• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan agar dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun manfaat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi tambahan dan menambah wawasan pihak akademik dalam pengembangan ilmu akuntansi terkhususnya tentang efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran belanja daerah.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memperluas pengetahuan dan menambah wawasan ilmiah sehingga dapat menjadi bahan perbandingan antara teori yang pernah di dapatkan dengan fakta empiris yang ada di lapangan.

b. Bagi Pembaca

Sebagai bahan penambahan informasi, referensi mengenai efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran belanja, serta dapat di jadikan sebagai perbandingan bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian ataupun judul penelitian yang sama di masa yang akan datang.

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Akuntansi Pemerintah

Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) memberikan petunjuk bagi pemerintah daerah dalam menyusun laporan keuangan yang berkualitas.

Standar Akuntansi Pemerintah tidak menentukan satu kebijakan yang harus diiukuti oleh pemerintah daerah, melainkan memberikan keringanan bagi pemerintah daerah untuk menghasilkan sesuatu dalam merancang sistem akuntansi yang sesuai dengan karakteristik keuangan di masing-masing daerah. Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.

Menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi pemerintah. Menurut Abdul Hakim (2002) dikutip dari Kepmendagri Nomor 29 pasal 70 ayat (1) Sistem akuntansi keuangan Daerah adalah sistem akuntansi meliputi pengelolaan, penafsiran, pencatatan, peringkasan, transaksi kejadian keuangan serta laporan keuangannya dalam rangka pelaksanaan APBD, dilaksanakan dalam prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum.

Perubahan mendasar saat era reformasi pada pengelolaan keuangan daerah adalah adanya tuntutan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar pada pengelolaan anggaran. Pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangannya dikatakan mencapai efektivitas apabila menyelesaikan kegiatan

atau proyek pemerintah dengan tepat pada waktunya dan dengan batas anggaran yang tersedia atau dengan kata lain telah mencapai tujuan dan sasaran seperti yang telah direncanakan sebelumnya.

B. Anggaran

1. Pengertian Anggaran

Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk periode tertentu di masa yang akan datang. Karena susunan dinyatakan dalam bentuk moneter, maka anggaran sering juga disebut dengan rencana keuangan. Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan uang berada diposisi penting dalam segala kegiatan akan dijumlahkan dalam satuan uang, sehingga dapat diukur pencapaian efisiensi dan efektivitas dari kegiatan yang dilakukan.

Menurut Munandar (2011) “anggaran adalah suatu rencana yang disusun dengan sistematis yang meliputi semua aktivitas didalam perusahaan yang dinyatakan dalam unit atau kesatuan moneter yang berlaku untuk jangka waktu tertentu”. Menurut Nafarin (2007) “anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan atau program

suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang, tetapi dapat juga dinyatakan satuan barang atau jasa”.

Berdasarkan penjelasan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran berpedoman bagi pemerintah untuk merealisasikan program dan kegiatan kerja bagi suatu organisasi yang telah tersusun secara sistematis didalam suatu periode tertentu baik dalam bentuk uang.

11

2. Fungsi dan Manfaat Anggaran

Sebuah perusahaan tidak akan berhasil jika tidak memiliki perencanaan penganggaran yang tersusun. Menurut (Garrison & Noreen, 2000) “anggaran tidak hanya berfungsi sebagai alat perencanaan juga sebagai alat untuk melakukan pengendalian. Perencanaan mencakup pengembangan untuk tujuan dimasa yang akan datang sedangkan pengendalian yaitu alat untuk memastikan dan menjamin seluruh fungsi manajemen dilakukan sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Munandar (2000) menyatakan fungsi anggaran ada 3 sebagai alat pedoman kerja, alat koodinasi, dan alat pengawasan:

a. Fungsi anggaran sebagai rencana kerja. Disusun berdasarkan perkiraan atas masa yang akan datang dan pengalaman dari masa lampau. Anggaran merupakan aspek perencanaan yang penting menggunakan sumber dayanya yang tersedia seefisien mungkin.

b. Fungsi anggaran sebagai alat koordinasi. Upaya untuk mendapatkan keselarasan dalam tindakan dan tercipta pula keselarasan tujuan. Dalam hal ini kegiatan perusahaan yang membutuhkan sumber dayanya tercantum dalam anggaran yang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari yang berwenang dalam keuangan.

c. Fungsi anggaran sebagai alat pengawasan. Aktivitas untuk menemukan penyimpangan dalam pencapaian hasil dan perencanaan aktivitas perbandingan antara realisasi dan anggaran dari bentuk pengawasan tersebut.

Dedi Nordiawan (2012) menyatakan anggaran mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Anggaran sebagai alat komunikasi internal yang menghubungkan divisi yang satu dengan divisi yang lainnya dalam organisasi maupun dengan manajemen puncak.

b. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang sesungguhnya dan dibandingkan dengan standar yang sudah ditetapkan.

c. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarah pada manajemen untuk menentukan bagian organisasi yang lemah dan kuat. Hal ini akan dapat mengarahkan manajemen untuk menentukan tindakan koreksi yang harus diambil.

d. Anggaran memotivasi dan mempengaruhi manajer dan karyawan untuk bekerja efektif, efisien, dan konsisten dalam kondisi kesesuaian tujuan perusahaan dengan tujuan karyawan.

e. Anggaran sebagai alat pengawasan yang baik bagi perusahaan sedang menyelesaikan suatu kegiatan maka manajemen dalam perusahaan yang dapat membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan anggaran yang sudah ditetapkan dalam perusahaan.

Dari beberapa fungsi dan manfaat anggaran diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran menentukan sasaran dan tujuan yang tepat dijadikan tolak ukur untuk mengevaluasi kinerja selanjutnya, selain itu anggaran juga memiliki fungsi dan manfaat sebagai perencanaan dan alat pengendalian dalam perusahaan karena dengan menggunakan anggaran

13

maka perusahaan akan dapat merencanakan masa depan perusahaan dengan baik.

C. Belanja Daerah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) mengemukakan bahwa belanja diakui terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah, yang mengurangi ekuitas dana lancar dimana merupakan kewajiban daerah dalam tahun anggaran. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.

Belanja daerah jika dikaitkan dengan kegiatan dan program diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan kegiatan dan program. Belanja tersebut dilaksanakan untuk menjalankan kegiatan dan program pemerintah daerah dan dianggarkan pada belanja SKPD. Belanja dikelompokkan menjadi:

1. Belanja Langsung. Belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari:

a. Belanja pegawai

b. Belanja barang dan jasa c. Belanja modal

2. Belanja Tidak Langsung. Belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri dari:

a. Belanja pegawai b. Belanja bunga c. Belanja subsidi d. Belanja tidak terduga

3. Belanja Modal. Pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran yang akan kekayaan daerah atau aset yang akan menambah belanja secara rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan.

Dari penjelasan di atas maka disimpulkan belanja daerah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan kegiatan dan program. Melaksanakan wewenang dan tanggungjawab kepada masyarakat serta pemerintahan diatasnya.

D. Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Pengertian efektivitas secara umum merupakan ukuran keberhasilan yang dicapai oleh seorang individu atau organisasi dengan cara tertentu, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, semakin banyak rencana yang berhasil dilaksanakan, semakin efektif kegiatan tersebut.

Menurut Ravianto (2014) “pengertian efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan

15

keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Artinya apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan perencanaan baik dalam waktu, biaya, maupun mutunya maka dapat dikatakan efektif”.

Menurut Martoyo (2002) “efektivitas sebagai suatu kondisi atau keadaan dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana atau peralatan yang digunakan, disertai dengan kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan”.

Ulum (2008) mengemukakan bahwa “pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna)”. Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.

Dari penjelasan di atas maka disimpulkan efektivitas merupakan keberhasilan yang dihasilkan suatu organisasi dengan cara tertentu sesuai dengan tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Pengukuran Efektivitas

Efektivitas merupakan pengukuran keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dari segi tercapai tidaknya indikator yang telah ditetapkan ialah tepat jumlah, waktu, sasaran, harga, administrasi dan kualitas. Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan realisasi anggaran belanja dengan target anggaran belanja. Semakin besar nilai tingkat efektivitas yang diperoleh atau

semakin besar target terealisasikan maka dapat mengindikasikan bahwa semakin efektif kinerja anggaran pada suatu instansi pemerintahan.

Berikut merupakan rumus untuk mengukur tingkat efektivitas anggaran belanja:

Efektivitas anggaran belanja dinilai efektif ketika kriteria tingkat efektivitas atas Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690. 900-327 Tahun 1996 tentang “Kriteria Penilaian dan Kinerja Keuangan”, dapat dilihat pada Tabel 2. 1 sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Kriteria Efektivitas

persentase Pengukuran Kriteria efektivitas 100% keatas Sangat Efektif

90% - 100% Efektif

80% - 90% Cukup Efektif

60% - 80% Kurang Efektif

Kurang dari 60% Tidak Efektif

Sumber: Kepmendagri No. 690. 900-327 Tahun 1996.

E. Efisiensi

1. Pengertian Efisiensi

Pengertian efisiensi secara umum merupakan suatu ukuran keberhasilan suatu kegiatan yang diukur berdasarkan besarnya biaya atau sumber daya yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Bisa dikatakan bahwa semakin sedikit dana atau sumber daya yang Efektivitas = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

𝑥 100%

17

digunakan dalam mencapai hasil yang direncanakan maka semakin dapat dikatakan efisien.

Menurut Mahmudi (2015:143) “efisiensi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk membandingkan serta mengukur masukan dan keluaran. Dalam hubungannya dengan cara yang paling produktif untuk memanfaatkan sumber-sumber daya yang langka. Suatu perusahaan mungkin secara teknologi lebih efisien dari yang lain kalau perusahaan tersebut memproduksi tingkat output yang sama dengan satu atau lebih sedikit input fisik. Karena proses produksi yang berbeda tidak semua perusahaan efisien secara teknologi”.

Menurut Mardiasmo (2009) dalam Sumenge (2013) “efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cast of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisiensi apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu di capai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya”.

Dari penjelasan di atas maka disimpulkan efisiensi merupakan ukuran keberhasilan suatu kegiatan berdasarkan besarnya biaya atau sumber daya yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan 2. Pengukuran Efisiensi

Pengukuran efisiensi dengan menghasilkan output yang maksimal dengan pengelolaan dan penggunaan sumber daya (dana) yang seminimal mungkin. Tingkat efisiensi diukur dengan membandingkan realisasi belanja langsung dengan total realisasi anggaran belanja.

Berikut merupakan rumus untuk mengukur tingkat efisiensi anggaran belanja:

Efisiensi = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

𝑥 100%

Kriteria tingkat efisiensi anggaran belanja atas Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690. 900-327 Tahun 1996 tentang “Kriteria Penilaian dan Kinerja Keuangan”, dapat dilihat pada Tabel 2. 2 sebagai berikut:

Tabel 2. 2 Kriteria Efisiensi

Persentase Pengukuran Kriteria Efisiensi

100% keatas Tidak Efisien

90% - 100% Kurang Efisien

80% - 90% Cukup Efisien

60% - 80% Efisien

Kurang dari 60% Sangat Efisien

Sumber: Kepmendagri No. 690. 900-327 Tahun 1996.

F. Tinjauan Empiris

Dapat diketahui bahwa terkait objek penelitian tentang efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran belanja daerah telah banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya untuk dibandingkan dengan penelitian ini yang kemudian menjadi referensi peneliti yang relevan dengan penelitian ini.

Referensi penelitian tersebut antara lain, pertama, Pankey (2015) “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Anggaran Belanja pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara tahun 2010-2014”. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dan analisa data perhitungan untuk mengukur

19

tingkat efektivitas dan efisiensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010-2014 tingkat efektivitas dan tingkat efisiensi keseluruhannya belum efektif dan efisien. Pada tahun 2010 tingkat efektivitasnya yaitu 86,65% dalam kriteria cukup efektif, pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan tingkat efektivitasnya yaitu 86,50% dalam kriteria cukup efektif, pada tahun 2012 paling rendah tingkat efektivitasnya yaitu 75,205 dalam kriteria kurang efektif, pada tahun 2013 tertinggi dengan tingkat efektivitasnya yaitu 88,25% dalam kriteria cukup efektif dan pada tahun 2014 tingkat efektivitasnya turun yaitu 85,33% dalam kriteria cukup efektif.

Sedangkan tingkat efisiensinya pada tahun 2010 sampai tahun 2014 keseluruhannya kriteria tidak efisien dan dibutuhkan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam pelaksanaan program dan kegiatan perencenaan anggaran yang baik.

Kedua, Jannah (2018) “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Anggaran Belanja pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Kebumen”. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa efektivitas anggaran belanja pada tahun 2014 tingkat efektivitasnya yaitu 95,88%, pada tahun 2015 tingkat efektivitasnya yaitu 96,69%, pada tahun 2016 tingkat efektivitasnya sebesar 93,60% dan tahun 2017 tingkat efektivitasnya yaitu 94,04%, anggaran belanja tersebut secara keseluruhan dikatakan sudah efektif. Program paling efektif terjadi pada tahun 2014 adalah progam pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial, pada tahun 2015 dan tahun 2016 adalah progam peningkatan sarana dan prasarana aparatur, pada tahun 2017 adalah progam perencanaan sosial budaya secara keseluruhan dikatakan sudah

efektif. Sedangkan tingkat efisiensi anggaran belanja pada tahun 2014 sebesar 58,10% dalam kriteria sangat efisien, pada tahun 2015 tingkat efisiensinya sebesar 63,37% dalam kriteria efisien, pada tahun 2016 tingkat efisiensinya sebesar 62,66% dalam kriteria efisien dan tahun 2017 tingkat efisiensinya sebesar 61,92% dalam kriteria efisien. Program paling efisien terjadi pada tahun 2014 adalah progam kerjasama pembangunan, pada tahun 2015 adalah progam kerjasama pembangunan, pada tahun 2016 adalah progam perencanaan wilayah dan sumber daya alam dan tahun 2017 adalah progam kerjasama pembangunan.

Ketiga, Azmi (2017) “Analisis Efektivitas Pelaksanaan Anggaran Belanja (BAPPEDA-LITBANG) Kota Palembang”. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif. Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa tahun 2013 tingkat efektivitas anggaran belanja yaitu 83,73% tahun ini anggaran dapat dikatakan cukup efektif, pada tahun 2014 tingkat efektivitasnya mengalami sedikit penurunan yaitu 82,47% dan penurunan terjadi tidak terlalu signifikan pada tahun ini juga anggaran sudah dikatakan cukup efektif dan pada tahun 2015 menurun yaitu 64,30% dalam kriteria kurang efektif, penurunan terjadi karena capaian PAD tidak sesuai dengan target yang telah direncanakan dan ada beberapa kegiatan telah yang dibatalkan.

Keempat, Yunina (2018) “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Aceh Tengah”. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pelaksanaan anggaran belanja pada Bappeda Aceh Tengah tahun anggaran 2012-2016 umumnya sudah efektif kecuali pada tahun 2013 dalam kriteria cukup efektif,

21

diakibatkan oleh rendahnya realisasi belanja yang tidak langsung pada tahun tersebut. Sedangkan tingkat efisiensinya sudah efisien karena realisasi belanja langsung dalam upaya mewujudkan program dan kegiatan yang telah ditetapkan cenderung rendah dengan jumlah dibawah 50%.

Kelima, Widiyana (2016) “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Dalam Menilai Kinerja pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Palembang”. Metode yang digunakan yaitu deskriptif variabel analisis kualitatif. Hasil Penelitian ini menunjukkan kriteria dan tingkat efektivitas anggaran belanja pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Palembang tahun 2011-2014 sangat bervariasi, tingkat efektivitas tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan terendah terjadi pada tahun 2014. Pelaksanaan anggaran belanja tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 dikatakan sudah efektif, tetapi pada tahun 2014 tingkat efektivitasnya cukup efektif karena realisasi anggaran belanja yang memiliki perbedaan jauh dengan target anggaran belanja. Perbedaan ini terjadi karena beberapa kegiatan yang di anggarkan, tapi tidak dilaksanakan untuk kegiatan lain dalam kriteria sudah cukup efektif. Sedangkan tingkat efisiensi pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kola Palembang tahun anggaran 2011-2014 secara keseluruhan sudah diolah dengan kriteria sangat efisien.

Keenam, Untari (2016) “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Realisasi Anggaran Belanja Langsung pada Dinas Pendidikan Kota Semarang tahun 2011-2014”. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menunjukan bahwa sejak 2011-2014, anggaran langsung pada Dinas Pendidikan Kota Semarang telah diimplementasikan

secara efisien yang berarti anggaran diminimalkan untuk mencapai lebih banyak manfaat dalam setiap proyek anggaran langsung pada Dinas Pendidikan Kota Semarang (belanja dengan baik). Mengenai tingkat efektifitasnya, pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 Dinas Pendidikan Kota Semarang telah berhasil mengimplementasikan anggaran langsung dan berhasil mengimplementasikan proyek dan program yang terkait dengan anggaran langsung disesuai dengan harapan dan memberikan manfaat bagi peningkatan mutu pendidikan di Semarang.

Ketujuh, Paat (2019) “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPPEDA) Kota Tomohon.” Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pelaksanaan anggaran belanja tahun 2015 sampai tahun 2017 mengalami fluktuasi pada persentasenya, pada tahun 2015 tingkat efektivitasnya yaitu 93,44% dalam kriteria efektif, pada tahun 2016 tingkat efektivitasnya yaitu 84,45% dalam kriteria cukup efektif, pada tahun 2017 tingkat efektivitasnya yaitu 85,68% dalam kriteria cukup efektif, sehingga dapat dikatakan mengalami penurunan pada kriteria efektif menjadi cukup efektif. Fluktuasi tingkat efektivitas anggaran belanja dikarenakan ada beberapa program dan kegiatan pada Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Tomohon tidak terealisasikan semuanya.

Namun dari keseluruhan periode anggaran belanja ini sudah dinilai baik, karena mampu menghindari persentase tingkat efektivitas yang kurang efektif yaitu 60%-80% dan kurang dari 60% untuk kategori tidak efektif.

Sedangkan tingkat efisiensi pelaksanaan anggaran belanja tahun 2015-2017

23

mengalami perubahan persentase tiap tahunnya. Pada tahun 2015 tingkat efisiensi dari anggaran belanja yaitu 56,98% ini dalam kriteria sangat efisien, untuk tahun 2016 mengalami kenaikan persentase yaitu 61,76% sehingga dikategorikan efisien, namun dalam penilaian kriteria efisiensi ini dinilai mengalami penurunan. Kemudian untuk tahun 2017 mengalami kenaikan efisiensi yaitu 47,83% sehingga dikriteriakan sangat efisien. Ini menunjukkan bahwa persentase tingkat efisiensi mengalami fluktuasi, sehingga dapat dikatakan Bappeda Kota Tomohon telah mengatur anggaran belanjanya agar dapat meminimalisir pemborosan dan memaksimalkan pengelolaan dalam penggunaan sumber daya (dana).

Kedelapan, Rampengan (2016) “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Manado”. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan tingkat atau kriteria efektifitas anggaran belanja pada BAPPEDA Kota Manado pada tahun 2011 sampai tahun 2015 bervariasi. Dimana pada tahun 2015 dan 2014 kriteria cukup efektif, dan pada tahun 2011, 2012, 2013 dalam kriteria kurang efektif, dikarenakan realisasi anggaran belanja memiliki perbedaan yang jauh dengan target anggaran belanja sehingga ada beberapa kegiatan yang dianggarkan dan tidak dilaksanakan untuk kegiatan lainnya secara efektif. Dalam pelaksanaan anggaran belanja BAPPEDA Kota Manado tahun 2011 sampai tahun 2015 secara keseluruhan sudah diolah secara efisien. Dimana pelaksanaan anggaran pada tahun 2011, 2012, 2013, 2015 dikategorikan sangat efisien dan pada tahun 2014 dikategorikan efisien.

Kesembilan, Basariyah (2017) “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja pada Badan Pembedayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMD) Daerah Provinsi Sulawesi Tengah”. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa program tingkat efektivitas pada tahun 2011 sampai 2015 rata-rata sudah tinggi, artinya program efektif sudah dilaksanakan. Namun ada beberapa program pada tahun 2013 dan 2015 dalam kriteria cukup efektif karena beberapa program yang dianggarkan tidak berjalan dengan baik. Tingkat efisiensi selama itu jangka waktu tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan anggaran cukup efisien terutama pada tahun 2015. Artinya program ini dijalankan dengan baik meskipun ada beberapa pemotongan anggaran, penganggaran minimum dapat menghasilkan barang kinerja program.

Kesepuluh, Fatmala (2020) “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Anggaran

dan Belanja (Studi Kasus Pakue Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara)”. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat efektivitas anggaran dan belanja pada Kantor Camat Pakue tergolong sudah efektif. Sedangkan tingkat efisiensi dari hasil perhitungan yang diinginkan anggaran dan belanja pada Kantor Camat Pakue, Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara tergolong efisien dari tahun ke tahun.

25

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pelaksanaan anggaran belanja tahun 2015 sampai tahun 2017 mengalami fluktuasi pada persentasenya, pada tahun 2015 tingkat efektivitasnya yaitu 93,44% dalam kriteria efektif, pada tahun 2016 tingkat efektivitasnya yaitu 84,45% dalam kriteria cukup efektif, pada tahun 2017 tingkat efektivitasnya yaitu 85,68% dalam kriteria cukup efektif, sehingga dapat dikatakan mengalami penurunan pada kriteria efektif menjadi cukup efektif. Fluktuasi tingkat efektivitas anggaran belanja dikarenakan ada beberapa program dan kegiatan pada Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Tomohon tidak terealisasikan semuanya. Namun dari keseluruhan periode anggaran belanja ini sudah dinilai baik, karena mampu menghindari persentase tingkat efektivitas yang kurang efektif yaitu 60%-80% dan kurang dari 60% untuk kategori tidak efektif. Sedangkan tingkat efisiensi pelaksanaan anggaran belanja tahun 2015-2017 mengalami perubahan persentase tiap tahunnya. Pada tahun 2015 tingkat efisiensi dari anggaran belanja yaitu 56,98% ini dalam kriteria

sangat efisien, untuk tahun 2016 mengalami kenaikan persentase yaitu 61,76% sehingga dikategorikan efisien, namun dalam penilaian kriteria efisiensi ini

sangat efisien, untuk tahun 2016 mengalami kenaikan persentase yaitu 61,76% sehingga dikategorikan efisien, namun dalam penilaian kriteria efisiensi ini

Dokumen terkait