• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai aspek yang meneliti untuk menjadi acuan sumber data peneliti selanjutnya. Sedangkan dengan peneliti sendiri menjadikan ilmu dan pengalaman yang di dapatkan selama meneliti dalam konteks tersebut, serta manfaat dari pembaca yaitu mendapatkan wawasan apabila mendapatkan masalah seperti pada konteks penelitian tersebut tentu mudah dalam menyikapi perihal tersebut.

2. Manfaat Praktis

Dalam konteks ini tentunya peneliti dan pembaca hasil penelitian yaitu mengetahui transaksi jual beli online dalam aplikasi shopee dengan menurut perspektif ekonomi islam. Yang di mana jual beli online adalah fenome yang

8

sedang hangat di perbincangan masyarakat dan sudah menjadi aktivitas yang sangat praktis bagi masyarakat.

9

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Jual Beli

Perdangangan atau jual beli secara bahasa berarti al-mujadalah (saling menukar). Jual beli adalah pertukaran benda dengan benda lain dengan saling meridhoi atau memindahkan hak milik dengan cara masing-masing mengikhlaskan. Menurut Fitria (2017) jual beli adalah suatu kegiatan tukar menukar barang dengan barang lainnya dengan tata cara tertentu. Sedangkan menurut Shabiran dan Herwanti (2017) setiap orang islam boleh mencari nafkah dengan cara jual beli, akan tetapi cara itu harus di lakukan dengan hukum islam yaitu harus saling rela merelakan tidak ada unsur penipuan dan berbohong, tidak merugikan kepentingan umum, bebas memilih dan lebih jelas. Dalam penjelasan Syaifullah (2014) hak milik dan kepemilikan di tekankan, sebab ada tukar menukar harta yang sifatnya tidak harus di miliki seperti sewa-menyewa. Barang tersebut di gantikan dengan alat ganti yang sepakati atau yang telah di perbolehkan dalam islam. Maksud dari arti kata menggantikan yaitu pihak pertama atau benda tersebut di pertukarkan dengan alat pembayaran yang berlaku dalam transaksi tersebut dan sudah di benarkan keadaannya misalnya Mata Uang, emas ataupun perak maka dari itu hal ini di perbolehkan.

Beberapa pendapat di atas dapat di pahami inti dari definisi jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda (barang) atau jasa yang mempunyai nilai, atas dasar akad kerelaan (kesepakatan) antara dua belah pihak sesuai dengan perjanjian yang telah di benarkan syara’. Syara’ adalah jual beli yang di di lakukan sesuai dengan syarat-syarat, rukun dan hal lain yang berkaitan dengan jual beli. Menurut Syaifullah (2014) manusia sebagai makhluk sosial yang saling

10

membutuhkan satu sama lain, maka dari itu hikmah dari jual beli adalah dapat membantu manusia untuk kelangsungan hidupnya.

2. Hukum Jual Beli

Jual beli menurut hukum islam yaitu di perbolehkan begitupun dengan jual beli online hukumnya di perbolehkan dengan ketentuan mengikuti ketentuan yang ada dalam islam. Berikut ini ayat Al-Quran, As-sunnah yang menjadi dasar hukum dari jual beli.

a. Al-Quran

Firman Allah SWT dalam Q. S. Al-Baqarah/2: 282

ٗ ٰٓ نِ ٰ ا ٍٍْ َٚ ذِ ت ْ ىُ تْ َُ ٚاَ ذَ ت اَ رِ ا آٰ ْ ُٕ َُ يٰ ا َ ٍْ ِٚ ز َّ نا اَ ُّٓ َٚ ا ٰٓ ٚ ٰ ِۖ ِ لْ ذَ ع ْ ناِ ت ٌۢ ةِ تاَ ك ْ ىُ كَ ُْ َّٛ ت ْ ةُ تْ كَ ٛ ْ نَ ٔ ۗ ُ ِْ ُٕ ثُ تْ كاَ ف ًّٗ ًَسُّ ي ٍمَجَا

ْۚ ْ ةُ تْ كَ ْٛ هَ ف ُه للّٰا ُ َّ ًَّ هَع اَ ًَ ك َ ةُ تْ كَّ ٚ ْ ٌَ ا ةِ تاَ ك َ بْ أَ ٚ َ لََ ٔ َّ نا ِمِهْ ًُ ٛ ْ نَ ٔ َ لََ ٔ ٗ َّّ تَ س َه للّٰا ِكَّتَٛ ْ نَ ٔ ُّكَح ْ نا ِ ّْ َٛ هَع ِْ٘ ز

ُّكَح ْ نا ِ ّْ َٛ هَع ِْ٘ ز َّ نا َ ٌاَ ك ْ ٌِ اَ ف ۗ أًـَْٛش ُ ّْ ُِ ي ْسَخْ ثَ ٚ َ ُٕ ْ َّ مِ ًُّ ٚ ْ ٌَ ا ُعْ ِٛ طَ تْسَ ٚ َ لَ ْ َٔ ا اً فْ ِٛ عَض ْ َٔ ا اً ْٓ ِٛ فَس ٍِْ َٚ ذْ َِٛٓش أُْ ذِْٓشَتْسأَ ۗ ِ لْ ذَ ع ْ ناِ ت ٗ ُّّ ِٛ نَ ٔ ْ مِ هْ ًُ ْٛ هَ ف ْ ٍِ ي

ٍِٰ تَ اَ شْ ياَّ ٔ مُجَ شَ ف ٍَِْٛ هُجَ س اَ َْ ُٕ كَ ٚ ْ ى َّ ن ْ ٌِ اَ ف ْۚ ْ ىُ كِ ناَج ِ س َ شِ كَ زُ تَ ف اَ ًُ ٓىٰ ذْ حِ ا َّ مِ ضَ ت ْ ٌَ ا ِ ءاَۤ ذَ َ ُّٓشنا َ ٍِ ي َ ٌْ َٕضْ شَ ت ْ ٍَّ ًِ ي ۗ اْ ُٕعُ د اَ ي اَ رِ ا ُ ءاَۤ ذَ َ ُّٓشنا َ بْ أَ ٚ َ لََ ٔ ٰٖۗ شْ خُْ لَا اَ ًُ ٓىٰ ذْ حِ ا

ُ تْ كَ ت ْ ٌَ ا آٰ ْ ُٕ ًَٔـْسَ ت َ لََ ٔ ٗ ٰٓ نِ ٰ ا اً شْ ِٛثَ ك ْ َٔ ا اً شْ ِٛ غَص ُ ِْ ُٕ ث

ٰٰٓٗ َْ دَ اَ ٔ ِ جَ داَ َّٓشهِ ن ُ وَ ْٕ لَ اَ ٔ ِه للّٰا َ ذْ ُِ ع ُطَسْ لَ ا ْ ىُ كِ نٰ ر ۗ ِّ هَجَ ا ً جَ شِ ضاَح ً جَ ساَجِ ت َ ٌْ ُٕ كَ ت ْ ٌَ ا َّٰٓ لَِ ا آٰ ْ ُٕ تاَ تْ شَ ت َّ لََ ا

ۗ اَ ْْ ُٕ ثُ تْ كَ ت َّ لََ ا حاَ ُُج ْ ىُ كْ َٛ هَع َسْ َٛ هَ ف ْ ىُ كَ ُْ َٛ ت اَ َٓ َْ ُٔ شْ ِٚ ذُ ت ذْ َِٛٓش َ لََّ ٔ ةِ تاَ ك َّ سَۤ اَضُ ٚ َ لََ ٔ ِۖ ْ ىُ تْ عَ ٚاَ ثَ ت اَ رِ ا آٰ ْ ُٔ ذِْٓشَأَ

ۗ َه للّٰا إُ مَّ تاَ ٔ ۗ ْ ىُ كِ ت ٌۢ قْ ُٕسُ ف ٗ َّّ َِ اَ ف اْ ُٕ هَ عْ فَ ت ْ ٌِ اَ ٔ ۗ ە

ىْ ِٛ هَع ٍ ءَْٙش ِ مُ كِ ت ُه للّٰاَ ٔ ۗ ُه للّٰا ُ ىُ كُ ًِ هَ عُ َٚ ٔ

11

Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukang utang-piutang untuk waktu yang di tentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskan dengan benar.

Janganlah penulis menolak menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah ia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berhutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun dari padanya.

Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki diantara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan diantara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika seorang yang lupa maka yang seorang lagi yang mengingatnya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila di panggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktu baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika itu merupakan perdangangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamujika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual-beli, dan janganlah penulis di persulit dan begitu juga saksi.

Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu sesuai kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah maha mengetahui segala sesuatu” (Q. S Al-Baqarah/2:

282)

Berdasarkan ayat di atas terlihat dengan jelas jika di jadikan sebagai pondasi hukum dalam jual beli secara salam dan jual beli online. Selain sebagai dasar hukumnya, dalam ayat di atas juga di jelaskan bahwa dalam aktivitas bermuamalah dengan cara yang tidak tunai maka hendaklah di tuliskan untuk meminimalisir akan terjadinya risiko perselisihan antara dua belah pihak. Apabila kesalah pahaman diantaranya atau wanprestasi (cacat hukum) oleh salah satu piham baik itu dari pihak penjual maupun pihak pembeli tersebut dapat mencegah terjadinya kelupaan yang sangat mungkin terjadi kelupaan yang sangat mungkin terjadi di setiap individu.

b. As-Sunnah

12

ٍعَْٛ ت ُّ مُ كَ ٔ ِ ِِ ذَ ِٛ ت ِمُجَّشنا ُمَ ًَع َ لاَ ل ُ ةَ ْٛ طَ أ ِةْسَك ْ نا َُّٖ أ

ٍ سُٔ شْ ثَ ي

Artinya:

“Dari Rafi‟ah bin Rafi‟Ra, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW di Tanya:

apa pekerjaan yang paling utama atau baik? Rasul menjawab, “pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi). (HR. Amad 4: 141, Hasan Lighorihi).

Ada beberapa faedah dari hadits di atas yaitu sebagai berikut:

a. Bertawakal dengan cara kita bekerja

b. Sahabat Nabi mencari kerja halal dengan semangat bukan hanya mencari pekerjaan yang penghasilannya banyak

c. Pekerjaan seseorang dengan tangannya adalah pekerjaan yang paling baik, karena Rasulullah mendahulukan pekerjaan dengan tangan, kemudian jual beli yang mabrur

d. Apakah pekerjaan yang paling utama (paling bagus)? Pekerjaan yang paling bagus adalah pekerjaan yang sesuai dengan keadaan setiap orang, dan saling mendukung antara mukmin yang satu dengan yang lainnya

e. Bekerja lebih utama dan baik dari pada meminta-minta (mengemis)

Hukum jual beli online adalah sah alias boleh. Hal ini seringkali jadi perdebatan seiring perkembangan zaman hingga tingginya aktivitas jual beli di e-commerce. Mengutip NU Online, hukum akad (transaksi) jual beli melalui alat elektronik sah, apabila sebelum transaksi kedua belah pihak sudah melihat mabi‟

(barang yang diperjualbelikan) atau telah dijelaskan baik sifat maupun jenisnya, serta memenuhi syarat-syarat dan rukun jual beli lainnya dengan dasar pengambilan hukum.

13

Dalam buku Syarh al-Yaqut an-Nafis karya Muhammad bin Ahmad al-Syatiri dituliskan bahwa yang diperhitungkan dalam akad-akad jual beli adalah substansinya, bukan bentuk lafalnya. Peralatan seperti telpon, media sosial dan sejenisnya hanyalah alternatif alat komunikasi yang makin lumrah digunakan.

Dalam pandangan madzhab Imam Syafi‟i dalam perkara perdagangan, barang yang diperjualbelikan disyaratkan dapat dilihat secara langsung oleh kedua belah pihak. Hal ini merupakan bentuk kehati-hatian agar tidak terjadi penipuan (ghoror) dalam jual beli karena Rasulullah melarang praktik tersebut sebagaimana dalam sebuah hadis dinyatakan Rasulullah saw melarang jual beli yang didalamnya terdapat penipuan (HR.Muslim).

3. Rukun dan syarat Jual Beli

Ada tiga rukun harus diwujudkan saat proses jual beli adalah sebagai berikut:

a. Akid, adalah penjual dan pembeli. Hak dan otoritas dimiliki akid untuk mentransaksikanya. Adapun syarat akid menurut kesepakatan para ulama fikih diantaranya sebagai berikut:

a) Berakal atau tidak gila yang mana dia mengetahui baik dan buruk bagi dirinya.

b) Pelaku akad adalah orang yang berbeda dan tidak dapat menjadi menjadi penjual atau pembeli pada saat yang bersamaan.

c) Kehendak itu sendiri tidak dipaksakan.

b. Ma‟qud „Alaih (obyek akad).

14

Objek akad yang diperdagangkan harus jelas isi, bentuk, dan sifatnya.

Persyaratannya adalah:

1. Ma‟qud „Alaih harus suci.

2. Barang yang diakadkan menguntungkan.

3. Pembeli harus menerima Ma‟qud „Alaih.

4. Ma‟qud Alaih harus milik sendiri.

5. Ma‟qud „Alaih dapat diketahui dengan jelas.

6. Ma‟qud „Alaih yang diakadkan ada di tangan penjual pada masa berlangsungnya akad.

c. Akad (ijab dan qabul)

Ijab merupakan ucapan dari penjual dalam transaksi jual beli, seperti “barang ini aku jual kepadamu dengan harga sekian”. Qabul ialah ucapan dari pembeli di saat bertransaksai juga, seperti “barang ini aku beli darimu dengan harga sekian”. Akad antara penjual dan pembeli mempunyai maksud yang sama walaupun lafadz yang diucapkan berbeda dan ijab qabulnya tidak terpisah sangat lama.

Bahwasannya akad dapat dilakukan dengan lisan, dan jika kedua belah pihak tidak dapat melaksanakannya, maka boleh ijab qabul dengan surat-menyurat yang mengandung arti ijab dn qabul.7 Syarat akad menurut para ulama fikih sebagai berikut:

1. Kedua belah pihak telah berakal dan dewasa.

15

2. Dilakukan dengan qabul yang sesuai dengan ijab.

3. Akad dilakukan dalam satu tempat.

4. Pada praktiknya, kedua belah pihak hadir bersama di majlis. Bagi pihak yang tidak dapat hadir harus mengetahui pernyataan ijab.

4. Jual Beli Online

Jual beli online adalah aktivitas dimana penjual dan pembeli tidak harus ketemu dalam proses transaksi jual beli dan tidak melakukan yang namanya negosiasi secara langsung akan tetapi secara online dengan menggunakan smartphone dan computer.

Seperti dalam proses jual beli pada umumnya akan tetapi dalam jual beli online di nilai lebih praktis karena bias di lakukan dimana saja dan kapan saja dengan jangkauan yang tidak memakan banyak waktu, melalui suatu forum atau situs jual beli online yang juga sudah menyediakan banyak barang yang dapat di perjualbelikan. Jual beli online juga memiliki dampak positif terhadap masyarakat karena di anggap lebih cepat, mudah dan murah. Saat ini jual beli online berkembang dengan pesat dalam forum internet, khususnya dalam forum jual beli seperti salah satu yaitu aplikasi shopee.

Perbedaan diantara kedua jual beli di pasar dengan jual beli online yaitu dari proses tranksaksi yang bertemu langsung dan tidak bertemu tapi dengan menggunakan teknologi intenet. Akan tetapi masing-masing melakukan transaksi jual beli yang saling tukar menukar.

5. Jual Beli yang dilarang dalam Syariat Islam

a. Transaksi dapat menjauhkan pelakunya dari kewajiban beribadah.8

16

b. Barang dagangan adalah haram.

c. Barang bukanlah milik penjual.

d. Jual beli „Inah.

e. Jual beli najasy.

f. Penjualan dalam penjualan oleh orang lain yaitu Pembeli mendatangi penjual untuk membeli barang yang dilakukan secara khiyar selama dua hari ataupun lebih

g. Jual beli gharar (penipuan)

6. Jual Beli Salam

1. Pengertian Jual Beli Salam

Pengertian secara bahasa, salam ( )س م ل adalah al - i‟tha‟ ( )ع لإا ءاط dan at -

taslif ( )لا س ت ل ف ي bermakna pemberian. Dari segi terminologi, menurut

fuqaha, jual beli salam adalah jual beli yang disebutkan sifatnya dalam tanggungan dengan imbalan pembayaran yang dilakukan di waktu itu juga.

Orang Irak menyebutkan Salaf, dan menurut penduduk Hijaz, salam diartikan sebagai akad untuk memesan barang. Jual beli salam adalah bentuk jual beli dengan pembayaran dimuka dan pengiriman barang di kemudian hari sesuai dengan harga, spesifikasi, kuantitas, kualitas, tempat tinggal dan tempat pengiriman, serta disepakati sebelumnya dalam akad.

17

2. Dasar Hukum Jual beli salam

a. Al-Qur‟an Surah Al-Baqarah [2]: 282

ا ي ا ي ي لا ا ا ا ا م ت يا ت ي ل ا ل ا ت ا ت ي ل م ي تا ل لا

Terjemahannya:

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu‟amalah tidak secara tunai untuk waktu yang telah ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar”.

b. Sunnah

Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata: “Nabi SAW. telah datang ke Madinah dan mereka (penduduk Madinah) memesan buah-buahan selama satu tahun dan dua tahun, maka Nabi bersabda: Barang siapa yang memesan buah kurma maka hendaklah ia memesannya dalam takaran tertentu, dan timbangan tertentu, serta waktu tertentu. (HR. Muttafaq „Alaih)”.

c. Ijma‟

Mengutip Ibn Mundzir. “Pakar Ilmiah („Ulama) setuju untuk mengizinkan jual beli salam diperbolehkan, karena terdapat kebutuhan dan keperluan untuk mempermudah urusan manusia”.

3. Rukun dalam jual beli salam

a. „Aqid, adalah pemesan (al - muslim atau rabbussalam) , dan orang yang menerima pesanan (al - muslam ilaih).

18

b. Ma‟qud „alaih, adalah muslam fih (objek yang dipesan), seperti harga atau modal jual beli salam (ra‟s al - mal as – salam).

c. Akad (ijab qabul)

Beberapa pandangan para ulama menyatakan bahwa shighat harus dilakukan dengan lafadz yang menunjukkan kata memesan barang.

Bahwasannya dalam transaksi ini barang dagangan yang dipesan belum ada tetapi pembayaran dilakukan diawal. Dibolehkannya jual beli ini harus memakai kata memesan atau salam.

4. Syarat-syarat Jual beli salam

a. Syarat Ra‟s Al - Mal (Harga/modal/alat pembayaran)

1) Metode pembayaran harus jelas.

2) Di negara/kawasan yang berbeda, jenis mata uang berbeda sehingga jenisnya harus jelas.

3) Jelas sifatnya, seperti kondisi barang layak dijual atau tidaknya.

4) Isi ra‟s al - mal diketahui.

5) Metode pembayaran diperiksa sebelum diterima.

6) Sesuai kesepakatan Hanafiah, Syafi‟iyah dan Hanabilah, sebelum penjual dan pembeli meninggalkan majelis tempat ijab dan qabul, pembayaran harus diserahterimakan secara tunai.

7) Setelah pembayaran disepakati saat akad sistem pembayaran harus dilaksanakan dan melarang keringanan utang.

b. Syarat Muslam Fih (Ma‟qud „Alaih) 1) Barang harus jelas.

19

2) Jelas barang yang dipesan, yaitu barang tersebut masih sejenis dan tidak ada pencampuran barang lain.

3) Barang yang dijual memiliki dimensi yang jelas, meliputi takaran, timbangan, hitungan atau meterannya. Tujuannya untuk menghindari penipuan dan konflik antar kedua belah pihak dalam transaksi.

4) Tidak ada illat yakni riba fadhal. Dibolehkan akad salam atas barang al-qimiyah ialah barang yang berdasarkan dengan kriteria tertentu.

5) Mengirimkan barang pesanan di lain waktu bukan ketika akad dilakukan di majelis.

6) Tidak ada kondisi khiyar yang terjadi selama masa akad.

7) Jika pengiriman membutuhkan beban dan biaya, keterangan tempat pengiriman harus disediakan.

8) Ada pengaturan tentang sifat barang yang dipesan, namun harga bisa berbeda-beda tergantung kualitas barang yang dipesan.

9) Barang menjadi tanggungan penjual.

c. Ketentuan mengenai waktu dan tempat pengiriman barang

Tanggal dan tempat pengiriman barang dapat ditentukan, namun tidak semua jenis barang dapat ditentukan dengan cara ini. Sedangkan syarat lokasi pengiriman adalah apabila barang pesanan memerlukan biaya angkut dan alamat penyerahan, maka pihak terkait yang melakukan transaksi harus menentukan lokasi pengiriman. Namun, jika para pihak dalam akad tidak menentukan lokasi penyerahan tetatap sah transaksi tersebut. sedangkan tempat penyerahan bisa ditentukan kemudian.

5. Ketentuan batal dan Berakhirnya Jual beli Salam

20

a) Objek tidak lagi tersedia pada waktu yang disepakati.

b) Adanya kecacatan pada barang yang dikirim.

c) Adanya perubahan terhadap kualitas barang pesanaan.

d) Kualitas barang yang dikirimkan tidak sesuai ijab qabul, namun pembeli menerima.

e) Pelanggan telah menerima barang yang dipesan.

6. Manfaat Tentang Disyari‟atkannya Jual beli Salam

Manfaat jual beli untuk masyarakat salah satunya untuk memenuhi kebutuha sehari-harinya. Sehingga jual beli dengan akad salam diperbolehkan dalam syariat Islam. Adapun manfaat yang diperoleh penjual sebagai pihak yang memesankan, yaitu:

a. Penjual bisa mendapatkan modal yang halal dan baik, sehingga ia dapat menjalanka usahanya dan mengembang usahannya tanpa harus membayar bunga sedikitpun.

b. Dalam memenuhi permintaan pihak pemesan/ pembeli, pihak penjual memiliki kewenangan dan kekuasaan.

Kemudian manfaat yang didapatkan bagi pihak pembeli, yaitu:

a. Pembeli mendapatkan jaminan terkait barang atau produk yang dia butuhkan.

b. Barang yang dipesanan sesuai keinginan.

Dalam transaksi Islam menerapkan akad salam karena memiliki manfaat pada kedua belah pihak dan menjadi salah satu solusi yang tepat guna menghindari sistem riba.

21

7. Asas Jual Beli Online

Terkait dengan maraknya jual beli online, menurut teori jenis jual beli ini termasuk jual beli akad salam (pesanan) (Aisyah, 2019). Terdapat beberapa batasan dalam akad salam (pesanan) dalam mengatur transaksi ini diantaranya yaitu:

a. Kualitas dan kuantitas barang yang sudah jelas

b. Barang yang di pesan di ketahui sempurna oleh pembeli c. Barang, waktu, dan tempat di ketahui oleh kedua belah pihak

d. Pembayaran barang di sepakati oleh dua belah pihak, misalnya melalui COD (Cash On Delivery), atau melalui transfer

e. Terdapat kemashlahatan kedua belah pihak f. Asas amanah

g. Asas keadilan h. Asas janji mengikat

Menjalankan bisnis secara online, saat ini menjadi pilihan yang sangat alternative karena untuk meningkatkan pangsa pasar dan meningkatnya omset dari hasil penjualan online, namun perlu di ingat bahwa harus mengikuti konsep kemashlahatan dan prinsip kejujuran dari kedua belah pihak tetap di tegakkan, agar nantinya alur transaksi jual beli sah dan sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku sehingga tidak ada kerugian antara kedua belah pihak.

8. Kelebihan dan Kekurangan Dalam Jual Beli Online

Ada beberapa kelebihan dalam melakukan jual beli secara online, diantaranya:

a. Dapat di lakukan dalam jangka waktu 24 jam

22

b. Lebih cepat, praktis dan menghemat waktu

c. Proses perbandingan harga yang cepat dan mudah d. Bisa di lakukan oleh siapapun

e. Investasi yang lebih murah

Selain kelebihan terdapat juga kekurangan dalam melakukan jual beli secara online, diantaranya:

a. Kualitas produk yang belum tentu sama dengan barang asli b. Potensi dari risiko penipuan

9. Metode pembayaran jual beli online

Jual beli secara online memang mempermudah mempromosikan barang dagangan dan peningkatan jumlah penjualan juga sangat bagus, serta mempermudah pembeli dalam memilih barang yang hendak di beli dengan jangka waktu yang lebih hemat serta lebih praktis. Sehingga keduanya saling menguntungkan. Dalam proses jual beli secara online pembayaran yang di lakukan melalui sistem transfer dengan ATM atau dengan COD (Cash On Delivery). Kemudahan dalam melakukan transaksi jual beli secara online membuat masyarakat lebih memilih berbelanja dengan aplikasi marketplace salah satunya shopee.

Sistem transaksi yang di lakukan oleh penjual dan pembeli melalui media tanpa adanya pertemuan secara langsung dengan metode pembayaran di transfer dan COD di nilai di perbolehkan selagi tidak ada dalil yang melarangnya dan tidak terdapat seperti ayat yang ada di bawah ini.

Firman Allah SWT Surah Al-Baqarah/2: 275

23

ِْ٘ ز َّ نا ُ وْ ُٕ مَ ٚ اَ ًَ ك َّ لَِ ا َ ٌْ ُٕ يْ ُٕ مَ ٚ َ لَ إٰ تِ شنا َ ٌْ ُٕ هُ كْ أَ ٚ َ ٍْ ِٚ ز َّ نَ ا

َخَتَ ٚ اَ ًَّ َِ ا آٰ ْ ٕ ُ ناَ ل ْ ىُ َّٓ ََ اِ ت َكِ نٰ ر ۗ ِ سَ ً ْ نا َ ٍِ ي ُ ٍٰطْ َّٛشنا ُ ُّ طَّ ث ْ ٍَ ًَ ف ۗ إٰ تِ شنا َوَّشَحَٔ َعَْٛث ْ نا ُه للّٰا َّ مَ حَ اَ ٔ ۘ إٰ تِ شنا ُمْثِي ُعَْٛث ْ نا

ٗ َ نِ ا ٰٓ ُِ ٗ شْ يَ اَ ٔ ۗ َ فَ هَس اَ ي ٗ َّ هَ ف ٰٗ َٓ تْ َاَ ف ِّ تَّ س ْ ٍِ ي حَ ظِ عْ َٕ ي ٗ َِ ءَۤ اَ ج

ْ ٍَ يَ ٔ ۗ ِه للّٰا

َ ٌْ ُٔ ذِ هٰخ اَ ْٓ ِٛ ف ْ ىُ ْ ْۚ ِساَُّنا ُةٰحْصَا َكِٕٖ َۤ نُٔ ٰ اَ ف َ داَ ع

Terjemahnya:

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari tuhan-Nya, lalu berhenti, maka apa yang telah di perolehkan dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah.

Barang siapa yang mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Q. S. Al-Baqarah/2: 275)

Dari ayat diatas bahwa jual beli yang di larang yaitu dengan riba. Riba ialah tambahan dalam bermuamalah dengan uang dan bahan makanan, baik mengenai banyaknya maupun waktunya maka mereka akan mendapatnya. Maka dari itu Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Maka dari jual beli di perbolehkan termasuk jual beli online selagi itu tetap menjauhi larangannya dan mengikuti syariat islam. Prinsip kejujuran harus ada dalam transaksi jual beli sehingga saling menguntungkan keduanya.

B. Tinjauan Empiris

Tinjauan empiris merupakan hasil penelitian yang di lakukan sebelumnya dengan profit yang terkait dengan sub penelitian. Dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini.

24

Desy Safira, Alif Ilham Akbar Fatriansyah (Desy Safira, 2020) Jual beli menurut islam pada hakikatnya tidak hanya bersifat konsumtif dan hanya mengandung unsur material untuk memperoleh keuntungan hakiki di akhirat, tentu dengan memperhatikan prinsip jual beli yang di perbolehkan menurut syar‟i.

dalam era globalisasi saat ini, bermunculan model-model bisnis dengan menggunakan kecanggihan teknologi modern.

Wahibatul Maghfuroh (2020), Transaksi jual beli online merupakan muamalah, hukumnya boleh (mubah). Jual beli online tidak bertetangan dengan nash dan ini merupakan bentuk suatu kemaslahatan dan saling menguntungkan.

Kemudian kasus-kasus seperti di qiyaskan dengan jual beli transaksi online melewati FB, WhatsApp, Instragram, Shopee dan lain sebagainya, yang terpenting adalah saling merelakan antara keduanya atau di sebut anataradin, saling keterbukaan dan kejujuran dalam melaksanakan kegiatan bertransaksi.

Muhammad Ihsan (2021), Permasalahan hukum dari jual beli yang di lakukan secara online, dimana jual beli online itu di perbolehkan atau halal selam jual beli online terpenuhi rukun dan syarat dari jual beli itu sendri secara ajaran agama islam. Dan tidak ada hal-hal yang merubah hukum halal menjadi haram pada jual beli online tersebut.

Achnad Zurohman, Eka Rahayu (2019), Jual beli via internet adalah jual beli yang di lakukan melalui media elektronik. Untuk melakukan transaksi jual beli tidak harus bertemu secara langsung atau saling menatap muka secara langsung. Akan tetapi melakukan transaksi secara online di perbolehkan dalam islam asalkan sesuai dengan rukun dan syarat yang telah di tentukan.

25

Deery Anzar Susanti (2020), Jual beli online merupakan system transaksi yang di lakukan oleh pembeli dan penjual melalui media masa tanpa adanya pertetemuan secara langsung. Menurut hukum islam jual beli online di perbolehkan selagi tidak ada dalil yang melarangnya transaksi yang di larang dan tetap mengikuti syariat islam. Prinsip kejujuran dan kemaslahatan harus di pegang teguh kedua belah pihak agar senantiasa menciptakan transaksi jual beli

Deery Anzar Susanti (2020), Jual beli online merupakan system transaksi yang di lakukan oleh pembeli dan penjual melalui media masa tanpa adanya pertetemuan secara langsung. Menurut hukum islam jual beli online di perbolehkan selagi tidak ada dalil yang melarangnya transaksi yang di larang dan tetap mengikuti syariat islam. Prinsip kejujuran dan kemaslahatan harus di pegang teguh kedua belah pihak agar senantiasa menciptakan transaksi jual beli

Dokumen terkait