• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Ekologi RTH pada Kawasan Perkotaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Manfaat Ekologi RTH pada Kawasan Perkotaan

. Dalam penelitian ini akan difokuskan pada tiga manfaat utama, yaitu RTH sebagai daerah resapan, penjerap polutan, dan rosot karbon.

2.3.1. Ruang Terbuka Hijau sebagai Daerah Resapan

Keberadaan RTH dapat berperan dalam mengatasi permasalahan limpasan air hujan. Bagian permukaan tanah yang ditutupi oleh vegetasi mempunyai kapasitas infiltrasi yang lebih besar dibandingkan dengan jenis penutup permukaan tanah lainnya, sehingga RTH dapat berfungsi sebagai daerah resapan air, dengan kapasitas yang dipengaruhi oleh sifat dan intensitas hujan, jenis penutup permukaan tanah dan pengelolaannya. Alih fungsi lahan di perkotaan cenderung meningkatkan luas permukaan dengan penutupan semen, aspal, dan kawasan kedap air (impervious), yang berdampak pada terganggunya siklus hidrologi. Urbanos (1992) menyatakan bahwa dominasi permukaan kedap air membuat air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah dan menjadi limpasan permukaan. Fenomena inilah yang memicu meningkatnya potensi banjir di perkotaan, karena pada umumnya 30% permukaan lahan kota terbuat

20

dari bahan kedap air (jalan raya, atap bangunan, jembatan dan jenis perkerasan lainnya).

Ada 3 faktor yang berpengaruh besar terhadap kejadian banjir, yaitu: faktor hujan (curah hujan, sebaran serta waktu turunnya hujan), faktor perubahan tata guna atau lahan/ land use (penebangan hutan, pembangunan kawasan permukiman, dan perdagangan, pembukaan areal perkebunan dsb). Faktor penutup lahan, dalam hal ini pohon/ vegetasi cukup signifikan dalam terjadinya pengurangan limpasan permukaan. Lahan bervegetasi mempunyai tingkat tutupan lahan yang tinggi, sehingga pada saat kejadian hujan, tutupan kanopi pohon berpotensi memperlambat laju limpasan permukaan, sehingga bagian yang dapat diresapkan ke dalam tanah menjadi lebih besar, dan sisanya yang menjadi limpasan permukaan semakin kecil. Kodoatie (2008) juga mengemukakan bahwa dari total potensi sumberdaya air sebesar 65.733,75 juta m3 (100%), yang termanfaatkan sebesar 25.282.16 juta m3 (38,46%), dan yang tidak termanfaatkan (terbuang ke laut, banjir) sebesar 37.628,67 juta m3 (57,24%), terdegradasi (0,78%) dan menjadi aliran mantap (3,51%).

Kodoatie (2008) menyatakan bahwa perubahan tata guna lahan kota merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan faktor lainnya. Pada kondisi dimana hutan diubah menjadi permukiman, maka debit puncak sungai akan mengalami peningkatan sebesar 6 hingga 20 kali. (Gambar 3). Angka 6 dan 20 ini tergantung pada jenis hutan awalnya dan jenis permukiman yang menggantikannya. Demikian pula untuk perubahan tutupan lahan lainnya, akan berdampak pada peningkatan debit puncak secara signifikans. Pengaruh perubahan tutupan lahan secara kuantitatif disajikan pada Gambar 4.

Gambar 3. Perubahan kapasitas resapan tanah sebagai akibat perubahan tutupan lahan alami (hutan dsb) menjadi kawasan terbangun (Kodoatie, 1996)

naik 2 –2,5 kali naik 1,7 –5,0 kali naik 2,5 –9,0 kali naik 5,0 –20,0 kali naik 6,0 –25 kali Daerah Aliran Sungai

Peningkatan debit puncak akibat perubahan tata guna lahan, hutan sebagai acuan

Gambar 4. Peningkatan debit akibat perubahan tata guna lahan, dengan hutan sebagai referensi

Upaya pengendalian banjir pada prinsipnya mempunyai tujuan untuk mengurangi volume aliran/limpasan permukaan, agar dapat dikendalikan daya rusak aliran serta kualitasnya. Dengan demikian maka dalam upaya tersebut harus diperhatikan sifat alamiah dari aliran permukaan, agar dapat dilakukan upaya yang bermanfaat dalam menahan dan meresapkan aliran permukaan. Skema aliran permukaan ditunjukkan pada Gambar 5 berikut ini.

Gambar 5. Sifat alamiah aliran permukaan, (melaju ke tempat yang lebih rendah, sambil meresap ke dalam tanah)

Berdasarkan pada sifat alamiah aliran permukaan tersebut, maka semakin minim kapasitas resapan tanah akan memperbesar volume dan laju aliran permukaan). Untuk menjaga keberlanjutan siklus hidrologi, maka diperlukan upaya untuk pemanenan air hujan, dengan peningkatan daya serap tanah dan pengendalian

22

mengalirnya air. Konsep ini yang dikembangkan sebagai upaya pengendalian banjir dengan peningkatan kuantitas RTH kota. Kemampuan tanah dalam menyerap air ini selain ditentukan oleh tipe penutupan lahannya, juga dipengaruhi oleh jenis vegetasi yang ada di atasnya. RTH mampu menyimpan air tanah sebesar 900m3/ha/tahun (Dinas Pertamanan, 2003) yang akan sangat bermanfaat dalam mengisi air tanah untuk keperluan domestik.

Menahan air hujan selama mungkin untuk memberikan waktu/ kesempatan bagi air hujan untuk meresap ke dalam tanah merupakan upaya penanganan banjir, yaitu dalam bentuk menanam pohon, membuat sumur resapan, lubang biopori atau rorak dan guludan. Disamping itu juga dengan menahan air pada badan air, dengan membuat waduk, dam penahan maupun dam pengendali, serta situ buatan/ embung.

2.3.2. Manfaat RTH Kota Sebagai penjerap dan penyimpan karbon

Lapisan gas rumah kaca (GRK) yang terdapat pada bagian atas lapisan atmosfer secara alami mempunyai peran penting sebagai filter/penyaring dan

screen/penyekat bagi bumi; yang bermanfaat mencegah terjadinya radiasi gelombang pendek yang berbahaya bagi manusia (Gambar 6). Salah satu dari gas rumah kaca adalah CO2 yang berasal dari letusan gunung berapi, proses pernafasan manusia, aktifitas tranportasi penduduk dan industri, respirasi pohon dan pelapukan bahan organik (Dahlan, 2007). Dalam siklus alaminya pohon yang sudah mati dan lapuk/membusuk akan melepaskan karbon yang tersimpan kembali ke atmosfir, meskipun pada awalnya karbon tersebut akan tertahan di dalam tanah (Nowak, 2002).

Manfaat pohon sebagai carbon sink berlangsung secara alami melalui proses fotosintesis. Proses ini dapat berjalan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: ukuran pohon dewasa, umur/masa hidup, dan laju pertumbuhan pohon; sehingga kemampuan penjerapan dan penyimpanan karbon berbeda-beda antar pohon. Pada saat pohon dalam masa pertumbuhan maka proses fotosintesis berjalan sangat efektif sehingga tumbuhan dapat menyerap Carbon dengan intensitas tinggi, dan menyimpannya dalam biomassa, kemampuan ini berkurang sejalan dengan umur pohon. Pohon tua menyimpan biomassa dalam jumlah besar meskipun daya serapnya semakin menurun. Secara umum, struktur tubuh pohon terdiri atas 45% karbon, 50% air dan 5% mineral (Nowak, 2002).

Gambar 6. Posisi Lapisan Gas Rumah Kaca (GRK) Sumber: www.google.com

2.3.3. Manfaat RTH sebagai Penjerap polutan

Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya satu atau lebih zat pencemar dalam jumlah dan waktu tertentu ke udara, baik secara alami maupun akibat dari aktivitas manusia. Peristiwa tersebut dapat mempengaruhi kelestarian organisme maupun benda-benda (Pandia et al., 1995 dalam Sulistyorini, 2009). Beberapa aktivitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran udara diantaranya adalah kegiatan industri, transportasi, pertambangan, pertanian, pembakaran biomassa atau bahan fosil. Bahan pencemar yang ditimbulkannya adalah berbagai macam hidrocarbon (HC), nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), sulfur oksida (SOx), materi partikulat dan sebagainya. Dengan semakin padatnya penduduk kota dan beragamnya aktifitas manusia diprediksikan terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas pencemaran udara. Menurut Naess et al. (2007), berbagai penelitian memperlihatkan adanya korelasi antara meningkatnya konsentrasi pencemar udara dengan gangguan kesehatan dan tingkat kematian, khususnya terkait dengan kejadian penyakit yang mengindikasikan adanya paparan NO2. Ada kecenderungan meningkatnya kasus penyakit kardiovaskuler, kanker paru dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis), sebagai dampak paparan NO2 dengan konsentrasi > 40µg m-3. Mengacu pada hasil penelitian di atas, maka diperlukan upaya khusus untuk mengurangi

Sebagian radiasi gelombang pendek

yang dipantulkan dipancarkan Sebagian keluar atmosfer dan sebagian memanaskan atmosfer Radiasi gelombang pendek

Sebagian besar radiasi gelombang pendek diserap dan memanaskan

permukaan bumi setelah diubah menjadi gelombang panjang

Radiasi balik gelombang panjang (inframerah) yang dipancarkan permukaan bumi

Dokumen terkait