• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pengelolaan Parpol oleh Pengurus Hasil survei tata kelola kelembagaan 7 partai di Provinsi DIY pada

Dalam dokumen 56686561 Konstituen Pilar Utama Partai Politik (Halaman 131-137)

Secara umum, manajemen pengelolaan parpol oleh pengurus parpol di Provinsi DIY hingga Mei 2008, sudah tergolong dalam keadaan baik. Hal itu bisa dilihat dari 6 (enam) indikator utama, yakni sebagai berikut. Pertama, dalam manajemen SDM diketahui bahwa rekrutmen anggota parpol dilakukan dengan cara melibatkan calon anggota tersebut dalam kegiatan langsung parpol dengan frekuensi kegiatan sering/sangat sering (79%). Rekrutmen anggota parpol dilakukan dengan menungunjungi komunitas dengan frekuensi sering/sangat sering (52,5%). Pelaksana rekrutmen melibatkan secara merata kepengurusan parpol di tingkat kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten/kota, hingga level provinsi/pusat. Kelompok masyara- kat yang menjadi prioritas rekruimen anggota parpol yakni kelompok buruh (24,7%), tani (18,8%), perempuan (17,5%), dan pemilih pemula (12,6%).

Selain itu, pengurus parpol banyak yang sudah mengikuti training internal partai, misalnya training tingkat dasar bagi pengurus parpol sudah diikuti 64,6% pengurus dan training tingkat menengah (52,5%). Jenis training yang banyak diikuti seperti training Manajemen Organisasi (70%), Manajemen Kampanye (65%), Public Speaking (51%), dan Kewirausahaan (64,4%). Dalam mempromosikan kader ke jenjang /jabatan yang lebih tinggi, pengurus parpol memutuskan berdasarkan pertimbangan rasional ketimbang emosional, dimana lebih dominan pertimbangan kecakapan/ keahlian (61,9%) ketimbang senioritas (1,3%) misalnya. Kecakapan/ keahlian diyakini/ sangat diyakini (80,2%) menentukan peningakatan karir seorang pengurus kelak. Peran parpol melaksanakan fungsi rekrutmen politik dinilai pengurus sudah baik (53,8%).

Kedua, dalam manajemen keuangan, sumber penerimaan keuangan parpol, selain bantuan pemerintah (52,9%), sisanya diperoleh dari sumbangan anggota legislatif, pejabat publik, pengurus parpol, fraksi di DPR/DPRD, dan iuran anggota. Pengeluaran keuangan partai politik banyak dialokasikan untuk membiayai kesekretariatan (46,2%), setelah itu dialokasi- kan untuk pengeluaran rapat-rapat, training/ diklat kepartaian, mobilisasi pendukung, dan

kegiatan partai politik seperti kegiatan peringatan hari lahir, munas, dan lain-lain. Meski- pun sumber pemasukan dan pengeluaran tidak seideal yang diharapkan/ditargetkan oleh pengurus, namun mekanisme pelaporan keuangan parpol sudah dilakukan dengan baik oleh pengurus (bendahara) pada saat rapat pimpinan (47,1%) dan rapat pleno (36,3%).

Ketiga, dalam manajemen organisasi, diketahui bahwa selama dua tahun terakhir di tubuh parpol jarang (25,6%) dan tidak pernah (56,1%) terjadi konflik mengenai perbedaan orientasi ideologi. Jarang (24,7%) dan tidak pernah (69,1%) terjadi konflik mengenai pemberhentian pengurus tanpa prosedur. Jarang (36,8%) dan tidak pernah (41,3%) terjadi konflik mengenai perbedaan keputusan politik menyangkut koalisi pilkada. Jarang (34,1%) dan tidak pernah (45,7%) terjadi konflik mengenai perbedaan keputusan politik menyangkut jabatan ekseku- tif. Jarang (34,5%) dan tidak pernah (34,5%) terjadi konflik mengenai perbedaan keputusan politik menyangkut pencalonan anggota legislatif. Jarang (26%) dan tidak pernah (50,2%) terjadi konflik mengenai perebutan posisi kepengurusan partai. Jarang (38,1%) dan tidak pernah (47,1%) terjadi konflik mengenai pergantian antarwaktu. Jarang (45,3%) dan tidak pernah (33,6%) terjadi konflik mengenai perselisihan yang bersifat personal.

Partai jarang (26,5%) dan tidak pernah (52,5%) menggunakan mekanisme penyelesaian konflik melalui forum khusus partai, seperti Musdalub, Muscablub, Rapimsus. Partai jarang (41,7%) dan tidak pernah (45,7%) menggunakan mekanisme penyelesaian konflik melalui pemberian sanksi, seperti pemecatan. Partai jarang (37,2%) dan tidak pernah (41,3%) meng- gunakan mekanisme penyelesaian konflik melalui keputusan pimpinan tertinggi partai. Partai jarang (23,8%) dan tidak pernah (70,9%) menggunakan mekanisme penyelesaian konflik me- lalui pengadilan atau mediasi. Partai jarang (32,3%) dan tidak pernah (31,4%) menggunakan mekanisme penyelesaian konflik melalui kesepakatan informal, seperti islah.

Selain itu, umumnya tujuh partai politik besar di Provinsi DIY sudah memiliki kode etik yang memuat disiplin partai. Dalam hal manajemen atau pelayanan administrasi partai, diketahui bahwa telah terselenggara dengan cara yang baik dan sangat baik. Penerbitan SK Kepengu- rusan dinilai baik (62,8%) dan sangat baik (17,5%). Penerbitan risalah, notulensi rapat dinilai baik (60,1%) dan sangat baik (6,7%). Pengarsipan/penyimpanan dokumen (database) dinilai baik (58,7%) dan sangat baik (10,3%). Dan, surat menyurat parpol dinilai baik (61%). Keempat, dalam hal kepemimpinan yang berlangsung dalam tubuh parpol, nampaknya telah berlangsung baik dan demokratis. Tidak pernah (53,4%) atau jarang (31,8%) terjadi konflik internal di kepengurusan. Tidak pernah (46,6%) atau jarang (41,7%) terjadi pelanggaran disiplin partai. Tidak pernah (30%) atau jarang (39%) terjadi kepengurusan tidak aktif. Tidak pernah (37,7%) atau jarang (22%) terjadi pengurus mengisi jabatan lain di luar partai. Usulan untuk melakukan pergantian kepengurusan lebih banyak diusulkan oleh anggota pengurus (70%) ketimbang usulan pimpinan parpol (15,7%). Komposisi kepengurusan diharapkan (80,7%) seimbang antara generasi tua dan muda. Pengurus memiliki keyakinan tinggi (88,3%) terhadap kemampuan generasi muda. Parpol memberikan kesempatan yang

tinggi (87,9%) bagi generasi muda untuk mengisi jabatan strategis. Keterbukaan pimpinan parpol tinggi (90,1%) terhadap ide generasi muda. Parpol memberikan dukungan yang tinggi (65%) terhadap keseimbangan gender. Parpol memiliki keyakinan tinggi (73,5%) terhadap kepemimpinan perempuan. Parpol memberikan kesempatan tinggi (78,5%) kepada perem- puan untuk menduduki jabatan strategis.

Regenerasi kelompok tua kepada kelompok muda dilakukan dengan cara yang baik yakni melibatkan kelompok muda dalam setiap event (64,1%) dan mempromosikan mereka (21, 1%). Suksesi kepemimpinan parpol tidak dilakukan (78,9%) dengan cara yang tidak wa- jar seperti Musda luar biasa (Musdalub), artinya selama ini suksesi kepemipinan umum- nya berlangsung normal melalui Musda terjadwal. Dalam suksesi kepemimpinan parpol, tokoh-tokoh kunci parpol tidak pernah (35,5%) atau jarang (32,3%) melakukan pemihakan terhadap figur calon kandidat pimpinan parpol. Pengurus bersikap rasional dimana pengurus menetapkan pertimbangan paling mendasar dalam memilihi figur calon pimpinan har- ian parpol terletak pada dua hal penting yakni visi/misi kandidat (50,7%) dan pengalaman kepengurusan (31,4%).

Kelima, peran parpol melaksanakan fungsi agregasi dan artikulasi kepentingan konstituen mempengaruhi kebijakan sudah berjalan cukup baik, hal itu bisa dilihat dari beberapa hal. Pimpinan parpol sering (51,6%) dan sangat sering (12,1%) menghadiri rapat konsultasi partai. Parpol sering (78%) dan sangat sering (8,5%) menghimpun aspirasi/ masukan dari konstituen/ masyarakat melalui pelibatan dalam kegiatan partai. Parpol sering (69,5%) dan sangat sering (5,4%) menghimpun aspirasi masukan dari konstituen /masyarakat melalui ke- giatan partai seperti jaring aspirasi masyarakat, dll. Parpol sering (58,7%) dan sangat sering (4,9%) menghimpun aspirasi/ masukan dari konstituen/ masyarakat melalui kunjungan langsung ke komunitas tertentu. Parpol memperjuangkan aspirasi/ masukan dari konstituen/ masyarakat dalam rangka mempengaruhi kebijakan dengan cara menggalang lobi (51,6%) dan mengintensifkan komunikasi (27,8%). Peran parpol melaksanakan fungsi menghimpun aspirasi sudah baik (56,1%). Peran parpol melaksanakan fungsi memperjuangkan aspirasi sudah juga baik (52%).

Keenam, peran parpol melaksanakan fungsi pendidikan politik sudah cukup baik (50,7%). Parpol sering (53,4%) menyelenggarakan pendidikan politik tentang visi/misi parpol. Parpol membina basis dukungan/konstituen dengan cara menyelenggarakan even/kegiatan (36,8%), menyampaikan informasi (22%), diskusi/tanya jawab (20,6%), dan melakukan kunjungan (18,4%). Peran parpol melaksanakan fungsi komunikasi politik juga sudah berjalan baik (53,4%).

[Dikutip dari Syafarudin, ”Manajemen Pengelolaan Parpol dan Kesetiaan Konstituen”, makalah pada Program Pas- kasarjana Ilmu Politik UGM, Yogyakarta, 2008]

Konstituen Sebagai

Dalam dokumen 56686561 Konstituen Pilar Utama Partai Politik (Halaman 131-137)