• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis.

2. Bagi Instansi

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Barru khususnya kepada Badan Pendapatan Daerah selaku pengelola retribusi pasar untuk lebih meningkatkan kebijakan-kebijakan terbaik yang telah dikeluarkan dalam usaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah demi tercapainya tujuan pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Barru.

3. Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya dalam menciptakan ide-ide penelitian yang baru..

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Otonomi Daerah

Otonomi Daerah secara harfiah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan nomos.

Autos yang berarti sendiri dan nomos yang berarti aturan atau undang-undang. Sehingga dapat diartikan sebagai suatu kewenangan untuk mengatur diri sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna bisa mengurus rumah tangga sandiri. Sedangkan, daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batasan-batasan dalam berwilayah.

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diberi keluasan untuk mengelola dan memenfaatkan sumber penerimaan daerah yang dimilikinya sesuai dengan aspirasi masyarakat daerah. Pelaksanaan otonomi daerah akan membawa suatu konsekuensi logis, bahwa tiap daerah harus berkemampuan untuk memberdayakan dirinya sendiri, baik dalam kepentingan ekonomi, pembinaan sosial kemasyarakatan, dan pemenuhan kebutuhan untuk membangun daerahnya serta dapat melaksanakan peningkatan pelayanan kepada masyarakat (Samad & Iyan, 2013).

Otonomi daerah adalah kebebasan uang dimiliki daerah untuk membuat peraturan daerah, menyusun, mengelola dan melaksanakan kebijakan serta keuangan daerahnya sendiri (Sujarweni:231). Ditetapkannya kebijakan otonomi daerah disebabkan karena ketidakmampuan pemerintah

pusat untuk mengurus keseluruhan pembangunan daerah, oleh karena itu pemerintah pusat melimpahkan wewenang dan kekuasaan kepada pemerintah daerah untuk mengelola dengan mandiri seluruh kepentingan daerahnya (Rosemery et al.,2016).

Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang semuanya dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di daerah tersebut. Pesatnya pembangunan daerah membutuhkan alokasi dana pembangunan yang besar sehingga menyebabkan belanja pemerintah daerah juga semakin meningkat.

Besarnya belanja daerah ditentukan oleh besarnya pendapatan daerah yang bersangkutan. Instansi pemerintah daerah yang menerima anggaran belanja tentunya harus mampu menunjang pertumbuhan belanja daerah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari setiap kota/kabupaten yang ada di Indonesia (Kainde, 2013).

Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam artian daerah tersebut diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan Pemerintah yang menjadi diluar urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat.

b. Kaitannya dengan prinsip tersebut dapat dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip ekonomi yang nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang nyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak terlalu sama dengan daerah lainnya, adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud dengan pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dan tujuan nasional.

Suatu daerah dikatakan berhasil apabila otonomi daerah berjalan dengan baik yaitu adanya kemajuan perekonomian dan pembangunan infrastruktur yang baik dan berkembang di daerahnya masing-masing. Berikut indikator keberhasilan otonomi daerah adalah sebagai berikut:

a. Setiap daerah tingkat II mampu mengurus rumah tangganya sendiri.

b. Semua urusan pemerintah yang berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan layak untuk diserahkan kepada daerah tingkat II telah dilaksanakan c. Perangkat peraturan berupa peraturan pemerintah tentang penyerahan

urusan telah ditinjau kembali dan diselaraskan dengan nuansa pembangunan yang diarahkan GBHN.

d. Pendapatan asli daerah yang meningkat memungkinkan untuk mendukung secara seimbang sesuai dengan kebutuhan dan dapat memungkinkan terjadinya pertumbuhan perekonomian daerah.

2. Retribusi Daerah

Menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

Retribusi Daerah adalah kewajiban pembayaran yang dilakukan oleh seseorang/kelompok orang untuk memperoleh penyediaan pelayanan tertentu oleh pemerintah dan yang diterima langsung oleh seseorang/kelompok orang.

Pengertian lain dari retribusi adalah pungutan yang dilakukan pemerintah atas jasa-jasa yang disediakan oleh pemerintah dan terdapat kontraprestasi secara langsung dari pemerintah, serta orang-orang yang tidak menggunakan jasa yang telah disediakan oleh pemerintah, tidak membayar retribusi.

a. Pengertian Retribusi Daerah menurut para ahli

Banyak defenisi retribusi yang dikemukakan oleh para ahli.

Mardiasmo (2014: 15) dalam bukunya mendefinisikan Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan .

Menurut Siahaan (2010: 5) Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepala negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan Negara bagi penduduknya secara perorangan.

b. Ciri-ciri Retribusi Daerah

Dibawah ini merupakan ciri-ciri retribusi daerah diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Retribusi dipungut oleh Pemerintah Daerah

2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis 3. Adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk

4. Retribusi dikenakan pada tiap-tiap orang atau juga badan yang menggunakan jasa yang disiapkan oleh negara.

c. Tujuan Retribusi Daerah

Tujuan dari Retribusi Daerah pada dasarnya ini mempunyai atau memiliki persamaan pokok dengan tujuan pemungutan pajak yang dilaksanakan oleh negara atau pun juga Pemerintah Daerah.

Dibawah ini merupakan tujuan pemungutan diantaranya sebagai berikut:

1. Tujuan utama ialah untuk dapat mengisi kas negara atau juga kas daerah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rutinnya.

2. Tujuan tambahan ialah untuk mengatur kemakmuran masyarakat daerah melalui jasa yang diberikan dengan secara langsung kepada masyarakat.

d. Prinsip Penetapan Retribusi Daerah

Prinsip atau juga sebagai sasaran penetapan tarif retribusi

Inidibedakan berdasarkan golongan retribusi, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha serta juga Retribusi Perizinan Tertentu.

Penggolongan ini didasarkan pada jenis pelayanan serta perizinasn.

Pelayanan daerah itu bisa atau dapat berupa pelayanan umum, yakni pelayanan yang konsumsinya dapat memberikan suatu manfaat secara

individu serta juga bermanfaat bagi masyarakat umum serta juga pelayanan yang sifatnya itu privat dan berupa layanan yang ketersediaannya itu sangat terbatas oleh pihak swasta (Jasa Umum).

Selengkapnya prinsip dan sasaran tarif adalah:

1. Tarif Retribusi Jasa Umum

Ini ditetapkan dengan cara memperhatikan biaya Penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, serta harga efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya tersebut meliputi biaya operasi serta juga pemeliharaan, biaya bunga, serta biaya modal.

2. Tarif Retribusi Jasa Usaha

Tarif ini didasarkan dari tujuan untuk memperoleh Keuntungan yang layak. Keuntungan yang layak ini merupakan keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha itu dilakukan secara efisien serta juga berorientasi terhadap harga pasar.

3. Tarif Retribusi Perizinan Tertentu

Tarif ini didasarkan dari tujuan untuk menutup sebagian atau juga seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Biaya dari penyelenggaraan pemberian izin tersebut meliputi dari pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penata usaha, serta penerbitan dokumen izin dan juga biaya dampak buruk dalam pemberian izin tersebut.

e. Fungsi Retribusi Daerah

Adapun beberapa fungsi Retribusi Daerah, diantaranya sebagai berikut:

a. Sumber pendapatan daerah, retribusi ini ialah salah satu sumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang termasuk ke dalam Anggaran

Pendapatan serta Belanja Daerah (APBD). Oleh sebab itu Retribusi Daerah ini ialah salah satu sumber pendapatan daerah.

b. Pengatur kegiatan ekonomi daerah, retribusi daerah ini nantinya akan digunakan yakni sebagai pengatur kegiatan atau aktivitas ekonomi di daerah. Pemerintah daerah didalam mengatur kegiatan atau aktivitas ekonomi membutuhkan dana atau juga modal, retribusi daerah tersebutlah yang dapat dijadikan sebagai salah satu dana atau juga modal tersebut.

c. Stabilitas ekonomi daerah, Suatu daerah ini akan menghadapi segala macam masalah didalam bidang ekonomi, misalnya seperti inflasi, pengangguran, kesenjangan ekonomi Dll. Di dalam mengatasi sebuah masalah ini, retribusi daerah tersebut merupakan suatu modal penting untuk dapat membuat solusi seperti misalnya menciptakan lapangan pekerjaan, dan mengontrol harga pasar serta lain sebagainya.

f. Klarifikasi Retribusi Daerah

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, objek Retribusi Daerah adalah sebagai berikut:

1. Retribusi Jasa Umum, Yaitu pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah yang bertujuan untuk kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum terdiri atas sebagai berikut:

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

c. Retribusi penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan pengabuan Mayat e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

f. Retribusi Pelayanan Pasar

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran i. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan

2. Retribusi Jasa Usaha, yaitu pelayanan yang disebabkan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersil. Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri atas sebagai berikut:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan c. Retribusi Tempat Pelelangan

d. Retribusi Terminal

e. Retribusi Tempat KhusuS Parkir

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa g. Retribusi Rumah Potong Hewan

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga j. Retribusi Penyeberangan di Air dan

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

3. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atau kegiatan tertentu Pemerintah Daerah Dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang.

Penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga lingkungan. Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari sebagai beikut:

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol c. Retribusi Izin Gangguan

d. Retribusi Izin Trayek dan e. Retribusi Izin Usaha Perikanan 3. Retribusi Pasar

Salah satu sumber utama PAD adalah retribusi, yang berasal dari

retribusi jasa usaha. Dalam retribusi jasa usaha ada bagian yang disebut dengan retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan. Retribusi pasar adalah uang pungutan yanng dikenakan kepada para pengguna fasilitas pasar dalam hal ini adalah pedagang. Retribusi pasar dipungut oleh petugas yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah.

Menurut Ahmad Yani, (2013) mendefinisikan bahwa retribusi pasar adalah fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa peralatan, los yang dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) , dan pihak swasta.

Sedangkan menurut Mahmudi, (2010) Retribusi Pasar adalah pungutan sebagai pembayaran atas penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan kios, los atau toko di kawasan pasar dan tempat perdagangan umum yang disediakan

oleh pemerintah daerah. Jenis pasar yang dapat dikenakan retribusi pelayanan pasar meliputi pasar umum dan pasar hewan.

Dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disebutkan bahwa retribusi pasar masuk dalam kelompok retribusi jasa usaha. Ini berarti bahwa penarikan retribusi pasar ini bersifat komersial. Karena bersifat komersial, maka dibutuhkan sebuah manajemen yang baik untuk mengelola penerimaan yang berasal dari retribusi pasar.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Wajib Retribusi, adalah para orang baik secara perseorangan maupun kelompok yang menempati dan menggunakan fasilitas yang telah disiapkan oleh pemerintah daerah untuk kegiatan jual beli secara tetap maupun tidak tetap, baik yang dilakukan didalam gedung pasar maupun diluar gedung pasar.

2. Obyek Retribusi, adalah pemakaian tempat-tempat berjualan

3. Subyek Retribusi, adalah pedagang yang menggunakan tempat untuk berjualan baik secara tetap maupun tidak tetap di pasar daerah.

4. Penerimaan retribusi pasar merupakan salah satu penerimaan PAD yang masih potensial untuk ditingkatkan. Oleh karena itu, sistem dan tata cara penarikan retribusi pasar perlu dilakukan evaluasi begitu juga dengan pengenaan tarif retribusi haeus dilakukan secara profesional.

5. Retribusi yang dikenakan kepada pedagang merupakan balas jasa kepada pemerintah yang telah menyediakan fasilitas perdagangan.

6. Perlu diadakan sosialisasi tentang pengenaan tarif retribusi terhadap para pedagang, agar para pedagang memiliki kesadaran untuk membayar retribusi.

7. Perlu adanya sanksi tegas bagi pedagang yang tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar retribusi.

a. Efektivitas Retribusi Pasar

Efektivitas digunakan untuk mengukur perbandingan antara

realisasidengan target penerimaan retribusi pasar. Efektivitas adalah sebuah ukuran keberhasilan atau kegagalan dalam sebuah organisasi. Efektivitas digunakan dengan tujuan untuk menentukan tingkat keberhasilan, manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan sebelumnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan efektivitas retribusi pasar adalah sebuah ukuran keberhasilan atau kegagalan dari realisasi penerimaan retribusi pasar dengan target yang ingin dicapai.

b. Klarifikasi Retribusi Pasar

Klarifikasi Retribusi Pasar adalah sebagai berikut:

1. Menurut sifat prestasi negara

Retribusi pasar adalah retribusi untuk penggunaan berbagai pembuatan bangunan. Pedagang sebagai pembayaran retribusi pasar menerima prestasi dari pemerintah daerah berupa penggunaan bangunan di dalam pasar maupun fasilitas lain yang disediakan oleh pemerintah.

2. Menurut cara menentukan jumlah pungutan

Retribusi Pasar, Variabel jumlah pungutan tersebut tergantung dari kelas pasar, luas kios, golongan degang serta tempat berdagang.

3. Menurut cara pembayaran

Retribusi Pasar termasuk retribusi kontan. Pemakai jasa bukan kios menggunakan system pembayaran harian/mingguan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retribusi Pasar

Faktor-faktor yang mempengaruhi retribusi pasar adalah sebagai

berikut:

1. Subyek dan obyek retribusi

Subyek dan obyek retribusi akan menentukan besarnya “tak base” yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan besar kecilnya beban retribusi yang harus dibayar oleh subyek retribusi, disini adalah para pedagang yang berjualan di dalam pasar dan berada disekitar pasar, obyek retribusi yang dimaksud adalah lokasi pasar, lokasi kios, los, dan dasaran.

2. Tarif Retribusi

Dalam penentuan tarif retribusi harus bersifat progresif.

Dalam retribusi pasar progresifitas berdasarkan pada lokasi/tempat untuk berdagang. Pemakaian tempat berdagang, lokasi berdagang dalam kategori strategi dan non strategi yang ditentukan oleh letak tempat yang berada dibangunan utama, los terbuka atau dasaran terbuka serta luas tempat yang digunakan pedagang.

3. Cara Pemungutan Retribusi

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut

peraturan prundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi tertentu. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD, cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

Retribusi dipungut menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang atau dokumen lain yang

dipersamakan berupa karcis, kupon dan kartu langganan. Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikarenakan karena sanksi administrasi berupa sebesar 2%

(dua persen ) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD). Penagihan Retribusi terutang sebagaimana didahului dengan Surat Teguran. Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

d. Indikator Retribusi Pasar

Indikator retribusi pasar menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001, yang meliputi :

1. Hasil

Seperti halnya pajak, retribusi daerah memiliki dua fungsi yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend. Retribusi yang berfungsi budgetair adalah retribusi yang menghasilkan banyak penerimaan retribusi sedangkan retribusi yang berfungsi regulerend adalah retribusi yang tidak memperhatikan apakah hasilnya memadai atau tidak, yang menjadi perhatian adalah kefungsian dalam mengatur suatu hal.

2. Keadilan

Keadilan terdapat pada kenyataan bahwa setiap orang harus mendapat bagian yang layak dalam kegiatan pemerintahan yang mereka biayai sendiri.Sumber penerimaan harus jelas dasar penerapan serta kewajiban membayarnya dan tidak sewenang-wenang.

3. Efisiensi Ekonomi

Pajak dan retribusi biasa jadi penghambat perkembangan dan pertumbuhan perokonomian.Sebab pajak dan retribusi menyerap pendapatan masyarakat, akibatnya siklus perputaran perekonomian yang semula berjalan dengan lancar menjadi lebih lambat.Melalui keseimbangan dan hubungan antara pendapatan terbentuk dari pengeluaran konsumsi masyarakat, pengeluaran tabungan masyarakat dan pengeluaran pajak dan retribusi.

4. Kemampuan Melaksanakan

Pemungutan retribusi daerah dilihat dari sudut kemampuan politis daerah untuk memungut retribusi daerah, yaitu pungutan dari retribusi daerah didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Selanjutnya kemampuan secara politis akan diimplementasikan dalam kemampuan administrasi pemungutan retdibusi daerah. Harus terlihat adanya kaitan antara kemampuan dan perwujudan penerimaan pungutan daerah.

Semakin tinggi realisasi penerimaan pungutan daerah dibandingka n dengan potensi penerimaannya menunjukkan bahwa daerah memiliki kemampuan untuk melaksanakan suatu pemungutan.

5. Kesesuaian sebagai Penerimaan Daerah

Yang dimaksud dengan kesesuaian pungutan sebagai penerimaan daerah dapat dilihat dari dua hal, pertama d ibandingkan dengan daerah yang sejenis dan yang kedua dibandingkan dari kekuasaan tinggi suatu daerah. Kesesuaian dengan daerah yang sejenis, artinya apabila suatu pungutan didaerah memiliki nilai ekonomi berupa daerah tersebut mampu

melaksanakan pemungutan, maka pada saat yang sama pungutan tersebut memiliki nilai ekonomi sesuai dengan pungutan daerah.

Sedangkan kesesuaian dengan kesesuian tinggi suatu daerah artinya, apabila suatu pungutan telah ditarik oleh pemerintah pusat, maka tidak boleh lagi ditarik oleh pemerintah daerah.Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa suatu pungutan pastilah sesuai dengan daerah yang tinggi.

4. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Wujud implementasi otonomi daerah dalam hal pembiayaan

daerah adalah retribusi pasar berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) yang bertujuan untuk Pemerintah Daerah menjadi lebih mandiri serta menekan ketergantungan tehadap Pemerintah Pusat (Toduho, Saerang, & Elim, 2014:1090).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penghasilan yang diterima disetiap penjuru wilayah berupa pajak maupun retribusi, keuntungan dari Badan Usaha yang dimiliki oleh wilayah dan penghasilan lainnya yang sudah sah. PAD diharapkan bisa diandalkan sebagai penghasilan yang dapat berpengaruh didalam penyelenggaraan otonomi daerah, diharapkan mampu menggali potensi pendapatan yang diterima disetiap daerahnya. Sehingga, di dalam pelaksanaan kegiatan daerah tidak akan terjadi permasalahan-permasalahan seperti halnya pembiayaan untuk daerahnya sendiri (Handoko, 2012).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dijadikan sebagai peran yang sangat penting oleh pemerintah daerah demi mewujudkan terlaksananya otonomi daerah. Agar keuangan daerah bisa tersedia dan bisa digunakan oleh pemerintah daerah untuk segala kegiatan baik dari kegiatan pembangunan

maupun kegiatan lainnya, maka penghasilan yang diterima perlu untuk dikelola secara lebih optimal oleh pemerintaah daerah dan kesejahteraan masyarakat akan lebih ditingkatkan dan merata. Dan rumah tangga yang ada di daerah akan lebih mudah diurus dan diatur (Drajat, 2017).

Adapun Indikator Pendapatan Asli Daerah menurut ketentuan (Purnomo, 2009) adalah sebagai berikut :

1. Hasil Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa adanya imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai terselenggaranya pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

2. Hasil Retribusi Daerah

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau kepentingan badan.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Hasil Pengelolaan kekayaan daerah merupakan bagian dari keuntungan/laba bersih suatu perusahaan daerah baik bagi perusahaan daerah yang modalnya secara keseluruhan terdiri dari kekayaan daerah, maupun yang modalnya sebagian terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan.

4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah meliputi 1) Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

2) Jasa giro.

3) Pendapatan Bunga.

4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

5) Komisi,potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

Di dalam PERMENDAGRI No. 21 Tahun 2011 Pasal 1 No. 50 menjelaskan Pendapatan daerah merupakan hak yang harus diterima pemerintah sebagai salah satu penumbuh dan nilai kekayaan bersih.

Penghasilan yang telah diperoleh dari hasil pungutan yang sesuai dengan aturan daerah atau aturan undang-undang merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PAD Kabupaten Batu Bara di tahun total PAD tahun 2015 sebesar 8,876% dan untuk adanya peningkatan dalam Pendapatan Asli Daerah.

Melihat hasil persentase retribusi pasar dari tahun

2014-2018, dapat

disimpulkan bahwa selama 5 tahun retribusi pasar kurang berkontribusi terhadap PAD

(PAD) Di

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sebesar menunjukkan bahwa bahwa potensi retribusi pasar dari

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sebesar menunjukkan bahwa bahwa potensi retribusi pasar dari

Dokumen terkait