KONSTITUEN
Pilar Utama Partai Politik
KONSTITUEN
Pilar Utama Partai Politik
Modul Pendidikan Politik: Manajemen Konstituen
KONSTITUEN Pilar Utama Partai Politik
Modul Pendidikan Politik: Manajemen Konstituen
Penerbit : Friedrich Naumann Stiftung fuer die Freiheit Partner : Forum Politisi Yogyakarta
Jl. Rajasa II, No. 7 12110 Jakarta Tel. 021 7256012/13, Fax. 021 7203868
www.fnsindonesia.org [email protected]
Ilustrasi Cover : Ifoed Cetak : PT. Gramedia
Cetakan Pertama Mei 2011
ISBN 978-979-1157-30-8
Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak tulisan ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronis, termasuk fotokopi, rekaman, penyimpanan data, penerjemahan dan cara-cara lain tanpa ijin tertulis dari penerbit
KONSTITUEN
Pilar Utama Partai Politik
Modul Pendidikan Politik: Manajemen Konstituen
Pengantar
Rainer Heufers
Disusun Oleh
Warsito Ellwein & Hari Subagyo
Tim Penulis Modul Hari Subagyo, Eko Winardi Agus Gunawan Wibisono, Joko Utomo,
M. Syarifudin
Editor Sigit Pranawa
Ucapan Terima Kasih
Modul Pendidikan politik tema Manajemen Konstituen ini dapat diterbitkan sebagai buku oleh Friedrich Naumann Stiftung fuer die Freiheit dan Forum Politisi Yogyakarta berkat dukungan dari:
1. Pimpinan Partai Politik sebagai inisiator pendiri Forum Politisi Yogyakarta: H. Djuwarto, GBPH. H. Prabukusumo, Immawan Wahyudi, Ma’sum Amrullah dan anggota Forum Poli tisi Yogyakarta yang aktif mendesain dan mengembangkan Forum Politisi sejak diluncur kan tanggal 14 Juni 2008, di Hotel Santika Yogya.
2. Anggota Forum Politisi Yogyakarta, pada diskusi rutin ke-9 bertajuk Mengelola Konstituen bersama narasumber Dodi Ambardi (Direktur Eksekutif LSI) pada 8 Mei 2010 di Hotel Santika, Yogyakarta
3. Diskusi Terfokus tentang Manajemen Konstituen, pada 26 Maret 2010 (di Rumah Makan Dapur Ibu, Yogyakarta) yang di antaranya diikuti oleh Agus Martono, Imam Sujangi, Sunarko, Mugiono Pujo Kusumo, dan lain-lain.
4. Diskusi Forum Politisi tentang Manajemen Konstituen 1, pada 19 Agustus 2010 (di Sekre- tariat Forum LSM DIY).
5. Diskusi Forum Politisi tentang Manajemen Konstituen 2, pada 20 Agustus 2010 (di Sekretariat Forum Politisi Yogyakarta, Jln. Palagan Tentara Pelajar No. 100, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta).
6. Workshop tentang Modul Manajemen Konstituen, pada 21 Agustus 2010, yang dihadiri di antaranya Arief Noor Hartanto, Gunawan Hartono, Widhi Pratomo, Agus Martono, Samsul Bakri, Putut Gunawan, dan lain-lain (di University Club, Bulaksumur, UGM, Yogyakarta).
7. Peserta Pelatihan Manajemen Konstituen 1 pada 15–17 Oktober 2010 di Taman Eden 1, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada bapak Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, M.Si., yang telah bersedia membuka dan berbagi pen- galaman dalam menjaga hubungan dengan konstituen, serta kepada narasumber pelatihan antara lain Arie Sujito, Ashadi Siregar dan Prof. Dr. Marsudi W. Kisworo.
Daftar Isi
Pengantar & Prolog
... xi Pengantar ... xiii Latar belakang pembuatan modul dan kerja keberlanjutan(Rainer Heufers)
Prolog ... xvii Arti Penting Konstituen
(Warsito Ellwein)
Proses Pembuatan Modul
... xxiii 1. Catatan Proses ... 3 (Warsito Ellwein)2. Modul Manajemen Konstituen ... 7 (Hari Subagyo)
3. Panduan Fasilitator ... 23 (Warsito Ellwein)
Persiapan & Pelatihan
... 43 4. Kerangka Acuan Pelatihan Manajemen Konstituen ... 45 (Hari Subagyo)5. Konfirmasi ke Partai-partai Politik ... 49 (Hari Subagyo)
6. Rekrutmen Peserta Pelatihan Manajemen Konstituen ... 51 (Hari Subagyo)
7. Alur Pelatihan Manajemen Konstituen ... ... 55
8. Organisasi Pelatihan Manajemen Konstituen ... 57 - Penyelenggara
- Kepanitiaan
- Peserta - Narasumber - Fasilitator - Metode
Pembelajaran
... 659. Evaluasi dan Pembelajaran ... 67
(Warsito Ellwein dan Hari Subagyo) Hand Out Pelatihan Manajemen Konstituen ... 73
10. Latar Penyusunan Hand Out ... 75
(Hari Subagyo)
Lampiran
... 115Lampiran - PPT - Warsito Ellwein ... 117
- Makalah – Ari Sujito ... 126
- PPT – Ari Sujito ... 134
- Makalah – Ashadi Siregar ... 139
- PPT – Prof. Marsudi Kisworo ... 147
Daftar Pustaka ... 157
Pengantar
Dalam ketatanegaraan yang menganut Multy Party System partai politik memegang peran yang sangat penting, dimana partai sebagai pintu gerbang utama dalam penentuan arah kebijakan dan pembangunan publik. Seluruh pengisian jabatan strategis formal Eksekutif, Legislatif, Yudikatif dan Lembaga-lembaga Negara lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung harus melalui partai politik. Partai-partai politik merekrut secara langsung calon-calon pejabat negara di lembaga legislatif dan presiden maupun kepala daerah, yang kemudian ditentukan melalui pemilihan umum dan kemudian para politisi yang terpilih inilah yang akan menentukan siapa yang layak untuk menduduki posisi strategis formal di luar kedua lembaga tersebut di atas seperti pejabat negara di lembaga yudikatif dan pejabat negara di komisi-komisi atau badan-badan yang dibentuk oleh negara. Begitu pula kebijakan di legislatif maupun eksekutif, partai politik dapat mempengaruhi arah kebijakannya melalui kader-kadernya baik yang di legislatif maupun di eksekutif.
Pemilihan umum yang berlangsung semakin demokratis di era reformasi, telah mendorong tumbuhnya aspirasi bagi pemilih untuk menggunakan hak pilihnya. Suara pemilih tidak han-ya berfungsi sebagai pemberian mandat politisi saja, melainkan juga dapat mempengaruhi arah kebijakan dan dinamika perkembangan dalam partai politik. Ketika partai kalah atau menang dalam Pemilu, maka di dalam partai tersebut terjadi perubahan yang cukup sig-nifikan entah berupa arah kebijakan partai, melemah atau menguatnya pengaruh pengurus partai baik di internal maupun ke publik, juga pengaruhnya di parlemen semakin melemah seandainya kalah dan semakin menguat jika menang. Perkembangan inilah, yang kemudian membuat partai harus lebih akomodatif terhadap tuntutan dan secara nyata dapat memper-juangkan asiprasi konstituennya.
Partai yang tidak mampu memberikan ruang bagi pemenuhan kepentingan konstituen, maka cepat atau lambat akan ditinggalkan konstituennya. Mereka dapat meninggalkan partai yang selama ini didukungnya dan pindah mendukung partai lain atau memboikot partai politik. Memang perilaku konstituen seperti di atas dapat merugikan partai maupun politisi dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang hal tersebut dapat merugikan konstituen sendiri. Karena di samping akan memperlemah partai politik secara keseluruhan juga akan melahirkan politisi pragmatis yang tidak mempunyai visi akan pengembangan masyarakat dalam jangka panjang.
Konstituen mempunyai kecenderungan reaktif dalam tatanan sistem kepartaian yang arah kebijakannya belum sepenuhnya ditentukan oleh para anggotannya. Di sinilah arti penting partai dalam memperkuat partisipasi politik dan kesejahteraan konstituennya. Peran penting partai pada situasi seperti di atas adalah sebagai wadah sekaligus pendorong bagi pendidi-kan politik terutama bagi konstituennya. Dengan pendidipendidi-kan politik, partai dapat kan komitmen konstituen untuk memperkuat dan membesarkan partai sekaligus meningkat-kan kemampuan mereka untuk mengembangmeningkat-kan diri secara maksimal.
Selanjutnya peran penting lain partai politik adalah membuka ruang seluas-luasnya bagi pengembangan diri kader secara maksimal di berbagai bidang. Dengan demikian, aktif men-gurusi partai hanya dengan tujuan agar nanti dapat dicalonkan menjadi pengurus partai, calon legislatif maupun calon eksekutif, tetapi dengan masuk dan aktif mengurus partai kader dapat mengembangkan kariernya, bakatnya, jaringan bisnisnya, pengetahuan dan ketrampilannya, kemampuan dan kapasitasnya dan lain-lain. Ruang pengembangan diri bagi kader ini sangat penting karena pertama, dapat meminimalisir konflik internal partai bagi pencalonan baik sebagai pengurus partai, calon legislatif maupun calon eksekutif. Kedua, kader dapat memperoleh keuntungan langsung dari partai. Ketiga, mendorong terbangun-nya hubungan timbal balik yang saling memperkuat antara partai dan konstituenterbangun-nya. Ke-empat, menumbuhkan kesadaran pada kader bahwa kekuatan dan keberhasilan partai juga merupakan kekuatan dan keberhasilan kadernya juga. Kelima, menumbuhkan gairah kader untuk memperkuat dan membesarkan partai.
Berangkat dari pemikiran di atas, maka Friedrich Naumann Stiftung fuer die Freiheit–FNS mendukung sepenuhnya Diskusi Rutin Forum Politisi Yogyakarta dengan tema Mengelola Konstituen yang diselenggarakan pada 8 Mei 2010. Dukungan secara maksimal juga kami berikan ketika dalam diskusi tersebut menyimpulkan bahwa partai politik dan politisi harus memperbaiki hubungannya dengan konstituen dan oleh karena itu, sudah seharusnya tema mengelola konstituen perlu dipelajari secara sistematis dan berkelanjutan, yang salah satu-nya melalui pelatihan. Berawal dari pijakan pemikiran itulah selanjutsatu-nya FNS bekerja sama dengan Forum Politisi Yogyakarta mulai dari mengadakan Focus Group Discussion, Work-shop, penyusunan modul hingga pelatihan Manajemen Konstituen.
Proses pembuatan buku tentang modul Manajemen Konstituen ini kami terbitkan dengan harapan dapat digunakan sebagai referensi maupun rujukan bagi perorangan maupun institusi untuk mengadakan pelatihan manajemen konstituen. Semakin banyak pelatihan manajemen konstituen, tentunya akan semakin besar memberikan harapan untuk mem-perkuat dan membesarkan partai-partai politik di Indonesia.
Tidak lupa kami juga memberikan apresiasi dan juga ucapan terima kasih kepada seluruh pengurus dan anggota Forum Politisi yang telah bekerja sama dengan baik sekali mulai dari memunculkan ide awal, pemberian input substansi hingga mendukung terbitnya buku Manajemen Konstituen ini.
Kami berharap buku ini dapat memberikan manfaat bagi konstituen pada umumnya dan partai politik pada khususnya. Kami yakin buku ini masih banyak kelemahan dan kekurangan, untuk itu kami sangat berharap mendapatkan masukan, komentar maupun kritik baik secara tertulis maupun lisan. Masukan Komentar dan kritik dapat dialamatkan ke:
Friedrich Naumann Stiftung Sekretariat Forum Politisi Yogyakarta
Fuer die Freiheit Jl. Palagan Tentara Pelajar No. 100
Jl. Rajasa II, No 7 Ngaglik, Sleman
Jakarta 12110 Yogyakarta
www.fnsindonesia.org Email: [email protected]
Selamat membaca
Hormat kami
Rainer Heufers Direktur FNS Indonesia
Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, M.Si., (kiri) memberi pengantar pelatihan Manajemen Konstituen ke-1 di Kaliurang dan berbagi pengalaman tips-tips mengelola dukungan saat pemenangan pilbup.
Prolog
Pengertian konstituen di Indonesia sampai hari ini terdapat beberapa pendapat antara lain: Pemilih di daerah pemilihan, pendukung partai poitik, pemberi mandat pihak yang harus diberi tanggung jawab, masyarakat yang harus diwakili atau kelompok sasaran yang harus dilayani oleh partai atau anggota parlemen (Konsolidasi Demokrasi, 2005). Dalam buku ini tidak akan mempersoalkan definisi konstituen mana yang paling sah, akan tetapi lebih memilih satu pengertian dari beberapa pengertian seperti tersebut di atas agar pembaca mengetahui yang dimaksud dalam buku ini terkait dengan konstituen. Dalam buku ini, yang dimaksud Konstituen adalah Pemilih di Daerah Pemilihan.
Konstituen di era reformasi memegang peran penting dalam ikut mewarnai perkembangan partai politik. Semakin besar konstituen yang mendukung dalam pemilihan umum legislatif, semakin besar pula partai tersebut mempunyai akses dan aset dalam kekuasaan, semakin kuat pengaruhnya di publik serta semakin stabil kepengurusan partainya. Sebaliknya, apabila partai mendapatkan mandat yang kecil dari konstituen, semakin kecil juga pengaruh terha-dap pemanfaatan akses dan aset publik, semakin kecil pengaruhnya dalam mempengaruhi kebijakan publik dan rentan terhadap konflik internal partai.
Sifat dukungan konstituen di Indonesia sampai saat ini masih sangat labil, karena meski sebagian besar konstituen adalah anggota partai, tetapi karakter keanggotaannya menggan-tung ke atas. Artinya di dalam internal partai anggota tidak memegang peran penting dalam penentuan kebijakan partai atau arah kebijakan partai lebih banyak ditentukan dari atas. Dukungan konstituen terhadap partai politik setiap saat dapat berubah tergantung kepent-ingan sesaat konstituen, issu aktual yang berkembang di publik dan pemahaman konstituen terhadap situasi aktual partai.
Dukungan konstituen yang labil seperti tersebut di atas berpengaruh terdapat perkem-bangan partai politik, dimana arah perkemperkem-bangannya lebih banyak dipengaruhi dari faktor eksternal, seperti: media massa yang menguasai opini publik dan money politik yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pragmatisme pemilih. Sedangkan idiologi, program, kompetensi dan manajemen partai belum banyak berpengaruh terhadap arah kebijakan dan perkembangan partai politik.
jangka panjang. Pelayanan pada konstituen mempunyai konsekuensi pada:
1. Program partai harus disesuaikan antara idiologi partai dan aspirasi serta tuntutan kebutuhan konstituen. Dengan demikian, program tersebut menjadi kongkrit, mudah dirasakan manfaatnya serta mudah diukur keberhasilannya oleh konstituen.
2. Kebijakan partai harus realistis, rasional (bisa diterima konstituen) dan dinamis sesuai dengan dinamikan aspirasi dan tuntutan kebutuhan konstituen. Dengan demikian, kebijakan tersebut di samping bermanfaat bagi konstituen, publik juga berguna untuk memperkuat dan membesarkan partai.
3. Pendayagunaan kekuasaan partai melalui kadernya yang duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif untuk memperjuangkan aspirasi dan tuntutan kebutuhan konstituen.
4. Penyediaan ruang sebesar-besarnya bagi pengembangan maksimal potensi yang dimiliki oleh seluruh kadernya. Melalui partai, konstituen tidak hanya terwakili kepentingan politiknya, atau dapat menjadi politisi, melainkan juga dapat mengem- bangkan karier, usaha maupun karyanya secara maksimal. Dengan demikian banyak kepentingan konstituen terakomodir di partai.
5. Pengembangan kapasitas pengurus partai, sehingga mampu memberikan pelayanan, mengakomodir serta memperjuangkan aspirasi konstituennya secara maksimal.
6. Penyediaan suprastruktur, infrastruktur dan fasilitas lain yang memungkinkan kon stituen dapat berpartisipasi secara maksimal untuk memperkuat dan membesarkan partai, sehingga terbangun rasa memiliki partai dari konstituen serta partai sebagai identitas konstituen.
7. Perbaikan struktur partai, sehingga kendala dan problem hubungan timbal balik antara partai dan konstituennya dapat diminimalisir. Struktur organisasi dibuat ser amping mungkin tanpa harus mempersempit ruang dialog partai dan konstituen yang terus menerus, efektif dan berkelanjutan.
8. Perbaikan manajemen partai yang berorientasi memberikan pelayanan dan penyera- pan aspirasi konstituennya secara maksimal. Tidak terlalu birokratis, kaku dan berbelit-belit, tetapi juga tidak terlalu fleksible, lepas kontrol dan tidak terukur kinerjanya.
dimana saja mereka berada dan bagaimana karakternya. Siapa saja dan dimana saja dapat diidentifikasikan melalui data-data statistik baik yang ada di partai sendiri, Komisi Pemilihan Umum, Biro Pusat Statistik, dan lembaga lain yang terkait dengan tema partai politik dan parlemen. Sedangkan karakter konstituen harus selalu terus menerus dilakukan penelitian, sebab karakter konstituen dapat berubah setiap saat secara signifikan. Dari hasil studi yang dibuat oleh Friedrich Naumann Stiftung fuer die Freiheit (FNS) bekerjasama dengan FISIP Universitas Nasional tentang Perilaku Pemilih dalam Pemilukada di Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah, yang juga telah disimpulkan dalam buku ”Memperbesar Pelu-ang MemenPelu-angkan Pilkada”, FNS, 2009, teridentifikasikan 3 karakter pemilih atau konstituen, yaitu:
1. Konstituen Konservatif, merupakan konstituen partai yang dalam menentukan pilhan nya lebih banyak didominasi oleh faktor-faktor ikatan emosional, seperti ikatan keluarga, kesamaan asal-usul daerah, suku maupun agama, kesamaan almamater sekolah, organisasi maupun club, kesamaan profesi, kesamaan idiologi dan lain-lain. Sedangkan faktor lain seperti program, kapasitas, kompetensi, kemampuan dan lain- lain dari partai menjadi pertimbangan sekunder.
2. Konstituen Pragmatis, adalah konstituen yang mendasaarkan pilihannya lebih banyak berdasarkan pada faktor-faktor kepentingan langsung dan sesaat, seperti pemberian uang maupun fasilitas, pembangunan infrastruktur, pemberian akses bisnis, usaha maupun peningkatan karier yang langsung manfaatnya untuk konstituen dapat langsung dirasakan. Adapun faktor-faktor lain seperti ikatan emosional dan kepentingan jangka menengah serta jangka panjang merupakan faktor sekunder bagi konstituen untuk menentukan pilihannya dalam Pemilu.
3. Konstituen Rasional, merupakan konstituen yang menentukan pilihannya berdsarkan faktor-faktor program, kemampuan, kompetensi, akuntabilitas, konsistensi partai dalam mengakomodir dan memperjuangkan kepentingan konstituen. Sedangkan faktor-faktor lain seperti ikatan emosional dan kepentingan jangka pendek menjadi pertimbangan sekunder dalam penentuan pilihan partai politik dalam Pemilu.
Pemahaman tentang konservatif, rasional maupun pragmatis tidak terkait dengan penilaian buruk atau baik maupun positif atau negatif, melainkan sebagai patokan untuk mengenali karakter konstituen, sehingga memudahkan bagi partai politik maupun politisi untuk membuat program, strategi dan manajemen konstituen yang tepat sasaran. Masing-masing karakter konstituen mempunyai kekuatan dan kelamahan sendiri-sendiri, antara lain :
mudah dikenali oleh partai politik. Sedangkan kelemahannya adalah cenderung bekerja dengan irama dan logikanya sendiri, meremehkan pendukung lain terutama pendukung yang rasional apalagi yang pragmatis, mudah tersinggung apabila keinginannya tidak terakomodir.
2. Pada Konstituen Rasional kekuatannya adalah dapat menjelaskan pada orang lain dengan argumen yang meyakinkan, perilakunya terkendali dan dapat diprediksi, mu- dah dikoordinasikan, begitu sudah yakin dengan pilihannya ia akan menjadi corong partai yang baik. Kelemahannya, selalu melemparkan pertanyaan-pertanyaan kritis yang kemudian sering menjadi pangkal kesalah pahaman, menjaga jarak dengan par- tai.
3. Sementara pada konstituen pragmatis kekuatannya adalah kemauannya mudah dikenali, tidak mudah tersinggung, sepak terjangnya mudah diukur. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat diandalkan, menentukan pilihannya di saat-saat terakhir, bekerja berdasarkan perspektinya sendiri.
Karakter konstituen seperti tersebut di atas juga mengalami perubahan secara dinamis sesuai dengan tuntutan kebutuhan konstituen, kondisi aktual partai politik, opini publik dan kodisi sosial, ekonomi dan politik lokal, regional dan nasional. Pemilih konservatif pada pe-milihan legislatif dapat berubah menjadi pemilih pragmatis maupun rasional pada pepe-milihan kepala daerah yang diadakan 2 bulan kemudian. Begitu pula sebaliknya, pemilih rasional dalam pemilu kepala daerah dapat berubah menjadi pemilih konservatif maupun pragmatis pada pemilihan umum legislatif yang diadakan 2 bulan kemudian. Mempertimbangkan la-bilnya karakter konstituen, maka partai politik dalam mengenali konstituennya harus secara terus menerus mengaktualisasikan peta konstituennya dan tentu yang lebih baik adalah secara terus menerus berkomunikasi dengan konstituen terutama melalui berbagai kegiatan kongkrit yang manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh konstituennya. Dengan adanya manfaat langsung yang dirasakan oleh konstituen baik secara jangkan pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, maka konstituen akan semakin menaruh kepercayaan serta pada akhirnya menjadikan partai sebagai identitas diri.
Dalam manajemen konstituen, keberagaman aspirasi dan berbagai macam kepentingan kon-stituen di agregasi oleh partai melalui idiologi partai, diwujudkan dalam berbagai program dan kegiatan partai dan diperjuangkan melalui lembaga kekuasaan negara baik di legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Ideologi partai dan realitas politik menjadi spirit utama bagi arah, substansi dan konsistensi kinerja Manajemen Konstituen. Kerangka dan tahapan kerja dalam pengelolaan konstiuen dari partai politik yang efektif bagi kemajuan konstituen dan partai politik merupakan manajemen konstituen yang berhasil.
Kunci penting dalam keberhasilan Manajemen Konstituen juga ditentukan dengan adanya bentuk dan pola komunikasi dua arah yang berimbang antara partai politik dan konstituen. Komunikasi tersebut dapat berbentuk kegiatan baik yang struktural seperti pendidikan politik, peningkatan kapasitas dan ketrampilan, networking, advokasi dan lain-lain. Di samping kegiatan karitatif pemberian bantuan langsung, kegiatan sosial, dan sebagainya. Bentuk komunikasi langsung, dimana partai melakukan kegiatan yang melibatkan langsung konstituen dan komunikasi tidak langsung, dimana partai melakukan kegiatan yang terkait dengan kepentingan konstituen tetapi konstituen tidak terlibat lagsung, seperti perjuangan di legislatif, di eksekutif maupun perjuangan regulasi dan pembelaan hukum serta melalui media massa. Adapun pola komunikasi meliputi komunikasi horisontal dimana partai dan konstituen dalam posisi yang sama untuk mengeksplorasi ide maupun gagasan, sharing dan tukar menukar informasi maupun pengalaman. Komunikasi vertikal yang meliputi penyera-pan aspirasi dari konstituen dan regulasi partai yang diberikan kepada konstituen untuk diketahui maupun untuk dijalankan.
Komunikasi dengan konstituen ini menjadi lebih penting ketika kepercayaan konstituen terhadap partai politik dan politisi sangat rendah. Hal ini dapat terjadi karena konstituen lebih banyak mendapatkan informasi tentang perkembangan partai politik dari eksternal partai seperti media massa, yang selama ini cenderung menampilkan berita-berita sensa-sional yang negatif terkait kondisi partai politik. Komunikasi partai dengan konstituennya, di samping memberikan data dan fakta riil di internal partai juga dapat memberikan second opinion di publik tentang informasi negatif yang berbasiskan sensasional yang dilansir oleh eksternal partai. Komunikasi antara partai dan konstituen harus dilakukan secara sistematis, terus menerus, berkelanjutan dan transparan.
Manajemen Konstituen juga tidak dapat dilepaskan dengan data base. Dengan data base yang sederhana, lengkap, sistematis dan terstruktur akan memudahkan partai untuk mengenali siapa konstituennya, dimana saja mereka, apa saja profesi mereka, bagaimana kondisi sosial, budaya dan ekonominya, apa saja potensi yang mereka miliki, apa saja aspirasi dan tuntutan kebutuhan mereka. Data base juga merupakan faktor yang sangat penting untuk membuat pemetaan konstituen, perencanaan, menentukan strategi dan mengevaluasi kegiatan yang dibutuhkan oleh konstituen sekaligus dapat memperkuat partai. Operasional data base baik untuk meng- up load, down load maupun untuk pengolahan data yang dapat dioperasikan oleh banyak orang akan sangat membantu Manajemen Konstituen daripada data base yang canggih tetapi kompleks dan operasionalnya dimonopoli oleh ”segelintir” orang saja.
Manajemen Konstituen dalam kerjanya membutuhkan dukungan yang mutlak dari sekre-tariat partai. Sekresekre-tariat harus berfungsi sebagai motor penggerak, dinamisator, administra-tor dan fasilitaadministra-tor bagi partai dalam hubungannya dengan konstituen. Untuk itu, sekretariat perlu dikelola oleh orang-orang yang kompeten, kapabel, berpengalaman serta mampu bekerja secara profesional. Mereka dapat datang dari internal maupun eksternal partai yang memang bekerja secara full time untuk memback-up Manajemen Konstituen yang ditangani oleh pengurus yang mendapat mandat dari partai.
Proses
Ide pembuatan buku modul Manajemen Konstituen ini berawal dari Diskusi Rutin Forum Politisi. Diskusi Rutin tersebut adalah diskusi para politisi dan pengurus partai politik yang diselenggarakan Forum Politisi Yogyakarta secara teratur yang diawali pada 14 Juni 2008 untuk membahas masalah-masalah mendasar dan aktual yang terkait dengan pengemban-gan dan penguatan partai politik dan keparlemenan. Karakter Diskusi Rutin lebih menitik-beratkan pada sharing dan tukar menukar informasi, data, fakta dan pengalaman dari para peserta yang bersifat konsepsional dan reflektif. Diskusi Rutin ke 8 diselenggarakan pada 8 Mei 2010 di Hotel Santika Yogyakarta dengan tema “Mengelola Konstituen: Efektivitas Kerja Politisi dan Partai Politik” dengan narasumbernya adalah Dr. Dodi Ambardi, Direktur Eksekutif LSI.
Kesimpulan diskusi tersebut di atas adalah bahwa hubungan partai politik dan politisi den-gan konstituen tidak hanya berbasiskan hubunden-gan transaksional dan money politik, melain-kan juga adanya hubungan yang lebih mempunyai basis kepentingan politik bersama, baik
Catatan Proses
Penyusunan Buku Modul Konstituen
Hasil diskusi kelompok dituliskan dalam lembar kertas plano sehingga setiap peserta dapat memberikan respon umpan balik secara bersama.
Duduk bersama melingkari satu meja dalam menanggapi evaluasi pelaksanaan pelatihan.
untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Partai ke depan tidak lagi dijadikan “sapi perah”, akan tetapi sebagai rumah bagi konstituen yang paling efektif untuk memperjuangkan aspirasi dan pengembangan diri secara maksimal.
Fakta menunjukkan bahwa referensi dalam bahasa Indonesia untuk mempelajari bagaimana mengelola konstituen yang efektif masih sangat jarang dan kalaupun ada sulit untuk mendapatkannya. Sementara itu kebutuhan partai politik maupun politisi untuk menge-lola hubungannya dengan konstituen sangat mendesak. Untuk itu, pada akhir diskusi rutin peserta menghedaki agar Forum Politisi dan Friedrich Naumann Stiftung fuer die Freiheit diharapkan untuk bisa membuat pelatihan-pelatihan terkait dengan pengelolaan konstituen tersebut.
Untuk menindaklanjuti rekomendasi hasil diskusi rutin di atas, maka tim dari Forum Politisi Yogyakarta menyelenggarakan pertemuan dengan wakil dari Friedrich Naumann Stiftung dan Pengurus dari beberapa partai politik di Yogyakarta pada tanggal 26 Mei 2010. Dalam pertemuan ini dibahas tentang:
1. Apakah memang dari pihak partai politik di Yogyakarta ada kebutuhan untuk mengir imkan kader-kadernya untuk mengikuti pelatihan Manajemen Konstituen.
2. Apa saja kebutuhan partai politik di Yogyakarta untuk mengefektifkan hubungannya dengan konstituen.
3. Substansi, informasi, pengetahun dan ketrampilan apa yang dibutuhkan partai politik di Yogyakarta dalam rangka mengefektifkan hubungan antara partai politik dan kon- stituen.
Kesimpulan dari pertemuan tersebut, bahwa perlu dibuat pelatihan Manajemen Konstituen. Untuk merealisasi hal tersebut, maka perlu dikembangkan modul dan pengorganisasiannya. Forum Politisi Yogyakarta selanjutnya membentuk tim pembuat modul. Baik Pengurus partai politik, FNS maupun Forum Politisi bersepakat bahwa pelatihan Manajemen Konstiuen harus mampu menjawab tuntutan kebutuhan riil partai politik saat ini terkait dengan pengelolaan konstituen. Untuk itu, tim modul membuat langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan bahan-bahan bacaan yang terkait dengan Manajemen Konstituen dari berbagai macam sumber maupun media, yang kemudian disarikan menjadi Hand Out.
3. Menyusun draf modul berdasarkan masukan dari diskusi-diskusi yang diselenggarakan sebelumnya dan bahan-bahan bacaan yang terkait dengan Manajemen Konstituen.
4. Menyelenggarakan Focus Group Discussion dengan mengundang pengurus partai politik dan pakar untuk memberikan input, kritik serta saran atas draf modul Manaje- men Konstituen.
5. Finalisasi Modul Manajemen Konstituen, sehingga siap dipakai sebagai landasan untuk menyelenggarakan pelatihan.
6. Persiapan organisasi kerja untuk pelaksanaan pelatihan, antara lain :
a. Membentuk Kepanitiaan, yang akan bertugas sebagai pelaksana organisasi pelati- han Manajemen Konstituen
b. Berkoordinasi dengan Friedrich Naumann Stiftung, sebagai pendukung utama pela tihan Manajemen Konstituen
c. Berkoordinasi dengan partai-partai politik yang sejak awal mempunyai komitmen terhadap pelatihan Manajemen Konstituen.
7. Berkunjung ke pimpinan-pimpinan partai politik di Yogyakarta yang sejak awal men dukung pelatihan Manajemen Konstituen untuk mengkonfirmasi kembali apakah betul-betul partainya membutuhkan pelatihan Manajemen Konstituen. Apakah juga nantinya secara resmi akan mengirim kadernya untuk menjadi peserta pelatihan. Juga apakah pimpinan bersedia menjadi nara sumber dalam pelatihan tersebut.
8. Menghubungi pakar dan politisi yang diminta kesediaannya menjadi narasumber dan fasilitator yang memandu seluruh proses pelatihan Manajemen Konstituen.
9. Proses rekrutmen peserta, yaitu mengkonfirmasi peserta yang telah direkomendasi kan oleh masing-masing partai, dengan menanyakan kepastian untuk menjadi peserta pelatihan. Apabila bersedia, kemudian diminta untuk mengisi Needs Assess
ment dan membawa surat rekomendasi dari partai.
10. Melakukan persiapan teknis, seperti mencari lokasi dan tempat pelatihan, menyiap- kan infrastruktur yang diperlukan untuk pelatihan, menyiapkan bahan-bahan bacaan untuk peserta.
12. Pelaksanaan pelatihan Manajemen Konstituen 1 diselenggarakan pada tanggal 15–17 Oktober 2010 di Taman Eden, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta dengan narasumber Bapak Drs. H. Sri Purnomo, M.Si. Kepala Daerah Kabupaten Sleman, Bapak Arie Sujito, FISIPOL Universitas Gadjah Mada, Bapak Ashadi Siregar, Pakar Komunikasi FISIPOL UGM dan Prof. Dr. Ir. Marsudi Kisworo, Mantan Direktur Eksekutif Partai Amanat Nasional.
13. Membuat evaluasi pelaksanaan pelatihan Manajemen Konstituen 1, memperbaiki kekurangan baik secara substansial, metode maupun organisasi teknis pelaksanaan pelatihan.
14. Pelaksanaan Pelatihan Manajemen Konstituen 2, yang diselenggarakan pada 3-5 November 2010 di Hotel Satya Nugraha, Yogyakarta, dengan nara sumber Bapak. GBPH. H. Prabukusumo (Partai Demokrat), Bapak. Bambang Praswanto (PDI Perjuan- gan), Bapak. Immawan Wahyudi (Partai Amanat Nasional), dan Bapak. Ma’sum Amrullah (Partai Persatuan Pembangunan), Bapak Ashadi Siregar, Pakar Komunikasi FISIPOL UGM dan Prof. Dr. Ir. Marsudi Kisworo, Mantan Direktur Eksekutif Partai Amanat Nasional.
15. Evaluasi akhir pelaksanaan dari kedua pelatihan Manajemen Konstituen, perbaikan modul. Serta persiapan untuk penyusunan buku modul Manajemen Konstituen ini.
Seluruh rangkaian kegiatan di atas perlu diuraikan karena hal tersebut sangat penting, oleh sebab seluruh kegiatan itu didedikasikan untuk penguatan partai politik dan parlemen yang dilakukan secara sitematis, konsisten, berkelanjutan dan berdasarkan pada kebutuhan partai dan politisi setempat.
Seluruh proses kegiatan mulai ide awal, perencanan, pelaksanaan, evaluasi sampai follow up selalu melibatkan partai politik dan politisi yang bersangkutan, sehingga di samping substansinya terkawal sesuai dengan kebutuhan, juga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diinginkan dan berguna bagi partai politik maupun politisi yang terlibat dalam aktivi-tasnya.
2
Peserta : (30 orang) Kader Partai Politik
Capaian : 1. Mengembangkan agenda-agenda strategis dalam mengelola hubungan dengan konstituen. 2. Meningkatkan kapasitas kader partai dalam memahami hubungan dengan konstituen 3. Mampu menggunakan metode, pendekatan dan instrumen manejemen konstituen
Pelaksana : Friedrich Naumann Stiftung (FNS Indonesia) – Forum Politisi Yogyakarta
Catatan:
a.
Setiap peserta adalah kader partai politik (anggota dan atau pengurus)b.
Setiap peserta membawa surat rekomendasi partaic.
Setiap peserta mengisi dan menyerahkan isian formulir BiodataMODUL MANAJEMEN
KONSTITUEN
KONSTITUEN
PILAR UT
AMA P
ART
KONSTITUEN
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUPembukaan
Sambutan-Peserta lebih fokus mengikuti seluruh proses pelatihan.
Peserta memahami arti penting konstituen.
Peserta memahami program partai politik sebagai instrumen membangun hubungan dengan konstituen.
Bangun suasana
Permainan untuk
perkenalan Perkenalan peserta
Fasilitator dan peserta saling kenal
Suasana akrab terbangun
+ Perkenalan
aktif Fasilitator 30 menit
Input Pendek
Peserta mengetahui arti + Paparan ringkas + Fasilitator 15 menit Model dan dasar-dasar
manajemen kerja politik. Pengalaman praktis mengelola pemilih partai pada pemilu yang lalu. Respon politik dan serap aspirasi.
menggali lebih dalam tentang kegiatan partai terkait dengan hubungan konstituen
Peserta mampu mengenali perbedaan antara manajemen kampanye, manajemen sekretariat partai politik, dan manajemen konstituen.
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUKONSTITUEN
PILAR UT
AMA P
ART
KONSTITUEN
Peserta mampu memetakan dan mengenali siapa dan di mana pemilihnya, serta bagaimana
akan dikelola + Tugas perorangan + Fasilitator 15 menit
Kerja pluralis, (c) partai wong cilik, (d) partai dakwah, (e) partai kaum muda, (f) partai oposisi, (g) partai pemerintah
Peserta memahami arti pentingnya spesifikasi dan kompetensi anggota baru sesuai kebutuhan prioritas mendesak
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER
WAKTU
dan dari partai ke konstituen, sesuai Peserta mengerti peran dan tanggungjawabnya sebagai pemilu, (b) sikap tidak memilih/golput, (c) pemilih tetap dan pemilih musiman, (d) perpindahan pemilih, (e) alas an-alasan untuk menentukan pilihanKONSTITUEN peraturan partai. tentang pola hubungan dengan konstituen. hasil kerja kelompok ke dalam bentuk-bentuk media seni hasil pemahaman atas hasil kegiatan Hari I
+ Presentasi
pendek + Fasilitator 10 menit
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUInput I
Peserta memahami peran dan fungsi partai sebagai agregator yang mampu mengidentifikasi, mengumpulkan, menyeleksi dan merumuskan kepentingan, problem dan aspirasi konstituen Peserta mampu membuat berbagai gugus kerja partai yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan konstituen tema atau isu aktual yang terkait dengan aspirasi konstituen. di salah satu daerah pemiilihan
Peserta memahami proses dan mekanisme serap aspirasi sebagai bagian kerja politik partai yang sistematis, terus menerus dan berkelanjutan.
+ Diskusi Kelompok
+ Fasilitator
+ Co-Fasilitator 60 menit
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUKONSTITUEN
PILAR UT
AMA P
ART
KONSTITUEN program di salah satu daerah pemilihan. Kelompok menetapkan langkah-langkah gugus kerja yang realistis dan detail.
yang capaian manfaat dan keberhasilannya mudah dirasakan dan dievaluasi oleh konstituen yang akan didesakkan ke lembaga legislatif.
Peserta mampu mengenali kepentingan konstituen.
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER
WAKTU
Pleno Pleno Pokja yang terencana, tepat dan berkesinambungan.
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUKONSTITUEN
PILAR UT
AMA P
ART
KONSTITUEN visual atau audio (verbal non verbal)
Peserta memiliki bekal cukup dalam memilih media komunikasi dengan konstituen
Peserta memahami sosok dan posisi multiplikator dalam proses komunikasi politik. Peserta bisa memanfaatkan peran multiplikator dengan tepat sesuai kebutuhan dan tujuan
+ Pesan berantai. + Fasilitator 30 menit
Pengantar satu isu tertententu agar menjadi kepentingan,
Peserta memahami akan pentingnya membangun opini guna mencapai tujuan partai. Peserta mampu memilih media yang tepat dan murah didalam kerja membangun opini.
+Pengantar Pendek
+ Fasilitator
+ Co-Fasilitator 75 menit
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUtuntutan dan pendapat
Pro dan kontra rencana pungutan retribusi/pajak penyelenggaraan kost-kostan di Yogyakarta
Peserta memahami:
1. Membangun relasi dengan media massa.
2. Strategi kampanye media massa.
3. Model-model kampanye melalui media massa (press release, talk show dan konferensi pers).
4. Menyusun siaran pers yang efektif.
5. Langkah dan tata cara mengorganisasi siaran pers dan peliputan konferensi. 6. Strategi sukses kampanye pers.
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUKONSTITUEN
PILAR UT
AMA P
ART
KONSTITUEN
PILAR UT
AMA P
ART
AI POLITIK Pleno Pleno Pokja Pembahasan tiap-tiap
materi Pokja
Peserta mendapatkan pendalaman tiap-tiap materi Pokja
+ Roleplay
+ Pembahasan + Wakil Pokja + Fasilitator 60 menit
Pemutaran film
Film tentang Komunikasi Politik
1 -2 film pendek tentang komunikasi politik
Inspirasi bagi peserta untuk mendesain sebuah komunikasi politik hasil pemahaman atas hasil kegiatan Hari II
+ Presentasi
pendek + Fasilitator 10 menit
Input III penggerak kegiatan partai politik. Peluang pengembangan kelembagaan sekretariat partai menjadi lebih terbuka, partisipatif, aksesibel, dan akomodatif. Tata kelola kesekretarian yang
+ Ceramah setuju dan tidak setuju atas rencana sekretariat terbuka bagi umum.
Peserta mampu menyampaikan pendapat dengan tegas dan mampu memberikan argumen atas pendapat tersebut.
+ Tugas perorangan + Pendalaman
+ Fasilitator 60 menit
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUaksesibel, dan mampu mengakomodir inisiatif dari konstituen. Kegiatan kantor partai sejak front-office hingga back-office dilakukan dengan mengindahkan prinsip-prinsip
manajemen perkantoran dan profesional
transparan dan akomodatif mampu mendinaminisir hubungan partai dengan konstituen.
Pemisahan fungsi manajemen politik dan manajemen non-politik, yakni adanya pengurus yang dipilih (elected officials) dan pengurus yang diangkat (appointed officials).
Komponen kantor antara lain: kesekretariatan, persidangan, keuangan, perpustakaan/arsip, humas, diseminasi informasi, protokol, staf departemen/ bidang, riset politik, dan lain-lain.
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUKONSTITUEN
PILAR UT
AMA P
ART
KONSTITUEN sebagai media pendidikan politik konstituen.
Peserta memiliki komitmen kuat mendinamisasi kegiatan kesekretariatan partai agar bisa diketahui oleh kontituen melalui ragam jenis kegiatan berkala misalnya diskusi rutin, kliping koran, piket sekretariat, kehumasan/ informasi dan
lain-ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUPokja 3 dan 4:
Peserta mengetahui alur dan teknik inputing data konstituen. penyaringan data, antara lain: relevansi, ukuran, tingkat kepentingan, dan urgensi agar data terkumpul tidak terlampau luas
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUKONSTITUEN meningkatkan yang sudah baik dalam Pelatihan Manajemen Konstituen
Menghimpun topik dan sub-sub topik rekomendatif yang penting dan mendesak bagi tata kelola hubungan dengan konstituen, antara lain: Pemastian pola hubungan partai dan konstituen secara sistemik dan berkelanjutan;
ACARA
MATERI
POKOK BAHASAN
OUTPUT
METODE
NARASUMBER WAKTUPelatihan Manajemen Konstituen menggunakan prinsip belajar orang dewasa, dimana dalam seluruh aktivitas belajar bertumpukan pada eksplorasi pengalaman, ide, informasi, dan hasil refleksi dari peserta. Sedangkan materi dari para nara sumber hanya sebatas sebagai pengantar atau input bagi diskusi lebih lanjut di antara peserta. Agar seluruh proses belajar seperti tersebut di atas dapat berjalan dengan maksimal, maka peran fasilitator menjadi san-gat penting sebagai penentu apakah pelatihan tersebut akan menghasilkan hasil pelatihan yang maksimal atau tidak.
Fasilitator, bertugas untuk memfasilitasi peserta agar mampu menyerap substansi, pendala-man dan internalisasi materi baik yang disampaikan oleh narasumber maupun yang digali oleh peserta dari kerja-kerja kelompok, maupun kerja perorangan dalam proses pelaksa-naan pelatihan Manajemen Konstituen. Tugas seorang fasilitator mengawal arah dan focus pembahasan pada proses kerja peserta, agar tidak keluar dari pokok dan kerangka bahasan, mendinamisir proses dialog maupun diskusi peserta serta menjaga kesepakatan waktu dan kesepakatan hasil yang akan dicapai dalam proses belajar.
Fasilitator bukanlah narasumber yang memberikan pengantar panjang lebar atas tema bahasan, melainkan hanya melemparkan pertanyaan-pertanyaan kunci untuk memancing peserta agar aktif untuk memberikan pendapat serta menjaga agar diskusi berjalan siste-matis dan terstruktur serta terfokus dalam menggali lebih jauh dan detail pokok bahasan.
Panduan Fasilitator
Pelatihan Manajemen
Konstituen
Fasilitator menjadi kunci penting keberhasilan pelatihan Manajemen Konstituen, yang mana ia menjadi penjaga alur atau benang merah substansi pengetahuan dan ketrampilan yang akan dicapai selama pelatihan. Fasilitator juga akan berperan penting dalam fungsi peng-hubung antara sesi satu dengan sesi berikutnya, sehingga peserta dapat menginternalisasi substansi dan ketrampilan secara sistematis.
Mengingat arti penting fasilitator dalam proses pelatihan, maka fasilitator harus memahami sepenuhnya capaian yang ditetapkan pada setiap sesi dan capaian akhir dari pelatihan. Untuk itu, perlu disediakan bahan-bahan bacaan terkait materi dan alur pelatihan sebagai referensi dan panduan fasilitator sebagai pegangan fasilitator selama memandu pelatihan.
Kerja Kelompok I
Arti Penting Konstituen
Tugas Fasilitator
Mengajak peserta untuk membuat review tentang substansi diskusi Pengantar Tematik, yang nantinya akan dipakai sebagai bahan pembahasan pada diskusi kelompok
Menggaris bawahi tentang pengertian konstituen, pola hubungan partai dan konstituen serta tata kelola konstituen yang telah dibahas pada sesi pengantar tematik serta reviewnya.
Membagi peserta menjadi 3 kelompok, menunjukkan dimana ruang dan siapa fasilitator yang akan mendampingi masing-masing kelompok.
Tema bahasan
Kelompok 1 : Rekrutmen Angggota baru
Kelompok 2 : Memperkuat Hubungan Partai Dengan Konstituen Kelompok 3 : Mobilisasi Konstituen Pada Saat Kampanye
Diskusi Kelompok
Masing-masing kelompok didampingi oleh seorang Fasilitator, yang bertugas untuk menga-wal:
1. Substansi; mengawal agar pembahasan focus pada pokok bahasan 2. Proses ; mengawal agar proses diskusi berjalan dinamis
Apabila proses pembahasan dalam kelompok berjalan lancar, fasilitator hanya berfungsi sebagai pengamat jalannya diskusi di kelompok. Hal ini penting diperhatikan karena seluruh proses pembahasan pada kelompok kerja merupakan bagian dari latihan juga bagi peserta.
Output
1. Peserta mengetahui fungsi dan peran konstituen bagi penguatan dan pengem bangan partai politik.
2. Peserta mampu memetakan siapa dan di mana saja konstituennya.
3. Peserta mampu mengenali problem dan tantangan yang dihadapi oleh partai terkait dengan manajemen konstituen.
4. Membuat desain-desain kegiatan partai dalam rangka memperbesar dan memperkuat konstituen.
Kelompok 1
Rekrutmen Anggota Baru
Tugas Kelompok
Mendiskusikan sekaligus mendesain rekrutmen anggota baru yang terencana, sistematis dan sesuai dengan kebutuhan partai.
Penanggung Jawab Kelompok
Penanggung jawab kelompok dipilih secara demokratis oleh anggota kelompok sendiri. Ada-pun penanggung jawab yang harus dipilih oleh anggota kelompok adalah:
1. Seorang moderator yang memimpin diskusi kelompok
2. Seorang Notulen, yang bertugas mencatat seluruh proses diskusi kelompok 3. Seorang Presenter, yang bertugas mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Menentukan Partai
Memilih satu partai bisa salah satu dari partai anggota kelompok atau bisa juga menentu-kan partai fiktif.
Kerangka bahasan
Kelompok 2
Memperkuat Hubungan Partai dengan Konstituen
Tugas Kelompok
Mendiskusikan sekaligus mendesain rencana kegiatan terkait dengan tema Memperkuat Hubungan partai dan Konstituen.
Penanggung Jawab Kelompok
Penanggung jawab kelompok dipilih secara demokratis oleh anggota kelompok sendiri. Ada-pun penanggung jawab yang harus dipilih oleh anggota kelompok adalah:
1. Seorang Moderator yang memimpin diskusi kelompok
2. Seorang Notulen, yang bertugas mencatat seluruh proses diskusi kelompok 3. Seorang Presenter, yang bertugas mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Menentukan Partai
Memilih satu partai bisa salah satu dari partai anggota kelompok atau bisa juga menentukan partai fiktif.
1. Siapa saja (usia, profesi, dan lain-lain) anggota partai yang sudah ada 2. Apa saja kebutuhan dan tantangan partai terkait dengan rekrutmen anggota baru
3. Bagaimana mendesain sebuah kegiatan untuk merekrut anggota baru yang dibu tuhkan partai
Proses Diskusi Kelompok
Semua anggota kelompok diberi peluang untuk mengemukakan pendapatnya.
Waktu
90 menit
Output
1. Peserta memahami bahwa rekrutmen anggota partai baru harus dilaku kan secara terencana, sistematis dan dengan standart rekrutmen yang jelas.
Kerangka bahasan
Dalam diskusi kelompok ada tiga kerangka bahan yang harus dihasilkan, yaitu:
1. Bagaimana hubungan partai dengan konstituennya selama ini
2. Apa saja problem dan tantangan yang yang dihadapi partai terkait dengan hubungan partai dengan konstituen
3. Bagaimana mendesain sebuah kegiatan untuk memperkuat hubungan antara partai dengan konstituen
Proses diskusi kelompok
Semua anggota kelompok diberi peluang untuk mengemukakan pendapatnya.
Waktu
90 menit
Output
1. Peserta mendapatkan inspirasi bagaimana memperkuat hubungan antara partai politik dengan konstituen
2. Desain kegiatan untuk memperkuat hubungan partai dengan konstituennya
Kelompok 3
Mobilisasi Konstituen Pada Saat Kampanye
Tugas Kelompok
Mendiskusikan sekaligus mendesain recana kegiatan terkait dengan Mobilisasi Konstituen pada saat Kampanye.
Penanggung Jawab Kelompok
Penanggung jawab kelompok dipilih secara demokratis oleh anggota kelompok sendiri. Ada-pun penanggung jawab yang harus dipilih oleh anggota kelompok adalah :
1. Seorang Moderator yang memimpin diskusi kelompok
Menentukan partai
Memilih satu partai bisa salah satu dari partai anggota kelompok atau bisa juga menentukan partai fiktif.
Kerangka bahasan
Dalam diskusi kelompok ada tiga kerangka bahan yang harus dihasilkan, yaitu:
1. Bagaimana selama ini partai memobilisasi konstituennya pada saat kampanye 2. Apa saja problem yang dihadapi partai dalam memobilisasi konstituennya pada saat kampanye
3. Bagaimana mendesain sebuah kegiatan untuk memobilisasi konstituen pada saat kampanye
Proses Diskusi Kelompok
Semua anggota kelompok diberi peluang untuk mengemukakan pendapatnya.
Waktu
90 menit
Output
1. Peserta mengetahui bahwa mobilisasi konstituen pada kampanye harus dilakukan secara sistematis dan dalam waktu yang panjang
2. Desain mobilisasi konstituen dalam kampanye
Kerja Kelompok II
Artikulasi dan Agregasi Kepentingan Konstituen
Tugas Fasilitator
Mengajak peserta untuk membuat review tentang substansi sesi Input I tentang Artikulasi dan Agregasi Kepentingan Konstituen, yang nantinya akan dipakai sebagai bahan pemba-hasan pada diskusi kelompok.
Menggaris bawahi tentang artikulasi dan agregasi kepentingan konstituen, yang telah diba-has pada sesi input I serta pada review.
Tema bahasan
Kelompok 1 : Rekrutmen Angggota baru
Kelompok 2 : Memperkuat Hubungan Partai Dengan konstituen Kelompok 3 : Mobilisasi Konstituen Pada Saat Kampanye
Diskusi Kelompok
Masing-masing kelompok didampingi oleh seorang Fasilitator, yang bertugas untuk menga-wal:
1. Substansi; Mengawal agar pembahasan focus pada pokok bahasan 2. Proses ; Mengawal agar proses diskusi berjalan dinamis
3. Desain: Memastikan kelompok membuat desain kegiatan yang dituliskan pada kertas plano atau dalam bentuk power point, yang akan dipresentasikan di- pleno.
Apabila proses pembahasan dalam kelompok berjalan lancar, fasilitator hanya berfungsi sebagai pengamat jalannya diskusi di kelompok. Hal ini penting diperhatikan karena seluruh proses pembahasan pada kelompok kerja merupakan bagian dari latihan juga bagi peserta.
Output
1. Peserta memahami peran dan fungsi partai sebagai agregator yang mampu mengidentifikasi, mengumpulkan, menseleksi dan merumuskan kepentingan, problem dan aspirasi konstituen.
2. Peserta mampu membuat berbagai gugus kerja partai yang sesuai dengan tuntu tan dan kebutuhan konstituen.
Kelompok 1
Merumuskan Aspirasi Konstituen
Tugas Kelompok
Mendiskusikan sekaligus mendesain recana kegiatan terkait dengan penyerapan aspirasi Konstituen.
Penanggung Jawab Kelompok
Penanggung jawab kelompok dipilih secara demokratis oleh anggota kelompok sendiri. Ada-pun penanggung jawab yang harus dipilih oleh anggota kelompok adalah :
2. Seorang Notulen, yang bertugas mencatat seluruh proses diskusi kelompok. 3. Seorang Presenter, yang bertugas mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Menentukan Partai
Memilih satu partai bisa salah satu dari partai anggota kelompok atau bisa juga menentukan partai fiktif.
Kerangka Bahasan
Dalam diskusi kelompok ada tiga kerangka bahan yang harus dihasilkan, yaitu:
1. Apa saja bentuk aspirasi dan tuntutan kebutuhan konstituen yang harus diako modir dan diperjuangkan oleh partai politik.
2. Problem dan tantangan apa yang dihadapi partai dalam mengakomodir dan memperjuangkan aspirasi partai.
3. Mendesain kegiatan tentang bagaimana mengakomodir dan memperjuangkan aspirasi konstituen.
Proses Diskusi Kelompok
Semua anggota kelompok diberi peluang untuk mengemukakan pendapatnya.
Waktu
90 menit
Output
1. Peserta mampu merumuskan aspirasi dan tuntutan kebutuhan konstituen 2. Membuat desain kegiatan dalam rangka mengakomodir dan memperjuangkan aspirasi dan tuntutan kebutuhan konstituennya.
Kelompok 2
Menyusun Gugus Kerja Partai
Tugas Kelompok
Penanggung Jawab Kelompok
Penanggung jawab kelompok dipilih secara demokratis oleh anggota kelompok sendiri. Ada-pun penanggung jawab yang harus dipilih oleh anggota kelompok adalah:
1.Seorang Moderator yang memimpin diskusi kelompok.
2.Seorang Notulen, yang bertugas mencatat seluruh proses diskusi kelompok. 3.Seorang Presenter, yang bertugas mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Menentukan Partai
Memilih satu partai bisa salah satu dari partai anggota kelompok atau bisa juga menentukan partai fiktif.
Kerangka bahasan
Dalam diskusi kelompok ada tiga kerangka bahan yang harus dihasilkan, yaitu:
1. Apa saja aspirasi konstituen yang telah diserap oleh partai.
2. Bagaimana mensinergikan aspirasi konstituen ke dalam platform partai. 3. Bagaimana mendesain sebuah program partai yang berbasiskan aspirasi kon stituennya.
Proses Diskusi Kelompok
Semua anggota kelompok diberi peluang untuk mengemukakan pendapatnya.
Waktu
45 menit
Output
1. Peserta mengetahui bagaimana aspirasi konstituen diolah menjadi gugus-gugus kerja partai.
2. Desain program partai yang berbasiskan aspirasi konstituennya.
Kelompok 3
Mengawal Aspirasi Konstituen
Tugas Kelompok
Penanggung jawab Kelompok
Penanggung jawab kelompok dipilih secara demokratis oleh anggota kelompok sendiri. Ada-pun penanggung jawab yang harus dipilih oleh anggota kelompok adalah :
1. Seorang Moderator yang memimpin diskusi kelompok.
2. Seorang Notulen, yang bertugas mencatat seluruh proses diskusi kelompok. 3. Seorang Presenter, yang bertugas mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Menentukan Partai
Memilih satu partai atau bisa salah satu dari partai anggota kelompok atau bisa juga me-nentukan partai fiktif.
Kerangka Bahasan
Dalam diskusi kelompok ada tiga kerangka bahan yang harus dihasilkan, yaitu: 1. Apa saja program partai yang berbasis aspirasi konstituen.
2. Problem dan tantangan memperjuangkan aspirasi konstituen di lembaga legislatif dan eksekutif.
3. Bagaimana mendesain kegiatan untuk memperjuangkan program partai yang berbasis aspirasi konstituen pada lembaga legislatif dan eksekutif.
Proses Diskusi Kelompok
Semua anggota kelompok diberi peluang untuk mengemukakan pendapatnya
Waktu
45 menit
Output
1. Peserta mendapatkan inspirasi bagaimana membuat program partai berbasis aspirasi konstituen.
Kerja Kelompok III
Komunikasi Politik
Tugas Fasilitator
Mengajak peserta untuk membuat review tentang substansi sesi Input II tentang Komunikasi Politik, yang nantinya akan dipakai sebagai bahan pembahasan pada diskusi kelompok.
Menggaris bawahi tentang poin-poin penting komunikasi politik, yang telah dibahas pada sesi input II serta pada review.
Membagi peserta menjadi 3 kelompok, menunjukkan dimana ruang dan siapa fasilitator yang akan mendampingi masing-masing kelompok.
Tema bahasan
Kelompok 1 : Rekrutmen Angggota baru
Kelompok 2 : Memperkuat Hubungan Partai Dengan Konstituen. Kelompok 3 : Mobilisasi Konstituen Pada Saat Kampanye
Diskusi Kelompok
Masing-masing kelompok didampingi oleh seorang Fasilitator, yang bertugas untuk menga-wal:
a. Substansi; mengawal agar pembahasan focus pada pokok bahasan b. Proses ; mengawal agar proses diskusi berjalan dinamis
c. Desain: memastikan kelompok membuat desain kegiatan yang dituliskan pada kertas plano atau dalam bentuk power point, yang akan dipresentasikan di pleno
Apabila proses pembahasan dalam kelompok berjalan lancar, fasilitator hanya berfungsi sebagai pengamat jalannya diskusi di kelompok. Hal ini penting diperhatikan karena seluruh proses pembahasan pada kelompok kerja merupakan bagian dari latihan juga bagi peserta.
Output
1. Peserta memahami tujuan melakukan komuniksi dengan konstituen. 2. Peserta memahami akan pentingnya komunikasi yang terencana, tepat dan berkesinambungan.
3. Peserta memahami bahwa komunikasi dengan konstituen menuntut kretivitas dan fleksibilitas.
Kelompok 1
Role play : Debat di Parlemen
Tema Debat
”Memperjuangkan Aspirasi Konstituen”
Tema dan substansi sebagai bahan debat diambil dari hasil Kelompok Kerja II dari kelompok 3.
Pembahasan dalam kelompok
1. Skenario Role Play
Peserta secara bersama-sama mengolah hasil diskusi kelompok 3 tentang bagaimana memperjuangkan aspirasi konstituen untuk dijadikan skenario role play.
Skenario role play dirumuskan dalam bentuk tertulis.
2. Pembagian Peran
a. Ketua Sidang Komisi b. Partai Koalisi (pengusul tema) c. Partai Oposisi (tidak setuju)
d. Wartawan (mencatat dan kemudian melaporkan ke publik)
Semua anggota kelompok harus terlibat aktif dan mendapatkan peran dalam role play
3. Latihan
Sebelum Role Play di tampilkan di pleno terlebih dahulu diuji cobakan di kelompoknya
Waktu
120 menit
Output
Kelompok 2
Talk show : Talkshow di televisi
Tema Talkshow:
“Money Politik dalam Pemilukada”
Tema dan substansi sebagai bahan Talk Show diambil dari hasil Kelompok Kerja I dari kelompok 3.
Pembahasan dalam kelompok
1. Skenario Talk Show
Peserta secara bersama-sama mengolah hasil diskusi kelompok 3 tentang bagaimana Mobilisasi Konstituen Pada Saat Kampanye untuk dijadikan skenario talk show
Skenario Talk show dirumuskan dalam bentuk tertulis.
2. Pembagian Peran
a. Moderator b. Wakil dari partai A c. Wakil dari partai B d. Wakil dari LSM
e. Wartawan (mencatat dan kemudian melaporkan ke publik)
Semua anggota kelompok harus terlibat aktif dan mendapatkan peran dalam talk show.
3. Latihan
Sebelum talk show ditampilkan di pleno terlebih dahulu diuji cobakan di kelompoknya.
Waktu
120 menit
Output
1. Peserta mengetahui bahwa pesan-pesan politik dapat disampaikan kepada konstituen. melaui berbagai media komunikasi seperti Talkshow
2. Peserta mengetahui bahwa dalam menyampaikan pesan-pesan politik harus dengan argu mentasi yang jelas, logis dan berpihak kepada konstituennya.
Kelompok 3
Konferensi Pers : Di Kantor DPC
Tema Konferensi Pers
”Sukses Besar Rekrutmen Anggota Baru”
Tema dan substansi sebagai bahan Konperensi Pers diambil dari hasil Kelompok Kerja I dari kelompok 1
Pembahasan dalam kelompok
1. Skenario Konperensi Pers
Peserta secara bersama-sama mengolah hasil diskusi kelompok 1 tentang bagaimana keberhasilan partai pada rekrutmen anggota baru untuk dijadikan skenario konperensi pers
Skenario konperensi pers dirumuskan dalam bentuk tertulis.
2. Pembagian Peran
a. Moderator b. Ketua DPC
c. Koordinator Humas
d. Wakil anggota baru yang berhasil direkrut
e. Wartawan (mencatat dan kemudian melaporkan ke publik)
Semua anggota kelompok harus terlibat aktif dan mendapatkan peran dalam konperesi pers.
3. Latihan
Sebelum konperensi pers di tampilkan di pleno terlebih dahulu diuji cobakan di kelompoknya.
Waktu
120 menit
Output
1. Peserta mengetahui bagaimana menggunakan media untuk berkomunikasi dengan kon stituennya.
Kerja Kelompok IV
Pendayagunaan Kantor Sekretariat Partai
Tugas Fasilitator
Mengajak peserta untuk membuat review tentang substansi sesi Input III tentang Pendaya-gunaan Sekretariat/kantor Partai sebagai motor penggerak politik konstituen, yang nantinya akan dipakai sebagai bahan pembahasan pada diskusi kelompok
Menggaris bawahi tentang poin-poin penting Pendayagunaan Sekretariat Partai, yang telah dibahas pada sesi input III serta pada review.
Membagi peserta menjadi 4 kelompok, menunjukan dimana ruang dan siapa fasilitator yang akan mendampingi masing-masing kelompok.
Tema bahasan
Kelompok 1: Sekretariat Partai Sebagai motor penggerak Konstituen Kelompok 2: Konstituen sebagai dinamisator Sekretariat Partai Kelompok 3: Strategi membangun data base
Kelompok 4: Pengelolaan data base konstituen
Diskusi Kelompok
Masing-masing kelompok didampingi oleh seorang Fasilitator, yang bertugas untuk mengawal:
1. Substansi; Mengawal agar pembahasan focus pada pokok bahasan 2. Proses ; Mengawal agar proses diskusi berjalan dinamis
3. Desain: Memastikan kelompok membuat desain kegiatan yang dituliskan pada kertas plano atau dalam bentuk power point, yang akan dipresentasikan di pleno
Apabila proses pembahasan dalam kelompok berjalan lancar, fasilitator hanya berfungsi sebagai pengamat jalannya diskusi di kelompok. Hal ini penting diperhatikan karena seluruh proses pembahasan pada kelompok kerja merupakan bagian dari latihan juga bagi peserta.
Output
Peserta mengenali dan memahami:
1. Sekretariat sebagai motor penggerak kegiatan partai politik.
2. Peluang pengembangan kelembagaan sekretariat partai menjadi lebih terbuka, partisipatif, aksesibel, dan akomodatif.
3. Tata kelola kesekretarian yang transparan dan akomodatif mampu mendinaminisir hubun gan partai dengan konstituen.
Kelompok 1
Sekretariat Sebagai Motor Penggerak Konstituen
Tugas Kelompok
Mendiskusikan sekaligus mendesain rencana kegiatan terkait dengan tema sekretariat partai sebagai motor penggerak konstituen
Penanggung Jawab Kelompok
Penanggung jawab kelompok dipilih secara demokratis oleh anggota kelompok sendiri. Ada-pun penanggung jawab yang harus dipilih oleh anggota kelompok adalah :
1. Seorang Moderator yang memimpin diskusi kelompok
2. Seorang Notulen, yang bertugas mencatat seluruh proses diskusi kelompok 3. Seorang Presenter, yang bertugas mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Menentukan partai
Memilih satu partai bisa salah satu dari partai anggota kelompok atau bisa juga menentukan partai fiktif.
Kerangka bahasan
Dalam diskusi kelompok ada tiga kerangka bahan yang harus dihasilkan, yaitu:
1. Bagaimana situasi sekretariat partai sebagai motor penggerak konstituen.
2. Problem dan tantangan dalam mengembangkan secretariat partai sebagai motor pengerak konstituen.
3. Bagaimana mendesain kegiatan untuk mengembangkan sekretariat partai seb agai motor penggerak konstituen.
Proses Diskusi Kelompok
Semua anggota kelompok diberi peluang untuk mengemukakan pendapatnya.
Waktu
Output
1. Peserta mendapatkan inspirasi tentang bagaimana menjadikan sekretariat sebagai motor penggerak konstituen.
2. Desain kegiatan untuk pengembangan sekretariat partai sebagai motor pengerak kon-stituen.
Kelompok 2
Konstituen sebagai Dinamisator Sekretariat Partai
Tugas Kelompok
Mendiskusikan sekaligus mendesain recana kegiatan terkait dengan Konstituen sebagai dinamisator Sekretariat Partai.
Penanggung jawab Kelompok
Penanggung jawab kelompok dipilih secara demokratis oleh anggota kelompok sendiri. Ada-pun penanggung jawab yang harus dipilih oleh anggota kelompok adalah:
1. Seorang moderator yang memimpin diskusi kelompok.
2. Seorang Notulen, yang bertugas mencatat seluruh proses diskusi kelompok. 3. Seorang Presenter, yang bertugas mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Menentukan partai
Memilih satu partai bisa salah satu dari partai anggota kelompok atau bisa juga menentukan partai fiktif.
Kerangka bahasan
Dalam diskusi kelompok ada tiga kerangka bahan yang harus dihasilkan, yaitu:
1. Bagaimana kondisi konstituen sebagai dinamisator kegiatan sekretariat partai. 2. Problem dan tantangan dalam mengembangkan konstituen sebagai dinamisator kegiatan sekretariat partai.
Proses Diskusi Kelompok
Semua anggota kelompok diberi peluang untuk mengemukakan pendapatnya.
Waktu
90 menit
Output
1. Peserta mendapatkan inspirasi tentang bagaimana mengembangkan konstituen sebagai dinamisator secretariat partai.
2. Desain kegiatan untuk pengembangan konstituen sebagai dinamisator sekretariat partai.
Kelompok 3
Strategi Membangun Data Base Konstituen
Tugas Kelompok
Mendiskusikan sekaligus mendesain recana kegiatan terkait dengan strategi membangun data base konstituen.
Penanggung jawab Kelompok
Penanggung jawab kelompok dipilih secara demokratis oleh anggota kelompok sendiri. Ada-pun penanggung jawab yang harus dipilih oleh anggota kelompok adalah:
1. Seorang Moderator yang memimpin diskusi kelompok.
2. Seorang Notulen, yang bertugas mencatat seluruh proses diskusi kelompok. 3. Seorang Presenter, yang bertugas mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Menentukan partai
Memilih satu partai bisa salah satu dari partai anggota kelompok atau bisa juga menentukan partai fiktif.
Kerangka bahasan
1. Bagaimana kondisi data base konstituen di sekretariat partai saat ini.
2. Problem dan tantangan dalam mengembangkan data base konstituen di sekre tariat partai.
3. Bagaimana mendesain strategi untuk mengembangkan data base konstituen di sekretariat partai.
Proses Diskusi Kelompok
Semua anggota kelompok diberi peluang untuk mengemukakan pendapatnya.
Waktu
90 menit
Output
1. Peserta mendapatkan inspirasi tentang bagaimana mengembangkan data base konstituen di sekretariat partai.
2. Desain strategi untuk pengembangan data base konstituen di sekretariat partai.
Kelompok 4
Pengelolaan Data Base Konstituen
Tugas Kelompok
Mendiskusikan sekaligus mendesain recana kegiatan terkait dengan pengelolaan data base konstituen di sekretariat partai.
Penanggung jawab Kelompok
Penanggung jawab kelompok dipilih secara demokratis oleh anggota kelompok sendiri. Ada-pun penanggung jawab yang harus dipilih oleh anggota kelompok adalah:
1. Seorang Moderator yang memimpin diskusi kelompok.
Menentukan partai
Memilih satu partai bisa salah satu dari partai anggota kelompok atau bisa juga menentukan partai fiktif.
Kerangka bahasan
Dalam diskusi kelompok ada tiga kerangka bahan yang harus dihasilkan, yaitu:
1. Bagaimana kondisi pengelolaan data base konstituen di sekretariat partai saat ini. 2. Problem dan tantangan dalam pengelolaan data base konstituen di sekretariat partai.
3. Bagaimana mendesain pengelolaan data base konstituen di sekretariat partai.
Proses Diskusi Kelompok
Semua anggota kelompok diberi peluang untuk mengemukakan pendapatnya.
Waktu
90 menitOutput
1. Peserta mendapatkan inspirasi tentang bagaimana mengelola data base konstituen di sekretariat partai.