• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis

Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang ditekuni

2. Bagi Masyarakat Umum

Memberi informasi yang berguna bagi semua pihak yang terkait dan berkepentingan, serta hasi dari penelitian ini sebagai referensi atau acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Pemerintah

Dengan penelitian ini diharapkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan dapat menghasilan kebijakan-kebijakan yang lebih terarah dan terukur terkait bagaimana masyarakat dapat mengakses dan dapat memenuhi kebutuhan dasar melalui pemenuhan konsumsi mereka.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sosial Ekonomi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial berarti berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 2002: 1454). Menurut Departemen Sosial, kata sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komunitas, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat.Sehingga dengan demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seseorang individu yang terikat pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seseorang individu berarti terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing invidu yang saling berfungsi satu dengan lainnya.

Santrock (2007) status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan dan pendidikan ekonomi.Status sosial ekonomi menunjukkan ketidak setaraan tertentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki :

1. Pekerjaan yang bervariasi prestasinya dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus yang lebih tinggi dibanding orang lain.

2. Tingkat pendidikan yang berbeda ada beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain.

3. Tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi insitusi masyarakat, perbedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam jajaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak serata.

4. Sumber daya ekonomi yang berbeda.

Menurut Soekanto (2012) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasi dan hak-hak serta kewajiban dalam hubungannya dengan sumber daya. Menurut Abdulsyani (2007) sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.

Menurut Siagian (2012) untuk mengukur kondisi rill sosial ekonomi seseorang atau sekelompok rumah tangga, dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh. Dalam laporan PBB Badan Dunia tersebut menetapkan 9 jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia meliputi :

1. Kesehatan

2. Makanan dan Gizi 3. Kondisi Pekerjaan

4. Situasi Kesempatan Kerja

5. Konsusmsi dan Laba Hubungan Aggregative 6. Pengangkutan

7. Perumahan 8. Sandang

9. Rekreasi dan Hiburan

Berdasarkan beberapa pendapatan ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian status ekonomi dalam penelitian ini adalah kondisi suatu keluarga orang tua yang diukur dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis pekerjaan.

2.1.1 Faktor-faktor Yang Menentukan Sosial Ekonomi

Menurut Damsar (2011) ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya sosial ekonomi orang tua dimasyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan kekayaan dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya.Dalam hal ini urainnya dibatasi hanya 4 faktor yang menentukan tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan, dan jenis pekerjaan.

1. Tingkat Pendidikan

Sejak masa kolonialisme pendidikan dianggap sebagai faktor penting untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.Masyarakat Indonesia yang biasa dikenal dengan penduduk pribumi pada masa kolonial mendapat kesempatan untuk menyekolahkan anak-anaknya meskipun masih banyak keterbatasan karena adanya pembedaan perlakuan dalam masyarakat, adanya perbedaan jenjang pendidikan pada masa kolonial pada umumnya membuat peluang masyarakat untuk memperoleh pekerjaan lebih sedikit sehingga berdampak pada pendapatan yang mempengaruhi kesejahteraan.

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, pendidikan diumpamakan untuk mewujudkan individu agar dapat mengembangkan potensi dirinya dengan bekal memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedrasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu, rohani (fikiran, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan-keterampilan.

Menurut UU RI No.20 Tahun 2003 pasal 3, pendidikan bertujuan untuk”

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia etahuan dan Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memakan memiliki pengetahuan dan keteampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan diluar sekolah (pendidikan non formal).Jalur pendidikan sekolah terdapat jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pertama, pendidikan menengah atas.Dalam pendidikan ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua.Selain itu, pendidikan informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain.Karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan dan tentunya juga pendapatan yang diperoleh.

2. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang diterima oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Menurut Sumardi (2007) pendapatan adalah yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditempuh. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang kebih baik disertai pendapatn yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang rendah.

Menurut Gustiyana (2003) pendapatan dapat dibedakan menjadi duan yaitu, pendapatan usaha tani dan pendapatan rumah tangga.Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total.Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar dari usaha tani. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam perbulan, pertahun, dan permusim tanam. Pendapatan luar usaha tani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usaha tani seperti berdagang, kerja kuli bangunan, dan mengojek dan lain-lain. Berdasarkan dari pendapatan keluarga, maka dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, tinggi :

a. Golongan Ekonomi Rendah

Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minim.

b. Golongan Ekonomi Sedang

Golongan masyarakat berpenghasilan sedang yaitu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup namun hanya dengan pas-pasan.

c. Golongan Ekonomi Tinggi

Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut Siagian (2012) pendapatan sosial ekonomi orang tua dapat merumuskan indikator kemiskinan yang representatif. Keyakinaan tersebut muncul karena pendapatan merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu mempunyai kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat sosial memenuhi hidupnya agar dapat hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat.

3. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kepemilikan barang berharga yang memiliki nilai tinggi dalam satu rumah tangga.Kepemilikan kekayaan atau fasilitas tersebut diantaranya.

a. Barang-Barang Berharga

Kepemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasaan, televise, kulkas, mesin cuci dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat.

b. Jenis-Jenis Kendaraan Pribadi

Misalnya orang yang mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi tingkat taraf ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda motor. Dalam penelitian ini, kepemilikan kekayaan yaitu yang mencakup harta benda yang memiliki oleh orang tua berupa mobil, dan kendaraan bermotor dan harta yang tidak bergerak seperti tanah, emas, rumah sewa dan ternak yang dimiliki seperti sapi, kerbau, kambing dan lain-lain yang digunakan sebagai investasi.

4. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah berupa barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Menurut Manginsihi (2013) pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua untuk mencari nafkah. Pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan meyebabkan perbedaan tingkat penghasilan dari yang rendah sampai pada tingkat yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang

ditekuni. Contoh pekerjaan berstatus sosial ekonomi rendah adalah buruh pabrik, penerima dana kesejahteraan, dan lain-lain. Kemudian menurut pedoman ISCO (International Standart Clasification of Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Kepemimpinan

b. Administrasi tata usaha c. Jasa

d. Petani

e. Produksi dan Operator alat angkut

Dari berbagai klsifikasi pekerjaan diatas orang akan dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Dalam masyarakat tumbuh kecendrungan bahwa orang yang bekerja akan lebih terhormat dimata masyarakat, artinya lebih dihargai secara sosial dan ekonomi. Jadi, untuk menentukan status sosial ekonomi dalam keluarga yang dilihat dari jenjang pekerjaan maka jenis pekerjaan tersebut dapat diberi batasan sebagai berikut : a. Pekerjaan yang berstatus tinggi yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis

pemimpin ketaatan dalam suatu instalasi pemerintahan maupun swasta, dan tenaga administrasi tata usaha.

b. Pekerjaan yang berstatus sedang yaitu pekerjaan dibidang perdangan dan jasa.

c. Pekerjaan yang berstatus rendah yaitu petani, buruh pabrik, kuli bangunan.

2.2 Pengertian Konsumsi

Kata konsumsi dalam Kamus Besar Ekonomi diartikan sebagai tindakan manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk menghabiskan atau mengurangi kegunaan (unility) suatu benda pada pemuasan terakhir dari kebutuhannya.

Menurut Soeharno (2006) konsumsi adalah kegiatan memanfaatkan barang-barang dan jasa-jasa dalam memenuhi kebutuhan hidup.Barang-barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup ini tergantung dari pendapatan yang diperoleh.

Mankiw (2007) mendefinisikan konsumsi sebagai pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga. Barang mencakup pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama seperti kendaraan dan barang yang tidak tahan lama seperti makanan.Jasa mencakup barang yang tidak berwujud konkrit termasuk pendidikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa konsumsi dapat didefinisikan sebagai kegiatan pembelian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan minuman rumah tangga.

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Pengeluaran Konsumsi

Menurut Raharja (2011) banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :

A. Faktor-Faktor Ekonomi

Tiga faktor yang menentukan tingkat konsumsi adalah :

1. Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi.Biasanya semakin tinggi tingkat pendapatan maka tingkat konsumsi juga tinggi.Karena ketika tingkat pendapatan meningkat kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar, atau juga pola hidup menjadi konsuntif dan semakin menuntut kualitas yang baik.

2. Kekayaan Rumah Tangga

Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan rill seperti (rumah, tanah, dan mobil,emas, ternak) dan financial (deposito berjangka, saham dan lain-lain). Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposibel. Misalnya bunga deposito yang diterima tiap bulan diveden yang diterima setiap bulan menambah pendapatan rumah tangga. Demikian juga rumah, tanah dan mobil yang disewakan.Penghasilan-penghasilan tersebut disebut dengan nonupah. Sebagian dari tambahan penghasilan tersebut akan dipakai sebagai konsumsi. Tentunya, hal ini akan meningkatkan pengeluaran konsumsi.

3. Tingkat Bunga

Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi, baik dilihat sari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang.Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi dari kegiatan ekonomi akan mahal. Bagi mereka yang ingin mengkonsumsi dengan berhutang dulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau menggunakan fasilitas dari kartu kredit dan biaya bunga semakin mahal.

Sama halnya dengan mereka yang memiliki banyak uang.Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan menyimpan uang dibank terasa lebih menguntungkan ketimbang dihabiskan untuk dikonsumsi.Jika tingkat bunga yang rendah yang terjadi adalah sebaliknya.

B. Faktor-Faktor Demografi (Kependudukan)

Menurut Rahardja (2005) yang mencakup dalam faktor-faktor kependudukan jumlah penduduk dan komposisi penduduk.

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walupun pengeluaran rata-rata orang atau perkeluarga relatif rendah misalnya, walupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesialebih rendah dari pada penduduk Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk singapura. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan perkapita sangat tinggi.

2. Konsumsi Penduduk

Konsumsi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi diantaranya, usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi) dan wilayah tempat tinggal (perkotaan dan pedesaan). Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi dijabarkan sebagai berikut :

a. Semakin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia produktif (15-64 tahun ) semakin besar tingkat konsumsi, terutama bila sebagian besar dari mereka mendapatkan kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang wajar

atau baik, sebab semakin banyak penduduk yang bekerja dan penghasilan juga semakin besar.

b. Semakin besar tingkat pendidikan masyarakat, maka tingkat konsumsi juga semakin tinggi, sebab pada saat seseorang suatu keluarga makin berpendidikan tinggi, kebutuhan hidupnya makin banyak yang harus mereka penuhi bukan lagi sekedar kebutuhan untuk makan dan minum melainkan juga kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat yang lebih baik serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap keberadaanya. Sering kali biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan ini jauh lebih besar dari pada baiaya pemenuhan kebutuhan untuk makan dan minum.

c. Semakain banyak penduduk yang tinggal diwilayah perkotaan urban, pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif dibandingkan masyarakat pedesaan.

C. Faktor-faktor Non Ekonomi

Faktor-faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola kebiasaan makanan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain dianggap lebih hebat.

2.2.2 Teori Konsumsi

Dalam teori konsumsi Keynes mengandalkan analisis statistik, dan jugamembuatdugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi kasual.Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal atau MPC (marginal propensity to consume) jumlah

yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu.Kecenderungan mengkonsumsi marginal merupakan rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas.Kekuatan kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata atau APC (average propensity to consume), turun ketika pendapatan naik.Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting.Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Dalam jangka pendek orang dapat berkonsumsi dengan menggunakan tabungan yang lalu,sehingga jika ini terjadi maka orang tersebut telah melakukan tabungan negatif (dissaving). Berdasarkan tiga dugaan ini, persamaan konsumsi Keynes secara matematis ditulis sebagai berikut (Mankiw, 2003):

C = a + bY, a > 0, 0 < b < 1 ...(2.1) Keterangan:

C = Pengeluaran untuk konsumsi

a = Besarnya konsumsi pada tingkat pendapatan nol

b = Besarnya tambahan konsumsi karena tambahan pendapatan atau MPC Y = Pendapatan untuk rumah tangga individu

2.2.3 Pengertian Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kabutuhan dari orang yang melakukan pembelajaan tersebut.Pembelajaan masyarakat atas makanan, pakaian dan barang-barang kebutuhan mereka yang digolongkan pembelanjaan dan konsumsi.Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).

Konsumsi rumah tangga meliputi semua pengeluaran barang dan jasa (baik barang tahan lama maupun barang tidak tahan lama) dikurangi hasil penjualan netto (penjualan dikurangi pembelian) barang-barang bekas atau tidak terpakai yang dilakukan oleh suatu rumah tangga.Selain untuk pengeluaran untuk beban makanan, minuman, pakaian, dan bahan bakar dan jasa-jasa termasuk juga barang yang tidak adanya (tidak produksi kembali seperti karya seni, barang antic lainya).

Menurut Supriani (2008) pendapatan rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, pakaian, membiayai jasa pengangkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya.Tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga digolongkan sebagai konsumsi (rumah tangga).Kegiatan rumah tangga untuk membeli rumah digolongkan sebagai investasi.

Konsep yang dipakai dalam perhitungan pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah :

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada wilayah domestic region.

b. Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada rmah-rumah penduduk suatu region.

2.3 Pendapatan

Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan atau tahunan.Pendapatan merupakan dasar dari konsumsi pendapatan setiap individu diperoleh dari hasil kerjanya. Sehingga tinggi rendahnya pendapatan akan dijadikan seseorang sebagai pedoman kerja. Mereka yang memiliki pekerjaan dengan pendapatan yang rendah cendrung tidak maksimal dalam produksi.Sedangkan masyarakat yang memiliki pendapatan yang tinggi memiliki motivasi khusus untuk bekerja produktivitas kerja mereka lebih baik dan maksimal.

Pendapatan merupakan uang yang diterima seseorang dari perusahaan dalam bentuk gaji, upah, bunga, uang pension dan sebaginya.Untuk mengatur kondisi ekonomi seseorang salah satu konsep pokok yang sering digunakan adalah tingkat pendapatanya.Pendapatan dapat menunjukkan seluruh uang yang diterima atau diperoleh oleh seseorang selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.

Dari segi ekonomi mikro istilah pendapatan dipakai berkenaan dengan aliran penghasilan dalam satu periode tertentu yang berasal dari penyedian faktor-faktor produksi, sumber data alam (sewa), tenaga kerja (upah,gaji) dan modal (bunga,

lama). Dari segi makro istilah pendapatan nasional (national income) dipakai berkenaan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa, upah, bunga, dan pembayaran, tidak termasuk transfer (tunjangan penggangguran, uang pension dan sebagainya).

Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan, jenis kegiatan yang diikuti sertakan modal atau keterampilan mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih yang pada akhirnya mampu memberikan pendapatan yang lebih besar.

2.3.1 Pendapatan Keluarga

Menurut Sukirno (2004) pendapatan rumah tangga (keluarga) adalah jumlah penghasilan rill dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama atau perseorangan dalam rumah tangga.Pendapatan keluarga merupakan balas karya atau jasa atau imbalan yang diperoleh karena sumbangan yang diberikan dalam kegiatan produksi. Secara kongkritnya pendapatan rumah tangga berasal dari :

1. Usaha itu sendiri misalnya, berdagang, bertani, membuka usaha, sebagai wiraswasta.

2. Bekerja pada orang lain misalnya, karyawan dan pegawai negeri.

3. Hasil dari pemilikan misalnya, tanah yang disewakan dan lain-lain.

Gilarso (2008) mendefinisikan pendapatan yang berupa uang aupun barang misalnya berupa satuan baik berupa beras, fasilitas perumahan dan lain-lain.Pada umumnya pendapatan manusia terdiri dari pendapatan nominal berupa uang dan pendapatan rill berupa barang.Apabila pendapatan lebih ditekankan pengertiannya

pada pendapatan rumah tangga, maka pendapatan merupakan jumlah dari pendapatan formal, informal dan pendapatan subsistem.Pendapatan formal adalah segala penghasilan baik berupa uang atau pun barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa.Pendapatan informal yaitu berupa penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan diluar pekerjaan pokonya.

Didalam rumah tangga tentu memiliki tingkat pendapatan yang berbeda.Tingkat pendapatan keluarga merupakan pendapatan atau penghasilan keluarga yang tersusun mulai dari rendah, sedang, hingga tinggi. Terjadinya perbedaan pendapatan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain tingkat pendidikan, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga.

2.3.2 Teori Pendapatan Permanen (Permanent Income Hypothesis)

Alternatif lain untuk menjelaskan pola perilaku konsumsi adalah teori pendapatan permanen (permanent income hypothesis, PIH) yang diajukan oleh Milton Friedmen. Sama seperti teori-teori lain, PIH juga menyakini bahwa pendapatan faktor dominan yang mempengaruhi tingkat konsumsi. Perbedaabnya terletak pada pendapatan PIH yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi mempunyai hubungan proporsional dengan pendapatan permanen.

Yang dimaksud dengan permanen adalah tingkat pengeluaran yang stabil yang dipertahankan sepanjang hidup, dengan berdasarkan pada tingkat kekayaan sekarang dan pendapatan yang diperoleh sekarang dan dimasa depan. Sumber pendapatan ini berasal dari pendapatan upah/gaji (expected labour income) dan upah non gaji (human wealth). Dengan keyakinan tersebut espetasinya tentang pendapatan permanen juga akan meningkat.

2.3.3 Teori Pendapatan Relative (Relative Income Hypothesis)

Teori konsumsi LCH dan PIH member tekanan tentang pengaruh pendapatan

Teori konsumsi LCH dan PIH member tekanan tentang pengaruh pendapatan

Dokumen terkait