BAB I PENDAHULUAN
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi:
1. Pemerintah daerah khususnya dinas pariwisata kabupaten Serdang Bedagai dalam merumuskan dan menetapkan kebijakkan untuk mengembangkan wisatanya.
2. Bagi masyarakat, dapat menjadi informasi mengenai dampak pengembangan wisata dalam mendorong kegiatan dan pertumbuhan kegiatan perekonomian di sekitar kawasan wisata.
3. Sebagai bahan refrensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
2.1.1 Pengertian Pariwisata
Secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Menurut Kodhyat (2008) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan Gamal (2012), pariwisata didefinisikan sebagai bentuk, suatu proses kepergian sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain.
Selanjutnya Burkart dan Medlik (2007) menjelaskan pariwisata sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.
Menurut WTO (1999), yang dimaksud dengan pariwista adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Sedangkan menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara.
Berdasarkan isi pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik kepentingan sosial maupun kebudayaan. Kegiatan wisatawan dalam berwisata tentulah dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, baik faktor penarik maupun faktor pendorong dalam melakukan kegiatan perjalanan pariwisata. Untuk menjelaskan kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1) Faktor Pendorong
Faktor yang mendorong seseorang untuk berwisata adalah ingin terlepas,meskipun sejenak dari kehidupan yang rutin setiap hari, lingkungan yang tercemar, kemacetan lalu lintas dan hiruk pikuk kehidupan kota.
2) Faktor Penarik
Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di tempat wisata.
Atraksi ini dapat berupa kemashuran akan obyek wisata, tempat-tempat yang banyak diperbincangkan orang serta sedang menjadi berita.
2.1.2 Komponen Pariwisata
Berdasarkan klasifikasi pariwisata, Pitana (2009: 63), sistem pariwisata terdiri dari tujuh (7) komponen besar, dimana komponen tersebut merupakan sektor utama dalam kepariwisatan yang memerlukan keterkaitan, ketergantungan, dan keterpaduan, yaitu:
1) Sektor pemasaran (the marketing sector)
Mencakup semua unit pemasaran dalam industri pariwisata, misalnya, kantor biro perjalanan dengan jaringan cabangnya, kantor pemasaran maskapai penerbangan (air lines), kantor promosi daerah tujuan wisata tertentu, dan sebagainya.
2) Sektor perhubungan (the carrier sector)
Mencakup semua bentuk dan macam transportasi publik, khususnya yang beroperasi sepanjang jalur transit yang menghubungkan tempat asal wisatawan (traveller generating region) dengan tempat tujuan wisatawan (tourist destination region). Misalnya, perusahaan penerbangan (airlines), bus (coachline), penyewaan mobil, kereta api, dan sebagainya.
3) Sektor akomodasi (the accommodation sector)
penyedia tempat tinggal sementara (penginapan) dan pelayanan yang berhubungan dengan hal itu, seperti penyediaan makanan dan minuman (food and beverage). Sektor ini umumnya berada di daerah tujuan wisata dan
tempat transit.
4) Sektor daya tarik/ atraksi wisata (the attraction sector)
Sektor ini terfokus pada penyediaan daya tarik atau atraksi wisata bagi wisatawan. Lokasi utamanya terutama pada daerah tujuan wisata tetapi dalam beberapa kasus juga terletak pada daerah transit.
5) Sektor tour operator (the tour operator sector)
Mencakup perusahaan penyelenggara dan penyedia paket wisata. Perusahaan ini membuat dan mendesain paket perjalanan dengan memilih dua atau lebih komponen (baik tempat, paket, atraksi wisata) dan memasarkannya sebagai sebuah unit dalam tingkat harga tertentu yang menyembunyikan harga dan biaya masing-masing komponen dalam paketnya.
6) Sektor pendukung/ rupa-rupa (the miscellaneous sector)
Sektor ini mencakup pendukung terselenggaranya kegiatan wisata baik di negara/ tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit, maupun di negara/
tempat tujuan wisata.
7) Sektor pengkoordinasi/ regulator (the coordinating sector)
Mencakup peran pemerintah selaku regulator dan asosiasi di bidang pariwisata selaku penyelenggara pariwisata, baik di tingkat lokal, regional, maupun internasional. Sektor ini biasanya menangani perencanaan dan
fungsi manajerial untuk membuat sistem koordinasi antara seluruh sektor dalam industri pariwisata.
2.1.3 Pelaku Pariwisata
Pelaku pariwisata adalah setiap pihak yang berperan dan terlibat dalam kegiatan pariwisata. Adapun yang menjadi pelaku pariwisata adalah:
1) Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan. Wisatawan memiliki beragam motif dan latar belakang (minat, ekspektasi, karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya) yang berbeda-beda dalam melakukan kegiatan wisata. Dengan perbedaan tersebut, wisatawan menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata.
2) Industri Pariwisata/ Penyedia Jasa adalah semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata. Mereka dapat digolongkan ke dalam dua golongan utama, yaitu:
a) Pelaku Langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dan lain-lain.
b) Pelaku Tidak Langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembaran panduan wisata, dan sebagainya.
3) Pendukung Jasa Wisata adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan sebagai
pengguna jasa dan produk itu. Termasuk di dalamnya adalah penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, olahraga, penjualan BBM, dan sebagainya.
4) Pemerintah sebagai pihak yang mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata. Tidak hanya itu, pemerintah juga bertanggung jawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain dalam memainkan peran masing-masing.
5) Masyarakat Lokal adalah masyarakat yang bermukim di kawasan wisata.
Mereka merupakan salah satu aktor penting dalam pariwisata karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain itu, masyarakat lokasi merupakan pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan, dan lanskap yang merupakan sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya berada di tangan mereka.
6) Lembaga Swadaya Masyarakat merupakan organisasi non-pemerintah yang sering melakukan aktivitas kemasyarakatan di berbagai bidang, termasuk di bidang pariwisata, seperti proyek WWF untuk perlindungan Orang Utan di kawasan Bahorok Sumatera Utara atau di Tanjung Puting Kalimantan Selatan, Kelompok Pecinta Alam, Walhi, dan lain-lain.
2.2 Obyek Wisata
2.2.1 Pengertian Obyek Wisata
Objek Wisata atau “tourist atracction” adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Dalam ilmu kepariwisataan, objek wisata atau lazim disebut Atraksi merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan pasal 1 ayat 5, objek wisata atau disebut Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan tersebut maka, daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun serta dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang ke obyek wisata.
Yang dimaksud dengan obyek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasaan pada wisatawan. Hal yang dimaksud berupa:
1) Berasal dari alam, misalnya pantai, pemandangan alam, pegunungan, hutan, dan lain-lain.
2) Merupakan hasil budaya, misalnya museum, candi, dan galeri.
3) Merupakan kegiatan masyarakat keseharian, misalnya tarian, karnaval, dan lain-lain.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa objek wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu.
Suatu obyek wisata atau daya tarik wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya, syarat-syarat tersebut adalah:
1) Something to see
Di tempat tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi wisata, yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Dengan perkataan lain, daerah itu harus mempunyai daya tarik yang khusus, di samping itu ia harus mempunyai pula atraksi wisata yang dapat dijadikan entertainments bila orang datang kesana.
2) Something to do
Di tempat tersebut setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi atau amusement dan tempat atau wahana yang bisa digunakan wisatawan untuk beraktivitas seperti olah raga, kesenian maupun kegiatan lain yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama.
3) Something to buy
Di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing. Fasilitas untuk berbelanja ini tidak hanya menediakan barang-barang yang dapat dibeli, tetapi harus pula tersedia sarana-sarana pembantu lain untuk lebih
Daya tarik wisata menurut Maryani (2011: 54) pada umumnya berdasarkan atas:
1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.
2) Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
3) Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.
4) Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.
5) Punya daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.
2.2.2 Sumber Daya Wisata
Sumber daya merupakan atribut alam yang bersifat netral sampai ada campur tangan manusia dari luar untuk mengubahnya agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan manusia itu.Dalam konteks pariwisata, sumber daya diartikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk dikembangkan guna mendukung pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sumber daya wisata tersebut seperti:
1) Sumber daya alam
Elemen dari sumber daya, misalnya air, pepohonan, udara, hamparan pegunungan, pantai, bentang alam, dan sebagainya, tidak akan menjadi sumber daya yang berguna bagi pariwisata kecuali semua elemen tersebut dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu, sumber daya memerlukan intervensi manusia untuk mengubahnya agar
menjadi bermanfaat. Berikut ini adalah sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata atau daya tarik wisata alam adalah:
a) keajaiban dan keindahan alam (topografi) b) keragaman flora
c) keragaman fauna d) kehidupan satwa liar e) vegetasi alam
f) ekosistem yang belum terjamah manusia
g) rekreasi perairan (danau, sungai, air terjun, pantai) h) lintas alam (trekking, rafting, dan lain-lain)
i) objek megalitik
j) suhu dan kelembaban udara yang nyaman k) curah hujan yang normal, dan lain sebagainya.
2) Sumber daya manusia
Sumber daya manusia diakui sebagai salah satu komponen vital dalam pembangunan pariwisata. Berkaitan dengan sumber daya manusia dalam pariwisata, Pitana (2010: 72), memberikan gambaran atas berbagai peluang karir dalam industri pariwisata yang memanfaatkan dan digerakkan oleh sumber daya manusia, seperti di bidang transportasi, akomodasi, pelayanan makanan dan minuman, shopping, travel, dan sebagainya.
3) Sumber daya budaya
Budaya sangat penting perannya dalam pariwisata. Salah satu hal yang menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata adalah adanya
keinginan untuk melihat cara hidup dan budaya orang lain di belahan dunia lain serta keinginan untuk mempelajari budaya orang lain tersebut.
Berikut ini merupakan sumber daya budaya yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata diantaranya adalah:
a) Bangunan bersejarah, situs, monument, museum, galeri seni, situs budaya kuno dan sebagainya.
b) Seni dan patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan tangan dan seni, pusat desain, studio artis, industry film dan penerbit, dan sebagainya.
c) Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan, eksibisi foto, festival, dan even khusus lainnya.
d) Peninggalan keagamaan seperti pura, candi masjid, situs, dan sejenisnya.
e) Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, sistem pendidikan, sanggar, teknologi tradisional, cara kerja, dan sistem kehidupan setempat.
f) Perjalanan (trekking) ke tempat bersejarah menggunakan alat transportasi unik (berkuda, dokar, cikar, dan sebagainya).
g) Mencoba kuliner (masakan) setempat. Melihat persiapan, cara membuat, menyajikan, dan menyantapnya merupakan atraksi budaya yang sangat menarik bagi wisatawan.
4) Sumber daya minat khusus
Salah satu penyebab terjadinya segmentasi atau spesialisasi pasar pariwisata adalah karena adanya kecenderungan wisatawan dengan minat khusus baik dalam jumlah wisatawan maupun area minatnya.
Menurut Pitana (2009: 76), jenis-jenis sumber daya pariwisata minat khusus yang bisa dijadikan daya tarik wisata dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Active adventure (petualangan aktif), seperti caving, parachute jumping, trekking, off-road adventure, dan mountain climbing.
b) Nature and wildlife, seperti birdwatching, ecotourism, geology, national parks, dan rainforest.
c) Anfinity, seperti artist’s workshop, senior tour, dan tour for the handicapped.
d) Romance, seperti honeymoon, island vacation, nightlife, single tour, dan spa/
hot spring.
e) Family, seperti amusemen park, camping, shopping trips, dan whalewatching.
f) Soft adventure, seperti backpacking, bicycle touring, canoing/ kayaking, scuba diving/ snorkeling, dan walking tours.
g) History/ culture, seperti agriculture, art/ architecture, art festival, dan film/
film history.
h) Hobby, seperti antique, beer festival, craft tour, gambling, dan viedeography tour.
i) Spiritual, seperti pilgrimage/ mythology, religion/ spiritual, dan yiga and spiritual tours.
j) Sports, seperti basket ball, car racing, olympic games, dan soccer.
2.2.3 Jenis Obyek Wisata
Menurut Asmoro (2011: 14), ada tiga jenis atau bentuk bahan dasar yang harus dimiliki oleh suatu industri pariwisata, yaitu antara lain:
1) Obyek wisata alam (natural resources)
Bentuk dan obyek wisata ini berupa pemandangan alam, seperti obyek wisata berwujud pada lingkungan, pegunungan, pantai, lingkungan hidup yang berupa flora dan fauna atau bentuk lain yang menarik.
2) Obyek wisata budaya (human resources)
Bentuk dan obyek wisata ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan maupun kehidupan manusia seperti tarian tradisional ataupun kesenian, upacara adat, upacara keagamaan, upacara pemakaman, dan lain-lain.
3) Obyek wisata buatan manusia (man made resources)
Bentuk dan wujud obyek wisata ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas serta kreativitas manusia dimana bentuknya sangat tergantung pada keaktifan manusia. Wujudnya berupa museum, tempat ibadah, kawasan wisata yang dibangun seperti wisata taman mini, taman wisata kota, kawasan wisata ancol, dan sebagainya. Jenis dan macam pariwisata juga dapat diklasifikasikan menurut letak geografisnya, menurut alasan atau tujuan perjalanan, menurut saat berkunjung dan menurut obyeknya. Adapun penjelasan mengenai jenis dan macam pariwisata tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menurut letak geografis, dimana kegiatan pariwisata berkembang:
a) Pariwisata Lokal (Local Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah pariwisata setempat, yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja.
b) Pariwisata Regional (Regional Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu daerah yang ruang lingkupnya lebih luas di banding dengan pariwisata lokal, tetapi lebih sempit jika dibandingkan dengan kepariwisataan nasional. Contohnya kepariwisataan Sumatera Utara, Bali, dan lain-lain.
c) Kepariwisataan Nasional (National Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu negara.
d) Pariwisata Regional-Internasional
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati batas-batas dua negara atau lebih dalam wilayah tersebut.
e) International Tourism
Pengertian ini sinonim dengan kepariwisataan dunia (world tourism), yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh dunia, termasuk didalamnya selain “regional-international tourism” dan juga “national tourism”.
2) Menurut Alasan dan Tujuan Perjalanan a) Bussines Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang untuk tujuan dinas, usaha dagang atau berhubungan dengan pekerjaan, kongres, seminar, convention, symposium, musyawarah kerja.
b) Vacation Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur, cuti atau vakansi.
c) Education Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang yang melakukan
perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari sesuatu bidang ilmu pengetahuan. Termasuk kedalamnya adalah dharma wisata (study-tour).
Dalam bidang bahasa dikenal dengan istilah “Polly Glotisch”, yaitu untuk meningkatkan kamampuan berbahasa asing, seseorang memerlukan tinggal sementara waktu di negara yang bahasanya sedang dipelajari.
3) Menurut saat dan waktu berkunjung a) Seasonal Tourism
Yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-musim tertentu. Termasuk kedalam kelompok ini adalah Summer Tourism atau Winter Tourism, yang biasanya ditandai dengan kegiatan olah raga.
b) Occasional Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan wisatanya dihubungkan dengan kejadian (occasion) maupun suatu events, seperti misalnya Galungan dan
Kuningan di Bali, Sekaten di Yogya atau Pajang Jimat di Cirebon, Cherry Blossom Festival di Tokyo atau Washington, pesta air di negara-negara yang beragama Hindu (India, Burma, Muangthai, Kamboja, Hongkong atau Singapura).
4) Pembagian menurut obyeknya a) Cultural Tourism
Yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni-budaya suatu tempat atau daerah. Jadi obyek kunjungannya adalah warisan nenek moyang, benda-benda kuno. Seiring perjalanan pariwisata semacam ini dalam kesempatan untuk mengambil bagian dalam suatu kegiatan kebudayaan itu sendiri di tempat yang di kunjunginya.
b) Recuperation Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuannya dari pada orang-orang untuk melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit, seperti mandi di sumber air panas, mandi lulur seperti yang banyak dijumpai di Eropa atau mandi susu, mandi kopi Jepang yang katanya dapat menjadikan orang awet muda.
c) Commercial Tourism
Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan pariwisata ini dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional atau internasional, dimana sering diadakan kegiatan Expo, Fair, Exhibition dan lain-lain.
d) Sport Tourism
Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang dimaksud dengan pariwisata jenis ini adalah perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olahraga di suatu tempat atau negara tertentu, seperti Olympiade, All England, pertandingan tinju atau sepak bola.
Atau ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu sendiri.
e) Political Tourism
Biasanya disebut dengan pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan yang tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan suatu negara, apakah ulang tahun atau peringatan hari tertentu, seperti Hari Angkatan Perang di Indonesia, Parade 1 Mei di Tiongkok atau 1 Oktober di Rusia.
f) Social Tourism
Pariwisata sosial bukan merupakan suatu peristiwa yang berdiri sendiri.
Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja yang tidak menekankan untuk mencari keuntungan, seperti misalnya study tour, picnic atau youth tourism yang sekarang dikenal dengan Pariwisata Remaja.
g) Religion Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan, seperti kunjungan ke Luordes bagi orang yang beragama Katolik, atau ke Muntilan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah, ikut Haji Umroh bagi yang beragama Islam atau upacara Agama Hindu Bali Sakenan, Bali.
5) Menurut Umur yang melakukan perjalanan a) Youth Tourism
Pariwisata yang dikembangkan bagi remaja yang suka melakukan perjalanan wisata dengan harga yang relative murah.
b) Adult Tourism
Pariwisata yang diikuti oleh orang-orang yang berusia lanjut. Menurut Direktoral Jendral Pemerintahan dalam Sunaryo (2013: 25), obyek wisata atau daya tarik wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Daya tarik wisata alam
Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada anugrah keindahan dan keunikan yang telah tersedia di alam, seperti:
a) Pantai dengan keindahan pasir putihnya, deburan gelombang ombak serta akses pandangnya terhadap matahari terbit atau tenggelam,
b) Laut dengan aneka kekayaan terumbu karang maupun ikannya, c) Danau dengan keindahan panoramanya,
d) Gunung dengan daya tarik vulcano nya,
e) Hutan dan Sabana dengan keaslian flora dan faunanya,
e) Hutan dan Sabana dengan keaslian flora dan faunanya,