• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Manfaat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

8. Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu berguna sebagai sumber referensi dan informasi dalam penelitian yang akan dilakukan. Penelitian terdahulu dapat menjadi acuan dan informasi mengenai metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian. Informasi penting yang peroleh dari penelitian terdahulu dapat dijadikan pembanding apakah penelitian yang akan dilakukan memberikan hasil yang sejalan atau sesuai dengan hasil peneltitian terdahulu.

Penelitian Saragih (2013) mengenai dimensi sosial ekonomi dan lingkungan dalam produksi kopi arabika di Sumatera Utara menunjukkan bahwa produktivitas kopi arabika sertifikasi 8 % lebih rendah dibandingkan kopi konvensional. Selain itu harga kopi bersertifikasi yang diterima petani sedikit lebih tinggi (3,57 %) dari harga kopi konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor ekologi memiliki peranan penting dalam pengembangan usahatani kopi arabika di daerah Simalungun, variabel ekologi (pemangkasan kopi, pengendalian HPT dan konservasi lahan) memberikan pengaruh positif dan dampak yang signifikan terhadap produksi kopi arabika di daerah tersebut.

Sutisari, Hermawan dan Riyanto (2013) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui kerja sama antar sektor dalam program pertanian padi organik,

mendapatkan hasil bahwa hasil kerja sama antar sektor dalam program pertanian padi organik berhasil memberikan pengaruh bagi kelestarian lahan pertanian,

peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat petani yang terlihat dari pemenuhan indikator-indikator pilar lingkungan, pilar ekonomi, dan pilar sosial, sehingga dikatakan telah berhasil dalam mendukung terwujudnya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Hal tersebut tercermin dengan adanya manfaat yang dirasakan petani berupa peningkatan perekonomian dan kesempatan kerja bagi keluarga petani.

Hasil penelitian Barham dan Weber (2012) yang bertujuan menganalisis

keberlanjutan ekonomi sertifikasi kopi di Meksiko dan Peru menunjukkan bahwa pendapatan usahatani kopi petani sertifikasi organik di Mexico (Oaxaca dan Chiapas) (US$ 480.8) lebih rendah dibandingkan pendapatan petani sertifikasi RA (US$ 601) di Peru (Junin). Penelitian ini menunjukkan bahwa produksi kopi, luas lahan, usia tanaman, pendidikan petani memiliki pengaruh positif terhadap

pendapatan petani kopi sertifikasi RA di Peru.

Menurut Chairawaty (2012) yang meneliti tentang dampak sertifikasi Fair Trade

terhadap perlindungan lingkungan, sertifikasi Fair Trade memberikan dampak ekonomi berupa berkurangnya biaya pembelian inputkimia dan penambahan penghasilan dari tanaman sampingan. Dampak dari berkurangnya biaya

pembelian inputkimia sangat tinggi, hal ini terlihat dari sekitar 90% petani KPG sudah tidak menggunakan herbisida lagi. Selain itu petani memperoleh bantuan berupa mesin babat yang berasal dari alokasi premium fee untuk menggantikan peran herbisida. Tanaman sampingan pada lahan kopi dapat memberikan penghasilan tambahan di luar penghasilan dari tanaman kopi sehingga dapat membantu perekonomian petani saat mereka berada di luar musim panen kopi.

Dampak sosial yang dirasakan petani adalah kuatnya organisasi petani dalam produksi dan pemasaran. Petani mendapatkan bantuan dari jaringan yang ada dalam Fair Trade dan petani juga merasakan manfaat berupa kemudahan dalam pemasaran karena adanya kepastian harga dan kontrak. Sedangakan dampak lingkungan yang dirasakan adalah peningkatan kesuburan tanah yang terlihat dari kebun petani yang lebih hijau, teratur dan kondisinya jauh lebih baik. Selain itu bertambahnya keanekaragaman hayati yang terlihat dari macam-macam tanaman peneduh dan tanaman lainnya di perkebunan yang berfungsi menjaga

keseimbangan ekosistem.

Hasil penelitian Widiarta, Adiwibowo dan Widodo (2011) mengenai

keberlanjutan pertanian organik menunjukkan bahwa usahatani padi organik layak secara ekonomi dengan B/C rasio 1,7, sedangkan usahatani konvensional tidak layak secara ekonomi karena nilai B/C Rasionya kurang dari 1, yaitu 0,9. Hal ini menunjukkan bahwa paktik pertanian organik berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan ekonomi petani. Penelitian ini juga

menunjukkan bahwa keberlanjutan praktik pertanian organik di kalangan petani masih rendah karena masih banyak petani yang belum mengadopsi praktik pertanian organik. Petani cenderung bertahan dengan pertanian konvensional karena praktik pertanian organik memiliki tingkat kompleksitas lebih tinggi dibanding praktik pertanian konvensional atau dengan kata lain sangat rumit untuk diterapkan oleh petani.

Penelitian Mujiburrahman (2011) yang bertujuan untuk menganalisis sistem rantai pasok dan nilai tambah kopi organik mendapatkan hasil bahwa jaringan pasok

bahan baku Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan berasal dari kolektor yang dibina dengan prinsip kemitraan oleh koperasi. Kolektor yang dibina pada masing- masing kluster berperan sebagai pembeli kopi dari petani. Nilai tambah pengolahan kopi pada Koperasi Baitul Qiradh Baburrayyan sebesar 59,50 % sedangkan untuk kolektor sebesar 5,95%. Perbedaan besarnya nilai tambah ini dikarenakan peran dan tindakan yang dilaksanakan oleh KBQ Baburrayyan lebih kompleks dari yang lainnya, sehingga nilai tambah yang diperoleh juga lebih besar

Hasil penelitian Prasmatiwi, Irham, Suryantini dan Jamhari (2010) mengenai keberlanjutan usahatani kopi di kawasah hutan Kabupaten Lampung Barat menunjukkan bahwa usahatani kopi di kawasan hutan di Lampung Barat layak dan memberikan manfaat, NPV usahatani kopi di kawasan hutan sebesar Rp 17.719.505/ha, BCR 1,86 dan IRR 24,96%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa usahatani kopi yang paling menguntungkan adalah usahatani naungan kompleks multiguna (MPTS, multipurpose tree species) karena memberikan nilai NVP tertinggi dibanding usahatani lainnya. Keberlanjutan usahatani kopi di kawasan hutan bergantung pada nilai eksternalitas (biaya lingkungan dan biaya sosial), bila total biaya lingkungan dan biaya sosial mencapai lebih besar dari US$536/ha, maka usahatani kopi di kawasan hutan menjadi tidak layak atau tidak berkelanjutan (NPV negatif), sedangakn bila biaya eksternalitas US$458 maka besarnya NPV adalah Rp1.648.633/ha, BCR 1,04 dan IRR 26,88%. Penelitian ini juga menghitung besarnya kesediaan petani dalam membayar biaya eksternal untuk perbaikan lingkungan hutan sebesar rata-rata Rp 475.660/tahun untuk

perbaikan konservasi tanah, menambah tanaman naungan, membayar pajak lingkungan, dan kegiatan reboisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Donaghue (2008) mengenai peran informasi dalam sertifikasi organik menunjukkan bahwa sertifikasi kopi organik dapat memberikan keuntungan baik langsung maupun tak langsung bagi petani kecil. Keuntungan sosial-ekonomis langsung yang diterima petani adalah adanya price premium dan penurunan baiya produksi karena ketiadaan bahan kimia, yang biasanya sangat mahal dan memberatkan bagi petani kecil. Keuntungan tak langsung yang didapatkan oleh petani kecil yang terlibat dalam proses sertifikasi kopi organik adalah adanya proses kemitraan di tingkat lokal maupun internasional, sehingga memberikan keuntungan karena petani dapat meningkatkan nilai tambah

produknya, meningkatkan akses petani kepada pasar yang baru, serta informasi dari mitra-mitra mengenai standar kualitas yang dikehendaki konsumen.

Dokumen terkait