkaitan dengan manajemen organisasinya. Diantaranya adalah manajemen informasi, manajemen internasional, manajemen usaha kecil dan manajemen organisasi nirlaba. Informasi menjadi hal penting dala pengambilan keputusan mengenai perncanaan kegiatan perusahaan atau organisasi. Informasi perlu bersifat akurat,tepat dan cepat. Dan faktor internasional juga mendorong sebuah perusahaan melakukan ekspansi secara internasional. Manajemen usaha kecil pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan manajemen organisasi bisnis pada umumnya, kecuali dalam skala hal dan jenis usaha yang dijalankannya. Begitu pula dengan manajemen organisasi nirlaba, yang membedakannya dengan organisasi lainnya adalah bahwa tujuan yang ingin dicapai tidak selalu berorientasi finansial akan tetapi lebih bernilai sosial.

B.

Saran

Apa bila terdapat sebuah kesalahan dalam penulisan makalah ini dan kekurangan dalam penyusunannya, maka dari itu kami selaku penyusun sangat membutuhan kritik dan saran yang bersifat membangun oleh para pembaca. Untuk dijadikan sebuah pembelajaran yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Dalam dokumen Makalah Sistem Pengendalian Manajemen (1) (Halaman 55-60)

Dokumen terkait