• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN BARRU SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONTRIBUSI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN BARRU SKRIPSI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN BARRU

SKRIPSI

MUTIANI 105711103717

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(2)

ii

KABUPATEN BARRU

SKRIPSI

MUTIANI NIM 105711103717

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penyelesaian studi Mahasiswa pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(3)

iii

Karya ilmiah ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta, mereka adalah orang tua hebat yang telah membesarkan dan mendidikku

dengan penuh kasih sayang. Terimakasih atas pengorbanan, motivasi, nasihat, dan doa yang tiada hentinya kalian berikan kepadaku selama ini.

Dan keluarga besarku berkat doa dan dukungan mereka semua sehingga saya bisa sampai di titik ini. Terima kasih kepada kedua dosen pembimbing saya yang senantiasa membimbing, memberikan dukungan dan motivasi kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

MOTTO HIDUP

“ Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna “

(Albert Einstein)

“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kemampuannya “ (Q.S Al Baqarah:286)

“ Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik “ (Ali Bin Abi Thalib)

“Jangan pernah menyerah sebelum mencoba”

“ Susah, tapi Bismillah”

(Mutiani)

(4)
(5)
(6)

vi

(7)

vii

segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kedapa hamba-Nya.

Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga dan para pengikutnya.

Merupakan nikmat yang tak ternilai sehingga kita sampai di titik ini, adapun penulisan skripsi yang berjudul “Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Barru.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak Alm. Syamsuddin dan Ibu Darmawati dan seluruh keluargaku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat serta doa restu atas keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu hingga akhir studi ini. Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an.,SE.,M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj Naidah, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammdiyah Makassar.

4. Bapak Asdar, SE., M.Si Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ibu Hj Naidah, SE., M.Si, selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi penulis selesai dengan baik.

6. Bapak A. Nur Achsanuddin UA, SE., M.Si selaku pembimbing II yang telah berkenan membantu selama penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak

menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

(8)

viii

waktunya untuk menjaga anak saya selama bimbingan skripsi.

10. Sahabat-sahabatku “Fisabilillah” (Siska Wulandari, Lisda, dan Sri Indriani Safitri) yang telah menjadi sahabat sekaligus menjadi saudara selama studi ini.

11. Teman-teman kelas EP17A yang telah menjadi teman dan keluarga selama perkuliahan.

12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan Angkatan 2017 (INCREASE) yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas penulis.

13. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Biru Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 2021

MUTIANI

(9)

ix

(PAD) di Kabupaten Barru, Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Ibu Hj Naidah dan Pembimbing II Bapak A. Nur Achsanuddin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Barru. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Barru selama lima tahun anggaran yaitu dari tahun 2016-2020 adalah sebesar 1,70%, selama periode tersebut kurang berkontribusi. Faktor penyebabnya adalah kolektor pasar belum maksimal dalam pengelolaan retribusi pasar. Adanya tunggakan pembayaran retribusi pasar yang dilakukan pedagang. Selain itu penyebab lainnya adalah banyaknya kios dan lapak yang kosong dikarenakan pedagang tidak mampu membeli ataupun menyewa dengan alasan harga yang ditentukan terlalu mahal dan pada tahun 2020 disebabkan pandemic Covid-19.

Kata Kunci: Retribusi Pasar, Pendapatan Asli Daerah

(10)

x

Mutiani, 2021 . The contribution of market levies to local revenue (PAD) in Barru Regency. Thesis Development Economics Program, Faculty of Economics and Business, University Muhammadiyah Makassar. Supervised by first Advisor, Mrs.

Hj. Naidah and second Advisor Mr. A. Nur Achsanuddin.

This study aims to determine the contribution of market levies to local revenue (PAD) in Barru Regency. The type of research used in this research is descriptive quantitative.

The results of this study indicate that the contribution of market levies to local revenue (PAD) in Barru Regency for five fiscal years, from 2016-2020 is 1,70%, during that period less contributed. The causative factor is that the government, has not been maximal in managing market retribution. There are arrears in payment of market retribution by traders. Besides that, another cause is the number of stalls and stalls that are empty because traders can’t afford to buy or rent on the grounds that the specified price is too expensive and in 2020 due to the Covid-19 pandemic.

Keywords: Market Retribution, Regional Original Income

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ...ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

KATA PENGANTAR ...v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ...vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR………... ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Teori ... 9

1. Otonomi Daerah ... 9

2. Retribusi Daerah ... 12

3. Retribusi Pasar ... 17

4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 23

B. Tinjauan Empiris ... 25

C. Kerangka Konsep ... 28

D. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... .. 30

C. Defenisi Operasional ... 30

(12)

xii

F. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

B. Hasil Penelitian dan Penyajian Data ... 44

C. Pembahasan ... 48

BAB V PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN

(13)

xiii

Tabel 1.1 Target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Barru Tahun 2016-2020 ... 5 Tabel 1.2 Target dan realisasi Retribusi Pasar Kabupaten Barru Tahun

2016-2020 ... 7 Tabel 2.1 Tinjauan Empiris ... 25 Tabel 4.1 Luas daerah dan pembagian wilayah administratif Kabupaten

Barru ... 36 Tabel 4.2 Jumlah penduduk dan Rasio jenis kelamin menurut Kecamatan

di Kabupaten Barru ... 39 Tabel 4.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni

(APS), dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Barru ... 41 Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan

menurut lapangan usaha tahun 2017-2020 ... 42 Tabel 4.5 Rekapitulasi Penerimaan Retribusi Pasar Tahun 2016-2020 ... 55 Tabel 4.6 Target dan Realisasi penerimaan Retribusi Pasar 2016-2020 .. 58 Tabel 4.7 Target dan Realisasi PAD Tahun 2016-2020 ... 58 Tabel 4.8 Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap PAD Tahun 2016-2020 .... 60

(14)

xiv

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 28 Gambar 4.1 Peta Kabupaten Barru ... 34 Gambar 4.3 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Bapenda Kabupaten

Barru ... 46 Gambar 4.3 SOP Aliran Retribusi ... 50

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gelombang demokrasi yang disertai dengan perubahan sistem perpolitikan nasional pada era reformasi hingga saat ini semakin relatif dan menguatnya gejala keinginan rakyat daerah untuk ingin mandiri dari keterikatan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Reformasi ekonomi menjadi hal yang sangat penting untuk bisa memangkas hambatan yang menciptakan inefisiensi perekonomian, serta mendorong kinerja perekonomian untuk mencapai potensi maksimal. Dalam praktiknya, pelaksanaan reformasi ekonomi di sebuah negara biasanya sangat kompleks, karena akan melibatkan berbagai pihak dan kepentingan, serta dipengaruhi beberapa faktor seperti ekonomi maupun politik.

Otonomi daerah adalah kebebasan yang dimiliki daerah untuk membuat peraturan daerah, menyusun, mengelola dan melaksanakan kebijakan serta keuangan daerahnya sendiri (Sujarweni, 2015:231).

Sejalan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pada hakikatnya adalah memberikan hak pada daerah untuk melakukan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Untuk itu, daerah dituntut agar bersikap proaktif dalam meningkatkan penerimaan daerah dengan menggali potensi sumber daya yang ada pada daerahnya, agar otonomi daerah dapat berjalan sesuai dengan yang diharapakan. Dalam mendukung pembiayaan

1

(16)

dan penyelenggaraan pemerintah serta pembiayaan pembangunan, setiap daerah harus mampu menggali dan mendayagunakan sumber-sumber keuangan asli daerah yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD). (Rusdana, 2014).

Otonomi daerah merupakan pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah yang lebih berperan penting untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dan kepentingan daerah itu sendiri. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara profesional. Penyelenggaraan otonomi daerah diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggungjawab diperlukan kewenangan dan kemampuan dalam menggali sumber-sumber keuangan sendiri.

Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam artian daerah tersebut diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan Pemerintah yang menjadi diluar urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat.

b. Kaitannya dengan prinsip tersebut dapat dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip ekonomi yang nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang nyatanya

(17)

telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak terlalu sama dengan daerah lainnya, adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud dengan pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dan tujuan nasional.

Menurut S. Rohandi (2017) daerah dituntut untuk lebih aktif dalam upaya meningkatkan kemampuan dan kemandiriannya, kemandirian suatu pemerintah daerah diukur melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Retribusi pelayanan pasar adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa peralatan, los, kios yang dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang. Kehidupan perkotaan yang semakin berkembang pesat menuntut menurut kualitas pelayanan di berbagai bidang termasuk perpasaran dan persaingan usaha yang kompetitif. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta pemanfaatan bidang perpasaran, perlu mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan pasar-pasar milik pemerintah kota (Murniati & Dwi Kasasi).

Bila dilihat dari Kontribusinya terhadap Retribusi Daerah, Retribusi Pasar sebagai salah satu sumber pendapatan Daerah yang berpotensi dan dapat dilakukan pemungutan secara efisien, efektif, dan ekonomis sehingga dapat lebih berperan penting dalam usaha peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Barru.

(18)

Retribusi pasar merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting, dibandingkan dengan sumber pendapatan lainnya yang memiliki peran strategis dalam rangka pembiayaan pembangunan daerah dan merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mampu berperan dalam membiayai kegiatan yang bersifat semi publik, dimana komponen manfaatnya relatif besar.

Pemerintah diharapkan dapat menggali potensi retribusi pasar semaksimal mungkin sebagai sumber keuangan penyelenggaraan pembangunan daerah.

Pasar adalah salah satu fasilitas umum bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, dengan adanya pasar akan terjadi suatu perputaran uang yang menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat di Kabupaten Barru.

Peningkatan penerimaan retribusi pasar harus didukung melalui upaya untuk memperbaiki struktur dan sistem yang baik digunakan dalam peningkatan efektivitas pemungutan. Jika realisasi penerimaan retribusi pasar semakin besar maka semakin mendekati target yang telah ditetapkan, maka hal tersebut menunjukkan efektivitasnya semakin besar. Jika efektivitas dapat tercapai maka diharapkan dapat memberikan Kontribusi untuk membantu peningkatan Pendapatan Asli Daerah ( PAD).

Retribusi Pasar Berkontribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika dikelola dengan lebih efektif. Semakin tinggi pendapatan asli daerah yang berasal dari pemungutan retribusi pasar maka akan lebih meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain itu, kontribusi retribusi pasar hasilnya nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berikut ini merupakan data target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Barru Tahun 2016-2020.

(19)

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Barru Tahun 2016-2020

Tahun Anggaran

Pendapatan Asli Daerah

Target (RP) Realisasi (RP)

2016 66.962.354.751.72 59.966.015.086.73

2017 115.531.919.805.00 130.717.794.632.70 2018 114.950.470.728.00 104.627.706.924.57 2019 110.310.167.038.00 103.887.386.166.26 2020 107.388.426.060.00 101.324.046.920.50 Sumber: BAPENDA Kabupaten Barru (Diolah)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Barru pada tahun 2016 sebesar 89,55% pada tahun 2017 naik sebesar 113,14% pada tahun 2018 terjadi penurunan sebesar 91,02% dan pada tahun 2019 naik sebesar 94,18% kemudian pada tahun 2020 terjadi penurunan sebesar 92,15%.

Pemungutan retribusi ini diharapkan akan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemungutan retribusi daerah melalui potensi-potensi retribusi daerah yang ada, guna meningkatkan mutu serta jenis pelayanan umum kepada masyarakat, sehingga upaya ini akan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Barru.

Kabupaten Barru sebagai salah satu daerah otonomi yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan terus berupaya meningkatkan pembangunan fisik dan non fisik guna meningkatkan pelayanan serta kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu pemerintah daerah Kabupaten Barru terus menggali potensi dan sumber-sumber penerimaan daerah yang merupakan bagian dari pendapatan

(20)

daerah sebagai modal pembangunan daerah. Sumber penerimaan Kabupaten Barru yang lebih memungkinkan untuk dikembangkan saat ini adalah retribusi pasar .

Retribusi pasar adalah pungutan yang dilakukan kepada pengguna jasa fasilitas dan prasarana pasar. Jasa tersebut diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada pengguna jasa fasilitas dan prasarana pasar (Putri, 2013). Pemerintah daerah memungut retribusi tersebut kepada setiap pengguna sarana dan prasarana pasar, sedangkan dari pihak masyarakat/pedagang langsung mendapatkan jasa timbal balik (kontra prestasi) yang diberikan pemerintah daerah. Namun, menurut kepala BAPENDA Kabupaten Barru bahwa pendapatan retribusi di Kabupaten Barru masih sangat perlu diadakan pembenahan pelayanan pasar dan pendisiplinan staf pemungut retribusi untuk memperoleh hasil yang ditargetkan pemerintah Kabupaten agar dapat terealisasi dengan baik.

Berikut ini data target dan realisasi retribusi pasar tahun 2016 – 2020.

Tabel 1.2 Target dan realisasi retribusi pasar Kabupaten Barru Tahun 2016-2020

Tahun Anggaran

Retribusi Pasar

Target (RP) Realisasi (RP)

2016 1.400.000.000.00 1.694.845.050.00

2017 1.876.053.050.00 1.996.368.800.00

2018 2.387.121.000.00 1.707.542.800.00

2019 2.467.385.000.00 1.695.399.950.00

2020 2.500.385.000.00 918.594.950.00

Sumber :BAPENDA Kabupaten Barru (Diolah)

(21)

Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa realisasi retribusi pada tahun 2016 sebesar 121,06% pada tahun 2017 terjadi penrunan sebesar 106,36%

pada tahun 2018 menurun sebesar 71,04% dan pada tahun 2019 kembali menurun sebesar 66,71% kemudian pada tahun 2020 kembali menurun sebesar 50,71%.

Berdasarkan informasi diatas bahwa efektifitas pengelolaan retribusi pasar di beberapa pasar di Kabupaten Barru belum berjalan dengan baik, ini dibuktikan dengan banyaknya pedagang pasar yang masih menunggak uang retribusi sewa tempat yang dibayar perbulannya, sehingga pemasukan pada kas daerah tidak efektif karena tidak sesuai dengan peraturan retribusi pasar yang berlaku. Selain itu, masalah lainnya adalah banyaknya kios dan lapak yang kosong yang pedagang tidak mampu membeli ataupun menyewa dengan alasan harga yang ditentukan terlalu mahal dan pada tahun 2020 disebabkan pandemic Covid-19. Dalam hal ini mengakibatkan pembangunan pasar kurang maksimal dan efektiff.

Oleh karena itu, saya tertarik mengambil judul penelitian mengenai

“Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Barru”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah Seberapa Besar Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Barru Pada Tahun 2016-2020?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian

(22)

ini adalah “Untuk Mengetahui Seberapa Besar Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Barru Pada Tahun 2016- 2020”.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis.

2. Bagi Instansi

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Barru khususnya kepada Badan Pendapatan Daerah selaku pengelola retribusi pasar untuk lebih meningkatkan kebijakan-kebijakan terbaik yang telah dikeluarkan dalam usaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah demi tercapainya tujuan pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Barru.

3. Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya dalam menciptakan ide-ide penelitian yang baru..

(23)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Otonomi Daerah

Otonomi Daerah secara harfiah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan nomos.

Autos yang berarti sendiri dan nomos yang berarti aturan atau undang- undang. Sehingga dapat diartikan sebagai suatu kewenangan untuk mengatur diri sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna bisa mengurus rumah tangga sandiri. Sedangkan, daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batasan-batasan dalam berwilayah.

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diberi keluasan untuk mengelola dan memenfaatkan sumber penerimaan daerah yang dimilikinya sesuai dengan aspirasi masyarakat daerah. Pelaksanaan otonomi daerah akan membawa suatu konsekuensi logis, bahwa tiap daerah harus berkemampuan untuk memberdayakan dirinya sendiri, baik dalam kepentingan ekonomi, pembinaan sosial kemasyarakatan, dan pemenuhan kebutuhan untuk membangun daerahnya serta dapat melaksanakan peningkatan pelayanan kepada masyarakat (Samad & Iyan, 2013).

Otonomi daerah adalah kebebasan uang dimiliki daerah untuk membuat peraturan daerah, menyusun, mengelola dan melaksanakan kebijakan serta keuangan daerahnya sendiri (Sujarweni:231). Ditetapkannya kebijakan otonomi daerah disebabkan karena ketidakmampuan pemerintah

(24)

pusat untuk mengurus keseluruhan pembangunan daerah, oleh karena itu pemerintah pusat melimpahkan wewenang dan kekuasaan kepada pemerintah daerah untuk mengelola dengan mandiri seluruh kepentingan daerahnya (Rosemery et al.,2016).

Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang semuanya dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di daerah tersebut. Pesatnya pembangunan daerah membutuhkan alokasi dana pembangunan yang besar sehingga menyebabkan belanja pemerintah daerah juga semakin meningkat.

Besarnya belanja daerah ditentukan oleh besarnya pendapatan daerah yang bersangkutan. Instansi pemerintah daerah yang menerima anggaran belanja tentunya harus mampu menunjang pertumbuhan belanja daerah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari setiap kota/kabupaten yang ada di Indonesia (Kainde, 2013).

Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah menurut Undang- Undang No. 32 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi yang seluas- luasnya dalam artian daerah tersebut diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan Pemerintah yang menjadi diluar urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat.

(25)

b. Kaitannya dengan prinsip tersebut dapat dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip ekonomi yang nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang nyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak terlalu sama dengan daerah lainnya, adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud dengan pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dan tujuan nasional.

Suatu daerah dikatakan berhasil apabila otonomi daerah berjalan dengan baik yaitu adanya kemajuan perekonomian dan pembangunan infrastruktur yang baik dan berkembang di daerahnya masing-masing. Berikut indikator keberhasilan otonomi daerah adalah sebagai berikut:

a. Setiap daerah tingkat II mampu mengurus rumah tangganya sendiri.

b. Semua urusan pemerintah yang berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan layak untuk diserahkan kepada daerah tingkat II telah dilaksanakan c. Perangkat peraturan berupa peraturan pemerintah tentang penyerahan

urusan telah ditinjau kembali dan diselaraskan dengan nuansa pembangunan yang diarahkan GBHN.

(26)

d. Pendapatan asli daerah yang meningkat memungkinkan untuk mendukung secara seimbang sesuai dengan kebutuhan dan dapat memungkinkan terjadinya pertumbuhan perekonomian daerah.

2. Retribusi Daerah

Menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

Retribusi Daerah adalah kewajiban pembayaran yang dilakukan oleh seseorang/kelompok orang untuk memperoleh penyediaan pelayanan tertentu oleh pemerintah dan yang diterima langsung oleh seseorang/kelompok orang.

Pengertian lain dari retribusi adalah pungutan yang dilakukan pemerintah atas jasa-jasa yang disediakan oleh pemerintah dan terdapat kontraprestasi secara langsung dari pemerintah, serta orang-orang yang tidak menggunakan jasa yang telah disediakan oleh pemerintah, tidak membayar retribusi.

a. Pengertian Retribusi Daerah menurut para ahli

Banyak defenisi retribusi yang dikemukakan oleh para ahli.

Mardiasmo (2014: 15) dalam bukunya mendefinisikan Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan .

Menurut Siahaan (2010: 5) Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepala negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan Negara bagi penduduknya secara perorangan.

(27)

b. Ciri-ciri Retribusi Daerah

Dibawah ini merupakan ciri-ciri retribusi daerah diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Retribusi dipungut oleh Pemerintah Daerah

2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis 3. Adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk

4. Retribusi dikenakan pada tiap-tiap orang atau juga badan yang menggunakan jasa yang disiapkan oleh negara.

c. Tujuan Retribusi Daerah

Tujuan dari Retribusi Daerah pada dasarnya ini mempunyai atau memiliki persamaan pokok dengan tujuan pemungutan pajak yang dilaksanakan oleh negara atau pun juga Pemerintah Daerah.

Dibawah ini merupakan tujuan pemungutan diantaranya sebagai berikut:

1. Tujuan utama ialah untuk dapat mengisi kas negara atau juga kas daerah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rutinnya.

2. Tujuan tambahan ialah untuk mengatur kemakmuran masyarakat daerah melalui jasa yang diberikan dengan secara langsung kepada masyarakat.

d. Prinsip Penetapan Retribusi Daerah

Prinsip atau juga sebagai sasaran penetapan tarif retribusi

Inidibedakan berdasarkan golongan retribusi, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha serta juga Retribusi Perizinan Tertentu.

Penggolongan ini didasarkan pada jenis pelayanan serta perizinasn.

Pelayanan daerah itu bisa atau dapat berupa pelayanan umum, yakni pelayanan yang konsumsinya dapat memberikan suatu manfaat secara

(28)

individu serta juga bermanfaat bagi masyarakat umum serta juga pelayanan yang sifatnya itu privat dan berupa layanan yang ketersediaannya itu sangat terbatas oleh pihak swasta (Jasa Umum).

Selengkapnya prinsip dan sasaran tarif adalah:

1. Tarif Retribusi Jasa Umum

Ini ditetapkan dengan cara memperhatikan biaya Penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, serta harga efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya tersebut meliputi biaya operasi serta juga pemeliharaan, biaya bunga, serta biaya modal.

2. Tarif Retribusi Jasa Usaha

Tarif ini didasarkan dari tujuan untuk memperoleh Keuntungan yang layak. Keuntungan yang layak ini merupakan keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha itu dilakukan secara efisien serta juga berorientasi terhadap harga pasar.

3. Tarif Retribusi Perizinan Tertentu

Tarif ini didasarkan dari tujuan untuk menutup sebagian atau juga seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Biaya dari penyelenggaraan pemberian izin tersebut meliputi dari pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penata usaha, serta penerbitan dokumen izin dan juga biaya dampak buruk dalam pemberian izin tersebut.

e. Fungsi Retribusi Daerah

Adapun beberapa fungsi Retribusi Daerah, diantaranya sebagai berikut:

a. Sumber pendapatan daerah, retribusi ini ialah salah satu sumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang termasuk ke dalam Anggaran

(29)

Pendapatan serta Belanja Daerah (APBD). Oleh sebab itu Retribusi Daerah ini ialah salah satu sumber pendapatan daerah.

b. Pengatur kegiatan ekonomi daerah, retribusi daerah ini nantinya akan digunakan yakni sebagai pengatur kegiatan atau aktivitas ekonomi di daerah. Pemerintah daerah didalam mengatur kegiatan atau aktivitas ekonomi membutuhkan dana atau juga modal, retribusi daerah tersebutlah yang dapat dijadikan sebagai salah satu dana atau juga modal tersebut.

c. Stabilitas ekonomi daerah, Suatu daerah ini akan menghadapi segala macam masalah didalam bidang ekonomi, misalnya seperti inflasi, pengangguran, kesenjangan ekonomi Dll. Di dalam mengatasi sebuah masalah ini, retribusi daerah tersebut merupakan suatu modal penting untuk dapat membuat solusi seperti misalnya menciptakan lapangan pekerjaan, dan mengontrol harga pasar serta lain sebagainya.

f. Klarifikasi Retribusi Daerah

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, objek Retribusi Daerah adalah sebagai berikut:

1. Retribusi Jasa Umum, Yaitu pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah yang bertujuan untuk kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum terdiri atas sebagai berikut:

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

c. Retribusi penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil

(30)

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan pengabuan Mayat e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

f. Retribusi Pelayanan Pasar

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran i. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan

2. Retribusi Jasa Usaha, yaitu pelayanan yang disebabkan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersil. Jenis-jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri atas sebagai berikut:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan c. Retribusi Tempat Pelelangan

d. Retribusi Terminal

e. Retribusi Tempat KhusuS Parkir

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa g. Retribusi Rumah Potong Hewan

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga j. Retribusi Penyeberangan di Air dan

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

3. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atau kegiatan tertentu Pemerintah Daerah Dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang.

(31)

Penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga lingkungan. Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari sebagai beikut:

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol c. Retribusi Izin Gangguan

d. Retribusi Izin Trayek dan e. Retribusi Izin Usaha Perikanan 3. Retribusi Pasar

Salah satu sumber utama PAD adalah retribusi, yang berasal dari

retribusi jasa usaha. Dalam retribusi jasa usaha ada bagian yang disebut dengan retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan. Retribusi pasar adalah uang pungutan yanng dikenakan kepada para pengguna fasilitas pasar dalam hal ini adalah pedagang. Retribusi pasar dipungut oleh petugas yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah.

Menurut Ahmad Yani, (2013) mendefinisikan bahwa retribusi pasar adalah fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa peralatan, los yang dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) , dan pihak swasta.

Sedangkan menurut Mahmudi, (2010) Retribusi Pasar adalah pungutan sebagai pembayaran atas penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan kios, los atau toko di kawasan pasar dan tempat perdagangan umum yang disediakan

(32)

oleh pemerintah daerah. Jenis pasar yang dapat dikenakan retribusi pelayanan pasar meliputi pasar umum dan pasar hewan.

Dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disebutkan bahwa retribusi pasar masuk dalam kelompok retribusi jasa usaha. Ini berarti bahwa penarikan retribusi pasar ini bersifat komersial. Karena bersifat komersial, maka dibutuhkan sebuah manajemen yang baik untuk mengelola penerimaan yang berasal dari retribusi pasar.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Wajib Retribusi, adalah para orang baik secara perseorangan maupun kelompok yang menempati dan menggunakan fasilitas yang telah disiapkan oleh pemerintah daerah untuk kegiatan jual beli secara tetap maupun tidak tetap, baik yang dilakukan didalam gedung pasar maupun diluar gedung pasar.

2. Obyek Retribusi, adalah pemakaian tempat-tempat berjualan

3. Subyek Retribusi, adalah pedagang yang menggunakan tempat untuk berjualan baik secara tetap maupun tidak tetap di pasar daerah.

4. Penerimaan retribusi pasar merupakan salah satu penerimaan PAD yang masih potensial untuk ditingkatkan. Oleh karena itu, sistem dan tata cara penarikan retribusi pasar perlu dilakukan evaluasi begitu juga dengan pengenaan tarif retribusi haeus dilakukan secara profesional.

5. Retribusi yang dikenakan kepada pedagang merupakan balas jasa kepada pemerintah yang telah menyediakan fasilitas perdagangan.

6. Perlu diadakan sosialisasi tentang pengenaan tarif retribusi terhadap para pedagang, agar para pedagang memiliki kesadaran untuk membayar retribusi.

(33)

7. Perlu adanya sanksi tegas bagi pedagang yang tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar retribusi.

a. Efektivitas Retribusi Pasar

Efektivitas digunakan untuk mengukur perbandingan antara

realisasidengan target penerimaan retribusi pasar. Efektivitas adalah sebuah ukuran keberhasilan atau kegagalan dalam sebuah organisasi. Efektivitas digunakan dengan tujuan untuk menentukan tingkat keberhasilan, manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan sebelumnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan efektivitas retribusi pasar adalah sebuah ukuran keberhasilan atau kegagalan dari realisasi penerimaan retribusi pasar dengan target yang ingin dicapai.

b. Klarifikasi Retribusi Pasar

Klarifikasi Retribusi Pasar adalah sebagai berikut:

1. Menurut sifat prestasi negara

Retribusi pasar adalah retribusi untuk penggunaan berbagai pembuatan bangunan. Pedagang sebagai pembayaran retribusi pasar menerima prestasi dari pemerintah daerah berupa penggunaan bangunan di dalam pasar maupun fasilitas lain yang disediakan oleh pemerintah.

2. Menurut cara menentukan jumlah pungutan

Retribusi Pasar, Variabel jumlah pungutan tersebut tergantung dari kelas pasar, luas kios, golongan degang serta tempat berdagang.

3. Menurut cara pembayaran

Retribusi Pasar termasuk retribusi kontan. Pemakai jasa bukan kios menggunakan system pembayaran harian/mingguan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retribusi Pasar

Faktor-faktor yang mempengaruhi retribusi pasar adalah sebagai

(34)

berikut:

1. Subyek dan obyek retribusi

Subyek dan obyek retribusi akan menentukan besarnya “tak base” yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan besar kecilnya beban retribusi yang harus dibayar oleh subyek retribusi, disini adalah para pedagang yang berjualan di dalam pasar dan berada disekitar pasar, obyek retribusi yang dimaksud adalah lokasi pasar, lokasi kios, los, dan dasaran.

2. Tarif Retribusi

Dalam penentuan tarif retribusi harus bersifat progresif.

Dalam retribusi pasar progresifitas berdasarkan pada lokasi/tempat untuk berdagang. Pemakaian tempat berdagang, lokasi berdagang dalam kategori strategi dan non strategi yang ditentukan oleh letak tempat yang berada dibangunan utama, los terbuka atau dasaran terbuka serta luas tempat yang digunakan pedagang.

3. Cara Pemungutan Retribusi

Wajib retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut

peraturan prundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi tertentu. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD, cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

Retribusi dipungut menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang atau dokumen lain yang

(35)

dipersamakan berupa karcis, kupon dan kartu langganan. Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikarenakan karena sanksi administrasi berupa sebesar 2%

(dua persen ) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD). Penagihan Retribusi terutang sebagaimana didahului dengan Surat Teguran. Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

d. Indikator Retribusi Pasar

Indikator retribusi pasar menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001, yang meliputi :

1. Hasil

Seperti halnya pajak, retribusi daerah memiliki dua fungsi yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend. Retribusi yang berfungsi budgetair adalah retribusi yang menghasilkan banyak penerimaan retribusi sedangkan retribusi yang berfungsi regulerend adalah retribusi yang tidak memperhatikan apakah hasilnya memadai atau tidak, yang menjadi perhatian adalah kefungsian dalam mengatur suatu hal.

2. Keadilan

Keadilan terdapat pada kenyataan bahwa setiap orang harus mendapat bagian yang layak dalam kegiatan pemerintahan yang mereka biayai sendiri.Sumber penerimaan harus jelas dasar penerapan serta kewajiban membayarnya dan tidak sewenang-wenang.

3. Efisiensi Ekonomi

(36)

Pajak dan retribusi biasa jadi penghambat perkembangan dan pertumbuhan perokonomian.Sebab pajak dan retribusi menyerap pendapatan masyarakat, akibatnya siklus perputaran perekonomian yang semula berjalan dengan lancar menjadi lebih lambat.Melalui keseimbangan dan hubungan antara pendapatan terbentuk dari pengeluaran konsumsi masyarakat, pengeluaran tabungan masyarakat dan pengeluaran pajak dan retribusi.

4. Kemampuan Melaksanakan

Pemungutan retribusi daerah dilihat dari sudut kemampuan politis daerah untuk memungut retribusi daerah, yaitu pungutan dari retribusi daerah didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Selanjutnya kemampuan secara politis akan diimplementasikan dalam kemampuan administrasi pemungutan retdibusi daerah. Harus terlihat adanya kaitan antara kemampuan dan perwujudan penerimaan pungutan daerah.

Semakin tinggi realisasi penerimaan pungutan daerah dibandingka n dengan potensi penerimaannya menunjukkan bahwa daerah memiliki kemampuan untuk melaksanakan suatu pemungutan.

5. Kesesuaian sebagai Penerimaan Daerah

Yang dimaksud dengan kesesuaian pungutan sebagai penerimaan daerah dapat dilihat dari dua hal, pertama d ibandingkan dengan daerah yang sejenis dan yang kedua dibandingkan dari kekuasaan tinggi suatu daerah. Kesesuaian dengan daerah yang sejenis, artinya apabila suatu pungutan didaerah memiliki nilai ekonomi berupa daerah tersebut mampu

(37)

melaksanakan pemungutan, maka pada saat yang sama pungutan tersebut memiliki nilai ekonomi sesuai dengan pungutan daerah.

Sedangkan kesesuaian dengan kesesuian tinggi suatu daerah artinya, apabila suatu pungutan telah ditarik oleh pemerintah pusat, maka tidak boleh lagi ditarik oleh pemerintah daerah.Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa suatu pungutan pastilah sesuai dengan daerah yang tinggi.

4. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Wujud implementasi otonomi daerah dalam hal pembiayaan

daerah adalah retribusi pasar berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) yang bertujuan untuk Pemerintah Daerah menjadi lebih mandiri serta menekan ketergantungan tehadap Pemerintah Pusat (Toduho, Saerang, & Elim, 2014:1090).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penghasilan yang diterima disetiap penjuru wilayah berupa pajak maupun retribusi, keuntungan dari Badan Usaha yang dimiliki oleh wilayah dan penghasilan lainnya yang sudah sah. PAD diharapkan bisa diandalkan sebagai penghasilan yang dapat berpengaruh didalam penyelenggaraan otonomi daerah, diharapkan mampu menggali potensi pendapatan yang diterima disetiap daerahnya. Sehingga, di dalam pelaksanaan kegiatan daerah tidak akan terjadi permasalahan-permasalahan seperti halnya pembiayaan untuk daerahnya sendiri (Handoko, 2012).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dijadikan sebagai peran yang sangat penting oleh pemerintah daerah demi mewujudkan terlaksananya otonomi daerah. Agar keuangan daerah bisa tersedia dan bisa digunakan oleh pemerintah daerah untuk segala kegiatan baik dari kegiatan pembangunan

(38)

maupun kegiatan lainnya, maka penghasilan yang diterima perlu untuk dikelola secara lebih optimal oleh pemerintaah daerah dan kesejahteraan masyarakat akan lebih ditingkatkan dan merata. Dan rumah tangga yang ada di daerah akan lebih mudah diurus dan diatur (Drajat, 2017).

Adapun Indikator Pendapatan Asli Daerah menurut ketentuan (Purnomo, 2009) adalah sebagai berikut :

1. Hasil Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa adanya imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai terselenggaranya pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

2. Hasil Retribusi Daerah

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau kepentingan badan.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Hasil Pengelolaan kekayaan daerah merupakan bagian dari keuntungan/laba bersih suatu perusahaan daerah baik bagi perusahaan daerah yang modalnya secara keseluruhan terdiri dari kekayaan daerah, maupun yang modalnya sebagian terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan.

4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah meliputi 1) Hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

2) Jasa giro.

3) Pendapatan Bunga.

4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

(39)

5) Komisi,potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

Di dalam PERMENDAGRI No. 21 Tahun 2011 Pasal 1 No. 50 menjelaskan Pendapatan daerah merupakan hak yang harus diterima pemerintah sebagai salah satu penumbuh dan nilai kekayaan bersih.

Penghasilan yang telah diperoleh dari hasil pungutan yang sesuai dengan aturan daerah atau aturan undang-undang merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

B. Tinjauan Empiris

Tabel 2.1 Tinjauan Empiris

NO

NAMA PENELI

TI

JUDUL PENELITIAN

METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

1. Annisya Rahma dani, (2018)

Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Batu Bara.

Dalam penelitian ini Menggunakan analisis statistik parametrik dengan menggunakan Regresi Linear Sederhana.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PAD Kabupaten Batu Bara di tahun total PAD tahun 2015 sebesar 8,876% dan untuk tahun 2016 total PAD

sebesar 15,884%

sedangkan total PAD di tahun 2017 sebesar 27,401%. Maka perlu adanya peningkatan dalam Pendapatan Asli Daerah.

2. Wahyu ddin

Efektivitas dan Kontribusi Retribusi Pasar Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, Dokumentasi, Metode

Lapangan, dan

Melihat hasil persentase retribusi pasar dari tahun

2014-2018, dapat

disimpulkan bahwa selama 5 tahun retribusi pasar kurang berkontribusi terhadap PAD

(40)

(PAD) Di Kabupaten Sinjai

Wawancara.

3. Indri Fitria Sari, (2017)

Analisis Potensi Penerimaan Retribusi Pasar Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Survei, Metode

Dokumentasi, dan Metode Studi Pustaka.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011 sebesar 13,780%, tahun 2012 sebesar 15,808%, tahun 2013 sebesar 48,828%, tahun 2014 sebesar 78,468%. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa potensi retribusi pasar dari tahun 2011 sampai tahun

2014 mengalami

peningkatan.

4. Mega Ersita, Inggrian i Elim, (2016)

Analisis Efektivitas Penerimaan Retribusi Daerah Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Provinsi

Sulawesi Utara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan yang di lakukan di Dinas

Pendapatan Daerah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PAD Provinsi Sulawesi Utara mengalami kenaikan selama tahun 2011-2014.

5. Vita Maulidi na Mizan, Ida Rahma wati, (2020)

Analisis

Efektivitas Dan Efisiensi Retribusi Pasar Pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Samarinda.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

observasi dan studi pustaka.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas pemungtan retribusi pasar di kota Samarinda selama 2016- 2018 dikatakan sangat efektif yaitu antara 102, 67% dan 101,04% dengan rata-rata 101,91% atau diatas 100%.

(41)

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan penulis, digambarkan kerangka fikir untuk menjelaskan seberapa besar kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Barru.

Berikut kerangka yang dijadikan penulisan sebagai acuan penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji , atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka. Oleh karena itu, Hipotesis dalam penelitian ini yaitu Diduga Retribusi Pasar Berkontribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Barru.

Retribusi Pasar Pendapatan Asli Daerah

(42)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian deskriptif kuantitatif. Kuantitatif yaitu suatu proses mendapatkan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Dalam penelitian ini menggunakan data time series yang diperoleh melalui observasi dan melakukan pendataan terkait data-data yang dibutuhkan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diangkat mengenai penerimaan daerah di sektor retribusi pasar, lokasi dalam penelitian ini dilaksanakan di Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kabupaten Barru dengan mengambil data waktu rencana mulai dari tahun 2016-2020.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan yaitu mulai dari bulan September- November Tahun 2021.

C. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah suatu defenisi yang dinyatakan dalam bentuk istilah yang diuji secara spesifik atau dengan pengukuran kriteria.

1. Retribusi Pasar adalah pendapatan yang diperoleh daerah berdasarkan pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu untuk kepentingan pribadi atau badan.

28

(43)

daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

D. Populasi dan Sampel a. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah laporan data target dan realisasi retribusi pasar dan PAD yang diambil dari Kantor Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) di Kabupaten Barru.

b. Sampel

Pada penelitian ini sampel yakni Data Retribusi Pasar dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Barru 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2016-2020.

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Pustaka (Library Research)

Penelitian ini merupakan suatu cara untuk memperoleh data dari informasi melalui penulusuran buku literature dengan bahan kuliah dan beberapa terbitan lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian Retribusi Pasar dan Pendapatan Asli Daerah diantaranya dengan menggunakan jurnal-jurnal, dan teori-teori.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengambil data dari dokumen-dokumen , atau bukti tertulis berupa laporan data, khususnya data mengenai retribusi pasar dan PAD beberapa tahun yang lalu. Data yang dimaksud merupakan data yang bersifat nasional yang diambil dari BAPENDA Kabupaten Barru.

(44)

F. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian merupakan bagian dari proses pengujian data setelah tahapan pemilihan dan pengumpulan data penelitian. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

Analisis kontribusi retribusi pasar terhadap PAD

Analisis kontribusi merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari penerimaan retribusi pasar terhadap PAD di Kabupaten Barru. Kontribusinya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Untuk menggambarkan indikator dalam menilai kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah (PAD), Maka digunakan indikator atau kriteria pada tabel dibawah ini .

Tabel 3.2 Kriteria Kontribusi Retribusi Pasar

PERSENTASE KRITERIA

0%-0,9% Tidak Berkontribusi

1%-1,9% Kurang Berkontribusi

2%-2,9% Cukup Berkontribusi

3%-3,9% Berkontribusi

>4% Sangat Berkontribusi

Sumber : Kemendagri No. 690.900-327

(45)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Kabupaten Barru

Kabupaten Barru dahulu sebelum terbentuk adalah sebuah kerajaan kecil yang masing-masing dipimpin oleh seorang raja, yaitu:

Kerajaan Berru (Barru), Kerajaan Tanete, Kerajaan Soppeng Riaja dan Kerajaan Mallusetasi. Pada masa pemerintahan Belanda dibentuk Pemerintahan Sipil Belanda dimana wilayah Kerajaan Barru, Tanete dan Soppeng Riaja dimasukkan dalam wilayah onder afdeling Barru yang bernaung di bawah afdeling parepare. Sebagai kepala pemerintahan onder afdeling diangkat seorang control Belanda yang berkedudukan di Barru, sedangkan ketiga bekas kerajaan tersebut diberi status sebagai Self Bestuur (Pemerintahan Kerajaan Sendiri) yang mempunyai hak otonom untuk menyelenggarakan pemerintahan sehari-hari baik terhadap eksekutif maupun dibidang yudikatif.

Seiring dengan perjalanan waktu, maka pada tanggal 20 Februari 1960 merupakan tonggak sejarah yang menandai awal kelahiran Kabupaten Daerah Tingkat II Barru dengan Ibu Kota Barru, berdasarkan Undang-Undang Nomor 229 tahun 1959 tentang pembentukan Daerah- Daerah Tingkat II di Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru terbagi dalam 7 Kecamatan yang memilki 40 Desa dan 14 Kelurahan, berada ±102 Km di sebelah Utara Kota Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan. Sebelum dibentuk sebagai suatu Daerah Otonom berdasarkan UU No. 29 Tahun 1959, pada tahun 1961 daerah ini terdiri dari 4 wilayah Swapraja di dalam

31

(46)

Barru, Swapraja Tanete, Swapraja Soppeng Riaja, dan bekas Swapraja Mallusetasi. Ibu kota Kabupaten Barru sekarang bertempat di bekas ibu kota Kewedanaan Barru.

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Barru 2. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Barru yang dikenal dengan Motto Daerah HIBRIDA (Hijau, Bersih, Asri dan Indah) adalah salah satu kabupaten yang terletak di pesisir pantai Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan panjang garis pantainya 78 km. Kabupaten Barru secara administratif terbagi atas 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanete Riaja, Kecamatan Tanete Rilau, Kecamatan Barru (Ibukota Kabupaten), Kecamatan Soppeng Riaja, Kecamatan Mallusetasi, Kecamatan Pujananting dan Kecamatan Balusu dan terdiri dari 15 Kelurahan dan 40 Desa dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

(47)

b. Sebelah Timur dengan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone.

c. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

d. Sebelah Barat dengan Selat Makassar.

3. Letak Geografis

Secara geografis Kabupaten Barru terletak diantara koordinat 4o05’49” LS - 4o47’35” LS dan 119o35’00” BT- 119o49’16” BT. Luas Wilayah Kabupaten Barru seluas 1.174,72 km2 (117.472 Ha) dan berada ±102 km disebelah utara Kota Makassar Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan yang dapat ditempuh melalui perjalanan darat ±2,5 jam. Kabupaten Barru terletak diantara Kota Makassar dan Kota Pare-Pare dan merupakan jalur perlintasan trans Sulawesi.

Kabupaten Barru merupakan jalur perlintasan trans Sulawesi dan merupakan daerah lintas provinsi yang terletak antara Kota Makassar dan Kota Pare-Pare. Secara administratif kecamatan yang ada di Kabupaten Barru dapat dilihat pada tabel berikut.

(48)

Barru

NO Kecamatan Desa Kelurahan

Luas

Km %

1 Tanete Riaja 6 1 174,29 14,48

2 Tanete Rilau 8 2 79,17 6,74

3 Barru 5 5 199,32 16,97

4 Soppeng Riaja 5 2 78,9 6,72

5 Mallusetasi 5 3 216,58 18,44

6 Pujananting 6 1 314,26 26,75

7 Balusu 5 1 112,2 9,55

40 15 1174,72 100%

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Barru, 2021

4. Visi dan Misi Kabupaten Barru

Dengan adanya penetapan visi dan misi Kabupaten Barru diharapkan akan terwujud komitmen yang kuat dari pemerintahan serta masyarakat untuk bersama-sama membangun Kabupaten Barru. Selain itu dengan adanya visi misi tersebut dapat menjadi tolak ukur terselenggaranya program kerja pembangunan agar dapat terealisasi dengan baik.

Visi Kabupaten Barru

Secara umum, visi merupakan pandangan ideal di masa yang akan datang yang akan diwujudkan dan secara potensial terwujud. Maka visi pembangunan Kabupaten Barru adalah “Terwujudnya Kabupaten Barru lebih maju, sejahtera, taat azas, dan bermafaskan keagamaan.”

(49)

Misi mencerminkan segala sesuatu tentang program atau layanan yang ditawarkan dan sangat diperlukan oleh masyarakat untuk pencapaian misi. Oleh karenanya berdasarkan visi yang telah ditetapkan diatas maka misi Kabupaten Barru yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumberdaya Pembangunan Untuk Kesejahteraan Masyarakat

2. Meningkatkan Kecerdasan Dan Profesionalisme SDM

3. Mengembangkan Interkoneksitas Sinergis Antar Wilayah Di Tingkat Nasional, Regional Dan Internasional.

4. Menciptakan Lingkungan Yang Kondusif

5. Mewujudkan Tata Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance) 5. Hidrologi dan Iklim

Di Kabupaten Barru terdapat 21 sungai yang tersebar di 7 kecamatan. Sungai Jampue di Kecamatan Mallusetasi merupakan sungai terpanjang di Kabupaten Barru dengan panjang sungai 45,55 Km kemudian sungai Sumpang Binangae di Kecamatan Barru dengan panjang 44,95 Km. Di Kabupaten Barru terdapat seluas 71,79 % wilayah ( 84.340 Ha) dengan tipe iklim C yakni mempunyai bulan basah berturut- turut 5-6 bulan (Oktober – Maret ) dan bulan Kering berturut-turut kurang dari 2 bulan (April – September) total hujan selama setahun di Kabupaten Barru sebanyak 113 hari dengan jumlah curah hujan sebesar 5.252 mm.

Curah hujan di Kabupaten Barru berdasarkan hari hujan terbanyak pada bulan Desember – Januari dengan jumlah curah hujan 1.335 mm dan

(50)

curah hujan masing-masing 104 mm dan 17 mm.

6. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Barru berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2019 sebanyak, 174.323 jiwa yang terdiri atas 83.878 jiwa penduduk laki- laki dan 90.445 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2018, penduduk Barru mengalami pertumbuhan sebesar 0,40% dengan masing-masing persentase pertumbuhan sebesar 0,40% dengan masing-masing persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 0,47% dan penduduk perempuan sebesar 0,35%. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2019 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 93.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Persentase Penduduk, Dan Rasio Jenis Kelamin Di Kabupaten Barru Tahun 2010-2020

Kecamatan

Penduduk

Rasio Jenis Kelamin Penduduk

(Jiwa)

Laju Pertumbuhan

Penduduk

Persentase Penduduk

(%)

1 2 3 4 5

Tanete Riaja 25.217 1,68 13,67 96

Pujananting 13.104 0,29 7,10 97

Tanete Rilau 37.196 1,52 20,17 96

Barru 43.975 1,48 23,84 96

Soppeng Riaja 18.471 0,46 10,01 93

Balusu 18.913 0,87 10,25 93

Mallusetasi 27.576 1,23 14,95 97

Sumber: Badan Pusat Statistik Barru,2021

(51)

Kepadatan penduduk di Kabupaten Barru tahun 2020 mencapai 157 jiwa/km2. Dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang.

Kepadatan penduduk di 7 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Tanete Rilau dengan kepadatan sebesar 470 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Pujananting sebesar 42 jiwa/km2.

7. Pendidikan

Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam tujuan pembangunan berkelanjutan adalah menjamin kualitas pendidikan yang merata serta meningkatkan kesempatan belajar untuk semua penduduk. Oleh karena itu, pendidikan merupakn salah satu indikator dalam mengukur pencapaian pembangunan manusia. Sesuai dengan pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat dan mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ini adalah tanggung jawab pemerintah ataupun Negara dalam kemajuan bangsa ini.

Tabel 4.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Barru.

Jenjang Pendidikan APS APM APK

SD/MI 99,68 97,89 108,11

SMP/MTS 95,13 81,06 91,76

SMA/MA 70,48 62,06 78,1

Sumber: Badan Pusat Statistik Barru, 2019 (Data Diolah)

(52)

Angka Partisipasi Murni (APM) tertinggi berada pada jenjang SD/MI dengan APM mencapai 92,54 dan Angka partisipasi kasar (APK) tertinggi berada pada jenjang SD/MI dengan APK 102,93.

8. Perekonomian

Dalam sistem perekonomian di Kabupaten Barru yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan-kegiatan yang bergerak dibidang pertanian dan perikanan. Dalam sektor pertanian seperti padi merupakan hasil pertanian yang memberikan kontribusi besar dalam laju pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Barru. Selain itu, jasa-jasa dan perdagangan, pajak hotel dan restoran juga menjadi faktor penggerak roda perekonomian dalam pengembangan daerah di Kabupaten Barru.

Struktur perekonomian yang ada di Kabupaten Barru dari tahun 2017-2020 dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (%) Tahun 2017-2020

Lapangan Usaha (PDRB)

PDRB Kabupaten Barru Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (%)

2017 2018 2019 2020

Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan 4,48 5,34 4,52 0,60

Pertambangan dan

penggalian 4,44 4,51 5,72 0,69

Industri Pengolahan 4,66 4,27 9,31 -2,59

Pengadaan Listrik dan

Gas 5,71 7,01 4,66 6,49

Pengadaan Air, Pengolahan sampah, limbah dan daur ulang

5,68 7,79 10,47 13,63

Konstruksi 11,81 10,12 9,90 1,00

Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda

8,48 8,84 9,80 -1,54

(53)

Transportasi dan

Pergudangan 7,79 12,83 13,14 -11,07

Penyediaan akomodasi

dan makan minum 6,99 10,59 11,45 -0,08

Informasi dan

Komunikasi 9,83 9,93 9,98 11,25

Jasa Keuangan dan

Asuransi 2,25 2,51 3,25 2,65

Real Estat 7,10 5,49 1,62 2,68

Jasa Perusahaan 7,63 9,67 10,27 -5,80

Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan social

5,52 9,41 10,93 -1,13

Jasa Pendidikan 4,04 5,29 7,31 4,90

Jasa Kesehatan dan

Kegiatan lainnya 4,48 5,58 8,33 7,12

Jasa lainnya 8,42 11,01 11,19 -6,18

Produk Domestik

Regional Bruto 6,48 7,11 7,41 0,87

Sumber: Badan Pusat Statistik Barru, 2021

9. Gambaran Umum Objek Penelitan

1. Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Barru

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Barru terletak di Jl. Sultan Hasanuddin, Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Bapenda Kabupaten Barru bertanggung jawab untuk urusan pendapatan daerah berdasarkan azas otonomi dan pembantuan. Selain itu Badan pendapatan daerah atau juga dikenal dengan singkatan BAPENDA memiliki tugas dan fungsi lainnya. Bapenda memiliki tugas utama yaitu sebagai penyelenggara untuk pemungutan pendapatan daerah wilayah kerjanya dan sebagai koordinat instansi lain dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian hingga evaluasi pemungutan pendapatan daerah. Untuk fungsi BAPENDA adalah merumuskan kebijakan bidang pendapatan daerah, pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah, retribusi dan penerimaan daerah

(54)

izin bidang pendapatan daerah, penyusunan rencana pendapatan daerah, hingga evaluasi pendapatan daerahnya.

Beberapa sumber pendapatan daerah yang menjadi tanggung jawab BAPENDA adalah pengawasan penerimaan pajak baik pajak rumah bangunan, tanah, kendaraan bermotor, PBB perkotaan, bea perolehan ha atas tanah dan bangunan (BPHTB), pajak parkir mobil dan motor di wilayahnya. Terkait dengan hal itu, BAPENDA memiliki wewenang untuk menerbitkan izin-izin tertentu sesuai dengan fungsi dan tugasnya seperti surat izin pembangunan dan pengadaan billboard, izin pengadaan lahan parkir, izin reklame, dan lainnya.

2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Pendapatan Daerah 1. Kepala Badan

2. Sekertaris:

a. Kasubag program dan keuangan b. Kasubag umum dan SDM

3. Bidang perencanaan dan Pembagunan a. Sub bidang perencanaan dan pendapatan b. Sub bidang pengendalian dan evaluasi c. Sub bidang hukum dan perundang-undangan 4. Bidang pendaftaran dan penetapan

a. Sub bidang pendaftaran dan pendataan b. Sub bidang perhitungan dan penetapan c. Sub bidang pengelolaan dan informasi 5. Bidang penagihan, pembukuan dan pelaporan

(55)

b. Sub bidang pembukuan dan pelaporan bv

c. Sub bidang sarana dan prasarana benda berharga 6. UPTB

3. Tugas pokok dan fungsi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Barru

Tugas pokok Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Barru periode tahun 2016-2019, yaitu Membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintah Daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantu Daerah dibidang Pendapatan daerah.

Fungsi Badan pendapatan daerah Kabupaten Barru yaitu;

a. Yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.

Perumusan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan yang menunjang tugas organisasi.

b. Perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan dan pengembangan.

c. Perumusan kebijakan teknis dibidang pendaftaran, pendataan dan penetapan.

d. Perumusan kebijakan teknis di bidang penagihan, pembukuan dan pelaporan.

e. Pelaksanaan administrasi badan dan f. Pelaksanaan fungsi lain

Gambar

Tabel 1.1 Target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Barru  Tahun 2016-2020 ........................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Konsep  ..................................................................
Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Barru  Tahun 2016-2020
Tabel 1.2 Target dan realisasi retribusi pasar Kabupaten Barru Tahun  2016-2020  Tahun  Anggaran  Retribusi Pasar Target (RP)  Realisasi (RP)  2016  1.400.000.000.00  1.694.845.050.00  2017  1.876.053.050.00  1.996.368.800.00  2018  2.387.121.000.00  1.707
+7

Referensi

Dokumen terkait

Internet dengan berbagai pengaruh dan pengembangannya sangat memberikan banyak dampak terhadap pemakainya.Ditangan orang kreatif dan inovatif, perkembangan internet

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2010 tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Ketua,

Besarnya yield dan kualitas asap cair dipengaruhi oleh suhu dan waktu pirolsis, sehingga pada penelitian ini dilakukan variasi suhu dan waktu pirolisis serta ukuran tempurung

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus.Setiap siklus memiliki 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa keterampilan proses sains siswa tidak tumbuh dengan baik hal ini disebabkan karena dalam

Dana BOS tersebut tidak diterima secara sekaligus, melainkan setiap 3 bulan sekali (triwulan) atau 4 kali dalam setahun. Ketentuan penggunaan dana BOS tersebut

tidak semua hadis yang sanadnya sahih matannya juga sahih, sehingga perlu adanya penelitian matan hadis. Dalam mengkaji sebuah hadis, kritik matan baru bisa dilakukan

Penelitian yang dilakukan mengikuti penelitian pengembangan Research and Development (R&D) model Borg dan Gall yang dimodifikasi. Modul diuji pada dua SMK Kesehatan