BAB I PENDAHULUAN
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Perusahaan
a. Memberikan gambaran mengenai potensi risiko bahaya dan faktor bahaya yang dapat ditimbulkan dari masing-masing pekerjaan pada proses BC. Casting Gedung C Departemen Casting (Produksi) di PT.
Showa Indonesia Manufacturing.
b. Memberikan rekomendasi dan masukan dalam upaya mengendalikan potensi risiko bahaya dan faktor bahaya yang berguna sebagai acuan dasar untuk melakukan tindakan pengendalian yang lebih efektif.
2. Program D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, pengembangan kurikulum, dan meningkatkan program belajar mengajar di Program Studi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja, khususnya mengenai penerapan dan pelaksanaan identifikasi penilaian risiko dan bahaya serta pengendaliannya.
3. Mahasiswa
a. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mahasiswa, khususnya dalam hal mengidentifikasi potensi bahaya dan faktor bahaya yang mungkin terjadi di tempat kerja.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan perencanaan terhadap upaya pengendalian risiko bahaya yang lebih efektif.
c. Mempraktekkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja yang telah didapat dan dipelajari di bangku kuliah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Tiap ruangan atau lapangan terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air dan di udara.
(Tarwaka, 2008)
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Setiap tempat kerja memiliki sumber bahaya maka pemerintah melalui peraturannya mengatur keselamatan dan kesehatan kerja baik di darat, di dalam tanah di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku dimana :
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
7
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya, termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan.
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan; dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara.
f. Dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,dok, stasiun atau gudang.
g. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain didalam air.
h. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
9
i. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah.
j. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting.
k. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang; Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
l. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.
m. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon.
n. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset o. Dibangkitkan, diubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air.
p. Diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik
2. Sumber Bahaya
Menurut Tarwaka (2008) bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja.
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan
atau gangguan lainya. Karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan. Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari satu zat, sistem, kondisi atau peralatan (Ramli, 2009)
Menurut Ramli (2009) bahaya digolongkan menurut jenisnya adalah sebagai berikut :
a. Bahaya fisik yang meliputi kebisingan, intensitas penerangan yang kurang, temperatur ekstrim baik panas maupun dingin, vibrasi atau getaran yang berlebihan, radiasi, dan sebagainya.
b. Bahaya mekanis meliputi terpukul, terbentur, terjepit, tersandung, kejatuhan peralatan atau benda yang berada di lingkungan kerja.
c. Bahaya kimia adalah bahaya yang berasal dari substansi kimia yang digunakan secara tidak tepat, baik dalam proses pekerjaan, pengelolaan dan penyimpanan. Bahan-bahan tersebut meliputi bahan yang bersifat racun, merusak, mudah terbakar, penyebab kanker dan oksidator.
d. Bahaya biologi, yaitu bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di lingkungan kerja seperti virus, bakteri, dan jamur yang dapat menyebabkan dan atau mendukung timbulnya penyakit akibat kerja seperti infeksi, alergi, dan berbagai penyakit lainnya.
e. Bahaya ergonomi, yaitu bahaya yang disebabkan oleh ketidaksesuaian interaksi antara manusia, peralatan dan lingkungan, yang berkaitan
11
dengan tata letak yang salah, desain pekerjaan yang tidak sempurna, dan manual handling yang tidak sesuai.
f. Bahaya psikologik yaitu bahaya yang dapat berhubungan atau menyebabkan timbulnya kondisi psikologik pekerja yang berpengaruh terhadap pekerjaan, seperti bekerja di bawah tekanan, hubungan atasan yang tidak harmonis, dan waktu kerja yang berlebihan.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan ada faktor penyebab yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya dari kecelakaan di lingkungan kerja berasal dari:
a. Manusia/Pekerja
Manusia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tinbulnya suatu kecelakaan kerja. Selalu ditemui dari hasil penelitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh karena kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan (Suma’mur, 2013).
Cara kerja yang tidak benar dapat membahayakan tenaga kerja, orang lain, dan lingkungan sekitar. Cara kerja yang demikian yang sering terjadi antara lain mengangkat dan mengagkut, apabila
dilakukan dengan cara yang salah dapat mengakibatkan cidera, dan yang paling sering adalah cidera pada tulang punggung. (Tarwaka, 2008)
Selain itu bahaya yang ditimbulkan dari pekerja lebih disebabkan oleh pengetahuan yang kurang, kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat, sikap yang tidak aman yaitu sembrono, ceroboh, tidak serius, dan tidak disiplin.
b. Bangunan, Peralatan, dan Instalasi
Bangunan dan peralatan mempunyai peranan dalam memicu timbulnya bahaya karena bangunan yang kurang kokoh, peralatan yang tidak cocok, perangkat peralatan yang rusak, peralatan yang tidak lengkap, dan tidak adanya sertifikasi dari peralatan.
Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian.konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat.
Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan kerja.Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Sebelum operasi harus dilakukan percobaan untuk menjamin keselamatan serta dioperasikan oleh orang yang ahli dibidangnya agar memenuhi standar yang ditentukan. Peralatan meliputi mesin dan alat atau sarana lain yang digunakan. Elemen ini merupakan faktor penyebab utama terjadinya insiden. Perawatan peralatan bukan hanya menurut waktu pemakaian melainkan juga didasarkan pada kondisi bagian-bagiannya. Tanpa
13
perawatan yang teratur, keadaan mesin berubah menjadi penyebab bahaya. Peralatan yang haruslah digunakan semestinya serta dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu dapat menimbulkan macam-macam bahaya seperti: kebakaran, sengatan, listrik, ledakan, luka-luka dan cidera.
c. Bahan/Material
Tiap-tiap material mempunyai risiko bahaya dengan tingkat yang berbeda-beda sesuai sifat bahan, yaitu:
1) Mudah terbakar, 2) Mudah meledak, 3) Menimbulkan alergi,
4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, 5) Menyebabkan kanker,
6) Mengakibatkan kelainan pada janin, 7) Bersifat racun,
8) Radioaktif. (Tarwaka, 2012) d. Cara Kerja
Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan kejiwaan orang itu sendiri dan orang lain di sekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain:
1) Cara mengangkut dan mengangkat, apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat berakibat cedera dan yang paling sering adalah
cedera pada tulang punggung. Juga sering terjadi kecelakaan sebagai akibat cara mengangkut dan mengangkat,
2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya,
3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang salah. Penyedia perlu memperhatikan cara kerja yang dapat membahayakan ini, baik pada tempat kerja maupun dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan sehari-hari.
(Syukri Sahab, 1997) e. Lingkungan Kerja
Bahaya dari lingkungan kerja, dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja. Bahaya-bahaya tersebut adalah:
1) Bahaya yang bersifat fisik, seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, radiasi dan sebagainya,
2) Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama produksi,
3) Bahaya biologik disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja,
15
4) Gangguan jiwa yang dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan, seperti keharusan mencapai target produksi yang terlalu tinggi di luar kemampuan, hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi, dan lain-lain.
5) Gangguan yang besifat fatal karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja.
(Syukri Sahab, 1997).
3. Kecelakaaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan tidak disertai kerugian material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat (Suma’mur, 2013).
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.
Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.
b. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental.
c. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang- kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja.
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi. Dari beberapa penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa suatu kecelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian (Tarwaka, 2008).
Gambar 1. Model Teori Domino Penyebab Kerugian.
Sumber: Frank Bird, Jr. Dan Germain. 1986
Teori Kecelakaan Kerja Heinrich (1931) dalam Tarwaka (2008) pada risetnya menemukan teori yang dinamakan Teori Domino. Setiap kecelakaan yang menimbulkan cedera, terdapat lima faktor secara berurutan yang digambarkan sebagai domino yang berdiri sejajar yaitu;
17
kebiasaan, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi yang tidak aman (hazard), kecelakaan serta cedera. Birds (1967) dalam Ramli (2009) memodifikasi “Teori Domino” dengan mengemukakan ”Teori Manajemen” yang berupa lima faktor dalam urutan kecelakaan yaitu;
manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak dan kerugian. Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai negara tidak sama.
Namun demikian, ada kesamaan umum bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua golongan penyebab yaitu:
a. Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human acts).
Contohnya peralatan pengaman yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat, peralatan rusak, terlalu sesak atau sempit, sistem- sistem tanda peringatan yang kurang memadai, bahaya kebakaran dan ledakan, housekeeping yang buruk, lingkungan berbahaya atau beracun, bising dan paparan radiasi.
b. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition).
Contohnya gagal untuk memberi peringatan, gagal mengamankan, bekerja dengan kecepatan yang salah, menyebabkan alat-alat tidak berfungsi, menggunakan alat yang rusak, menggunakan alat yang salah, kegagalan dalam memakai alat pelindung diri, membongkar secara salah dan mengangkat secara salah.
Dalam teori yang sudah diungkapkan ahli-ahli melalui penelitian dan mengkaji dalam semua hal menyatakan bahwa suatu kecelakaan tidak
datang dengan sendirinya. Terjadinya kecelakaan merupakan hasil dari tindakan dan kondisi yang tidak aman dan kedua hal tersebut selanjutnya akan tergantung pada seluruh macam faktor. Gabungan dari berbagai faktor inilah dalam kaitan urut-urutan tertentu akan menyebabkan kecelakaan. Hal ini seperti rangkaian kartu domino, kartu-kartu tersebut diumpamakan sebagai faktor penyebab kecelakaan. Bila salah satu kartu jatuh akan menjatuhkan kartu lain secara beruntun, ini dapat dicegah dengan memindahkan salah satu kartu. Pemindahan kartu dapat diartikan sebagai proses menghilangkan salah satu dari faktor penyebab kecelakaan yang menjadi prinsip pencegahan kecelakaan.
Pada akhir rangkaian-rangkaian kecelakaan tersebut akan dapat menyebabkan kerugian, baik pada manusia atuupun harta benda yang dapat mempengaruhi kualitas produksi serta keselamatan dan kesehatan kerja. Kerugian dari kecelakaan menurut (Suma'mur, 1996), berupa:
1) Kerusakan,
2) Kekacauan organisasi, 3) Keluhan dan kesedihan, 4) Kelainan dan cacat, 5) Kematian.
Kecelakaan dapat pula menimbulkan kerugian ekonomi dan non ekonomis. Kerugian non ekonomis dapat berupa kekacauan organisasi, aspek kemanusiaan, dan turunnya citra perusahaan dimata masyarakat.
Kerugian ekonomis dapat digambarkan seperti gunung es, yaitu biaya
19
langsung sebagai bongkahan es yang terlihat diatas permukaan laut, sedangkan biaya tak langsung yaitu bongkahan gunung es yang berada di bawah permukaan laut yang ternyata jauh lebih besar. (Bird Jr. dan Germain, 1990).
A
B
Keterangan: A = Biaya Langsung, B = Biaya Tidak Langsung Gambar 2. Teori Gunung Es (Ice Berg Theory)
Sumber: Bird Jr. Dan Germain, 1990.
1) Biaya langsung
Biaya langsung dari kecelakaan meliputi : a) Perawatan dokter,
b) Biaya kompensasi.
2) Biaya tak langsung
Biaya tak langsung akibat dari kecelakaan meliputi : a) Kerusakan dan kerugian harta benda.
(1) Kerusakan bangunan,
(2) Kerusakan perkakas,
(3) Kerusakan hasil produksi dan material, (4) Gangguan dan keterlambatan produksi, (5) Biaya untuk pemenuhan aturan,
(6) Biaya peralatan untuk keadaan darurat, (7) Biaya sewa peralatan,
(8) Waktu untuk penyelidikan.
b) Biaya-biaya lain:
(1) Gaji selama tidak bekerja,
(2) Biaya penggantian dan/atau pelatihan, (3) Overtime,
(4) Ekstra waktu untuk supervisor,
(5) Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu mulai bekerja, (6) Menurunnya business volume. (Syukri Sahab, 1997).
4. Analisis Bahaya Lingkungan Kerja
Bahaya yang timbul dari pekerjaan, proses, dan lingkungan. Setiap tahapan pekerja dapat dikenali bahayanya, sehingga dapat diatasi agar tidak menimbulkan kecelakaan. Cara kerja yang tidak aman dapat membahayakan bagi tenaga kerja sendiri ataupun orang lain yang berada di sekitarnya. Dengan mencari penyimpangan-penyimpangan yang berasal dari kondisi desain, menggunakan instruksi kerja tertulis sebagai pedoman, serta mengamati tahapan suatu proses dari awal sampai selesai, maka
21
potensi bahaya yang disebabkan oleh kesalahan operasi atau kesalahan fungsi dari suatu bagian alat dapat diidentifikasi.
Menurut The National Safety Council (1998), analisis bahaya adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan informasi yang spesifik (tentang bahaya dan data-data kelalaian) yang berkaitan dengan suatu sistem. Dengan menemukan bahaya-bahaya yang paling mungkin terjadi dan atau yang memiliki risiko yang fatal, analisis bahaya menghasilkan informasi yang penting dalam menemukan ukuran kontrol yang efektif.
Adapun kegunaan analisis bahaya di lingkungan kerja, adalah sebagai berikut:
a. Analisis bahaya mampu menemukan bahaya yang terlalaikan atau terabaikan dari suatu proses operasi atau pekerjaan terkait,
b. Analisis bahaya mampu menemukan bahaya yang timbul setelah suatu proses operasi atau pekerjaan terkait berjalan,
c. Analisis bahaya dapat menunjang kualifikasi apa yang merupakan prasyarat untuk pelaksanaan kerja yang produktif dan aman,
d. Analisis bahaya dapat menunjukkan kebutuhan untuk memodifikasi proses, operasi atau pekerjaan,
e. Analisis bahaya mampu mengenali kondisi berbahaya dalam suatu fasilitas, perlengkapan, peralatan, bahan-bahan proses operasi (misalnya: unsafe condition),
f. Analisis bahaya mampu mengetahui sejauh mana faktor manusia bertanggung jawab dalam kecelakaan (misalnya: penyimpangan dari prosedur standar),
g. Analisis bahaya mampu mengenali sejauh mana faktor-faktor yang terpapar dapat memberi sumbangan pada terbentuknya penyakit (misalnya: kontak dengan substansi atau bahan berbahaya),
h. Analisis bahaya mampu mengenali faktor-faktor fisik yang mempengaruhi situasi berbahaya (kebisingan, getaran, pencahayaan, dll),
i. Analisis bahaya mampu menentukan metode pengawasan yang tepat dan standar perawatan untuk keperluan keselamatan.
Proses analisis bahaya dilakukan melalui pengenalan/identifikasi, penilaian/evaluasi, dan pengendalian.
a) Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah proses determinasi terhadap apa yang dapat terjadi, mengapa, dan bagaimana (Rudi Suardi, 2005). Pada umumnya kegiatan ini melakukan identifikasi terhadap sumber bahaya dan area yang terkena dampaknya. Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan:
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. (Depnaker RI, 2002)
23
Prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebaiknya mempertimbangkan :
a) Aktivitas rutin dan tidak rutin.
b) Aktivitas semua individu yang memiliki akses ke tempat kerja.
c) Perilaku, kemampuan dan faktor manusia.
d) Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja.
e) Bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas pekerjaan.
f) Tersedianya infrastruktur, peralatan dan material oleh perusahaan.
g) Perubahan atau rencana perubahan baik kegiatan maupun materialnya.
h) Perubahan pada sistem manajemen K3 yang berdampak terhadap operasi, aktivitas maupun prosesnya.
Tujuan persyaratan ini untuk memastikan identifikasi bahaya secara komprehensif dan rinci agar semua peluang bahaya dapat diidentifikasi dan dapat dilakukan tindakan pengendalian. Pelaksanaan identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan metode dan aspek dalam melaksanakan di perusahaan.
Terdapat beberapa teknik identifikasi bahaya yang bersifat proaktif yang antara lain data kejadian, daftar periksa, Brainstorming, What If Analysis, Hazops (Hazard and Operability Study), analisa moda kegagalan dan efek ( Failure Mode and Effect Analysis ), Task Analysis,
Even Tree Analysis, analisis pohon kegagalan (Fault Tree Analysis)
serta analisis keselamatan kerja (Job Safety Analysis) (Ramli,2009).
5. Hazard Identification Risk Assessment and Control (HIRAC)
Berdasarkan penjelasan tersebut pelaksanaan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan menentukan pengendaliannya dapat berupa :
a. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan karakteristik bahaya, kita dapat lebih berhati-hati dan waspada dalam melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan, namun tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah. (Soehatman Ramli, 2009). Dalam arti lain identifikasi bahaya adalah proses untuk mengenali hazard yang ada dan menetapkan karakteristiknya (OHSAS 18001 klausul 3.7).
Prosedur identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebaiknya mempertimbangkan :
1) Aktivitas rutin dan non rutin.
2) Aktivitas semua individu yang memiliki akses ke tempat kerja.
3) Perilaku, kemampuan dan faktor manusia.
4) Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja.
5) Bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas pekerjaan.
25
6) Tersedianya infrastruktur, peralatan dan material oleh perusahaan.
7) Perubahan atau rencana perubahan baik kegiatan maupun materialnya.
8) Perubahan pada sistem manajemen K3 yang berdampak terhadap operasi, aktivitas maupun prosesnya.
Tujuan persyaratan ini untuk memastikan identifikasi bahaya secara komprehensif dan rinci agar semua peluang bahaya dapat diidentifikasi dan dapat dilakukan tindakan pengendalian.
b. Penilaian Risiko
Menurut Ramli (2009) risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar, tergantung dari cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Sedangkan penilaian risiko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki dan menentukan apakah risiko dapat diterima atau tidak (OHSAS 18001).
Penilaian risiko (risk assessment) mencakup dua tahap proses yaitu mengalisa risiko (risk analysis) dan mengevaluasi risiko (risk evaluation), dimana kedua tahapan ini sangat penting karena akan menentukan langkah dan strategi pengendalian risiko.
1) Analisis Risiko
Analisis risiko adalah menentukan besarnya suatu risiko yang merupakan kombinasi antara kemungkinan terjadinya bahaya (likelihood) dan tingkat keparahan (severity). Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis risiko baik kualitatif, semi maupun kuantitatif. Pemilihan teknik analisis risiko yang tepat antara lain memperhatikan kondisi, fasilitas dan jenis bahaya yang ada, dapat membantu dalam penentuan pengendalian risiko serta dapat membedakan tingkat bahaya secara jelas agar memudahkan dalam menentukan prioritas langkah pengendaliannya. Metode analisis risiko antara lain adalah:
a) Menghitung kemungkinan insiden (probability)
Bahaya yang ada ditempat kerja mempunyai kesempatan
Bahaya yang ada ditempat kerja mempunyai kesempatan