• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebenarnya seseorang merasa terganggu pikiran, perasaan, dan emosinya lebih banyak tergantung pada diri yang bersangkutan dan cara dia menghadapi situasi, fenomena atau kejadian tersebut. Epictetus menyatakan, seseorang merasa terganggu bukan karena sesuatu, melainkan karena cara pandang mereka tentang sesuatu tersebut. Secara sederhana, dapat dikatakan seseorang akan merasa tidak senang, tidak puas, atau terganggu keseimbangan batinnya apabila terdapat ketidaksesuaian antara kemampuan, keterampilan, sikap dan cara dimiliki atau dikuasai seseorang dengan tuntutan situasi yang dilihatnya. Ketidakserasian itu secara psikologis

memunculkan kondisi lekas marah, lekas tersinggung dan mudah membuat kesalahan.

Menurut Pamangsah (2008) Agar stress akibat kerja yang dialami oleh guru sekolah tidak berdampak negatif, perlu adanya upaya secara intensif untuk pengendaliannya dan akan lebih baik lagi jika dampak stres tersebut diubah menjadi bersifat positif, untuk itu diperlukan upaya-upaya tertentu baik secara individual maupun organisatoris.

Upaya-upaya yang bersifat individual ini dapat dilakukan dengan membuat daftar kegiatan yang harus diselesaikan dalam menentukan urutannya berdasarkan skala prioritasnya, modifikasi perilaku, memilih filsafat hidup yang tepat, mengelola waktu secara baik. Khusus untuk waktu-waktu senggang sebaiknya dimanfaatkan untuk relaksasi atau latihan fisik yang bersifat rekreatif, seperti meditasi, jalan sehat, jogging, renang, lintas alam, bersepeda dan lain-lain.

Upaya-upaya yang bersifat organisatoris sangat erat terkait dengan bidang pekerjaan yang ditekuni. Oleh karena itu, penempatan kerja sesuai dengan kemampuannya, menspesifikasi tujuan dan antisipasi hambatan, meningkatkan komunikasi organisasi secara efektif untuk membentuk persepsi yang sama terhadap tujuan pekerjaan, menghindari ketidakpastian peran, penciptaan iklim kerja yang sehat, restrukturisasi jabatan/pekerjaan dan training/upgrading pengembangan profesi merupakan upaya yang konstruktif untuk meminimalkan terjadinya stress kerja. Upaya-upaya lainnya adalah penyediaan fasilitas fisik, klinik mental dan bimbingan

peningkatan tanggung jawab yang seluruhnya merupakan langkah positif bersifat organisatoris untuk menghindari terjadinya stress akibat kerja di lingkungan kerja guru sekolah.

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi stres menurut Yusuf (2005), yakni :

1. Isi kalbu dengan nilai-nilai kebesaran-Nya, merupakan pilar utama mencapai keseimbangan batin. Oleh karena itu, berusaha seoptimal mungkin dan dengan sekuat tenaga untuk mencapai sesuatu adalah suatu keharusan, sedangkan keputusan, Tuhan yang menentukan.

2. “Saya mampu melakukan sesuatu” (dengan seizin-Nya) merupakan suatu sikap mental positif. Dalam mencegah ketidakseimbangan batin, seseorang hendaklah berusaha untuk selalu berpikir positif dan menjauhkan diri dari pikiran negatif, dan ini merupakan pilar kedua dalam menangkal diri dari hal-hal yang akan menimbulkan stres dan ketidakseimbangan emosional lainnya.

3. Selalu menjadi orang proaktif, merupakan cara ketiga. Bertindak proaktif berarti mengambil inisiatif lebih dulu dan bertanggung jawab agar perbuatan itu terjadi berlandaskan nilai-nilai yang berlaku. Seseorang akan terbatas dari rasa cemas, kecewa, sedih, curiga, shock, collaps, dan panik karena jiwa dan raganya, atau fisik dan mental berfungsi secara normal.

4. Berpikir positif merupakan cara keempat untuk menghindari stres. Pola pikir positif yang digunakan dalam menyikapi suatu kondisi rawan yang

datang pada seseorang akan menjauhkan yang bersangkutan dari tekanan, sehingga tidak terjadi jurang (gap) antara tuntutan situasi dan kemampuan seseorang mengatasi situasi itu.

5. Menjadi penerima yang baik merupakan cara kelima yang dapat digunakan untuk menangkal stres. Menjadi penerima yang baik akan sangat membantu dalam pembentukan percaya diri, karena tindakan apa yang dilakukan selalu bersumber pada penerimaan kita pada sesuatu, dan upaya yang dilakukan selalu didasarkan tanggung jawab. Menjadi penerima yang baik akan mendorong prestasi yang lebih baik.

6. Perbarui diri terus-menerus merupakan cara keenam untuk menangkal stres. Stres yang melanda diri setiap orang bersumber dari ketidakmampuannya mengatasi masalah atau tuntutan yang lebih tinggi dari kemampuannya. Oleh karena itu, memperbarui diri secara terus-menerus dengan belajar sepanjang hayat melebihi tuntutan tanggung jawab, kerja, bisnis, dan kehidupan perlu dilakukan, sehingga tekanan jiwa sebagai akibat kekurangan selalu dapat diatasi dengan baik.

7. Tekun dan sabar dalam menghadapi tugas. Ketekunan dan kesabaran yang dilakukan seseorang dalam melaksanakan suatu tugas dan tanggung jawab akan mampu menepis munculnya ketakutan dan kesulitan. Setiap individu yang sabar, tekun, dan ulet dalam mengemban suatu tugas yang diberikan kepadanya akan menyebabkan yang bersangkutan tidak mudah putus asa dan tidak cepat menyerah.

8. Olah raga dan olah napas secara teratur merupakan cara kedelapan menangkal ketidakseimbangan emosional. Kebugaran tubuh dan kesehatan fisik merupakan tangkal bermacam penyakit, termasuk stres kerja.

2.3. Mendidik Anak Usia Sekolah 2.3.1. Mendidik

Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me- sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 232).

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian yang luas dan representatif, pendidikan ialah the total process of developing human abilities and behaviour, drawing on almost all life’s experiences (Santrock, 2010).

Ki Hajar Dewantoro memberikan pengertian mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Sementara itu, Langeveld (dikutip dari Purwanto, 2006) mengartikan mendidik adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja antara orang dewasa dan anak yang belum dewasa. Jika dianalisis lebih lanjut, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan adalah upaya orang dewasa untuk membawa dan mempengaruhi seorang anak didik dalam praktik pendidikan agar anak menjadi orang dewasa yang baik, sesuai dengan kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat itu.

Mendidik merupakan suatu proses yang panjang, memerlukan waktu yang lama, dilakukan oleh orang yang telah dewasa. Pendidikan adalah suatu bentuk pergaulan antara anak dan orang dewasa yang dalam pergaulan itu ada pengaruh yang datang kepada anak, sehingga anak dapat berkembang ke arah yang diinginkan, yaitu ke arah kedewasaan dalam arti fisik maupun psikis atau ke arah kematangan, baik secara jasmani maupun rohani (Surya dkk, 2010).

Dokumen terkait