C. Manfaat Sertifikasi INOFICE Terhadap Kerberlanjutan Usahatan
2. Manfaat Lingkungan
Penilaian manfaat lingkungan program sertifikasi INOFICE diukur menggunakan indikator-indikator manfaat lingkungan yaitu manajemen ekosistem, konservasi tanah dan air, tata cara produksi, pembuatan dan penggunaan input, serta
pemanenan dan penyimpanan. Indikator-indikator penilaian manfaat lingkungan kemudian diuji validitas dan reliabilitas untuk melihat apakah indikator-indikator yang digunakan valid dan reliabel. Hasil uji validitas dan reliabilitas indikator penilaian manfaat lingkungan tersaji dalam Tabel 36.
Tabel 36. Hasil uji validitas dan reliabilitas indikator penilaian praktik usahatani kopi organik yang berkelanjutan secara lingkungan
No Indikator Extraction Keterangan
Manajemen Ekosistem
1 Macam-macam tanaman naungan yang ditanam di lahan (ME1) 0,908 Valid 2 Jumlah tanaman naungan yang ditanam di lahan (ME2) 0,829 Valid
Konservasi Tanah dan air Valid
3 Cara membersihkan rumput dikebun (KT1) 0,82 Valid
4 Daur ulang sisa-sisa hasil panen (daun, kulit kopi dll) untuk menjadi pupuk organik (KT2) 0,787 Valid 5 Pembuatan parit, tanggul, guludan, terasering atau penanaman mengikuti kontur untuk mencegah erosi (KT3) 0,766 Valid 6 Tempat membuang air dari sisa penggunaan herbisida atau pestisida dan input lainnya (KT4) 0,863 Valid
7 Cara mengelola sampah dedaunan (KT5) 0,751 Valid
8 Tempat membuang sampah plastik, botol dll yang ada dilahan (KT6) 0,707 Valid
Tata cara produksi
9 Lama masa konversi lahan untuk tanaman tahunan 3 tahun sebelum
panen pertama (TP1) 0,748 Valid
10 Lahan organik dan konvensional memiliki pembatas yang jelas berupa
zona penyangga (buffer zone) (TP2) 0,811 Valid
Kesuburan dan aktivitas biologi tanah harus dipelihara atau
ditingkatkan dengan : Valid
11 a. Sumber bahan penyubur tanah berasal dari mikroba, tumbuhan dan
hewan organik (TP3) 0,889 Valid
12 b. Penggunaan pupuk organik (pupuk kompos, pupuk hijau dan pupuk kandang) pada lahan (TP4) 0,826 Valid
13
Hama, penyakit dan gulma harus dikendalikan dengan salah satu atau kombinasi dari cara-cara berikut (TP5) :
Pengendalian mekanis dengan penggunaan perangkap, penghalang, cahaya dan suara.
Pengedalian hama, penyakit, dan gulma menggunakan pestisida nabati. Pelestarian musuh alami (parasit, predator, patogen dan serangga). Ekosistem yang beragam (tumpangsari, buffer zone, dan agroforestry). Penggunaan mulsa dan penyiangan
0,863 Valid
14 Jarak zona pembatas terhadap permukiman dan sumber air atau sungai (TP6) 0,823 Valid 15 Pembersihan semua peralatan yang digunakan sebelum digunakan
pada lahan organik (TP7) 0,745 Valid
Penggunaan dan Pembuatan Input Produksi Pertanian Organik
16 Benih/bibit kopi berasal dari tanaman kopi organik (IN1) 0,824 Valid 17 Penggunaan bahan kimia sintetik (pupuk dan pestisida kimia) dalam
proses produksi kopi (IN2) 0,867 Valid
Pemanenan dan Penyimpanan
18 Cara pemanenan kopi (PN1) 0,726 Valid
19 Cara penjemuran kopi (PN2) 0,821 Valid
20 Pembersihan alat-alat pengolahan (PN3) 0,732 Valid
21 Tempat penyimpanan kopi (PN4) 0,713 Valid
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0,739 Valid
Signifikansi 0,000 Valid
Berdasarkan Tabel 36 hasil uji validitas dan reliabilitas indikator manfaat lingkungan menunjukkan bahwainstrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah valid. Hal ini terlihat dari nilai Kaiser Meyer Olkin (KMO) yaitu 0,739 (>0,5) dan signifikan Barlet’s test sphercitysebesar 99 persen. Nilai
extraction untuk masing-masing indikator berada diatas 0,4 sehingga semua indikator penilaian manfaat lingkungan dinyatakan valid. Nilai cronbach alpa yang diperoleh yaitu sebesar 0,885, hal ini berarti instrumen-instrumen yang digunakan memiliki reliabilitas yang baik. Instrumen-instrumen penilaian manfaat lingkungan yang telah dinyatakan valid dan reliabel kemudian diuji menggunakan uji Mann Whitney u test untuk melihat ada tidaknya perbedaan manfaat lingkungan yang diterima petani sertifikasi. Hasil uji Mann Whitney u
test indikator penilaian praktik usahatani kopi organik yang berkelanjutan secara lingkungan tersaji pada Tabel 37.
Sistem usahatani kopi secara organik yang dilakukan petani sertifikasi
mengedepankan asas keberlanjutan lingkungan. Petani sertifikasi diwajibkan untuk mengetahui dan menerapkan tata cara budidaya secara organik. Penerapan manajemen ekosistem petani sertifikasi lebih baik dari petani nonsertifikasi. Hal ini terlihat berbagai macam tanaman naungan yang ditanam serta banyaknya jumlah pohon yang ditanam. Meskipun jumlah tanaman naungan yang ditanam petani sertifikasi dan nonsertifikasi belum memenuhi standar ideal yaitu 300-600 pohon/ha, namun jumlah naungan yang ditanam petani sertifikasi lebih baik dari petani nonsertifikasi. Keberadaan tanaman naungan sangat bermanfaat selain sebagai penaung juga berfungsi sebagai penyerap karbon dan penyangga
ekosistem disekitar. Adapun gambar kebun kopi organik dan anorganik tersaji pada Gambar 4.
Gambar 4. Kebun kopi organik dan kebun kopi anorganik
Petani sertifikasi juga lebih baik dalam menerapkan konservasi tanah dan air dibandingkan petani nonsertifikasi. Petani sertifikasi menjaga kesuburan tanah dengan membersihkan rumput dengan cara mekanik (koret) kemudian sisa-sisa rumput dibenamkan untuk dijadikan pupuk hijau, selain itu sisa-sisa kulit kopi, sampah dedaunan juga dibenamkan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Petani nonsertifikasi lebih banyak membersihkan rumput dengan cara disemprot dengan pestisida kimia. Rata-rata petani nonsertifikasi membersihkan sampah plastik, botol dan kaleng yang ada dilahan dengan cara dibakar sedangkan petani
sertifikasi membersihkan dengan cara dipendam ke dalam tanah atau dikumpulkan kemudian dijual agar dapat didaur ulang.
Dari segi tata cara produksi, petani sertifikasi juga sudah menerapkan prinsip ini dengan baik. Petani sertifikasi menggunakan pupuk kandang sebagai pengganti pupuk kimia, walau masih ada petani sertifikasi yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia namun penggunaan pupuk dan pestisida kimia masih terkontrol.
Pengendalian HPT dilakukan dengan cara-cara alami melalui pengendalian mekanis seperti dikoret dan penggunaan pestisida nabati.
Tabel 37. Hasil uji Mann Whitney indikator penilaian praktik usahatani kopi organik yang berkelanjutan secara lingkungan
No Indikator Petani
Sertifikasi
Petani Nonsertifikasi Manajemen Ekosistem
1 Macam-macam tanaman naungan yang ditanam di lahan (ME1) 2,67 2,00 2 Jumlah tanaman naungan yang ditanam di lahan (ME2) 2,13 1,63
Konservasi Tanah dan air
3 Cara membersihkan rumput dikebun (KT1) 2,47 1,63 4 Daur ulang sisa-sisa hasil panen (daun, kulit kopi dll) untuk menjadi pupuk
organik (KT2) 2,73 2,87
5 Pembuatan parit, tanggul, guludan, terasering atau penanaman mengikuti
kontur untuk mencegah erosi (KT3) 1,60 1,27 6 Tempat membuang air dari sisa penggunaan herbisida atau pestisida dan
input lainnya (KT4) 2,37 1,77
7 Cara mengelola sampah dedaunan (KT5) 2,67 2,53 8 Tempat membuang sampah plastik, botol dll yang ada dilahan (KT6) 2,63 1,97
Tata cara produksi
9 Lama masa konversi lahan untuk tanaman tahunan 3 tahun sebelum panen
pertama (TP1) 1,57 1,00
10 Lahan organik dan konvensional memiliki pembatas yang jelas berupa zona
penyangga (buffer zone) (TP2) 2,80 2,53 Kesuburan dan aktivitas biologi tanah harus dipelihara atau ditingkatkan
dengan :
11 a.Sumber bahan penyubur tanah berasal dari mikroba, tumbuhan dan hewan
organik (TP3) 2,53 1,27
12 b.Penggunaan pupuk organik (pupuk kompos, pupuk hijau dan pupuk
kandang) pada lahan (TP4) 2,83 1,40
13
Hama, penyakit dan gulma harus dikendalikan dengan salah satu atau kombinasi dari cara-cara berikut (TP5) :
Pengendalian mekanis dengan penggunaan perangkap, penghalang, cahaya dan suara.
Pengedalian hama, penyakit, dan gulma menggunakan pestisida nabati. Pelestarian musuh alami (parasit, predator, patogen dan serangga). Ekosistem yang beragam (tumpangsari, buffer zone dan agroforestry) Penggunaan mulsa dan penyiangan
2,50 1,63
14 Jarak zona pembatas terhadap permukiman dan sumber air atau sungai
(TP6) 2,37 1,80
15 Pembersihan semua peralatan yang digunakan sebelum digunakan pada
lahan organik (TP7) 2,37 1,77
Penggunaan dan Pembuatan Input Produksi Pertanian Organik
16 Benih/bibit kopi berasal dari tanaman kopi organik (IN1) 2,43 2,00 17 Penggunaan bahan kimia sintetik (pupuk dan pestisida kimia) dalam proses
produksi kopi (IN2) 2,10 1,03
Pemanenan dan Penyimpanan
18 Cara Pemanenan kopi (PN1) 1,83 1,50
19 Cara penjemuran kopi (PN2) 2,27 1,73 20 Pembersihan alat-alat pengolahan (PN3) 2,30 1,50 21 Tempat penyimpanan kopi (PN4) 2,23 1,67
Total 49,40 36,50
Indeks keberlanjutan (persen) 78,41 57,94
Mann Whitney-U 23,5
Z hitung I 6,316 I
Selain itu, untuk mencegah kontaminasi petani sertifikasi dan nonsertifikasi membuat pembatas alami dari tanaman serai dan junjung merah. Tata cara produksi kopi organik yang ramah lingkungan memberikan manfaat bagi
lingkungan untuk mencegah degradasi lahan dari penggunaan bahan-bahan kimia secara terus menerus.
Sistem panen kopi yang baik yaitu dengan memetik biji kopi yang sudah
merah/matang, baik petani sertifikasi maupun nonsertifikasi rata-rata melakukan pemanenan dengan memetik biji kopi yang merah dan kuning. Penjemuran kopi dilakukan petani sertifikasi dengan menggunakan alas atau di lantai semen hal ini dilakukan supaya aroma tanah tidak masuk kedalam biji kopi dan kualitas rasa kopi tetap terjaga. Namun, masih ada petani sertifikasi yang menjemur di tanah tanpa alas sama seperti kebanyakan petani nonsertifikasi.
Secara keseluruhan penerapan usahatani kopi yang dilakukan oleh petani
sertifikasi lebih baik dan ramah terhadap lingkungan dibandingkan dengan petani nonsertifikasi. Hasil uji Mann Whitney juga menunjukkan bahwa manfaat
lingkungan petani sertifikasi signifikan lebih tinggi dibandingkan manfaat lingkungan petani nonsertifikasi. Hal ini ditunjukkan melalui nilai |Zhitung| =
|6,316| yang lebih besar dari |Ztabel (α=0,05)| = |1,645| sehingga keputusan yang
dipilih yaitu tolak Ho artinya rata-rata manfaat lingkungan yang diterima petani sertifikasi lebih tinggi dari manfaat lingkungan yang diterima petani nonsertifikasi Hasil penelitian ini didukung dengan penelitianBlackman dan Naranjo (2012) yang meneliti dampak sertifikasi organik pada petani kopi di Costarica
herbisida dan pupuk kimia, petani organik lebih memilih menggunakan pupuk organik, penanaman tanaman naungan dan melakukan berbagai tindakan konservasi tanah.
Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chairawaty (2012) yang meneliti tentang dampak sertifikasi fair trade terhadap perlindungan lingkungan. Selain memberikan dampak ekonomi dan sosial, sertifikasi fair trade memberikan dampak lingkungan. Dampak lingkungan yang dirasakan petani yaitu peningkatan kesuburan tanah yang terlihat dari kebun petani yang lebih hijau, teratur dan kondisinya jauh lebih baik. Selain itu bertambahnya
keanekaragaman hayati yang terlihat dari macam-macam tanaman peneduh dan tanaman lainnya di perkebunan yang berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem. Hasil penelitian juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Bacon et al (2008)kepada 177 sampel petani kopi di Nicaragua menemukan bahwa sertifikasi
Fair trade secara signifikan memberikan manfaat terhadap lingkungan dengan penerapan praktik usahatani yang bersahabat lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68 persen petani kopi Fair Trade sudah
mengimplementasikan sistem pembersihan air sementara petani nonsertifikasi hanya 40 persen yang menerapkan. Selain itu sebesar 43 persen petani Fair Trade sudah menerapkan praktik konservasi tanah dan air sementara hanya 10 persen petani konvensional yang melakukan.