• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.9. Uji Hipotesis

3.9.1. Koefisien Determinasi

Uji ini untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang dipakai.

Koefisien determinasi (Adjusted R2 ) yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-veriabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukkan seberapa besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.

Besarnya nilai koefisien dterminasi adalah antara 0 hingga 1( 0 < adjusted R2 < 1) dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas.

3.9.2. Uji Signifikansi Simultan (F)

Uji signifikansi F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat.

Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau :

Ho : b1 = b2 = ... = bk = 0

Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesisi alternatifnya ( HA) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau :

HA : b1 ≠ b2 ≠ ... = bk ≠ 0

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Kriteria Pengujian :

a. Quick look : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5 %, dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel

independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Dimana Fhitung> Ftabel = Ho ditolak

Fhitung< Ftabel = Ho diterima

3.9.3. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)

Uji statisti t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah satu parameter (bi) sama dengan nol, atau :

Ho : bi = 0

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatif (HA) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau :

HA : bi ≠ 0

Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Kriteria Pengujian :

a. Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20% atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut).

Dengan kata lain kita menerina hipotesis alternatif, yang menyatakan

bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen

b. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel.

Dimana: thitung> ttabel= Hoditolak thitung≤ ttabel = Hoditerima

3.9.4. Uji Moderating Residual

Ada tiga cara menguji regresi dengan variabel moderating yaitu : (1) uji interaksi, (2) uji selisih mutlak (3) uji rsidual. Pada penelitian ini uji yang digunakan adalah uji residual. Pengujian variabel moderating dengan uji interaksi dan uji selisih nilai absolut mempunyai kecenderungan akan terjadi multikolonieritas yang tinggi antar variabel independen dan hal ini menyalahi asumsi klasik. Untuk mengatasi multikolonieritas ini maka digunakan uji residual.Analisis residual ingin menguji pengaruh deviasi (penyimpangan) dari suatu model.Fokusnya adalah ketidakcocokan (lack of fit) yang dihasilkan dari deviasi hubungan linear antara variabel independen.Lack of fit ditunjukkan oleh nilai residual didalam regresi. Persamaan regresi untuk uji residual adalah sebagai berikut:

Model 1

Z= a + b1 X1 + e (1)

│e│ = a + b1 Y (2)

Model 2

Z = a + b2 X2 + e (1)

│e│ = a + b2 Y (2)

Dalam hal ini jika terjadi kecocokan antara variabel independen dengan variabel moderating (nilai residual kecil atau nol) yaitu variabel independen tinggi dan variabel moderating tinggi, maka variabel dependen juga tinggi.

Sebaliknya jika terjadi ketidakcocokan atau lack of fit antara variabel independen dengan variabel moderating (nilai residual lebih besar) yaitu variabel independen tinggi dan variabel moderating rendah, maka variabel dependen akan rendah. Variabel moderating dianggap sebagai variabel moderating kalau nilai koefisien parameternya negatif dan signifikan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum

Objek pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur subsektor perdagangan retail yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) dengan periode penelitian 2011-2015. Penulisan beralasan melakukan penelitian ini pada perusahaan perdagangan retail karena perkembangan perusahaan perdagangan retail yang sangat pesat. Investasi pada perusahaan perdagangan retail saat ini sangat di minati para investor-investor karena tinggi nya daya konsumen masyarakat dan laba yang menjanjikan. Perkembangan perusahaan perdagangan retail yang pesat memiliki peranan dalam mengurangi tingkat pengangguran terbukti dengan banyak nya gerai-gerai yang dibuka yang otomatis memerlukan sumber daya manusia dalam mengelolanya.

4.2. HASIL PENELITIAN 4.2.1. Analisis Data

4.2.1.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai karakteristik variabel penelitian yang diamati. Data yang diperoleh dari hasil analisis statistik deskriptif, menunjukkan nilai tertinggi (maksimum), nilai terendah (minimum), rata- rata (mean), dan standar deviasi dari setiap variabel yang diteliti baik variabel dependen maupun variabel independen. (Ghozali,2006:19). Data yang dilihat adalah jumlah data, nilai rata- rata, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai

maksimum dari variabel devenden ROA, dan dari variabel independen Modal kerja dan perputaran modal kerja serta debt to ratio sebagai variable moderating pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015.

Tabel 4.1.

Deskriptif Statistik

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROA 80 -35,10 45,79 7,2715 10,55826

MODALKERJA 80 -1251337000000 5107277000000 585822707130 946986605001

PERPUTARANMK 80 -6795,08 123,53 -80,7654 760,84730

Total Debt To Asset 0,47 8,29 2,6568 1,74116

Valid N (listwise) 80

Sumber :SPSS 20, Data diolah 2016

Dari tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan beberapa hal dengan rincian sebagai berikut:

1. Nilai terendah ROA adalah -35,10 % dan nilai tertinggi nya adalah 45,79

% . Dengan jumlah data sebesar 80 diperoleh nilai rata-rata ROA sebesar 7,27 % dengan standard deviasi 10.555 % dari nilai rata-rata

2. Pada variabel modal kerja dengan jumlah data 80 diperoleh nilai minimum sebesar Rp -1.251.337.000.000 dan nilai tertinggi sebesar Rp 5.107.277.000.000. Rata-rata modal kerja adalah Rp 585.822.707.130 dengan standard deviasi Rp 946.986.605.001

3. Perputaran modal kerja dengan jumlah data 80 menunjukkan nilai minimum sebesar -6795.08 dan nilai tertingginya adalah 123,53. Rata – rata perputaran modal kerja adalah – 80,76 dengan standar deviasi 760,84

4. Total Debt to Assets sebagai variabel moderating dengan jumlah data 80 memperoleh nilai minimum sebesar 0,47 dan nilai tertinggi adalah 8,29.

Nilai rata-rata sebesar 2,6568 dengan standar deviasi 1,74116.

4.2.1.2 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui seberapa besar ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas). Hasil analisis regresi berganda adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen

Sumber :SPSS 20, Data diolah 2016

Berdasarkan nilai koefisien yang ada pada tabel 4.4, maka dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut:

SQRTROA = 3.322 + 7,084E-007 SQRTMK + 0,0135 SQRT PMK + e Persamaan tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas (ROA) dipengaruhi oleh modal kerja dan perputaran modal kerja. Hasil ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Konstanta sebesar 3.322 menunjukkan nilai konstan, dimana jika semua variabel bebas (Modal kerja dan perputaran modal kerja) dianggap konstan maka nilai dari profitabiltas (ROA) adalah sebesar 3.947.

2. Koefisien modal kerja = 7,084E-007 menunjukkan bahwa modal kerja (X1) berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) (Y). Hal ini berarti jika variabel modal kerja ditingkatkan 1 % maka akan menaikkan profitabilitas (ROA) sebesar 7,084E-007.

3. Koefisien perputaran modal kerja = 0,135 menunjukkan bahwa perputaran modal kerja (X2) berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) (Y).

Hal ini berarti jika variabel perputaran modal kerja ditingkatkan 1 % maka akan meningkatkan profitabilitas (ROA) sebesar 0,135.

4.2.2. Analisis Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan pada tiap-tiap variabel penelitian untuk mengetahui variabel mana yang memenuhi dan tidak memenuhi asumsi normalitas (variabel tersebut terdistribusi secara normal). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan grafik histogram, Normal Probability Plot dan uji Kolmogorov-Smirnov.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada lampiran dimana hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel tidak bebas dari uji asumsi klasik dimana variabel tidak berdistribusi dengan normal. Selanjutnya untuk memperoleh model yang layak (blues unbiased linear) maka dilakukan transformasi dengan

menggunakan akar kuadrat atau SQRT (x). Berdasarkan model yang sudah ditransformasikan maka diperoleh variabel yang bebas dari uji asumsi klasik.

Hasil uji normalitas dalam penelitian ditunjukkan melalui gambar 4.1.

dibawah ini.

Gambar 4.1.

Normal P-Plot variabel dependen :LnROA Sumber :SPSS 20, Data diolah 2016

Gambar 4.1 P-P Plot diatas menunjukkan grafik normalitas data dimana data yang digunakan berdistribusi normal terlihat dari seluruh titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mendekati garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas.

Selain itu untuk menguji tingkat normalitas dapat dilakukan dengan pendekatan gambar histogram yang ditunjukkan pada gambar 4.2 dibawah ini.

Gambar 4.2.

Histogram Dependent Variabel : LnROA Sumber :SPSS 20, Data diolah 2016

Grafik 4.1 diatas menunjukkan bahwa kurva yang ada tidak berbentuk mencong kekiri atau kekanan. Hal ini berarti bahwa data yang diambil dari populasi merupakan data yang berdistribusi normal.

2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat VIF antar variabel independen. Apabila nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas.

Hasil uji multikolinieritas dalam penelitian ditunjukkan melalui tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2.

Uji Multikolinearitas

Variabel Collinearity Statistics

Tolerance VIF

SQRTMK .978 1.023

SQRTPMK .743 1.346

SQRTDTA .758 1.320

a. DependentVariable:SQRTROA Sumber :SPSS 20, Data diolah 2016

Dari hasil olahan dengan SPSS, diperoleh koefisien tolerance dari kedua variabel bebas lebih besar dari 0.10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini membuktikan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen dan layak untuk digunakan dalam penelitian.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain jika variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Cara memprediksi heteroskedastisitas adalah :

1. jika pola gambar scatterplot model tersebut adalah titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0,

2. titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,

3. penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang, melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Hasil dari pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat dalam gambar berikut.

Gambar 4.2.

Uji Heteroskedastisitas Sumber :SPSS 20, Data diolah 2016

Berdasarkan grafik scatterplot yang tersaji pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi, dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas.

4) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan dilakukan uji Durbin-Watson. Jika nilai Durbin Watson berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada table 4.3. berikut.

Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1.716

a.Predictors: (Constant), LNPMK, LNMK b. Dependent Variable: LNROA

Sumber :SPSS 20, Data diolah 2016

Dari hasil olahan data SPSS dapat dilihat bahwa hasil uji Durbin Watson sebesar 1.716. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel, dengan menggunakan nilai signifikan 5 persen (0,05). Jumlah data (n) = 80 dan variabel bebas (k) = 2 maka dl = 1.58, du = 1.68. Jadi (4-du) = (4 – 1.68 ) = 2.3. Karena nilai DW sebesar 1.716 lebih besar dari batas du sebesar 1.68 dan kurang dari (4-du) yaitu 2.32 hal ini berarti tidak ada autokorelasi negatif atau dapat disimpulkan model regresi ini masih dapat dipergunakan untuk melakukan pengujian.

4.2.3. PENGUJIAN HIPOTESIS 4.2.3.1. Koefisien Determinasi

Berikut merupakan hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

a. Predictors: (Constant), SQRTPMK, SQRTMK b. b. Dependent Variable: SQRTROA

Sumber :SPSS 20, Data diolah 2016

Dari tabel 4.5 diatas dapat kita lihat bahwa angka koefisien Adjusted R square bernilai 0,246. Angka ini mengindikasikan bahwa hanya 24,6 % variasi atau perubahan dalam profitabilitas (ROA) mampu dijelaskan oleh modal kerja dan perputaran modal kerja. Dan sisanya 75,4 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam dalam model penelitian. Standard error of estimate menunjukkan angka sebesar 1.28425. Semakin kecil angka ini, semakin tepat model regresi dalam memprediksi profitabilitas (ROA)

4.2.3.2. Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Variabel independen dikatakan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen apabila variabel dependen tersebut memiliki nilai signifikansi (sig) di bawah 0.05.

Tabel 4.6.

Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

1. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (ROA)

Dari tabel 4.6 menunjukkan nilai t hitung variabel modal kerja sebesar 2,153 sedangkan t tabel sebesar 1,665, hal ini bearti t hitung > t tabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima dan nilai signifikansi modal kerja 0,034 lebih kecil dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel modal kerja berpengaruh secara positif terhadap profitabilitas (ROA).

2. Pengaruh Efektifitas Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (ROA) Dari tabel 4.6 menunjukkan nilai t hitung variabel perputaran modal kerja sebesar 2,241 sedangkan t tabel sebesar 1,665, hal ini bearti t hitung > t tabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak dan nilai signifikansi perputaran modal kerja 0,028 lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Nilai perputaran modal kerja sebesar 2,241 menunjukkan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh secara positif terhadap profitabilitas (ROA).

4.2.3.3. Uji Sigifikansi Simultan (F-test).

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Variabel-variabel independen tersebut dikatakan mempunyai pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap variabel dependen apabila memiliki nilai signifikansi (sig) di bawah 0,05.

Tabel 4.7.

b. Predictors: (Constant), SQRTPMK, SQRTMK

Sumber :SPSS 20, Data diolah 2016

Dilihat dari tabel 4.7 diatas, nilai F hitung adalah sebesar 4,221 dan nilai F tabel diketahui sebesar 2,365. Sehingga dapat diketahuai bahwa Fhitung > Ftabel (4,221 > 2,365) dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Tingkat signifikansi pada tabel diatas adalah sebesar 0,018 dan lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel independen secara bersamaan (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap ROA pada perusahaan perdagangan retail yang terdaftar di BEI. Hal ini berarti H1 : Terdapat pengaruh modal kerja dan efektifitas modal kerja baik secara parsial maupun simultan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur subsektor perdagangan retail yang terdaftar pada BEI tahun 2011-2015 diterima.

4.2.3.4. Uji Moderating (Uji Residual)

Variabel moderating dianggap sebagai variabel moderating kalau nilai koefisien parameternya negatif dan signifikan.

1. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas dengan Total Debt to Assets Sebagai variabel moderating

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah Total Debt To Assets dapat memoderting variabel modal kerja dengan profitabilitas, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8.

Uji Residual Modal Kerja dan Total Debt to Assets

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Sumber :SPSS 20, Data diolah 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat hasil uji moderating menggunakan uji residual. Hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung ROA < t tabel (1,156 < 2.920 ) dengan nilai signifikansi 0,251 lebih besar dari 0,05. Pada tabel jelas terlihat bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel dan diperoleh hasil yang tidak signifikan dan nilai koefisien parameter yang positif maka dapat disimpulkan bahwa variabel total debt to assets bukanlah variabel moderating.

Berdasarkan tabel 4.8 diatas diperoleh nilai-nilai koefisien yang dapat dibuat dalam persamaan berikut.

Z = 0,398 - 1,475 X1 + e

│e│ = 0,398 + 0,027Y Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa :

1. Nilai konstanta 0,398 menunjukkan apabila semua variabel ( modal kerja, profitabilitas dan residual antara modal kerja dan total debt to assets) dalam keadaan konstan maka nilai total debt to asset adalah 0,398 dan diperoleh koefisien modal kerja sebesar -1,475

2. Pada regresi kedua menunjukkan nilai profitabilitas (Y) bernilai positif (0,027). Hal ini mennggambarkan tidak ada lack of fit antara modal kerja dengan Total debt to asset sehingga variabel total debt to asset tidak dapat dikatakan sebgai variabel moderating.

Hal ini berarti H2 : Total Debt to Assets mampu memoderasi hubungan antara modal kerja dengan profitabilitas pada perusahaan manufaktur subsector perdagangan retail yang terdaftar pada BEI tahun 2011-2015 ditolak.

2. Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas dengan Total Debt to Assets Sebagai variabel moderating

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah Total Debt To Assets dapat memoderting variabel modal kerja dengan profitabilitas, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.9.

Uji Residual Perputaran Modal Kerja dan Total Debt to Assets

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Sumber :SPSS 20, Data diolah 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat hasil uji moderating menggunakan uji residual. Hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung ROA < t tabel (2,440 < 2.920 ) dengan nilai signifikansi 0,017 lebih kecil 0,05. Meskipun diperoleh hasil yang signifikan akan tetapit hitung lebih besar dari t tabel dan syarat dipenuhinya suatu variabel dapat memoderasi dengan menggunakan uji residual adalah kalau nilai koefisien parameternya negatif . Hasil uji diatas menunjukkan nilai koefisien yang positif yang berarti total debt to asset bukanlah variabel yang bisa memoderasi hubungan antara perputaran modal kerja dan profitabilitas.

Berdasarkan tabel 4.9 diatas diperoleh nilai-nilai koefisien yang dapat dibuat dalam persamaan berikut.

Z = 0.250 - 0.031 X2 + e

│e│ = 0.250 + 0,051 Y Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa :

1. Nilai konstanta 0,250 menunjukkan apabila semua variabel ( perputaran modal kerja, profitabilitas dan residual antara perputaran modal kerja dan

total debt to assets) dalam keadaan konstan maka nilai total debt to asset adalah 0,250 dan diperoleh koefisien modal kerja sebesar -0,031

2. Pada regresi kedua menunjukkan nilai profitabilitas (Y) bernilai positif ( 0,051). Hal ini mennggambarkan tidak ada lack of fit antara modal kerja dengan Total debt to asset sehingga variabel total debt to asset tidak dapat dikatakan sebgai variabel moderating.

Hal ini berarti H3 : Total Debt to Assets mampu memoderasi hubungan antara perputaran modal kerja dengan profitabilitas pada perusahaan manufaktur subsector perdagangan retail yang terdaftar pada BEI tahun 2011-2015 ditolak.

4.3. PEMBAHASAN 1. Uji Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil penelitian maka dalam penelitian ini diperoleh koefisien Adjusted R Square sebesari 0,246 atau 24,6%. Hal ini berarti kemampuan variabel modal kerja dan efektifitas modal kerja untuk menerangkan variabel terikat yaitu profitabilitas hanya sebesar 24,6 % sedangkan sisanya 75,4 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Variabel lain diluar penelitian ini yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah seperti variabel rasio lancar, ukuran perusahaan, perputaran kas, rasio hutang, penjualan dan banyak lainnya, dan dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan hanya 2 variabel yang membuat profitabilitas hanya dapat dijelaskan sebesar 24,6 % dan sisanya dijelaskan oleh variabel diluar penelitian.

2. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas ROA

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 4.6 diperoleh nilai t hitung > t tabel (2,153 > 1,665) dan nilai signifikansi modal kerja 0,034 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel modal kerja berpengaruh secara positif terhadap profitabilitas (ROA). Hal ini berarti setiap rupiah yang ditambahkan kedalam modal kerja akan menghasilkan profit bagi perusahaan. Modal kerja yang berpengaruh secara positif berarti hubungan antara variabel modal kerja dengan ROA searah, dimana apabila modal kerja yang digunakan kecil maka ROA yang dihasilkan juga kecil dan apabila modal kerja yang digunakan besar maka akan menghasilkan ROA yang besar pula. Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinuraya (2013) dimana variabel modal kerja berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas. Sementara, penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Siburian (2009) dimana variabel modal kerja tidak berpengaruh terhadap ROI.

3. Pengaruh Efektifitas Modal Kerja Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 4.6 diperoleh nilai t hitung > t tabel (2,241 > 1,665), dan nilai signifikansi perputaran modal kerja 0,028 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, Maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Nilai perputaran modal kerja sebesar 2,241 menunjukkan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh secara positif terhadap profitabilitas

(ROA). Efektifitas suatu modal kerja diukur melalui perputaran modal kerja nya, semakin cepat perputarannya maka semakin efektif penggunaan modal kerjanya, modal kerja yang efektif tentunya diharapkan menghasilkan profit bagi perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapat dimana nilai perputaran modal kerja yang bernilai positif menggambarkan apabila perputaran modal kerja semakin tinggi maka akan meningkatkan profitabilitas begitupun sebaliknya.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nike (2013) dimana diperoleh hasil perputaran modal kerja berpengaruh secara negatif terhadap profitabilitas.

4. Pengaruh Modal Kerja Dan Efektifitas modal kerja Terhadap Profitabilitas Secara Simultan.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan dari tabel 4.7, Fhitung < Ftabel (4,221 > 3, 11) . Dengan tingkat signifikansi adalah sebesar yang lebih kecil dari 0,05 ( 0,018 > 0,05), dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel independen secara bersamaan (simultan) berpengaruh signifikan terhadap ROA pada perusahaan perdagangan retail yang terdaftar di BEI. Hal ini berarti kedua variabel tersebut adalah variabel yang mampu mempengaruhi profitabilitas perusahaan secara bersama-sama. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinuraya (2013) dimana didapatkan hasil variabel modal kerja dan perputaran modal kerja dapat berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas. Sementara penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Siburian

(2009) dimana variabel modal keja dan perputaran modal kerja yang diteliti tidak berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas.

5. Pengaruh Modal kerja Terhadap Profitabilitas Dengan Total Debt to Assets Sebagai Variabel Moderating.

Berdasarkan hasil penelitian hasil menunjukkan nilai t hitung < t tabel (1,156 > 2,920 ) dengan nilai signifikansi 0,251 lebih besar 0,05 serta memiliki nilai koefisien parameter yang positif. Hasil uji diatas menunjukkan bahwa total

Berdasarkan hasil penelitian hasil menunjukkan nilai t hitung < t tabel (1,156 > 2,920 ) dengan nilai signifikansi 0,251 lebih besar 0,05 serta memiliki nilai koefisien parameter yang positif. Hasil uji diatas menunjukkan bahwa total

Dokumen terkait