• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN PERANAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEPADA KRU GUNA MENGURANGI RESIKO KECELAKAAN KERJA DI KAPAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENINGKATKAN PERANAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEPADA KRU GUNA MENGURANGI RESIKO KECELAKAAN KERJA DI KAPAL"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

KESELAMATAN KEPADA KRU GUNA MENGURANGI RESIKO KECELAKAAN KERJA DI KAPAL

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

MOCHAMAD RIZKI AL GHOZALY NIT.04.16.052.1.41/N

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III

POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA TAHUN 2020

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mochamad Rizki Al Ghozaly

Nomor Induk Taruna : 04.16.052.1.41

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah Terapan yang saya tulis dengan judul :

MENINGKATKAN PERANAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEPADA KRU GUNA MENGURANGI RESIKO KECELAKAAN KERJA DI KAPAL.

merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.

Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA, ...

Mochamad Rizki Al Ghozaly NIT: 04.16.052.1.41

(3)

PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : MENINGKATKAN PERANAN SISTEM

MANAJEMEN KESELAMATAN KEPADA KRU GUNA MENGURANGI RESIKO KECELAKAAN KERJA DI KAPAL

Nama : MOCHAMAD RIZKI AL GHOZALY

NIT : 04.16.052.1.41 Jurusan : Nautika

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan Surabaya, ………2020

Menyetujui:

Pembimbing I

MANUNGKU T P, S.Si.T., M.Pd.

Penata (III/c)

NIP. 197703232010121001

Pembimbing II

ELISE DWI LESTARI, S.Sos., M.Pd.

Penata Muda Tk I (III/b) NIP. 198106032002122002

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

DAVIQ WIRATNO, S.Si.T., M.T., M.Mar Penata Tk.I (III/d)

NIP. 197901072002121002

(4)

PENGESAHAN PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN

MENINGKATKAN PERANAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEPADA KRU GUNA MENGURANGI

RESIKO KECELAKAAN KERJA DI KAPAL

Disusun dan Diajukan Oleh : MOCHAMAD RIZKI AL GHOZALY

04.16.052.1.41 Ahli Nautika Tingkat III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan Politeknik Pelayaran Surabaya

Pada tanggal ………

Menyetujui:

Penguji I Penguji II Penguji III

SITI FATIMAH, S.Si.T., M.Pd.

Penata Tk. I (III/d) NIP. 198103172005022001

MANUNGKU T P, S.Si.T, M.Pd.

Penata (III/c)

NIP. 197703232010121001

ELISE DWI LESTARI, S.Sos, M.Pd.

Penata Muda Tk. I (III/b) NIP. 198106032002122002

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

DAVIQ WIRATNO, S.Si.T., M.T., M.Mar

Penata Tk.I (III/d)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat rahmat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Ilmiah Terapan ini dengan judul: “MENINGKATKAN PERANAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEPADA KRU GUNA MENGURANGI RESIKO KECELAKAAN KERJA DI KAPAL”.

Karya Ilmiah Terapan (KIT) merupakan salah satu persyaratan baku Taruna untuk menyelesaikan studi program Diploma III dan wajib diselesaikan pada periode yang ditetapkan. KIT merupakan syarat mutlak bagi Taruna pada saat melaksanakan Praktek Laut (PRALA) ketika berada di atas kapal.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa, susunan kalimat, maupun cara penulisan serta pembahasan materi akibat keterbatasan penulis dalam penguasaan materi, waktu dan data-data yang diperoleh.

Untuk itu penulis senantiasa menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Penulisan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak, olehnya itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada kedua orang tua dan saudara tercinta serta senior-senior yang selalu memberi dukungan baik moril maupun material serta kepada:

1. Capt. Heru Susanto, MM. selaku Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya.

2. Daviq Wiratno, S.Si.T., M.T., M.Mar. selaku Ketua Jurusan Nautika.

3. Manungku Trinata Pramudhita, S.Si.T., M.Pd., selaku dosen pembimbing I 4. Elise Dwi Lestari, S.Sos., M.Pd., selaku dosen pembimbing II.

5. Para dosen di Politeknik Pelayaran Surabaya pada umumnya dan para dosen jurusan Nautika pada khususnya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.

6. Rekan-rekan Taruna/i Politeknik Pelayaran Surabaya dan pihak yang membantu dalam penyusunan karya ilmiah terapan ini.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, semoga semua amal dan jasa mereka mendapat berkat serta anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

(6)

Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan karya ilmiah terapan ini. Penulis berharap semoga karya ilmiah terapan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi penulis serta bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya,...

Mochamad Rizki Al Ghozaly

(7)

ABSTRAK

MOCHAMAD RIZKI AL GHOZALY, Meningkatkan peranan sistem manajemen keselamatan kepada kru guna mengurangi resiko kecelakaan kerja di kapal. Dibimbing oleh Manungku Trinata Pramudhita dan Elise Dwi Lestari.

Kapal sebagai sarana angkutan laut memegang peranan yang sangat penting dalam kelancaran transportasi laut. Berdasarkan data kecelakaan yang dianalisis oleh IMO diketahui bahwa kecelakaan kapal yang disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) sebesar ± 80 % dan dari seluruh kesalahan manusia tersebut diketahui pula bahwa sekitar 80 % diantaranya diakibatkan oleh buruknya manajemen (poor management) perusahaan pelayaran. Sistem manajemen keselamatan merupakan salah satu hal yang perlu sangat diperhatikan dalam rangka menjamin operasional kapal dengan aman. Maka dari itu perlu diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan yang baik di atas kapal.

Penulis dalam penyusunan karya ilmiah terapan ini menggunakan penelitian kualitatif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penilitian menggunakan metode kualitatif.. Penelitian ini dilaksanakan selama pendidikan di Politeknik Pelayaran Surabaya dan juga nantinya Praktik Laut (PRALA) di atas kapal MV. Segara Mas dan data diambil dengan cara pengumpulan dari berbagai informasi yang tersedia di berbagai sumber. Penelitian ini dibuat sebagai syarat menyelesaikan pendidikan progam Diploma III di Politeknik Pelayaran Surabaya.

Berdasarkan dari hasil penelitian didapati bahwa, MV. Segara Mas telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan. Namun masih ada Anak Buah Kapal yang kurang memperhatikan prosedur keselamatan kerja dikarenakan kurangnya kedisiplinan dan kesadaran diri hingga menyebabkan kecelakaan pada saat kerja. Oleh karna itu, upaya peningkatan pengawasan dan kedisiplinan dari Perwira di kapal sangat diperlukan untuk mengurangi kecelakaan kerja di kapal.

Kata Kunci : Peranan, Keselamatan, ISM Code, Manajemen Keselamatan

(8)

ABSTRACT

MOCHAMAD RIZKI AL GHOZALY, Increasing application of Safety Management System for crew to reduce the risk of accidents on ship. Supervised by Manungku Trinata Pramudhita and Elise Dwi Lestari.

Ships as a means of sea transportation play a very important role in the smooth sea transportation. Based on accident data analyzed by IMO, it is known that ship accidents are caused by human error (± 80%) and of all human errors it is also known that around 80% of them are caused by poor management (poor management) of shipping companies. Safety management system is one of the things that need to be highly considered in order to guarantee the safe operation of the ship. Therefore it is necessary to apply a good Safety Management System on board.

The author in the preparation of applied scientific works uses qualitative research. The process and meaning are more highlighted in the research using qualitative methods. This research was carried out during education at the Surabaya Shipping Polytechnic and also later the Sea Practice (PRALA) aboard the MV. Segara Mas and data are collected by collecting various information available from various sources. This research was made as a condition of completing Diploma III education program at Surabaya Shipping Polytechnic.

Based on the results of the study found that, MV. Segara Mas has implemented a Safety Management System. But there are still Crews who pay less attention to work safety procedures due to lack of discipline and self-awareness to cause accidents during work. Therefore, efforts to improve supervision and discipline from Officers on board are needed to reduce workplace accidents

Keyword : Application, Safety, ISM Code, Safety Management

(9)

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN... iii

PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN ... iv

PENGESAHAN PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN ...v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6

A. Landasan Teori ... 6

B. Kerangka Penelitian ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ...17

A. Jenis Penelitian ... 17

B. Lokasi Penelitian ... 18

C. Jenis Dan Sumber Data ... 19

D. Pemilihan Informan ... 20

E. Teknik Pengumpulan Data ... 21

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 22

G. Teknik Analisis Data ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...24

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 24

B. Hasil Penelitian ... 29

(10)

BAB V KESIMPULAN ...38 A. Kesimpulan ... 38 B. Saran ... 38 LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Pertanyaan ... Error! Bookmark not defined.

B. Informan ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ...40

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Document of Compliance ... 13

Gambar 2. 2 Safety Management Certificate ... 14

Gambar 4. 1 MV. Segara Mas ... 26

Gambar 4. 2 Daftar Form ISM Code ... 27

Gambar 4. 3 Document of Compliance MV Segara Mas ... 28

Gambar 4. 4 Safety Management Certificate MV. Segara Mas ... 29

Gambar 4. 5 Checklist of Risk Assesment MV. Segara Mas ... 30

Gambar 4. 6 Ship’s Damage report ... 31

Gambar 4. 7 Report of Injury or Death ... 32

Gambar 4. 8 Near miss Report ... 32

(12)

Tabel 2. 1 Ukuran & Tipe Kapal ISM Code ... 10 Tabel 2. 2 Ratifikasi Indonesia... 12 Tabel 4. 1 Data Kasus Kecelakaan kerja MV. Segara Mas periode ... 33

(13)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

ISM Code merupakan standar internasional untuk manajemen keselamatan pengoperasian kapal-kapal dan pencegahan pencemaran laut yang disahkan oleh IMO (International Maritime Organization) dengan resolusi assembly : A. 741(18) pada tanggal 4 November 1993, di London dan menjadikan suatu instrumen internasional yang diwajibkan kepada seluruh anggota IMO untuk menerapkannya per tanggal 1 Juli 1998 sesuai dengan ketentuan dalam konvensi SOLAS 1974, Chapter IX - Management for the Safe Operation of Ships.

ISM Code adalah salah satu contoh standar sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan. Lebih kurang sejajar dengan OHSAS 18001:2007 dan ISO 14001:2004. ISM Code bukanlah standar sistem manajemen yang dijalankan atas asa sukarela melainkan merupakan standar manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang dipersyaratkan melalui perundangan dan persyaratan lain. Di Republik Indonesia, sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang jelas-jelas merupakan kewajiban berdasarkan peraturan perundang-undangan adalah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang telah diamanatkan melalui Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012.

Salah satu produk ISM Code adalah Sistem Manajemen Keselamatan.

Pengenalan Sistem Manajemen Keselamatan mengharuskan suatu perusahaan untuk mengembangkan dan menerapkan prosedur-prosedur dari manajemen

(14)

keselamatan guna menjamin bahwa kondisi, kegiatan dan tugas diatas kapal dilaksanakan sesuai dengan standar aturan yang baku dimana manajemen tersebut mempengaruhi keselamatan dan perlindungan kru diatas kapal yang telah direncanakan, diorganisasikan, diawasi sesuai dengan persyaratan- persyaratan dan perusahaan pelayaran.

Safety Management System (SMS) dikembangkan dan diterapkan oleh

kru yang terlibat dalam pengopersian kapal dan pencegahan pencemaran dilaut dari kapal itu. Sangat penting untuk mengenal bahwa tanggung-jawab dan kewenangan dari kru yang ada dan berbeda-beda dimana terlibat dalam sistem ini, dan jalur komunikasi antara kru darat dan kru kapal yang dipengaruhi oleh sistem itu sendiri. Sekali ditetapkan, dikembangkan dan diterapkan dalam tugas-tugas dan kegiatan yang berhubungan dengan keselamatan diatas kapal dan perlindungan lingkungan dilaut, kedua-duanya adalah merupakan sasaran dari dibentuknya suatu sistem manajemen keselamatan.

Salah satu jenis kecelakaan kerja di kapal adalah saat latihan pengoperasian sekoci, ini karena kurangnya pemahaman dan keterampilan awak kapal dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan di kapal.

Contohnya adalah kecelakaan sekoci yang menimpa kapal RFA Fort Victoria pada tanggal 10 September 2004 di Falmouth, Inggris. Seorang surveyor dari Maritime and Coastguard Agency (MCA), dan anggota awak kapal

mengalami cedera punggung saat latihan menurunkan sekoci yang berlangsung di atas kapal RFA Fort Victoria. Setidaknya seminggu sebelumnya, surveyor telah memberitahukan kepada pihak kapal bahwa

(15)

sebagai tambahan dari latihan sekoci standar, dia ingin mengamati pengoperasian peralatan sekoci yang tergantung di atas air. Hal ini bertujuan untuk memeriksa bahwa kru mengetahui prosedur operasi yang benar.

Sebelumnya, awak sekoci melakukan briefing keselamatan terlebih dahulu.

Setelah pengarahan selesai dan kapal siap diluncurkan, surveyor bergabung dengan enam anggota awak kapal di atas sekoci. Ketika semua orang duduk dan bersiap di dalam sekoci, mesin mulai dinyalakan dan sekoci diturunkan.

Saat sekoci diturunkan, surveyor ditanya apakah posisi sekoci di atas air benar untuk uji beban. Surveyor secara singkat melihat keluar dari sekoci dan mengatakan kepada kru untuk menurunkannya lebih lanjut. Setelah sekoci diturunkan lebih jauh, perlengkapan pelepasan sekoci dioperasikan tanpa pemeriksaan jarak antara sekoci dengan air terlebih dahulu.

Hal ini mengakibatkan sekoci jatuh dari ketinggian sekitar 1,2 meter dari atas air dan menyebabkan satu awak kapal mengalami patah tulang belakang, dan surveyor menderita cedera punggung. Kejadian ini terjadi pada pukul 15.20 waktu setempat. Selanjutnya, baik dari pihak kapal RFA Fort Victoria dan pihak MCA telah melakukan perubahan pada prosedur operasional untuk memastikan bahwa kecelakaan serupa tidak terjadi lagi.

Suatu perusahaan yang sukses dalam pengembangan dan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan yang sesuai, dari pengalaman yang ada ternyata menunjukkan adanya suatu pengurangan dalam kecelakaan- kecelakaan yang dapat menyebabkan suatu ancaman terhadap kru dan kerusakan terhadap lingkungan laut atau bahkan kerusakan terhadap harta benda dalam hal ini kapal dan inventarisnya sehingga dapat menyebabkan

(16)

keterlambatan dalam pengoperasian kapal dan muatan yang ada. Penjelasan diatas sangat mempengaruhi pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan, maka demi terwujudnya pelaksanaan Safety Management System (SMS) diatas kapal yang nyata sehingga prosedur-prosedur kerja sesuai checklist yang standar sesuai dengan ISM Code benar-benar dilaksanakan, penulis tertarik untuk mengambil judul:

“Meningkatkan peranan sistem manajemen keselamatan kepada kru guna mengurangi resiko kecelakaan kerja di kapal”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil perumusan masalah yang akan dibahas pada pembahasan bab-bab selanjutnya dalam Karya Ilmiah Terapan ini. Adapun perumusan masalah itu sendiri, yaitu;

Bagaimana pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan diatas kapal dalam rangka mengurangi resiko kecelakaan kerja.

C. Batasan Masalah

Dalam pembatasan masalah mengenai pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan diatas kapal MV. Segara Mas, penulis hanya membatasi masalah mengenai perencanaan kerja dan prosedur keselamatan yang harus dilakukan oleh para perwira dan kru rating kapal bagian dek.

(17)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tentang pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan yaitu; Agar dapat diketahui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan diatas kapal dalam rangka mengurangi resiko kecelakaan kerja.

E. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Secara Teoritis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan para pembaca pada umumnya tentang persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh ISM Code, yaitu Sistem Manajemen Keselamatan.

2. Manfaat Secara Praktis

Diharapkan dapat menjadi bahan referensi pembelajaran untuk para taruna dan taruni Politeknik Pelayaran Surabaya serta para pembaca pada umumnya terkait dengan Sistem Manajemen Keselamatan guna mengurangi resiko kecelakaan kerja di kapal.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Definisi-definisi

a. ISM CODE

International Safety Management Code diartikan sebagai peraturan manajemen keselamatan internasional untuk keamanan maupun keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran yang ditetapkan oleh Dewan Keselamatan Maritim IMO yang masih dimungkinkan untuk diamandemen (ISM CODE Sub-Management For The Safe Operation Of Ships 2010 Edition).

b. Sistem Manajemen Keselamatan

Sistem Manajemen Keselamatan merupakan sistem yang dipersyaratkan sesuai peraturan keselamatan International (SOLAS) yang tertuang didalam peraturan International Safety Management Code. Sistem Manajemen Keselamatan mengatur wewenang dan tanggung jawab perusahaan, wewenang dan tanggung jawab Nakhoda, instruksi dan prosedur pengoperasian kapal yang aman, familiarisasi dan pelatihan-pelatihan Personel. Ditegaskan pula dalam Sistem Manajemen Keselamatan terdapat hubungan kerja menurut koordinatif, dan konsultatif antara Personel darat dengan Personel kapal (Wikipedia).

(19)

c. Peranan

Peranan adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa atau bagian yang dimainkan seseorang dalam suatu peristiwa.” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:1173). Sedangkan pengertian peranan adalah kehadiran di dalam menentukan suatu proses keberlangsungan (Hari Soegiman, 1990: 2).

Sementara itu, Alvin L. Bertrand, seperti dikutip oleh Soleman B.

Taneko menyebutkan bahwa: "Yang dimaksud dengan peran adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang memangku status atau kedudukan tertentu" (Soleman B. Taneko, 1986: 23).

d. Keselamatan

Dari kata dasar selamat menurut KBBI adalah terbebas dari bahaya, malapetaka, bencana; terhindar dari bahaya, malapetaka;

bencana; tidak kurang suatu apa; tidak mendapat gangguan;

kerusakan, dan sebagainya. Kata keselamatan sendiri memiliki definisi sebagai suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologis, ataupun pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut (Wikipedia).

e. Keselamatan Kerja

Segala upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan saat melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja juga merupakan tindakan aktif setiap orang untuk menjaga keselamatan dirinya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Sedangkan menurut

(20)

Suma’mur 1996, Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa.

f. Kapal

Menurut UU RI No. 21 tahun 1992 mengenai definisi kapal, adalah jenis kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, serta digerakan oleh tenaga mekanik, menggunakan tenaga angin atau ditunda, kapal termasuk jenis kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

2. Dasar Hukum

a. ISM CODE 2010 Edition

Edisi 2010 merupakan referensi penting bagi pemerintah maritim, kapal produsen, pemilik dan operator, perusahaan perkapalan, akademisi, mesin dan peralatan pabrik dan lain-lain dengan minat dalam memastikan keselamatan di laut dan menghindari kerusakan lingkungan hidup dan mencakup: Amandemen ISM CODE diadopsi pada tahun 2004, 2005 dan 2008; Pedoman pelaksanaan ISM CODE oleh Administrations (Resolusi Majelis A.1022 (26); teks lengkap dari SOLAS Bab IX Manajemen untuk Operasi Kapal Aman, sebagaimana telah diubah dalam 2000 dan 2005; Pedoman operasional pelaksanaan

(21)

Kode ISM oleh Perusahaan (MSC-MEPC.7/Circ.5); Pedoman kualifikasi, pelatihan dan pengalaman yang diperlukan untuk menjalankan peran orang yang ditunjuk di bawah ketentuan ISM Code (MSC-MEPC.7/Circ.6); dan Penyuluhan di dekat-miss pelaporan (MSC-MEPC .7/Circ.7).

ISM code membentuk suatu standar internasional untuk manajemen dan operasi kapal yang aman dengan menetapkan aturan bagi perusahaan pelayaran sehubungan dengan keselamatan dan pencegahan polusi serta untuk penerapan Sistem Manajemen Keselamatan. Sistem Manajemen Keselamatan menjadi tulang punggung bagi perusahaan pada saat ditentukan dan didokumentasikan, tugas dan aktifitas yang berkaitan dengan keselamatan dan perlindungan lingkungan, baik didarat maupun di kapal. Adanya peraturan pengoperasian kapal yang aman, ISM Code tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya kecelakaan-kecelakaan kapal sehingga tidak merugikan perusahaan yang bersangkutan dan instansi yang terkait lainnya. Untuk itu diperlukan adanya dukungan dari perusahaan atas kebutuhan operasional kapal yang aman bagi para pekerja, perlindungan terhadap lingkungan, dan manajemen perusahaan yang baik dengan mengoprtimalkan implentasi ISM Code.

Sesuai dengan kesadaran terhadap pentingnya faktor pekerja dan perlunya peningkatan manajemen operasional kapal dalam mencegah terjadinya kecelakaan kapal, manusia, muatan dan harta benda serta mencegah terjadinya pencemaran lingkungan laut. Persyaratan

(22)

persyaratan dalam ISM Code, penerapan pemenuhan ISM Code ini diberlakukan secara internasional untuk semua jenis kapal dengan jenis dan tipe serta jadwal sebagai berikut.

Tanggal Ukuran & Tipe Kapal

01 Juli 1998 Semua Ukuran untuk Kapal Penumpang dan Kapal Penumpang Kecepatan Tinggi

GT >= 500 untuk Kapal Tangki Minyak, Kapal Tangki Bahan Kimia, Kapal Tangki Gas Cair, Kapal Muatan Curah, Kapal Barang Kecepatan Tinggi

01 Juli 2002 GT >= 500 untuk Kapal Barang lainnya dan Mobile Offshore Drilling Unit (MODU)

Tabel 2. 1 Ukuran & Tipe Kapal ISM Code Sumber: Biro Klasifikasi Indonesia

Pemerintah Indonesia yang meratifikasi Kode tersebut, menetapkan penjadwalan penerapan ISM Code bagi kapal-kapal berbendera Indonesia yang beroperasi secara internasional sesuai dengan jadwal tersebut diatas dan bagi yang beroperasi secara domestik diberlakukan sbb :

(23)

Tanggal Ukuran & Tipe Kapal

01 Juli 1998 Semua Ukuran untuk Kapal Penumpang, Kapal Penumpang Penyeberangan dan Kapal Penumpang Kecepatan Tinggi

GT >= 300 untuk Kapal Penyeberangan (Ferry)

GT >= 500 untuk Kapal Tangki Kimia dan Kapal Cargo Kecepatan Tinggi

01 Juli 1999 GT >= 500 untuk Kapal Tangki lainnya dan Kapal Tangki Gas Cair

01 Juli 2000 GT >= 500 untuk Kapal Muatan Curah

01 Juli 2002 100 <= GT < 300 untuk Kapal Penyeberangan (Ferry)

GT >= 500 untuk Kapal Peti Kemas

01 Juli 2003 GT >= 500 untuk Mobile Offshore Drilling Unit (MODU)

01 Juli 2004 GT >= 500 untuk Kapal Barang Lainnya

01 Juli 2006 150 <= GT < 500 untuk Kapal Tangki Kimia,

(24)

Kapal Tangki Gas Cair dan Kapal Barang Kecepatan Tinggi

Tabel 2. 2 Ratifikasi Indonesia Sumber: Biro Klasifikasi Indonesia

Sesuai dengan persyaratan ISM Code, semua perusahaan yang memiliki atau mengoperasikan kapal2 harus sesuai dengan penjadwalan diatas seperti tabel sebelumnya, harus menetapkan sistem manajemen keselamatan untuk perusahaan dan kapalnya dalam rangka menjamin operasional kapal dengan aman. Perusahaan (company) yang telah memenuhi persyaratan akan diterbitkan Dokumen kesesuaian atau Document of Compliance (DOC) dan setiap kapal yang telah memenuhi persyaratan akan diterbitkan sertifikat Manajemen Keselamatan atau Safety Management Certificate (SMC).

Baik DOC maupun SMC masa berlakunya hanya 5 tahun. Perusahaan dan kapalnya yang tidak memenuhi persyaratan ISM code akan menghadapi kesulitan dalam operasionalnya, baik diperairan internasional maupun domestik.

1) Document of Compliance (DOC), diberikan kepada perusahaan yang telah memenuhi persyaratan ISM Code. Dokumen ini diterbitkan oleh pemerintah organisasi yang telah diberi kewenangan atau atas permintaan pemerintah kepada Negara anggota lain. Salinan DOC harus ada dikapal, sehingga dapat

(25)

menunjukkan kepada petugas yang melakukan pemeriksaan. (ISM CODE Part A-Implementation 2010 Edition )

Gambar 2. 1 Document of Compliance Sumber: Dokumen Kapal

2) Safety Management Certificate (SMC), yaitu sertifikat manajemen keselamatan, diberikan kepada setiap kapal oleh pemerintah atau suatu organisasi yang diberi wewenang oleh pemerintah.

Pemerintah atau organisasi tersebut sebelum menerbitkan SMC harus memeriksa apakah perusahaan dan manajemen didarat dijalankan menurut system manajemen keselamatan yang telah disetujui. (ISM CODE Part A-Implementation 2010 Edition)

(26)

Gambar 2. 2 Safety Management Certificate Sumber: Dokumen Kapal

b. SOLAS Chapter IX “Management for the safe operation of ships”

SOLAS atau Safety of Life at Sea adalah peraturan yang mengatur keselamatan maritim paling utama. Demikian untuk meningkatkan jaminan keselamatan hidup di laut dimulai sejak tahun 1914 sebagai akibat tenggelamnya kapal RMS Titanic. Di mana diatur mengenai ketentuan tentang jumlah sekoci dan perangkat keselamatan lain serta peralatan yang dibutuhkan dalam prosedur penyelamatan, termasuk ketentuan untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan di atas kapal. Sejak pertama kali ditetapkan SOLAS telah mengalami beberapa perubahan atau amandemen pada tahun 1929, 1948, 1960, dan 1974. Sesuai dengan konvensi tahun 1974 saat ini SOLAS terdiri dari 12 Bab ditambah dengan 2 Bab baru sesuai dengan ketentuan

(27)

tanggal 1 Januari 2016 dan 1 Januari 2016 tentang pengopresaian kapal di daerah kutub. (Wikipedia).

IMO Assembly menetapkan bahwa cara terbaik untuk mewajibkan ISM Code adalah dengan menambahkan ISM Code pada SOLAS 1974. Pada tanggal 24 Mei 1994, SOLAS diubah dengan menambah Bab IX berjudul “Management for the Safe Operation of Ships.” yang terdiri dari enam regulations, ketiga yang menyatakan: “Perusahaan dan kapal wajib mematuhi persyaratan dari ISM Code.”

(28)

B. Kerangka Penelitian

MASALAH :

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan kurang dilaksanakan dengan baik dan benar.

SARAN :

1. Sebaiknya penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam manajemen keselamatan dapat ditingkatkan.

2. Sebaiknya Nakhoda dan Perwira di kapal untuk selalu meningkatkan pengawasan dan kedisiplinan kepada ABK agar selalu malakukan pekerjaan sesuai dengan Sistem Manajemen Keselamatan.

FAKTA :

1. 80 % kecelakaan kerja yang diakibatkan dari faktor kesalahan manusia.

2. Kurangnya pengawasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

3. Kurangnya kedisiplinan dan kesadaran diri pada ABK.

TEORI YANG DIGUNAKAN : 1. ISM Code.

2. SOLAS Chapter IX “Management for the safe operation of ships”

3. Asas Manajemen, George R. Terry.

4. Manajemen Kapal.

KESIMPULAN :

1. Faktor manajemen yang kurang maksimal penerapannya.

2. Kurang dilakukannya pengawasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

EVALUASI :

✓ Meningkatkan kedisiplinan ABK dalam menaati Sistem Manajemen Keselamatan.

✓ Meningkatkan pengawasan terhadap anak buah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian adalah suatu cara mencari dan mengungkapkan kebenaran dengan objektifitas, karena di sini kebenaran yang diperoleh secara konseptual atau deduktif saja tidak cukup tetapi harus diuji secara empiris.

Metode ini sebagai salah satu bentuk metode untuk mengetahui (method of knowing). (Sedarmayanti & Hidayat, S., 2011:28)

Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif dan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam pencarian fakta status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan interpretasi yang tepat (Sedarmayanti & Hidayat, S., 2011:33).

Sedangkan metode kualitatif menurut Moleong (1990:3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode kualitatif adalah suatu cara dalam menganalisa data-data yang akurat berdasarkan wawancara atau pengamatan secara langsung tentang suatu kejadian.

Metode ini peneliti dapat memahami dan mengungkapkan tentang masalah yang diteliti, dan juga metode kualitatif ini peneliti dapat melakukan observasi dengan objek yang diteliti. Dapat dipahami bahwa menganalisa deskriptif kualitatif adalah memberikan prediket pada variabel yang diteliti

(30)

sesuai dengan kondisi sebenarnya. Maksudnya adalah untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya antara keserasian teori dan praktek.

Dalam menganalisis dan mendeskripsikan mengenai Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan guna mengurangi resiko kecelakaan kerja diatas kapal. Penelitian menggunakan landasan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian serta bahan pembahasan hasil penelitian.

B. Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian

Rencana tempat dilaksanakannya penelitian dilakukan pada saat melaksanakan praktek laut di atas kapal selama ± 12 bulan dengan mengumpulkan data yang akan di dapat nantinya.

2. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian untuk memperoleh data dari pembuatan Karya Ilmiah Terapan ini adalah di Kapal MV. Segara Mas yang nantinya penulis akan terjun secara langsung ke lapangan pada saat Praktek Laut (PRALA).

Dengan tujuan agar penulis bisa menjawab dan melakukan observasi secara langsung guna menjawab rumusan masalah yang ada pada Karya Ilmiah Terapan ini. Sehingga pada bagian akhir penulis bisa memperoleh kesimpulan atas semua masalah yang ada pada Karya Ilmiah Terapan ini.

(31)

C. Jenis Dan Sumber Data 1. Jenis Data

Dalam Karya Ilmiah Terapan ini data yang digunakan adalah data kualitatif. Yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran umum objek penelitian, meliputi: kecakapan awak, standart perlatihan, perencanaan kerja, serta kurangnya pengetahuan awak kapal pada komunikasi yang menyebabkan terjadinya bahaya di atas kapal.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2006 : 123). Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan diteliti. Perlunya sumber data yang akan memeberikan informasi diantaranya yaitu :

1. Sumber data primer

Data primer adalah data yang hanya dapat diperoleh dari sumber asli atau pertama melalui narasumber yang tepat dan yang penulis jadikan responden dalam penelitian. Peneliti mendapatkan data primer ini melalui wawancara langsung ke responden atau informan diatas kapal, agar mendapatkan data yang tepat dan akurat.

2. Sumber data sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga peneliti tinggal mencari dan mengumpulkan informasi-informasi yang sudah tersedia. Data ini di peroleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia. Data yang peneliti peroleh berupa data-data

(32)

yang nyata sesuai dilokasi, karena di kapal sudah tersedia data-data tersebut.

D. Pemilihan Informan 1. Informan

Informan yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini adalah Nakhoda selaku penanggung jawab atas seluruh isi kapal termasuk kejadian di kapal dan segala hal mengenai anak buah kapal, Mualim selaku wakil Nakhoda di mana berperan penting mengawasi anak buah kapal dan anak buah kapal sendiri selaku objek dalam penelitian ini.

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, maka peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual, jadi dalam hal ini sampling dijaring sebanyak mungkin dari sumber. Maksud kedua dari informan adalah menggali informasi yang menjadi dasar dan rancangan teori yang akan dibangun dalam penelitian ini.

2. Teknik Penentuan Informan

Pemilihan infrorman sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan informasi yang lengkap dan akurat, informan yang bertindak sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat, yang akan menjadi informan narasumber (key informan) dalam penelitian ini adalah Nakhoda dan anak buah kapal.

Penelitian kualitatif tidak menuntut jumlah informan, tetapi bisa tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci, dan komplesitas

(33)

ditentukan dengan teknik snowball sampling, yaitu proses penentuan informan berdasarkan informan sebelumnya tanpa menentukan jumlahnya secara pasti dengan menggali informasi terkait topik penelitian yang diperlukan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009:225) cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh data dilapangan yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi menurut Kusuma (1987:25) adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Observasi pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.

Untuk memperoleh data yang autentik dalam pengumpulan data tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan ISM code.

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip nilai, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Data yang akan dicari dapat berupa arsip-arsip tertulis, guna mengetahui panduan sistem kerja yang terjadi.

(34)

3. Wawancara

Menurut Riduwan (2003:56) wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara merupakan proses tanya jawab secara lisan yang dilakukan seseorang saling berhadapan dan saling menerima serta memberikan informasi. Wawancara sebagai alat pengumpul data menghendaki adanya komunikasi langsung antara penelitian dengan sasaran penelitian.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam pengolahan data peniliti akan memahami dan menganalisis dengan deskriptif kualitatif yang memberikan prediket pada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, hasil ini akan diperoleh dari pelaksanaan observasi dan wawancara dianalisis dengan uraian dan penjelasan narasi.

Adapun tahap-tahap analisis data yang peneliti gunakan terdiri dari : 1. Seleksi data, yaitu menyeleksi data yang sudah terkumpul, apakah sudah

terjawab masalah penelitian yang akan disajikan atau belum.

2. Klasifikasi data yaitu mengklasifikasikan data yang telah terkumpul sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan.

3. Menarik kesimpulan yaitu menarik kesimpulan dari data yang ditulis.

G. Teknik Analisis Data

Proses analisis data merupakan proses memilih dari beberapa sumber maupun permasalahan yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

(35)

Dikatakan oleh Tesch (Creswell:1994) tidak ada satu jalan yang benar, oleh sebab itu metaphor dan analogi sangat sesuai untuk membuka atau mengajukan dan menjawab pertanyaan yang diperlukan.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil observasi dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.

Menurut Patton (Moleong, 2001:103), analisis data adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Lexy J.

Meoleong, yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan observasi dan studi dokumentasi.

2. Menarik Kesimpulan

Menarik Kesimpulan merupakan kemampuan peneliti dalam menyimpulkan berbagai temuan data yang diperoleh selama proses penelitian.

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Dalam Karya Ilmiah Terapan ini penulis akan mendeskripsikan tentang gambaran umum obyek penelitian sesuai dengan judul penelitian ini yaitu

“MENINGKATKAN PERANAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN KEPADA KRU GUNA MENGURANGI RESIKO KECELAKAAN KERJA DI KAPAL”. Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum obyek penelitian ini pembaca dapat memahami dan mampu merasakan tentang hal yang terjadi pada saat penulis melakukan penelitian di atas MV. Segara Mas.

MV. Segara Mas adalah sebuah kapal Container yang dikelola oleh PT.

Pelayaran Tempuran Emas yang berkantor di Jl. Yos Sudarso Kav. 33, Sunter Jaya, RT.10/RW.11, Sunter Jaya, Tj. Priok, Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14360. Kapal MV Segara Mas memiliki nama panggilan (Call Sign) Yankey Bravo Oscar Siera 2 (YBOS 2) Port Of Registry Jakarta IMO No. 9313242, dan memiliki Dead Weight Tonnage

(DWT) 27.915 Ton. Ukuran – ukuran pokok kapal diantaranya : Panjang Kapal / Length Over All (LOA) 215.29 Meter dan lebar kapal 29.8 Meter.

Dalam melakukan penelitian, lokasi penelitian taruna yaitu di atas kapal MV. Segara Mas, perusahaan PT. Pelayaran Tempuran Emas, jenis kapal Container. Berikut Ship Particular kapal MV. Segara Mas :

(37)

SHIP’s PARTICULAR

Name Ship : MV. SEGARA MAS ex. Conti Emden Vessel Type : Gearless Cellular Container Vessel

Owner : PT Pelayaran Tempuran Mas Tbk (IMO No.1296233) Management : PT Pelayaran Tirtamas Express (IMO No. 1903936) Builder/Yard Number : Nordseewerke Shipyard GmbH, Germany / 548

Flag : INDONESIA

Port of Registry : Jakarta Official No : 9313242 IMO Number : 9313242

Call Sign : YBOS2

Inmarsat - ID : 452503677

MMSI : 525020435

Class / Register Nmbr : DNV-GL / G111293 / Notasi GL * 100 A5 E Container Ship BWM-S SOLAS-II-2, Reg.19 ERS IW NAV-O

Number of Holds/Hatches : 6 Cargo Holds / 11 Hatches Dimension of Hatches :

1. No. 1 : 1 x 12,800 M x 15,528 M 2. No. 2 - 11 : 10 x 12,800 M x 25,680 M MAIN PARTICULARS

L.O.A : 215.29 M

L.B.P : 205.93 M

Breadht Moulded : 29.80 M Depth Moulded : 16.50 M

Tonnage : INTERNATIONAL GRT 27,915 / NRT 14,045

Draught :

Load Line Mark Freeboard Draught Disp Deadweight

Summer S 4990 mm 11.55 m 49,131- 38,121-

Winter W 11.55 m

Tropical T 11.55 m

Fresh Water FW Tropical FW TFW

Light Weight : 11,154 T

Bunker Capacity : HFOT=2874,7M3; DOT=303,5M3; LOT=206,3M3 Fresh Water : FWT = 155,2M3—Feed Water : 73,9M3

Main Engine : MAN B&W/7L70 MC-C, s/n G3121-001;

21,770kW/29,607BHP, 108rpm, 2 stroke,

by HITZ Hitachi Zosen Corporation Aciake Machinery Works, Kumamoto, Japan, 2005 Engine suitable for burning HFO 700 Cst.

(38)

Gambar 4. 3 MV. Segara Mas Sumber : Findship MV Segara Mas

MV. Segara Mas mempunyai route yang tiap voyagenya Jakarta – Surabaya, Makassar – Bitung, Jakarta – Belawan, Jakarta – Makassar. Kapal ini memuat dan membongkar muatan Container atau Peti Kemas. Dalam pengoperasiannya, muatan yang akan dibongkar dan dimuat atau dikenal dengan istilah Discharging dan Loading yang sudah terhitung dalam sebuah Cargo Manifest. Dan akan diperiksa kembali oleh Mualim I di atas kapal

dengan dibuatnya sebuah Stowage Plan atau Bay Plan untuk proses bongkar dan muat muatan. Hal tersebut diulang berulangkali tiap voyage dan dilakukan pada saat kapal sandar di pelabuhan.

PT. Pelayaran Tempuran Emas mempunyai Sistem Manajemen Keselamatan yang telah memenuhi standar ISM Code. Hal ini dapat dibuktikan dari daftar form ISM Code yang digunakan untuk menunjang kinerja di kapal, serta untuk mengurangi resiko kecelakan kerja oleh kru kapal.

(39)

Gambar 4. 2 Daftar Form ISM Code Sumber : Kamera kapal

(40)

Kegiatan perkapalan juga sangat erat kaitannya dengan faktor kesehatan kerja dan keselamatan (K3) yang sangat penting bagi keberhasilan usaha dan keselamatan para awak kapal. PT Pelayaran Tempuran Emas menetapkan ketentuan K3 sesuai dengan aturan International Safety Management Code (ISM Code) yang dikeluarkan oleh

IMO. Perusahaan telah memenuhi persyaratan ISM Code tersebut dan telah menerima sertifikat Document of Compliance dan kapal MV. Segara Mas telah mendapatkan sertifikat manajemen keselamatan atau Safety Management Certificate yang telah disetujui.

Gambar 4. 3 Document of Compliance MV Segara Mas Sumber : Dokumen Kapal

(41)

Gambar 4. 4 Safety Management Certificate MV. Segara Mas Sumber: Dokumen kapal

Oleh karena hal tersebut, setiap kru yang akan naik dibekali dengan pengetahuan Sistem Manajemen Keselamatan melalui presentasi yang dilakukan oleh pihak kantor, seperti menayangkan video alat keselamatan yang ada di kapal.

B. Hasil Penelitian 1. Penyajian Data

Sesuai dengan masalah yang diangkat maka sebagai deskripsi data, akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama penulis melaksanakan penelitian di atas kapal.

(42)

Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan di atas kapal MV.

Segara Mas sebenarnya sudah diterapkan dengan baik, seperti dapat dilihat dari sebelum kru melaksanakan kerja harian di atas kapal, Mualim I memberikan pengarahan kepada kru dek tentang kerja harian yang akan di laksanakan dan persiapan sebelum kerja seperti pengecekan checklist penilaian resiko atau checklist of risk assesment dan juga pengecekan alat – alat pelindung diri.

Gambar 4. 5 Checklist of Risk Assesment MV. Segara Mas

(43)

Pentingnya Sistem Manajemen Keselamatan di atas kapal dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja, namun masih saja ada temuan seperti kecelakaan kerja di atas kapal. Selanjutnya, penulis akan melampirkan data resiko kecelakaan di kapal MV. Segara Mas. Data tersebut diperoleh dari laporan Mualim I setiap bulannya yang akan dilaporkan ke Perusahaan. Data data tersebut antara lain :

a. 062’ – Ship’s damage report

b. 082’ – Notice of Damage by Stevadore to Ship c. 083’ – Notice of Loss or Damage of Gear d. 088’A – Report of Injury or Death

e. 088’C – Near miss report

Gambar 4. 6 Ship’s Damage report Sumber : Kamera Kapal

(44)

Gambar 4. 7 Report of Injury or Death Sumber : Kamera Kapal

Gambar 4. 8 Near miss Report

(45)

NO.

BULAN KEJADIAN

URAIAN KASUS DUGAAN PENYEBAB KETERANGAN

1 September 2018

Terjadi kerusakan windlass ketika akan berlabuh di Belawan, kecelakan tidak memakan korban.

Kapas rem windlass tipis

dan perlu diganti Kesalahan Peralatan

2 Januari 2019 Kaki ABK terkena twislock pada saat kapal bongkar muat di pelabuhan.

Korban tidak memakai

safety shoes Kesalahan Manusia

3 April 2019 ABK cidera pada kaki akibat tergencet drum di kamar mesin.

Korban tidak memakai

safety shoes Kesalahan Manusia

4 Mei 2019

ABK terkena chipping hammer yang tanpa sengaja jatuh akibat tersenggol oleh kaki ABK lainnya.

Korban lalai dan tidak menggunakan safety helmet

Kesalahan Manusia

5 Mei 2019 ABK terkena serpihan karat pada saat men-chipping pada saat kerja harian di deck.

Korban tidak memakai

safety google Kesalahan Manusia

Tabel 4. 1 Data Kasus Kecelakaan kerja MV. Segara Mas periode September 2018 – Mei 2019

Sumber: Dokumen Kapal

Contoh kasus diatas adalah ABK terkena serpihan karat pada saat men-chipping. Saat kapal berlayar dari Makassar menuju Surabaya, Mualim I memberi tugas kepada Boatswain untuk melakukan perawatan kapal yaitu chipping di daerah buritan kapal. Selanjutnya Boatswain meneruskan perintah tersebut kepada juru mudi, dan juru mudi tersebut melakukan chipping tanpa menggunakan kacamata dan hanya memakai earplug. Tidak lama kemudian juru mudi tersebut terkena serpihan karat,

untung saja hal tersebut tidak menimbulkan iritasi pada mata juru mudi tersebut.

Berdasarkan dari data di atas, 80% dari data kecelakaan di atas adalah berasal dari faktor kesalahan manusia. Kurangnya sosialisasi mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan pengawasan dalam pelaksanaannya

(46)

mengakibatkan kecelakaan kerja dan tujuan dari ISM Code melalui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan tidak akan tercapai sesuai yang diharapkan oleh perusahaan dan organisasi kapal itu sendiri.

2. Analisis Data

Dari contoh kejadian yang sudah didata dan diuraikan oleh penulis, kecelakaan kerja dapat menimpa kru yang bekerja di deck maupun di kamar mesin, walaupun perusahaan dan kapal telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan di atas kapal. Dari data yang sudah disajikan di atas kapal, dapat dianalisis bahwa :

a. Kejadian juru mudi terkena serpihan karat di bagian mata saat melakukan chipping di area buritan memang kondisi pada saat itu juru mudi berada di bawah dan area yang akan di chipping berada di atas kepala, sehingga karat – karat yang menempel pada saat sudah di chipping jatuh kebawah dan mengenai juru mudi tersebut. Boatswain

sebagai kepala kerja di deck sebenarnya sudah mengingatkan kepada seluruh anggotanya agar memakai alat pelindung diri secara lengkap tetapi himbuan tersebut tidak dihiraukan oleh juru mudi tersebut.

Pemahaman Anak Buah Kapal yang kurang tentang peranan dari Sistem Manajemen Keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman bekerja dikapal. Sehingga apabila anak buah kapal paham akan pekerjaan yang dilakukan dan resiko – resiko bahaya yang akan menimpanya,

(47)

b. Dalam sebuah manajemen terutama manajemen kapal, Menurut George R. Terry, fungsi manajemen disingkat menjadi POAC, yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Namun dalam

kenyataan dilapangan fungsi-fungsi tersebut masih kurang dipraktekkan dalam kehidupan kerja sehari-hari. Fungsi-fungsi manajemen tersebut yang paling menonjol kurang dioptimalkan penerapannya adalah fungsi controlling atau pengawasan. Penyebab kecelakaan di atas kapal selain human error yaitu, Kurangnya pengawasan secara intensif oleh perwira yang berkompeten mengenai Sistem Manajemen Keselamatan. Dalam hal ini Nakhoda dan Mualim I, merupakan penyebab yang dominan dari terjadinya penyimpangan - penyimpangan dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan diatas kapal.

c. Masalah sosialisasi dari pada Sistem Manajemen Keselamatan itu sendiri juga masih kurang maksimal, hal tersebut diindikasikan dengan adanya beberapa anak buah kapal belum mengerti tujuan dari ISM Code melalui sebuah Sistem Manajemen Keselamatan diatas kapal. Kurangnya Safety meeting dari Nakhoda juga merupakan hal penting dalam penyampaian Sistem Manajemen Keselamatan.

d. Seleksi kompetensi pengawakan yang kurang ketat, sehingga pada saat menjalani kontrak kerja (PKL) kemampuan dan skill para personil kapal terutama para kru rating di dek sangat kurang dalam memahami ISM Code mengenai Sistem Manajemen Keselamatan walaupun di kantor mereka telah mendapatkan pengarahan melalui

(48)

presentasi. Akibatnya mereka masih sering mengalami kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan yang akhirnya berakibat menjadi resiko dalam melaksanakan pekerjaan. Mereka bekerja hanya menggunakan pengalaman yang mereka miliki pada waktu melaksanakan kontrak kerja di kapal sebelumnya tanpa memperhatikan prosedur yang jelas, padahal antara kapal yang satu dengan yang lain dalam satu perusahaan belum tentu mempunyai sistem kerja yang sama.

3. Pemecahan Masalah

Untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja di atas kapal, perlu ditingkatkan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan di atas kapal, maka hal – hal yang dapat dilakukan adalah :

a. Meningkatkan kedisiplinan anak buah kapal dalam menaati peraturan keselamatan kerja terutama dalam menaati Sistem Manajemen Keselamatan. Apabila ada kru kapal yang tidak menaati maka dengan cara memberi peringatan hingga pada pemberhentian jika perlu dilakukan, apabila hal tersebut dinilai membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.

b. Dari 4 (empat) fungsi manajemen yang ada, yang perlu lebih ditingkatkan adalah Fungsi Pengawasan. Jika ditinjau dari fakta – fakta dan analisa, kecelakaan - kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kurangnya pengawasan (lack of control) lemahnya pengawasan tersebut diakibatkan oleh pelaksanaan yang kurang memadai. Pihak

(49)

Officer harus meningkatkan pengawasan kepada anak buahnya dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk selalu mengenakan perlengkapan keselamatan dalam bekerja. Nakhoda tidak segan - segan menegur atau memberi peringatan kepada para Mualim dan kru Rating jika mereka lalai menjalankan tugasnya sebelum kejadian yang merugikan terjadi.

c. Waktu yang tepat untuk menjelaskan mengenai isi dari Sistem Manajemen Keselamatan di kapal adalah pada waktu Safety meeting yang dilaksanakan seminggu sekali. Disamping itu pada saat Safety Meeting berlangsung dapat dipraktekkan secara langsung apa yang di

diskusikan sehingga sangat efisien dan dapat dikoreksi kekuranganya.

Peran Nakhoda sebagai pemimpin di atas kapal mampu memberikan manajemen kerja yang baik di atas kapal yaitu dengan memberikan motivasi kepada para personil kapal sebagai anak buahnya.

d. Pihak perusahaan hendaknya dalam menerima anak buah kapal yang baru agar diseleksi dengan baik dan memperhatikan kelengkapan dokumen / sertifikat dan pengalaman bekerja di kapal. Hal ini dimaksudkan supaya mendapatkan sumber daya manusia yang handal, terampil dan mengerti akan tugas dan tanggung jawab masing – masing. Hal ini dimaksud untuk mengurangi resiko kecelakaan dalam bekerja di atas kapal.

(50)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Sistem Manajemen Keselamatan sangat berpengaruh penting terhadap keselamatan kerja di atas kapal, Berdasarkan dari hasil penelitian diatas, dapat diambil kesimpulan :

1. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan di kapal MV. Segara Mas kurang dilaksanakan dengan benar. Walaupun perusahaan telah memberikan pengarahan kepada kru sebelum naik di atas kapal dan Nakhoda selalu mengadakan safety meeting, namun masih ada anak buah kapal yang kurang memperhatikan prosedur keselamatan kerja dikarenakan kurangnya kedisiplinan dan kesadaran diri.

2. Kurangnya pengawasan dari Nakhoda dan Perwira terhadap anak buahnya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Apabila mereka tidak mau melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Sistem Manajemen Keselamatan maka teguran secara langsung bisa dilakukan dan bahkan apabila masih melanggar maka dengan memberikan surat peringatan atau pemberhentian akan memberikan efek jera untuk mereka.

B. Saran

Berikut adalah beberapa saran yang bisa penulis berikan agar penerapan Sistem Manajemen Keselamatan di kapal MV. Segara Mas dapat ditingkatkan yaitu :

(51)

1. Sebaiknya faktor – faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di atas kapal dapat diminimaliskan, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara familiarisasi pada saat kru yang baru naik dan melaksanakan safety meeting secara intensif. Hal ini dilakukan yang bertujuan agar kru kapal yang baru naik dapat mengerti tentang Sistem Manajemen keselamatan dan mengerti tentang kondisi kapal sebelum memulai pekerjaan di atas kapal.

2. Sebaiknya Nakhoda dan Perwira di kapal untuk selalu meningkatkan pengawasan dan kedisiplinan kepada kru kapal agar selalu malakukan pekerjaan sesuai dengan Sistem Manajemen Keselamatan. Kedisiplinan ini meliputi teguran hingga sanksi apabila kru di kapal tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Sistem Manajemen Keselamatan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja di atas kapal yang akan mengganggu operasional kapal.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Aminudin, P. (Ed.). (1990). Pengembangan Penelitian Kualitatif.

Ardiansyah. (2011). ISM CODE. http://ismcodeardiansyah.blogspot.co.id/2011/.

Diakses pada tanggal 03 April 2018.

Arianna. (2011). Macam Macam Prosedur Keadaan Darurat.

http://boeceng.blogspot.co.id/2011/07/macam-macam-prosedur-keadaan- darurat-di.html. Diakses pada tanggal 05 Juni 2017

Arikunto, S. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Bungin, B. (2011). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Creswell, & W, J. (1994). Research Design Quantitative & Qualitative Approach.

London: Sage Publication, Inc.

George R. Terry. (2011: 10). Principle of Management.

Hari Soegiman. (1990: 2). Pengertian Peranan.

ISM CODE. (2010). International Safety Management Code 2010 Edition.

London: International Maritime Organization.

Koentjaraningrat. (1993: 89). Deskriptif Kualitatif.

Kusuma. (1987:25). Teknik Observasi

Moleong, Lexy J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: PT. Remaja Rosdakarya.

Riduwan. (2003). Dasar-dasar Statistika Cetakan Ketiga. Bandung: Alfabet.

Ridwan. (2011). Definisi Kapal, Jenis-jenis Kapal Non-Konvensi.

http://informasipelaut.blogspot.co.id/2011/06/definisi-kapal-jenis-jenis- kapal-non.html, (diakses pada 21 Mei 2017)

Rurabakara. (2017). Aturan Manajemen Keselamatan Pelayaran https://rurabakara1.wordpress.com/2010/05/10/aturan-manajemen-

keselamatan-pelayaran/. Diakses pada tanggal 7 Mei 2018

Sedarmayanti, & Hidayat, S. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju.

(53)

Soleman B. Taneko. (1986: 23). Konsepsi System Sosial dan System Sosial Indonesia. Jakarta: Fajar Agung.

Sucfriyanita. (2011). Kegiatan Sertifikasi ISM CODE.

http://popaymini.blogspot.co.id/2011/11/kegiatan-sertifikasi-ism-code.html.

Diakses pada tanggal 05 Juni 2018 Sugiyono. (2009: 225). Teknik Pengumpulan Data.

Suma’mur. (1996). Hiegine Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV.

Agung Seto

Wikipedia. (2018). Keselamatan. https://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatan, (diakses pada 20 Mei 2018).

Wikipedia. (2018). SOLAS Convention.

https://en.wikipedia.org/wiki/SOLAS_Convention#Later_amendments, (diakses pada 15 Juni 2018)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya media sharing yang lebih dari 1 (dengan alamat IP Web berbeda- beda) seperti tersebut di atas menjadi kendala tersendiri bagi unit kerja yang ingin

Begitu pula dengan orang yang memiliki pekerjaan di atas kapal baik itu awak kapal (crew) kapal atau bukan awak kapal (crew) kapal yang memiliki resiko kecelakaan

Yaitu anak buah kapal tersebut tidak menggunakan safety helmet, kaca mata pengaman, sarung tangan,sepatu kerja dan alat keselamatan lainnya sehingga dapat

Pihak pelabuhan secara berkala mengadakan program pelatihan untuk tindakan darurat di atas kapal dan selalu melakukan peninjauan terhadap sistem manajemen keselamatan yang

Menurut OSHA (Occupational Safety and Health Administration ) , Personal Safety Equipment atau alat pelindung diri didefinisikan sebagai alat yang digunakan

•• Jangan mempunyai admin yang terlalu ramai Jangan mempunyai admin yang terlalu ramai •• Dapatkan cara menulis yang sesuai dan kekal Dapatkan cara menulis yang sesuai dan

Dengan mengamati video proses pembuatan gulali, siswa dapat mengidentifikasi informasi tentang perubahan wujud pada proses memasak makanan gulali dengan tepat..

Tahap selanjutnya ialah mencanting, yaitu proses pelekatan malam pada kain dengan alat canting dengan mengikuti pola yang telah dijiplak. Dalam proses pencantingan terdapat