• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :

a. Bagi peneliti

Sebagai bahan masukan didalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, terkhususnya mengenai penelitian yang sedang diteliti yaitu pengaruh modal kerja dan efektifitas modal kerja terhadap profitabilitas dengan total debt to asset sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Bagi perusahaan

Sebagai bahan masukan untuk menggunakan modal kerja dan efektifitas modal kerja sebagai salah satu alat ukur nya untuk meningkatkan profitabilitas.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya didalam melakukan penelitian lanjutan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :

Neraca

Laporan laba rugi komprehensif

Laporan perubahan ekuitas

Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau laporan arus dana

Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban.

Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca (Simamora, 2000)

Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuanlaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.Langkah penting dalam menilai kemampuan menghasilkan laba (earning power) dan posisi solvensi perusahaan adalah analisis laporan keuangan perusahaan.

Tujuan pokok analisis keuangan adalah memprediksi kinerja dimasa yang akan dating. Walaupun laporan keuangan pokok adalah historis sifatnya, namun laporan ini biasanya memberikan indicator-indikator bagaimana sebuah perusahaan kemungkinan berkiprah dalam periode-periode berikutnya.Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (bahasa Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau

keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen (Simamora, 2000)

Analisis Rasio

Analisis rasio digunakan untuk pandangan yang lebih jelas terhadap karakter keuangan dari sebuah perusahaan.Rasio-rasio tertentu atau sejumlah rasio tertentu dapat digunakan untuk mengukur atau mengevaluasi keuangan tertentu atau karakteristik operasi dari sebuah perusahaan. Rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaan-perusahaan lain. Tujuan pokok rasio-rasio ini adalah untuk menyoroti bidang-bidang yang memerlukan investigasi lebih dalam. Rasio-rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu sebagai berikut :

1. Rasio-rasio likuiditas 2. Rasio-rasio leverage 3. Rasio-rasio Profitabilitas 4. Rasio Solvabilitas 5. Rasio Aktivitas

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Agar informasi dalam laporan keuangan bermanfaat bagi penggunanya, maka informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitati. FASB dalam SFAC No.2 menyebutkan bahwa karakteristik kualitatif dimaksudkan untuk memberi kriteria dasar dalam memilih : a) alternatif

metode akuntansi dan pelaporan keuangan, b) persyaratan pengungkapan (disclosure). Adapun beberapa karakteristik kualitas laporan keuangan menurut PSAK adalah sebagai berikut.

1. Dapat dipahami (Understandability)

Agar laporan keuangan dapat mendukung pengambilan keputusan, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dengan mudah dapat dipahami oleh penggunanya.

2. Relevan (Relevance)

Informasi dikatakan memenuhi kualitas relevan jika informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu pengguna dalam mengevaluasi peritiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna di masa lalu.

3. Keandalan

Laporan keuangan dikatakan handal jika memiliki daya uji, ketepatan penyajian dan netraliti atau tidak memihak pada pihak lain.

4. Dapat dibandingkan

Laporan keuangan dapat dibandingkan apabila informasi tersebut dapat bermanfaat untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan dengan membandingkannya secara horizontal dan vertikal.

2.1.2. Profitabilitas

Profitabilitas mencerminkan hasil akhir dari keseluruhan kebijakan keuangan dan keputusan operasional (Houston, 2010 : 146). Profitabilitas (kemampulabaan) sering dipakai sebagai test akhir efektivitas operasi manajemen.

Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan. Laba, atau kurangnya laba, mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapat pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan, dan kemampuan perusahaan untuk berubah. Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan kegiatan atau kondisi finansial lainnya (misalnya, penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham) untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi.

Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas (profitability ratio).

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir, 2008 : 196). Rasio- rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (atau mungkin sekelompok aktiva perusahaan) (Husnan, 2006 : 72). Hal ini sesuai dengan yang di sampaikan oleh Reeve dimana disampaikan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba tergantung pada efektivitas dan efisiensi dari kegiatan operasinya dan sumber daya yang tersedia.

Tujuan profitabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk meraup laba yang memuaskan sehingga pemodal dan pemegang saham akan meneruskan untuk menyiapkan modal bagi perusahaan. Profitabilitas perusahaan

sangat terkait dengan likuiditas nya karena pendapatan pada akhirnya akan menghasilkan arus kas. Karena itulah, maka pengevaluasian profitabilitas adalah penting bagi pemodal maupun kreditor (Henry, 2000 : 528). Analisis utama yang digunakan dalam menilai profitabilitas antara lain mencakup :

1. Net Profit Margin

Net profit margin menunjukkan hasil penjualan setiap rupiah yang tertinggal pada perusahaan setelah dikeluarkan semua biaya-biaya dan pajak pendapatan (income tax). Bertambah tinggi net profit margin tentu saja bertambah baik bagi perusahaan.

Net Profit Margin dihitung dengan:

𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡

𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 × 100%

(Purba, 2002 : 115)

2. Operating Profit Margin

Laba operasi sering juga disebut sebagai laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Operating profit margin sering dijadikan alat untuk mengukur laba murni (pure profit) yang diterima dari penjualan rupiah yang telah dilakukan oleh perusahaan. Bertambah tinggi operating profit margin maka bertambah baik bagi perusahaan.

Operating Profit Margin dihitung dengan : 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛

𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 × 100 %

(Purba, 2002 : 115)

3. Gross Profit Margin

Laba kotor (Gross profit margin) adalah merupakan selisih antara laba kotor dengan penjualan bersih. Bertambah tinggi rasio ini berarti bertambah baik bagi perusahaan dan pimpinan perusahaan telah berhasil dalam menekan biaya produksi dan memeperbesar jumlah penjualan.

Gross Profit Margin dihitung dengan : 𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡

𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 × 100%

(Purba, 2002 : 116)

4. Return On Total Assets

Return on total assets adalah rasio untuk menetapkan kemampuan dari total aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA juga biasa dinamakan return on Investment (ROI).

Return on total assets dapat dihitung dengan : 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 × 100%

(Purba, 2002 : 117)

5. Return On Equity (ROE)

Return on equity mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan laba. Modal sendiri merupakan penjumlahan antara modal saham dan laba yang ditahan.

Return on equity dapat dihitung dengan : 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡

𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 × 100%

(Purba, 2002 : 118)

2.1.3. Modal kerja

A. Pengertian Modal Kerja

Modal kerja adalah modal yang dgunakan oleh perusahaan sebagai biaya operasi perusahaan yang perputaran kas nya kurang dari satu tahun melalui hasil penjuaan produknya. Menurut Brigham (1981) modal kerja adalah :

“Working capital is a firm’s investments in term assets – cash, short-term securities, account receivable, and inventories. Gross working capital is the firm’s total current assets minus current liabilities. Working capital management, which encompases all aspect of the administration of both current assets and current liabilities”.

Yang berarti modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), piutang dagang, dan persediaan. Modal kerja kotor adalah seluruh aset lancar perusahaan. Modal

kerja bersih merupakan aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Management modal kerja didefenisikan sebagai secara luas mencakup semua aspek pengelolaan baik aktiva lancar maupun utang lancar. Pada penelitian ini modal kerja dihitung dengan modal kerja bersih dengan rumus :

Modal Kerja = Aktiva Lancar- Hutang Lancar (Purba, 2000)

B. Konsep Modal Kerja

a. Seluruh aktiva lancar atau modal kerja kotor (Gross working capital) atau konsep kuantitatif.

b. Aktiva lancar dikurangi utang lancar atau (Net working capital) atau konsep kualitatif.

c. Keseluruhan dana yang diperlukan untuk menghasilkan laba tahun berjalan atau Functional working capital atau konsep fungsional. Termasuk dana yang berasal dari penyusutan.

C. Jenis-jenis Modal Kerja

Modal kerja dapat dibagi atau digolongkan pada dua jenis yaitu sebagai berikut:

1. Modal Kerja Permanen

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang secara teratur harus ada pada perusahaan untuk mendukung operasi-operasi yang dijalankan perusahaan.

Modal kerja permanen dapat pula dibagi dua yaitu modal kerja primer (Primary

working capital) dan modal kerja normal (Normal working capital). Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk mempertahankan atau melanjutkan hidup perusahaan. Modal kerja normal adalah modal kerja yang diperlukan oleh perusahaan untuk mendukung operasi-operasi normal dari perusahaan. Sering dikaitkan dengan luas produksi dari perusahaan tersebut. Operasi normal menghasilkan produksi normal. Produksi normal dapat berubah setiap periode.

2. Modal Kerja Variabel

Modal kerja ini mengalami perubahan sesuai dengan situasi yang dihadapi perusahaan. Perubahan yang terjadi tentu saja akan memerlukan tambahan modal kerja bagi perusahaan. Modal kerja seperti ini dinamkan modal kerja variabel.

Kebutuhan modal kerja variabel biasanya diatas kebutuhan modal kerja normal.

Jenis modal kerja ini dibedakan menjadi modal kerja musiman, modal kerja siklus dan modal kerja darurat (Emergency working capital). Modal kerja musiman adalah modal kerja yang disebabkan oleh fluktuasi musim. Modal kerja siklus adalah modal kerja adalah modal kerja yang jumlah nya berubah-ubah sebagai akibat dari fluktuasi konjungtur. Kebutuhan modal kerja pada waktu terjadi resesi ekonomi dimana kegiatan perekonomian menurun akan bertambah kecil, dibandingkan dengan pada waktu kegiatan ekonomi meningkat. Modal kerja darurat adalah modal kerja yang berubah-ubah besarnya karena terjadinya hal yang mendadak atau tidak terduga. Pendadakan biasanya sulit untuk dikendalikan oleh perusahaan seperti devaluasi rupiah dan sebagainya.

D. Unsur Modal Kerja

Unsur atau komponen modal kerja dapat dilihat pada setiap neraca perusahaan, yaitu pada semua perkiraan aktiva lancar dan kewajiban lancarnya.

Perbedaan yang ada biasanya menyangkut perkiraan-perkiraan atau pos-pos atau jenis-jenis nya, yang disebabkan perbedaan jenis perusahaan. Misalnya persediaan, untuk perusahaan yang hanya melakukan perdagangan, mugkin hanya perkiraan persediaan (persediaan barang dagangan) sedangkan perusahaan yang melakukan pembuatan barang, persediaan nya akan terdiri dari bahan mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi (Kamarudddin, 2002 : 5).

Secara umum aktiva lancar terdiri dari kas, marketable securities (surat-surat berharga), piutang dan inventori.sedangkan hutang lancar terdiri dari hutang-hutang jangka pendek seperti hutang-hutang wesel, hutang-hutang perniagaan dan hutang-hutang-hutang-hutang pada bank lainnya yang berusia kurang dari satu tahun (Syafaruddin, 1994 : 2)

E. Peranan Modal Kerja

Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang lancar agar terjamin jumlah net working capital yang acceptable (layak ditermia), yang menjamin tingkat likuiditas badan usaha ( Syafaruddin, 1994 : 2). Modal kerja pada hakikatnya merupakan jumlah yang terus-menerus harus ada dalam menopang usaha perusahaan yang menjembatani antara saat pengeluaran untuk memperoleh bahan atau jasa, dengan waktu penerimaan penjualan. Atau pengeluaran untuk memperoleh bahan atau jasa, dengan waktu penerimaan penualan. Atau pengeluaran yang bersifat bukan untuk harta tetap. Bagi

perusahaan yang sedang berjalan, pembiayaan atau dana untuk melakukan pembelian bahan, membayar upah, membayar gaji, listrik dan sebagainya, tanpa harus menunggu diterimanya hasil penjualan agar perusahaan dapat berjalan kontinu. Di samping itu selain pengeluaran yang kita sebut biaya operasionalnya, perusahaan juga harus mengeluarkan dan yang tidak berhubungan langsung dengan operasionalnya, misalnya cicilan pembayaran aktiva tetap, pajak, dan sebagainya.

Uraian diatas, dapat disimpulkan, bahwa modal kerja mempunyai 2 fungsi yaitu :

1. Menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jembatan saat pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan penerimaan kembali hasil pembayaran.

2. Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan.

F. Sumber-Sumber Modal Kerja

Perubahan unsur-unsur dari laporan neraca dan dan laporan laba rugi yang merupakan sumber modal kerja menyebabkan modal kerja perusahaan bertambah.unsur-unsur tersebut meliputi:

1. Berkurangnya Aktiva Tetap

Berkurangnya aktiva tetap kemungkinan karena dijual atau karena depresiasi.

Penjualan aktiva tetap akan menambah uang kas, sehingga akan menambah

modal kerja. Demikian pula depresiasi aktiva tetap. Depresiasi ini merupakan aliran kas masuk yamg akan menambah modal kerja perusahaan.

2. Bertambahnya Hutang Jangka Panjang

Apabila perusahaan menjual obligasi, maka uang kas perusahaan akan bertambah. jika kas bertambah, maka modal kerja akan bertambah.

3. Bertambahnya Modal Sendiri

Jika perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT), modal sendiri dapat berupa saham biasa, saham preferen, cadangan-cadangan dan laba ditahan.

Perusahaan yang menjual sahamnya untuk menambah modal sendiri akan mendapatkan uang kas sebagai sumber modal kerja.

4. Bertambahnya Keuntungan Dari Operasi Perusahaan

Keuntungan (laba) yang diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan merupakan sumber modal kerja karena keuntungan tersebut akan menambah kas. Keuntungan yang menambah kas tersebut adalah keuntungan yang ditahan atau keuntungan yang tidak dibagi kepada pemilik perusahaan (para pemegang saham). Oleh karena itu, apabila ada kenaikan laba ditahan maka di dalamnya terdapat tambahan kas yang merupakan sumber modal kerja (Martono, 2001 : 329).

G. Penggunaan Modal Kerja

Perubahan unsur-unsur dari laporan neraca dan dan laporan laba rugi yang merupakan pengunaan modal kerja menyebabkan modal kerja perusahaan berkurang.unsur-unsur tersebut meliputi:

1. Bertambahnya Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang bertambah dapat disebabkan karena ada pembelian.

Bertambahnya aktiva tetap karena pembelian memerlukan uang kas. Sehingga bertambahnya aktiva tetap tersebut merupakan unsur yang memperkecil kas atau sebagai penggunaan modal kerja

2. Berkurangnya Hutang Jangka Panjang

Apabila perusahaan membeli kembali obligasi yang telah jatuh tempo atau melunasi hutang jangka panjangnya, maka kas perusahaan akan berkurang.

Berkurangnya hutang jangka panjang dalam hal ini.merupakan penggunaan modal kerja.

3. Berkurangnya Modal Sendiri

Seperti halnya obligasi, jika perusahaan membeli kembali saham biasa atau saham preferen maka diperlukan sejumlah kas. Oleh karena itu, saham yang berkurang berarti modal sendiri perusahaan berkurang. Berkurangnya modal sendiri tersebut memerlukan ksa yang merupakan penggunaan modal kerja.

4. Adanya Pembayaran Dividen kas

Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham dapat berupa saham, properti, maupun kas. Dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas akan mengurangi kas perusahaan. Oleh karena itu, dividen kas ini merupakan penggunaan modal kerja.

5. Adanya kerugian

Kerugian yang diderita perusahaan akibat biaya yang keluar lebih besar dari pendapatan yang diterima. Kerugian ini harus ditutup dengan kas

perusahaan.oleh karena itu, kass yang digunakan untuk menutup kerugian tersebut merupakan penggunaan modal kerja (Martono, 2001 : 328).

2.1.4. Perputaran Modal Kerja

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (Working capital Turnover Period) dimulai saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana kembali lagi menjadi kas.

Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnover rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama peiode perputaran dari masing-masing komponendari modal kerja tersebut. Periode perputaran barang dagangan adalah lebih pendek dari daripada barang yang mengalami proses produksi.

Perputaran barang dagangan dapat digambarkan sebagai berikut :

Kas Barang Piutang Kas

Pembelian Penjualan Penerimaan uang Gambar 2.1.

Penjualan Dengan Kredit

(Riyanto, 1997 : 62).

Kas Barang Kas

Pembelian Penjualan/penerimaan uang Gambar 2.2.

Penjualan Dengan Tunai (Riyanto, 1997 : 62)

Dalam menentukan perputaran modal kerja dapat digunakan 2 metode yaitu :

1. Metode Keterikatan Dana ( siklus daur dana)

Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian pengalaman dari pengelola atau tentunya sangat dominan dipengaruhi keadaan internal perusahaan yang mengikuti perkembangan kegiatan sehari-hari dalam jangka waktu lama (Kamaruddin, 2002 : 8).

2. Metode Perputaran

Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan. Secara umum atau total mdal kerja dihitung dengan rumus (Kamaruddin, 2002 : 12) :

A. Perputaran Kas

Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi.

Transaksi tersebut misalnya untuk pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar dividen dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan. Besarnya kas yang cukup baik dan aman menurut

Guthmann adalah antara 5% s/d 10% dari aktiva lancar yang ada. Jumlah kas yang kurang dari 5% dari aktiva lancar akan menyulitkan operasi perusahaan. Standar jumlah kas 5% sampai dengan 10% ini biasanya layak unruk perusahaan manufaktur. Ketersediaan kas dalam perusahaan merupakan hal yang mutlak.setiap saat, perusahaan harus memiliki persediaan kas yang minimal yang harus ada atau sering disebut persediaan besi (safety cash).

Peputaran kas merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu.Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin efisien tingkat penggunaan kasnya dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputarannya semakin tidak efisien, karena semakin banyaknya uang yang berhenti dan tidak dipergunakan.Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan jumlah penjualannya atau salesnya.perbandingan antara sales dengan jumlah kas rata-rata menggambar tingkat perputaran kas (cash turnover). Sehingga dapat dibentuk rumus seperti berikut :

Makin tinggi turnover ini makin baik. Karena ini berarti makin tinggi efisiensi penggunan kasnya. Tetapi cash turnover yang berlebih-lebihan tingginya dapat dapat berarti bahwa jumlah kas yang tersedia adalah terlalu kecil untuk volume sales yang bersangkutan (Riyanto, 1997 : 96).

Perputaran kas = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑘𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

B. Perputaran Piutang

Piutang dagang (account receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan/pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan.

Piutang usaha ini muncul karena adanya penjualan secara kredit.Piutang memiliki tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada inventory, karena perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja.

Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar.Periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung kepada syarat pembayarannya.Makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah.

Tingkat perputaran piutang (receivable turnover) dapat diketahui dengan membagi jumlah credit sales selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang (average receivable).

Tinggi rendahnya receivables turnover mempunyai efek langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turnovernya, berarti makin cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu dengan naiknya turnover dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang (Riyanto, 1997 : 90).

Perputaran piutang = 𝑁𝑒𝑡 𝑐𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒𝑠

C. Perputaran Persediaan

Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar., dimana secara terus-menerus mengalami perubahan. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventoryakan menekan keuntungan perusahaan. Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan.

Demikian pula sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil dalam inventory akan mempunyai efek yang menekan keuntungan juga, karena kekurangan material, perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal. Oleh karena perusahaan tidak bekerja dengan full-capacity, berarti bahwa “capital assets’’ dan “direct labor’’ tidak dapat diperdayagunakan dengan sepenuhnya, sehingga hal ini akan mempertinggi biaya produksi rata-ratanya, yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang diperolehnya.

Dalam perusahaan perdagangan pada dasarnya hanya ada satu golongan inventory, yang mempeunyai sifat perputaran yang sama yaitu yang disebut

“merchandise inventory” (persediaan barang dagangan). Inventory ini merupakan persediaan yang selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual, mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan. Tingkat

perputaran barang dagangan (merchandise turnover) dapat diketahui dengan cara sebagai berikut :

Tinggi rendahnya Inventory turnover mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam inventory. Makin tinggi turnover-nya, berarti makin cepat perputarannya, yang berarti makin pendek

Tinggi rendahnya Inventory turnover mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam inventory. Makin tinggi turnover-nya, berarti makin cepat perputarannya, yang berarti makin pendek

Dokumen terkait