• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Teknik Analisis Data

Proses analisis data merupakan proses memilih dari beberapa sumber maupun permasalahan yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

Dikatakan oleh Tesch (Creswell:1994) tidak ada satu jalan yang benar, oleh sebab itu metaphor dan analogi sangat sesuai untuk membuka atau mengajukan dan menjawab pertanyaan yang diperlukan.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil observasi dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.

Menurut Patton (Moleong, 2001:103), analisis data adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Lexy J.

Meoleong, yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan observasi dan studi dokumentasi.

2. Menarik Kesimpulan

Menarik Kesimpulan merupakan kemampuan peneliti dalam menyimpulkan berbagai temuan data yang diperoleh selama proses penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Dalam Karya Ilmiah Terapan ini penulis akan mendeskripsikan tentang gambaran umum obyek penelitian sesuai dengan judul penelitian ini yaitu

“MENINGKATKAN PERANAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN KEPADA KRU GUNA MENGURANGI RESIKO KECELAKAAN KERJA DI KAPAL”. Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum obyek penelitian ini pembaca dapat memahami dan mampu merasakan tentang hal yang terjadi pada saat penulis melakukan penelitian di atas MV. Segara Mas.

MV. Segara Mas adalah sebuah kapal Container yang dikelola oleh PT.

Pelayaran Tempuran Emas yang berkantor di Jl. Yos Sudarso Kav. 33, Sunter Jaya, RT.10/RW.11, Sunter Jaya, Tj. Priok, Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14360. Kapal MV Segara Mas memiliki nama panggilan (Call Sign) Yankey Bravo Oscar Siera 2 (YBOS 2) Port Of Registry Jakarta IMO No. 9313242, dan memiliki Dead Weight Tonnage

(DWT) 27.915 Ton. Ukuran – ukuran pokok kapal diantaranya : Panjang Kapal / Length Over All (LOA) 215.29 Meter dan lebar kapal 29.8 Meter.

Dalam melakukan penelitian, lokasi penelitian taruna yaitu di atas kapal MV. Segara Mas, perusahaan PT. Pelayaran Tempuran Emas, jenis kapal Container. Berikut Ship Particular kapal MV. Segara Mas :

SHIP’s PARTICULAR

Name Ship : MV. SEGARA MAS ex. Conti Emden Vessel Type : Gearless Cellular Container Vessel

Owner : PT Pelayaran Tempuran Mas Tbk (IMO No.1296233) Management : PT Pelayaran Tirtamas Express (IMO No. 1903936) Builder/Yard Number : Nordseewerke Shipyard GmbH, Germany / 548

Flag : INDONESIA

Number of Holds/Hatches : 6 Cargo Holds / 11 Hatches Dimension of Hatches :

Tonnage : INTERNATIONAL GRT 27,915 / NRT 14,045

Draught :

Load Line Mark Freeboard Draught Disp Deadweight

Summer S 4990 mm 11.55 m 49,131- 38,121-

Bunker Capacity : HFOT=2874,7M3; DOT=303,5M3; LOT=206,3M3 Fresh Water : FWT = 155,2M3—Feed Water : 73,9M3

Main Engine : MAN B&W/7L70 MC-C, s/n G3121-001;

21,770kW/29,607BHP, 108rpm, 2 stroke,

by HITZ Hitachi Zosen Corporation Aciake Machinery Works, Kumamoto, Japan, 2005 Engine suitable for burning HFO 700 Cst.

Gambar 4. 3 MV. Segara Mas Sumber : Findship MV Segara Mas

MV. Segara Mas mempunyai route yang tiap voyagenya Jakarta – Surabaya, Makassar – Bitung, Jakarta – Belawan, Jakarta – Makassar. Kapal ini memuat dan membongkar muatan Container atau Peti Kemas. Dalam pengoperasiannya, muatan yang akan dibongkar dan dimuat atau dikenal dengan istilah Discharging dan Loading yang sudah terhitung dalam sebuah Cargo Manifest. Dan akan diperiksa kembali oleh Mualim I di atas kapal

dengan dibuatnya sebuah Stowage Plan atau Bay Plan untuk proses bongkar dan muat muatan. Hal tersebut diulang berulangkali tiap voyage dan dilakukan pada saat kapal sandar di pelabuhan.

PT. Pelayaran Tempuran Emas mempunyai Sistem Manajemen Keselamatan yang telah memenuhi standar ISM Code. Hal ini dapat dibuktikan dari daftar form ISM Code yang digunakan untuk menunjang kinerja di kapal, serta untuk mengurangi resiko kecelakan kerja oleh kru kapal.

Gambar 4. 2 Daftar Form ISM Code Sumber : Kamera kapal

Kegiatan perkapalan juga sangat erat kaitannya dengan faktor kesehatan kerja dan keselamatan (K3) yang sangat penting bagi keberhasilan usaha dan keselamatan para awak kapal. PT Pelayaran Tempuran Emas menetapkan ketentuan K3 sesuai dengan aturan International Safety Management Code (ISM Code) yang dikeluarkan oleh

IMO. Perusahaan telah memenuhi persyaratan ISM Code tersebut dan telah menerima sertifikat Document of Compliance dan kapal MV. Segara Mas telah mendapatkan sertifikat manajemen keselamatan atau Safety Management Certificate yang telah disetujui.

Gambar 4. 3 Document of Compliance MV Segara Mas Sumber : Dokumen Kapal

Gambar 4. 4 Safety Management Certificate MV. Segara Mas Sumber: Dokumen kapal

Oleh karena hal tersebut, setiap kru yang akan naik dibekali dengan pengetahuan Sistem Manajemen Keselamatan melalui presentasi yang dilakukan oleh pihak kantor, seperti menayangkan video alat keselamatan yang ada di kapal.

B. Hasil Penelitian 1. Penyajian Data

Sesuai dengan masalah yang diangkat maka sebagai deskripsi data, akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama penulis melaksanakan penelitian di atas kapal.

Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan di atas kapal MV.

Segara Mas sebenarnya sudah diterapkan dengan baik, seperti dapat dilihat dari sebelum kru melaksanakan kerja harian di atas kapal, Mualim I memberikan pengarahan kepada kru dek tentang kerja harian yang akan di laksanakan dan persiapan sebelum kerja seperti pengecekan checklist penilaian resiko atau checklist of risk assesment dan juga pengecekan alat – alat pelindung diri.

Gambar 4. 5 Checklist of Risk Assesment MV. Segara Mas

Pentingnya Sistem Manajemen Keselamatan di atas kapal dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja, namun masih saja ada temuan seperti kecelakaan kerja di atas kapal. Selanjutnya, penulis akan melampirkan data resiko kecelakaan di kapal MV. Segara Mas. Data tersebut diperoleh dari laporan Mualim I setiap bulannya yang akan dilaporkan ke Perusahaan. Data data tersebut antara lain :

a. 062’ – Ship’s damage report

b. 082’ – Notice of Damage by Stevadore to Ship c. 083’ – Notice of Loss or Damage of Gear d. 088’A – Report of Injury or Death

e. 088’C – Near miss report

Gambar 4. 6 Ship’s Damage report Sumber : Kamera Kapal

Gambar 4. 7 Report of Injury or Death Sumber : Kamera Kapal

Gambar 4. 8 Near miss Report

NO.

BULAN KEJADIAN

URAIAN KASUS DUGAAN PENYEBAB KETERANGAN

1 September 2018

Terjadi kerusakan windlass ketika akan berlabuh di Belawan, kecelakan tidak memakan korban.

Kapas rem windlass tipis

dan perlu diganti Kesalahan Peralatan

2 Januari 2019 Kaki ABK terkena twislock pada saat kapal bongkar muat di pelabuhan.

Korban tidak memakai

safety shoes Kesalahan Manusia

3 April 2019 ABK cidera pada kaki akibat tergencet drum di kamar mesin.

Korban tidak memakai

safety shoes Kesalahan Manusia

4 Mei 2019

ABK terkena chipping hammer yang tanpa sengaja jatuh akibat saat kerja harian di deck.

Korban tidak memakai

safety google Kesalahan Manusia

Tabel 4. 1 Data Kasus Kecelakaan kerja MV. Segara Mas periode September 2018 – Mei 2019

Sumber: Dokumen Kapal

Contoh kasus diatas adalah ABK terkena serpihan karat pada saat men-chipping. Saat kapal berlayar dari Makassar menuju Surabaya, Mualim I memberi tugas kepada Boatswain untuk melakukan perawatan kapal yaitu chipping di daerah buritan kapal. Selanjutnya Boatswain meneruskan perintah tersebut kepada juru mudi, dan juru mudi tersebut melakukan chipping tanpa menggunakan kacamata dan hanya memakai earplug. Tidak lama kemudian juru mudi tersebut terkena serpihan karat,

untung saja hal tersebut tidak menimbulkan iritasi pada mata juru mudi tersebut.

Berdasarkan dari data di atas, 80% dari data kecelakaan di atas adalah berasal dari faktor kesalahan manusia. Kurangnya sosialisasi mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan pengawasan dalam pelaksanaannya

mengakibatkan kecelakaan kerja dan tujuan dari ISM Code melalui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan tidak akan tercapai sesuai yang diharapkan oleh perusahaan dan organisasi kapal itu sendiri.

2. Analisis Data

Dari contoh kejadian yang sudah didata dan diuraikan oleh penulis, kecelakaan kerja dapat menimpa kru yang bekerja di deck maupun di kamar mesin, walaupun perusahaan dan kapal telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan di atas kapal. Dari data yang sudah disajikan di atas kapal, dapat dianalisis bahwa :

a. Kejadian juru mudi terkena serpihan karat di bagian mata saat melakukan chipping di area buritan memang kondisi pada saat itu juru mudi berada di bawah dan area yang akan di chipping berada di atas kepala, sehingga karat – karat yang menempel pada saat sudah di chipping jatuh kebawah dan mengenai juru mudi tersebut. Boatswain

sebagai kepala kerja di deck sebenarnya sudah mengingatkan kepada seluruh anggotanya agar memakai alat pelindung diri secara lengkap tetapi himbuan tersebut tidak dihiraukan oleh juru mudi tersebut.

Pemahaman Anak Buah Kapal yang kurang tentang peranan dari Sistem Manajemen Keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman bekerja dikapal. Sehingga apabila anak buah kapal paham akan pekerjaan yang dilakukan dan resiko – resiko bahaya yang akan menimpanya,

b. Dalam sebuah manajemen terutama manajemen kapal, Menurut George R. Terry, fungsi manajemen disingkat menjadi POAC, yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Namun dalam

kenyataan dilapangan fungsi-fungsi tersebut masih kurang dipraktekkan dalam kehidupan kerja sehari-hari. Fungsi-fungsi manajemen tersebut yang paling menonjol kurang dioptimalkan penerapannya adalah fungsi controlling atau pengawasan. Penyebab kecelakaan di atas kapal selain human error yaitu, Kurangnya pengawasan secara intensif oleh perwira yang berkompeten mengenai Sistem Manajemen Keselamatan. Dalam hal ini Nakhoda dan Mualim I, merupakan penyebab yang dominan dari terjadinya penyimpangan - penyimpangan dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan diatas kapal.

c. Masalah sosialisasi dari pada Sistem Manajemen Keselamatan itu sendiri juga masih kurang maksimal, hal tersebut diindikasikan dengan adanya beberapa anak buah kapal belum mengerti tujuan dari ISM Code melalui sebuah Sistem Manajemen Keselamatan diatas kapal. Kurangnya Safety meeting dari Nakhoda juga merupakan hal penting dalam penyampaian Sistem Manajemen Keselamatan.

d. Seleksi kompetensi pengawakan yang kurang ketat, sehingga pada saat menjalani kontrak kerja (PKL) kemampuan dan skill para personil kapal terutama para kru rating di dek sangat kurang dalam memahami ISM Code mengenai Sistem Manajemen Keselamatan walaupun di kantor mereka telah mendapatkan pengarahan melalui

presentasi. Akibatnya mereka masih sering mengalami kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan yang akhirnya berakibat menjadi resiko dalam melaksanakan pekerjaan. Mereka bekerja hanya menggunakan pengalaman yang mereka miliki pada waktu melaksanakan kontrak kerja di kapal sebelumnya tanpa memperhatikan prosedur yang jelas, padahal antara kapal yang satu dengan yang lain dalam satu perusahaan belum tentu mempunyai sistem kerja yang sama.

3. Pemecahan Masalah

Untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja di atas kapal, perlu ditingkatkan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan di atas kapal, maka hal – hal yang dapat dilakukan adalah :

a. Meningkatkan kedisiplinan anak buah kapal dalam menaati peraturan keselamatan kerja terutama dalam menaati Sistem Manajemen Keselamatan. Apabila ada kru kapal yang tidak menaati maka dengan cara memberi peringatan hingga pada pemberhentian jika perlu dilakukan, apabila hal tersebut dinilai membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.

b. Dari 4 (empat) fungsi manajemen yang ada, yang perlu lebih ditingkatkan adalah Fungsi Pengawasan. Jika ditinjau dari fakta – fakta dan analisa, kecelakaan - kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kurangnya pengawasan (lack of control) lemahnya pengawasan tersebut diakibatkan oleh pelaksanaan yang kurang memadai. Pihak

Officer harus meningkatkan pengawasan kepada anak buahnya dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk selalu mengenakan perlengkapan keselamatan dalam bekerja. Nakhoda tidak segan - segan menegur atau memberi peringatan kepada para Mualim dan kru Rating jika mereka lalai menjalankan tugasnya sebelum kejadian yang merugikan terjadi.

c. Waktu yang tepat untuk menjelaskan mengenai isi dari Sistem Manajemen Keselamatan di kapal adalah pada waktu Safety meeting yang dilaksanakan seminggu sekali. Disamping itu pada saat Safety Meeting berlangsung dapat dipraktekkan secara langsung apa yang di

diskusikan sehingga sangat efisien dan dapat dikoreksi kekuranganya.

Peran Nakhoda sebagai pemimpin di atas kapal mampu memberikan manajemen kerja yang baik di atas kapal yaitu dengan memberikan motivasi kepada para personil kapal sebagai anak buahnya.

d. Pihak perusahaan hendaknya dalam menerima anak buah kapal yang baru agar diseleksi dengan baik dan memperhatikan kelengkapan dokumen / sertifikat dan pengalaman bekerja di kapal. Hal ini dimaksudkan supaya mendapatkan sumber daya manusia yang handal, terampil dan mengerti akan tugas dan tanggung jawab masing – masing. Hal ini dimaksud untuk mengurangi resiko kecelakaan dalam bekerja di atas kapal.

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Sistem Manajemen Keselamatan sangat berpengaruh penting terhadap keselamatan kerja di atas kapal, Berdasarkan dari hasil penelitian diatas, dapat diambil kesimpulan :

1. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan di kapal MV. Segara Mas kurang dilaksanakan dengan benar. Walaupun perusahaan telah memberikan pengarahan kepada kru sebelum naik di atas kapal dan Nakhoda selalu mengadakan safety meeting, namun masih ada anak buah kapal yang kurang memperhatikan prosedur keselamatan kerja dikarenakan kurangnya kedisiplinan dan kesadaran diri.

2. Kurangnya pengawasan dari Nakhoda dan Perwira terhadap anak buahnya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Apabila mereka tidak mau melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Sistem Manajemen Keselamatan maka teguran secara langsung bisa dilakukan dan bahkan apabila masih melanggar maka dengan memberikan surat peringatan atau pemberhentian akan memberikan efek jera untuk mereka.

B. Saran

Berikut adalah beberapa saran yang bisa penulis berikan agar penerapan Sistem Manajemen Keselamatan di kapal MV. Segara Mas dapat ditingkatkan yaitu :

1. Sebaiknya faktor – faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja di atas kapal dapat diminimaliskan, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara familiarisasi pada saat kru yang baru naik dan melaksanakan safety meeting secara intensif. Hal ini dilakukan yang bertujuan agar kru kapal yang baru naik dapat mengerti tentang Sistem Manajemen keselamatan dan mengerti tentang kondisi kapal sebelum memulai pekerjaan di atas kapal.

2. Sebaiknya Nakhoda dan Perwira di kapal untuk selalu meningkatkan pengawasan dan kedisiplinan kepada kru kapal agar selalu malakukan pekerjaan sesuai dengan Sistem Manajemen Keselamatan. Kedisiplinan ini meliputi teguran hingga sanksi apabila kru di kapal tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Sistem Manajemen Keselamatan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja di atas kapal yang akan mengganggu operasional kapal.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Aminudin, P. (Ed.). (1990). Pengembangan Penelitian Kualitatif.

Ardiansyah. (2011). ISM CODE. http://ismcodeardiansyah.blogspot.co.id/2011/.

Diakses pada tanggal 03 April 2018.

Arianna. (2011). Macam Macam Prosedur Keadaan Darurat.

http://boeceng.blogspot.co.id/2011/07/macam-macam-prosedur-keadaan-darurat-di.html. Diakses pada tanggal 05 Juni 2017

Arikunto, S. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Bungin, B. (2011). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Creswell, & W, J. (1994). Research Design Quantitative & Qualitative Approach.

London: Sage Publication, Inc.

George R. Terry. (2011: 10). Principle of Management.

Hari Soegiman. (1990: 2). Pengertian Peranan.

ISM CODE. (2010). International Safety Management Code 2010 Edition.

London: International Maritime Organization.

Koentjaraningrat. (1993: 89). Deskriptif Kualitatif.

Kusuma. (1987:25). Teknik Observasi

Moleong, Lexy J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: PT. Remaja Rosdakarya.

Riduwan. (2003). Dasar-dasar Statistika Cetakan Ketiga. Bandung: Alfabet.

Ridwan. (2011). Definisi Kapal, Jenis-jenis Kapal Non-Konvensi.

http://informasipelaut.blogspot.co.id/2011/06/definisi-kapal-jenis-jenis-kapal-non.html, (diakses pada 21 Mei 2017)

Rurabakara. (2017). Aturan Manajemen Keselamatan Pelayaran

https://rurabakara1.wordpress.com/2010/05/10/aturan-manajemen-keselamatan-pelayaran/. Diakses pada tanggal 7 Mei 2018

Sedarmayanti, & Hidayat, S. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju.

Soleman B. Taneko. (1986: 23). Konsepsi System Sosial dan System Sosial Indonesia. Jakarta: Fajar Agung.

Sucfriyanita. (2011). Kegiatan Sertifikasi ISM CODE.

http://popaymini.blogspot.co.id/2011/11/kegiatan-sertifikasi-ism-code.html.

Diakses pada tanggal 05 Juni 2018 Sugiyono. (2009: 225). Teknik Pengumpulan Data.

Suma’mur. (1996). Hiegine Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV.

Agung Seto

Wikipedia. (2018). Keselamatan. https://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatan, (diakses pada 20 Mei 2018).

Wikipedia. (2018). SOLAS Convention.

https://en.wikipedia.org/wiki/SOLAS_Convention#Later_amendments, (diakses pada 15 Juni 2018)

Dokumen terkait