• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Secara Teoritis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan para pembaca pada umumnya tentang persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh ISM Code, yaitu Sistem Manajemen Keselamatan.

2. Manfaat Secara Praktis

Diharapkan dapat menjadi bahan referensi pembelajaran untuk para taruna dan taruni Politeknik Pelayaran Surabaya serta para pembaca pada umumnya terkait dengan Sistem Manajemen Keselamatan guna mengurangi resiko kecelakaan kerja di kapal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Definisi-definisi

a. ISM CODE

International Safety Management Code diartikan sebagai peraturan manajemen keselamatan internasional untuk keamanan maupun keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran yang ditetapkan oleh Dewan Keselamatan Maritim IMO yang masih dimungkinkan untuk diamandemen (ISM CODE Sub-Management For The Safe Operation Of Ships 2010 Edition).

b. Sistem Manajemen Keselamatan

Sistem Manajemen Keselamatan merupakan sistem yang dipersyaratkan sesuai peraturan keselamatan International (SOLAS) yang tertuang didalam peraturan International Safety Management Code. Sistem Manajemen Keselamatan mengatur wewenang dan tanggung jawab perusahaan, wewenang dan tanggung jawab Nakhoda, instruksi dan prosedur pengoperasian kapal yang aman, familiarisasi dan pelatihan-pelatihan Personel. Ditegaskan pula dalam Sistem Manajemen Keselamatan terdapat hubungan kerja menurut koordinatif, dan konsultatif antara Personel darat dengan Personel kapal (Wikipedia).

c. Peranan

Peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa.” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:1173). Sedangkan pengertian peranan adalah kehadiran di dalam menentukan suatu proses keberlangsungan (Hari Soegiman, 1990: 2).

Sementara itu, Alvin L. Bertrand, seperti dikutip oleh Soleman B.

Taneko menyebutkan bahwa: "Yang dimaksud dengan peran adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang memangku status atau kedudukan tertentu" (Soleman B. Taneko, 1986: 23).

d. Keselamatan

Dari kata dasar selamat menurut KBBI adalah terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana; terhindar dari bahaya, malapetaka;

bencana; tidak kurang suatu apa; tidak mendapat gangguan;

kerusakan, dan sebagainya. Kata keselamatan sendiri memiliki definisi sebagai suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologis, ataupun pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut (Wikipedia).

e. Keselamatan Kerja

Segala upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan saat melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja juga merupakan tindakan aktif setiap orang untuk menjaga keselamatan dirinya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Sedangkan menurut

Suma’mur 1996, Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa.

f. Kapal

Menurut UU RI No. 21 tahun 1992 mengenai definisi kapal, adalah jenis kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, serta digerakan oleh tenaga mekanik, menggunakan tenaga angin atau ditunda, kapal termasuk jenis kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

2. Dasar Hukum

a. ISM CODE 2010 Edition

Edisi 2010 merupakan referensi penting bagi pemerintah maritim, kapal produsen, pemilik dan operator, perusahaan perkapalan, akademisi, mesin dan peralatan pabrik dan lain-lain dengan minat dalam memastikan keselamatan di laut dan menghindari kerusakan lingkungan hidup dan mencakup: Amandemen ISM CODE diadopsi pada tahun 2004, 2005 dan 2008; Pedoman pelaksanaan ISM CODE oleh Administrations (Resolusi Majelis A.1022 (26); teks lengkap dari SOLAS Bab IX Manajemen untuk Operasi Kapal Aman, sebagaimana telah diubah dalam 2000 dan 2005; Pedoman operasional pelaksanaan

Kode ISM oleh Perusahaan (MSC-MEPC.7/Circ.5); Pedoman kualifikasi, pelatihan dan pengalaman yang diperlukan untuk menjalankan peran orang yang ditunjuk di bawah ketentuan ISM Code (MSC-MEPC.7/Circ.6); dan Penyuluhan di dekat-miss pelaporan (MSC-MEPC .7/Circ.7).

ISM code membentuk suatu standar internasional untuk manajemen dan operasi kapal yang aman dengan menetapkan aturan bagi perusahaan pelayaran sehubungan dengan keselamatan dan pencegahan polusi serta untuk penerapan Sistem Manajemen Keselamatan. Sistem Manajemen Keselamatan menjadi tulang punggung bagi perusahaan pada saat ditentukan dan didokumentasikan, tugas dan aktifitas yang berkaitan dengan keselamatan dan perlindungan lingkungan, baik didarat maupun di kapal. Adanya peraturan pengoperasian kapal yang aman, ISM Code tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya kecelakaan-kecelakaan kapal sehingga tidak merugikan perusahaan yang bersangkutan dan instansi yang terkait lainnya. Untuk itu diperlukan adanya dukungan dari perusahaan atas kebutuhan operasional kapal yang aman bagi para pekerja, perlindungan terhadap lingkungan, dan manajemen perusahaan yang baik dengan mengoprtimalkan implentasi ISM Code.

Sesuai dengan kesadaran terhadap pentingnya faktor pekerja dan perlunya peningkatan manajemen operasional kapal dalam mencegah terjadinya kecelakaan kapal, manusia, muatan dan harta benda serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungan laut. Persyaratan

persyaratan dalam ISM Code, penerapan pemenuhan ISM Code ini diberlakukan secara internasional untuk semua jenis kapal dengan jenis dan tipe serta jadwal sebagai berikut.

Tanggal Ukuran & Tipe Kapal

01 Juli 1998 Semua Ukuran untuk Kapal Penumpang dan Kapal Penumpang Kecepatan Tinggi

GT >= 500 untuk Kapal Tangki Minyak, Kapal Tangki Bahan Kimia, Kapal Tangki Gas Cair, Kapal Muatan Curah, Kapal Barang Kecepatan Tinggi

01 Juli 2002 GT >= 500 untuk Kapal Barang lainnya dan Mobile Offshore Drilling Unit (MODU)

Tabel 2. 1 Ukuran & Tipe Kapal ISM Code Sumber: Biro Klasifikasi Indonesia

Pemerintah Indonesia yang meratifikasi Kode tersebut, menetapkan penjadwalan penerapan ISM Code bagi kapal-kapal berbendera Indonesia yang beroperasi secara internasional sesuai dengan jadwal tersebut diatas dan bagi yang beroperasi secara domestik diberlakukan sbb :

Tanggal Ukuran & Tipe Kapal

01 Juli 1998 Semua Ukuran untuk Kapal Penumpang, Kapal Penumpang Penyeberangan dan Kapal Penumpang Kecepatan Tinggi

GT >= 300 untuk Kapal Penyeberangan (Ferry)

GT >= 500 untuk Kapal Tangki Kimia dan Kapal Cargo Kecepatan Tinggi

01 Juli 1999 GT >= 500 untuk Kapal Tangki lainnya dan Kapal Tangki Gas Cair

01 Juli 2000 GT >= 500 untuk Kapal Muatan Curah

01 Juli 2002 100 <= GT < 300 untuk Kapal Penyeberangan (Ferry)

GT >= 500 untuk Kapal Peti Kemas

01 Juli 2003 GT >= 500 untuk Mobile Offshore Drilling Unit (MODU)

01 Juli 2004 GT >= 500 untuk Kapal Barang Lainnya

01 Juli 2006 150 <= GT < 500 untuk Kapal Tangki Kimia,

Kapal Tangki Gas Cair dan Kapal Barang Kecepatan Tinggi

Tabel 2. 2 Ratifikasi Indonesia Sumber: Biro Klasifikasi Indonesia

Sesuai dengan persyaratan ISM Code, semua perusahaan yang memiliki atau mengoperasikan kapal2 harus sesuai dengan penjadwalan diatas seperti tabel sebelumnya, harus menetapkan sistem manajemen keselamatan untuk perusahaan dan kapalnya dalam rangka menjamin operasional kapal dengan aman. Perusahaan (company) yang telah memenuhi persyaratan akan diterbitkan Dokumen kesesuaian atau Document of Compliance (DOC) dan setiap kapal yang telah memenuhi persyaratan akan diterbitkan sertifikat Manajemen Keselamatan atau Safety Management Certificate (SMC).

Baik DOC maupun SMC masa berlakunya hanya 5 tahun. Perusahaan dan kapalnya yang tidak memenuhi persyaratan ISM code akan menghadapi kesulitan dalam operasionalnya, baik diperairan internasional maupun domestik.

1) Document of Compliance (DOC), diberikan kepada perusahaan yang telah memenuhi persyaratan ISM Code. Dokumen ini diterbitkan oleh pemerintah organisasi yang telah diberi kewenangan atau atas permintaan pemerintah kepada Negara anggota lain. Salinan DOC harus ada dikapal, sehingga dapat

menunjukkan kepada petugas yang melakukan pemeriksaan. (ISM CODE Part A-Implementation 2010 Edition )

Gambar 2. 1 Document of Compliance Sumber: Dokumen Kapal

2) Safety Management Certificate (SMC), yaitu sertifikat manajemen keselamatan, diberikan kepada setiap kapal oleh pemerintah atau suatu organisasi yang diberi wewenang oleh pemerintah.

Pemerintah atau organisasi tersebut sebelum menerbitkan SMC harus memeriksa apakah perusahaan dan manajemen didarat dijalankan menurut system manajemen keselamatan yang telah disetujui. (ISM CODE Part A-Implementation 2010 Edition)

Gambar 2. 2 Safety Management Certificate Sumber: Dokumen Kapal

b. SOLAS Chapter IX “Management for the safe operation of ships”

SOLAS atau Safety of Life at Sea adalah peraturan yang mengatur keselamatan maritim paling utama. Demikian untuk meningkatkan jaminan keselamatan hidup di laut dimulai sejak tahun 1914 sebagai akibat tenggelamnya kapal RMS Titanic. Di mana diatur mengenai ketentuan tentang jumlah sekoci dan perangkat keselamatan lain serta peralatan yang dibutuhkan dalam prosedur penyelamatan, termasuk ketentuan untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan di atas kapal. Sejak pertama kali ditetapkan SOLAS telah mengalami beberapa perubahan atau amandemen pada tahun 1929, 1948, 1960, dan 1974. Sesuai dengan konvensi tahun 1974 saat ini SOLAS terdiri dari 12 Bab ditambah dengan 2 Bab baru sesuai dengan ketentuan

tanggal 1 Januari 2016 dan 1 Januari 2016 tentang pengopresaian kapal di daerah kutub. (Wikipedia).

IMO Assembly menetapkan bahwa cara terbaik untuk mewajibkan ISM Code adalah dengan menambahkan ISM Code pada SOLAS 1974. Pada tanggal 24 Mei 1994, SOLAS diubah dengan menambah Bab IX berjudul “Management for the Safe Operation of Ships.” yang terdiri dari enam regulations, ketiga yang menyatakan: “Perusahaan dan kapal wajib mematuhi persyaratan dari ISM Code.”

B. Kerangka Penelitian

MASALAH :

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan kurang dilaksanakan dengan baik dan benar.

SARAN :

1. Sebaiknya penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam manajemen keselamatan dapat ditingkatkan.

2. Sebaiknya Nakhoda dan Perwira di kapal untuk selalu meningkatkan pengawasan dan kedisiplinan kepada ABK agar selalu malakukan pekerjaan sesuai dengan Sistem Manajemen Keselamatan.

FAKTA :

1. 80 % kecelakaan kerja yang diakibatkan dari faktor kesalahan manusia.

2. Kurangnya pengawasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

3. Kurangnya kedisiplinan dan kesadaran diri pada ABK.

TEORI YANG DIGUNAKAN : 1. ISM Code.

2. SOLAS Chapter IX “Management for the safe operation of ships”

3. Asas Manajemen, George R. Terry.

4. Manajemen Kapal.

KESIMPULAN :

1. Faktor manajemen yang kurang maksimal penerapannya.

2. Kurang dilakukannya pengawasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

EVALUASI :

✓ Meningkatkan kedisiplinan ABK dalam menaati Sistem Manajemen Keselamatan.

✓ Meningkatkan pengawasan terhadap anak buah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian adalah suatu cara mencari dan mengungkapkan kebenaran dengan objektifitas, karena di sini kebenaran yang diperoleh secara konseptual atau deduktif saja tidak cukup tetapi harus diuji secara empiris.

Metode ini sebagai salah satu bentuk metode untuk mengetahui (method of knowing). (Sedarmayanti & Hidayat, S., 2011:28)

Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif dan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam pencarian fakta status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan interpretasi yang tepat (Sedarmayanti & Hidayat, S., 2011:33).

Sedangkan metode kualitatif menurut Moleong (1990:3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode kualitatif adalah suatu cara dalam menganalisa data-data yang akurat berdasarkan wawancara atau pengamatan secara langsung tentang suatu kejadian.

Metode ini peneliti dapat memahami dan mengungkapkan tentang masalah yang diteliti, dan juga metode kualitatif ini peneliti dapat melakukan observasi dengan objek yang diteliti. Dapat dipahami bahwa menganalisa deskriptif kualitatif adalah memberikan prediket pada variabel yang diteliti

sesuai dengan kondisi sebenarnya. Maksudnya adalah untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya antara keserasian teori dan praktek.

Dalam menganalisis dan mendeskripsikan mengenai Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan guna mengurangi resiko kecelakaan kerja diatas kapal. Penelitian menggunakan landasan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian serta bahan pembahasan hasil penelitian.

B. Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian

Rencana tempat dilaksanakannya penelitian dilakukan pada saat melaksanakan praktek laut di atas kapal selama ± 12 bulan dengan mengumpulkan data yang akan di dapat nantinya.

2. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian untuk memperoleh data dari pembuatan Karya Ilmiah Terapan ini adalah di Kapal MV. Segara Mas yang nantinya penulis akan terjun secara langsung ke lapangan pada saat Praktek Laut (PRALA).

Dengan tujuan agar penulis bisa menjawab dan melakukan observasi secara langsung guna menjawab rumusan masalah yang ada pada Karya Ilmiah Terapan ini. Sehingga pada bagian akhir penulis bisa memperoleh kesimpulan atas semua masalah yang ada pada Karya Ilmiah Terapan ini.

C. Jenis Dan Sumber Data 1. Jenis Data

Dalam Karya Ilmiah Terapan ini data yang digunakan adalah data kualitatif. Yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran umum objek penelitian, meliputi: kecakapan awak, standart perlatihan, perencanaan kerja, serta kurangnya pengetahuan awak kapal pada komunikasi yang menyebabkan terjadinya bahaya di atas kapal.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2006 : 123). Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan diteliti. Perlunya sumber data yang akan memeberikan informasi diantaranya yaitu :

1. Sumber data primer

Data primer adalah data yang hanya dapat diperoleh dari sumber asli atau pertama melalui narasumber yang tepat dan yang penulis jadikan responden dalam penelitian. Peneliti mendapatkan data primer ini melalui wawancara langsung ke responden atau informan diatas kapal, agar mendapatkan data yang tepat dan akurat.

2. Sumber data sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga peneliti tinggal mencari dan mengumpulkan informasi-informasi yang sudah tersedia. Data ini di peroleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia. Data yang peneliti peroleh berupa data-data

yang nyata sesuai dilokasi, karena di kapal sudah tersedia data-data tersebut.

D. Pemilihan Informan 1. Informan

Informan yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini adalah Nakhoda selaku penanggung jawab atas seluruh isi kapal termasuk kejadian di kapal dan segala hal mengenai anak buah kapal, Mualim selaku wakil Nakhoda di mana berperan penting mengawasi anak buah kapal dan anak buah kapal sendiri selaku objek dalam penelitian ini.

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, maka peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual, jadi dalam hal ini sampling dijaring sebanyak mungkin dari sumber. Maksud kedua dari informan adalah menggali informasi yang menjadi dasar dan rancangan teori yang akan dibangun dalam penelitian ini.

2. Teknik Penentuan Informan

Pemilihan infrorman sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan informasi yang lengkap dan akurat, informan yang bertindak sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat, yang akan menjadi informan narasumber (key informan) dalam penelitian ini adalah Nakhoda dan anak buah kapal.

Penelitian kualitatif tidak menuntut jumlah informan, tetapi bisa tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci, dan komplesitas

ditentukan dengan teknik snowball sampling, yaitu proses penentuan informan berdasarkan informan sebelumnya tanpa menentukan jumlahnya secara pasti dengan menggali informasi terkait topik penelitian yang diperlukan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009:225) cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh data dilapangan yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi menurut Kusuma (1987:25) adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Observasi pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.

Untuk memperoleh data yang autentik dalam pengumpulan data tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan ISM code.

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip nilai, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Data yang akan dicari dapat berupa arsip-arsip tertulis, guna mengetahui panduan sistem kerja yang terjadi.

3. Wawancara

Menurut Riduwan (2003:56) wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara merupakan proses tanya jawab secara lisan yang dilakukan seseorang saling berhadapan dan saling menerima serta memberikan informasi. Wawancara sebagai alat pengumpul data menghendaki adanya komunikasi langsung antara penelitian dengan sasaran penelitian.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam pengolahan data peniliti akan memahami dan menganalisis dengan deskriptif kualitatif yang memberikan prediket pada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, hasil ini akan diperoleh dari pelaksanaan observasi dan wawancara dianalisis dengan uraian dan penjelasan narasi.

Adapun tahap-tahap analisis data yang peneliti gunakan terdiri dari : 1. Seleksi data, yaitu menyeleksi data yang sudah terkumpul, apakah sudah

terjawab masalah penelitian yang akan disajikan atau belum.

2. Klasifikasi data yaitu mengklasifikasikan data yang telah terkumpul sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan.

3. Menarik kesimpulan yaitu menarik kesimpulan dari data yang ditulis.

G. Teknik Analisis Data

Proses analisis data merupakan proses memilih dari beberapa sumber maupun permasalahan yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

Dikatakan oleh Tesch (Creswell:1994) tidak ada satu jalan yang benar, oleh sebab itu metaphor dan analogi sangat sesuai untuk membuka atau mengajukan dan menjawab pertanyaan yang diperlukan.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil observasi dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.

Menurut Patton (Moleong, 2001:103), analisis data adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Lexy J.

Meoleong, yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan observasi dan studi dokumentasi.

2. Menarik Kesimpulan

Menarik Kesimpulan merupakan kemampuan peneliti dalam menyimpulkan berbagai temuan data yang diperoleh selama proses penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Dalam Karya Ilmiah Terapan ini penulis akan mendeskripsikan tentang gambaran umum obyek penelitian sesuai dengan judul penelitian ini yaitu

“MENINGKATKAN PERANAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN KEPADA KRU GUNA MENGURANGI RESIKO KECELAKAAN KERJA DI KAPAL”. Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum obyek penelitian ini pembaca dapat memahami dan mampu merasakan tentang hal yang terjadi pada saat penulis melakukan penelitian di atas MV. Segara Mas.

MV. Segara Mas adalah sebuah kapal Container yang dikelola oleh PT.

Pelayaran Tempuran Emas yang berkantor di Jl. Yos Sudarso Kav. 33, Sunter Jaya, RT.10/RW.11, Sunter Jaya, Tj. Priok, Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14360. Kapal MV Segara Mas memiliki nama panggilan (Call Sign) Yankey Bravo Oscar Siera 2 (YBOS 2) Port Of Registry Jakarta IMO No. 9313242, dan memiliki Dead Weight Tonnage

(DWT) 27.915 Ton. Ukuran – ukuran pokok kapal diantaranya : Panjang Kapal / Length Over All (LOA) 215.29 Meter dan lebar kapal 29.8 Meter.

Dalam melakukan penelitian, lokasi penelitian taruna yaitu di atas kapal MV. Segara Mas, perusahaan PT. Pelayaran Tempuran Emas, jenis kapal Container. Berikut Ship Particular kapal MV. Segara Mas :

SHIP’s PARTICULAR

Name Ship : MV. SEGARA MAS ex. Conti Emden Vessel Type : Gearless Cellular Container Vessel

Owner : PT Pelayaran Tempuran Mas Tbk (IMO No.1296233) Management : PT Pelayaran Tirtamas Express (IMO No. 1903936) Builder/Yard Number : Nordseewerke Shipyard GmbH, Germany / 548

Flag : INDONESIA

Number of Holds/Hatches : 6 Cargo Holds / 11 Hatches Dimension of Hatches :

Tonnage : INTERNATIONAL GRT 27,915 / NRT 14,045

Draught :

Load Line Mark Freeboard Draught Disp Deadweight

Summer S 4990 mm 11.55 m 49,131- 38,121-

Bunker Capacity : HFOT=2874,7M3; DOT=303,5M3; LOT=206,3M3 Fresh Water : FWT = 155,2M3—Feed Water : 73,9M3

Main Engine : MAN B&W/7L70 MC-C, s/n G3121-001;

21,770kW/29,607BHP, 108rpm, 2 stroke,

by HITZ Hitachi Zosen Corporation Aciake Machinery Works, Kumamoto, Japan, 2005 Engine suitable for burning HFO 700 Cst.

Gambar 4. 3 MV. Segara Mas Sumber : Findship MV Segara Mas

MV. Segara Mas mempunyai route yang tiap voyagenya Jakarta – Surabaya, Makassar – Bitung, Jakarta – Belawan, Jakarta – Makassar. Kapal ini memuat dan membongkar muatan Container atau Peti Kemas. Dalam pengoperasiannya, muatan yang akan dibongkar dan dimuat atau dikenal dengan istilah Discharging dan Loading yang sudah terhitung dalam sebuah Cargo Manifest. Dan akan diperiksa kembali oleh Mualim I di atas kapal

dengan dibuatnya sebuah Stowage Plan atau Bay Plan untuk proses bongkar dan muat muatan. Hal tersebut diulang berulangkali tiap voyage dan dilakukan pada saat kapal sandar di pelabuhan.

PT. Pelayaran Tempuran Emas mempunyai Sistem Manajemen Keselamatan yang telah memenuhi standar ISM Code. Hal ini dapat dibuktikan dari daftar form ISM Code yang digunakan untuk menunjang kinerja di kapal, serta untuk mengurangi resiko kecelakan kerja oleh kru kapal.

Gambar 4. 2 Daftar Form ISM Code Sumber : Kamera kapal

Kegiatan perkapalan juga sangat erat kaitannya dengan faktor kesehatan kerja dan keselamatan (K3) yang sangat penting bagi keberhasilan usaha dan keselamatan para awak kapal. PT Pelayaran Tempuran Emas menetapkan ketentuan K3 sesuai dengan aturan

Kegiatan perkapalan juga sangat erat kaitannya dengan faktor kesehatan kerja dan keselamatan (K3) yang sangat penting bagi keberhasilan usaha dan keselamatan para awak kapal. PT Pelayaran Tempuran Emas menetapkan ketentuan K3 sesuai dengan aturan

Dokumen terkait