• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA WARGA DESA MEDAN KRIO KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA WARGA DESA MEDAN KRIO KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG OLEH"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

OLEH

IGA ARTITA TUMANGGOR 140501029

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)
(4)
(5)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor sosial ekonomi terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga warga Desa Medan Krio dengan variabel dependen pengeluaran konsumsi dan variabel independen pendapatan, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tabungan.

Penelitian ini menggunakan Deskriptif Kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode slovin dengan jumlah 95 responden.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan table distribusi frekuensi dan tabulasi silang (crosstab) kemudian dengan melakukan uji korelasi pearson.

Hasil analisis dengan menggunakan hasil pearson correlation diketahui bahwa nilai dalam variabel pendapatan memiliki hubungan positif dan derajat korelasinya sempurna terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga warga Desa Medan Krio, variabel pendidikan memiliki hubungan positif dan derajat korelasinya kuat terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga warga Desa Medan Krio, variabel jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan positif dan derajat korelasinya kuat terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga warga Desa Medan Krio, variabel tabungan memiliki hubungan negatif dan derajat korelasinya kuat terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga warga Desa Medan Krio.

Kata Kunci : Crosstab, Correlation Pearson, Pengeluaran Konsumsi, Pendapatan, Pendidikan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Tabungan.

(6)

The research aims to analyze social-economy factors toward to the household expenditure of the villagers in Medan Krio.

This research uses descriptive kualitatif methode. The sampling technique uses slovin method with 95 respondents. Primary data was collected through questionnaires distributed to respondent. The analytical method uses frequency distribution table and cross tab with pearson correlation.

The results of the analysis by using result of pearson correlation known that value in income variable have positive related and degree of the correlations is perfect correlation to the household expenditure of the villagers in Medan Krio, eduction variable have positive related and degree of the correlations is strong correlation to the household expenditure of the villagers in Medan Krio, number of family variable have positive related and degree of the correlations is strong correlation to the household expenditure of the villagers in Medan Krio, saving variable have negative related and degree of the correlations is strong correlation to the household expenditure of the villagers in Medan Krio

Keywords : Crosstab, Pearson Correlation, Household Expenditure, Income, Education, Number of Family, Saving.

(7)

yang berjudul “Analisis Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Warga Desa Medan Krio” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Strata Satu (S1) Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua yang sangat penulis sayangi, Ayahanda Kasdin Tumanggor dan Ibunda Salam Br Ginting Suka yang telah senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan, motivasi, kerja keras, pengorbanan dan semangat selama ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP. selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si. selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si. selaku Dosen Pembanding I saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

(8)

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

7. Kepada adik penulis, Nicola Ananda Tumanggor yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

8. Kepada Wiwid Dwi Rifaldi yang telah memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Kakubik, GGC, Musim Panas Kehujanan, EP A 2014, dan semua pihak yang turut membantu dan memberikan dukungan serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Medan, 2018 Penulis

Iga Artita Tumanggor NIM : 140501029

(9)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 11

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... .1010

2.1 Pengertian Sosial Ekonomi ... 10

2.1.1 Faktor-faktor yang MenentukanSosial Ekonomi ... 12

2.2 PengertianKonsumsi ... 18

2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi ... 18

2.2.2 Teori Konsumsi ... 21

2.2.3 Pengertian Konsumsi Rumah Tangga ... 23

2.3 Pendapatan ... 24

2.3.1 Pendapatan Keluarga ... 25

2.3.2 Teori Pendapatan Permanen (Permanent Income Hypothesis) ... 26

2.3.3 Teori Pendapatan Relative (Relative Income Hypothesis) ... 27

2.3.4 Jenis Pendapatan ... 28

2.3.5 Hubungan Pendapatan Terhadap Konsumsi ... 29

2.4 Tingkat Pendidikan ... 29

2.4.1 Konsep Pendidikan ... 30

2.4.2 Teori Pendidikan (Human Capital) ... 31

2.4.3 Hubungan Pendidikan Dengan Konsumsi ... 32

2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 33

2.5.1 Konsep Jumlah Tanggungan Keluarga ... 33

2.5.2 Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga Dengan Konsumsi ... 34

2.6 Tabungan ... 35

2.6.1 Teori Tabungan... 35

2.6.2 Fungsi Tabungan ... 36

(10)

BAB III METODE PENELITIAN 42

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 42

3.3 Batasan Operasional ... 42

3.4 DefisiniVariabel Operasional ... 42

3.4.1Pengeluaran KonsumsiRumahTangga ... 43

3.4.2 Pendapatan ... 43

3.4.3 Pendidikan ... 43

3.4.4 JumlahTanggungan Keluarga ... 44

3.4.5 Tabungan ... 44

3.5 Populasi dan Sampel ... 44

3.5.1 Populasi ... 44

3.5.2 Sampel ... 45

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 46

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 46

3.8 Metode Analisis Data dan Pengolahan Data ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 499

4.1 Gambaran Umum Daerah Penilitian... 49

4.2 Karakteristik Responden... 51

4.2.1Jenis Kelamin ... 51

4.2.2Jenis Pekerjaan Responden ... 51

4.2.3 Usia ... 52

4.2.4 Pendidikan ... 52

4.2.5 Pendapatan Keluarga ... 53

4.2.6 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 54

4.2.7 Jumlah Tabungan Keluarga ... 54

4.2.8 Pendapatan Yang Disisihkan Buat Menabung ... 55

4.2.9 Fungsi Tabungan ... 56

4.2.10 Kepemilikan Kendaraan ... 56

4.2.11 Kendaraan Yang Dimiliki Responden ... 57

4.2.12 Jumlah Kepemilikan Kendaraan Sepeda Motor ... 57

4.2.13 Responden Yang Memiliki Angsuran Kredit ... 58

4.2.14 Kepemilikan Angsuran Kredit ... 59

4.2.15 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ... 59

4.3 Analisis Crosstab ... 60

4.3.1 Pendapatan Responden (Crosstab) ... 61

4.3.2 Pendidikan Responden (Crosstab) ... 63

4.3.3 Jumlah Tanggungan Keluarga (Crosstab) ... 65

4.3.4 Tabungan Responden (Crosstab) ... 68

4.4 Pembahasan ... 71

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 7879

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80 DAFTAR LAMPIRAN

(12)

1.1 Persentase Pengeluaran Rata-rata Rumah Tangga Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang 2011-2015 ... 3 2.1 Penelitian Terdahulu ... 39 4.1 Karakteristik Responden yang Bekerja Sebagai

Buruh Tani dan Petani di Desa Medan Krio ... 50 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 51 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Pekerjaan ... 51 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 52 4.5 Karakteristik Respon den Berdasarkan Pendidikan . 52 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan

PendapatanKeluarga ... 53 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah

Tanggungan Keluarga ... 54 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah

Tabungan Keluarga ... . 54 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Yang disisihkan dalam per-bulan ... . 55 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Fungsi

Tabungan ... . 56 4.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan

Kendaraan ... . 56 4.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Kendaraan

Yang Digunakan ... . 57 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan

Sepeda Motor ... . 57 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan

Angsuran Kredit ... . 58 4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan

Angsuran Kredit per-bulan ... . 59 4.16 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran

Konsumsi Rumah Tangga ... . 59 4.17 Crosstab Pendapatan Responden Terhadap

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di

(13)

4.19 Crosstab Jumlah Tanggungan Keluarga

Responden Terhadap... . 65 4.20 Crosstab Tabungan Responden Terhadap

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di

Desa Medan Krio ... . 68 Pengeluaran Konsusi Rumah Tangga di

Desa Medan Krio ... 68 4.21 Correlation Pendapatan Responden Terhadap

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di

Desa Medan Krio ... 72 4.22 Correlation Pendidikan Responden Terhadap

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di

Desa MedanKrio ... 73 4.23 Correlation Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di

Desa Medan Krio ... 75 4.24 Correlation Jumlah Tabungan Responden Terhadap

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Desa Medan Krio

(14)

1.1 Kerangka Konseptual……… 40

(15)

2 Hasil Analisis Crosstabb 3 Hasil Corelations Pearson

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sukirno (2007) mengungkapkan bahwa konsumsi merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga untuk barang-barang akhir (final goods) dan jasa-jasa dengan tujuan memenuhi kebutuhan orang tersebut. Menurutnya, pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.

Menurut BPS (2010) pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran atas pembelian barang dan jasa yang tujuannya untuk konsumsi selama periode satu tahun, dikurangi dengan hasil penjualan netto dari barang dan jasa.Barang-barang yang memiliki kegunaan ganda, yaitu selain untuk keperluan rumah tangga juga digunakan sebagai penunjang dalam kegiatan usaha, pembelian dan biaya-biayanya harus dialokasikan secara proposional terhadap masing- masing kegiatan yang dilakukan.

Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengutangi atau mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.Didalam kehidupan sehari- hari tentu setiap masyarakat atau rumah tangga melakukan konsumsi.Konsumsi yang dilakukannya tersebut pasti dengan jumlah yang berbeda-beda karena tergantung kemampuan pendapatan yang diperoleh beserta tingkat kebutuhan dan keinginan mereka.

(17)

Secara garis besar konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, kebutuhan pokok (primer) dan kebutuhan penunjang (sekunder).Yang tergolong kebutuhan primer adalah sandang, pangan dan perumahan.Sedangkan kebutuhan sekunder meliputi kelompok kebutuhan yang tidak selalau menuntut kebutuhan. Hal ini sangat wajar bila rumah tangga yang berpendapatan besar akan melakukan konsumsi lebih banyak dibanding dengan berpendapatan rendah (Pracoyo,2005).

Masing-masing rumah tangga mempunyai perilaku konsumsi yang berbeda- beda mencakup apa saja yang dikonsumsi. Berapa banyak yang akan dikonsumsi dan bagaimana mengkonsumsinya. Rumah tangga dapat memutuskan satu dari dua pilihan atas pendapatannya membelanjakan untuk konsumsi atau menyimpannya. Rumah tangga membeli barang yang tidak tahan lama (non durable) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan untuk barang tahan

lama(durable) hanya sebagai pelengkap atau pendukung sehingga permintaan barang tahan lama lebih volatile dibandingkan barang tidak tahan lama (Misbach,2003).

Menurut pendapat Samuelson dan Nordhaus (1995) yang mendefinisikan bahwa konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran untuk pembelian barang- barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya. Rumah tangga yang memiliki penghasilan tinggi maka akan melakukan konsumsi yang tinggi pula dan rumah tangga yang berpenghasilan rendah akan melakukan konsumsi yang rendah pula. Disetiap rumah tangga tidak ada yang sama dalam melakukan konsumsinya.

(18)

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Sumut (2015) Penduduk Desa Medan Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang memiliki wilayah 8,52 km2, dengan jumlah penduduk sebesar 14.363 jiwa serta 2.389 jumlah rumah tangga. Masing- masing rumah tangga memiliki pendapatan dan pengeluaran yang berbeda- beda.Sebagian besar penduduk bekerja dibidang pertanian, perternakan, industri, perdangangan dan bekerja dibidang pegawai pemerintahan dan lain-lain.

Penduduk yang memiliki pendapatan yang tinggi lebih banyak menggunakan pendapatannya pada kebutuhan konsumsi non makanan seperti pengeluaran untuk pendidikan, penerangan, bahan bakar, kesehatan, trasportasi, perbaikan rumah, membeli barang-barang mewah (mobil, motor, handphone, laptop). Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi makanan seperti beras, lauk pauk, gula, susu dan sebaginya tetap mereka konsumsi.

Tabel 1.1

Persentase Pengeluaran Rata-rata Rumah tangga Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011-2015

Jenis Pengeluaran 2011 2012 2013 2014 2015

Makanan 57,45% 57,36% 55,54% 51,86% 54,95%

Non makanan 42,55% 42,64% 44,46% 48,14% 45,05%

Sumber: Sunsenas 2011-2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang

Dari tabel 1.1 dapat diartikan bahwa rata-rata pengeluaran perkapita pertahun penduduk Desa Medan Krio Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang cendrung naik turun tiap tahunnya.Distribusi pengeluaran untuk konsumsi makanan dan bukan makanan berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan

(19)

masyarakat. Pada tahun 2011 jenis pengeluaran makanan presentasenya paling tinggi mencapai 57,45% dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya, sedangkan presentase jenis makanan non makanan paling tinggi pada tahun 2014 mencapai 48,14%.

Salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan keluarga adalah melalui struktur pengeluaran rumah tangga.Rumah tangga dengan pengeluaran pangan yang lebih tinggi tergolong rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan yang meningkat dibandingkan dengan rumah tangga dengan pengeluaran pangan yang rendah dan tingkat kesajahteraannya juga rendah.Secara umum kebutuhan konsumsi rumah tangga berupa kebutuhan pangan dan kebutuhan non pangan, dimana kebutuhan keduanya berbeda.

Hal ini sesuai dengan hukum Engel yang mengemukakan bahwa kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah akan menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan makanan terlebih dahulu. Seiring dengan pergeseran dan peningkatan pendapatan, proporsi pola pengeluaran untuk non makanan akan ikut meningkat.

Kondisi tersebut akan terukur tingkat kesejahteraan masyarakat dan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan atau non pangan.

Disetiap rumah tangga tidak ada yang sama dalam melakukan konsumsinya.

Ketidak samaan dalam melakukan konsumsi dibedakan karena perbedaan dalam tingkat pendapatan yang diperoleh, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan tabungan didalam sebuah rumah tangga.

(20)

Menurut Kepala Desa Medan Krio rata-rata pekerjaan masyarakat di Desa Medan Krio adalah sebagai petani dan buruh petani banyak nya petani dan buruh tani di Desa Medan Krio adalah 910 orang. Dan masyarakat yang bekerja dibidangPNS di Desa Medan Krio sebanyak 200 orang.Dan masyarakat yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 200 orang pedagang.Masyarakat yang bekerja sebagai wiraswata sebanyak 300 orang.

Dilihat dari sisi pendapatan, rata-rata pendapatan rumah tangga di Desa Medan Krio sebesar 2.000.000 / bulan, data tersebut diperoleh dari Kepala Desa Medan Krio. Rumah tangga yang berpendapatan tinggi maka rumah tangga tersebut akan melakukan konsumsinya tinggi juga. Hal ini tersebut dikarenakan untik mencapai kepuasan selama uang yang ada dimiliki bisa mencukupi.Rumah tangga yang memiliki pendapatan rendah maka konsumsinya juga ikut rendah.

Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dalam pendapatan untuk memenuhi kepuasannya dalam melakukan konsumsi.Kesulitan-kesulitan kecil biasanya dapat menyebabkan krisis keuangan sehingga kadangkala rumah tangga tersebut terpaksa menggambil kredit dan menjuak barang-barang yang nilai harga jualnya tinggi untuk memenuhi kebutuhan pokok. Oleh karena itu jika pendapatan tinggi maka konsumsi akan tinggi dan jika pendapatan rendah maka konsumsi pun ikut rendah.

Untuk mengetahui pengeluaran konsumsi rumah tangga, tidak hanya melihat dari sisi pendapatan tetapi bisa juga dilihat dari sisi pendidikan.Menurut BPS Sunggal Dalam Angka mengatakan bahwa rata-rata lama sekolah di Desa Medan Krio adalah SMA. Jika pendidikan dalam rumah tangga tinggi maka konsumsi

(21)

rumah tangga juga ikut tinggi. Rumah tangga yang memiliki yang tinggi tentu akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, jika pekerjaan seorang lebih baik maka pendapatan yang diperoleh akan tinggi BPS (2010).

Apabila pendidikan dalam rumah tangga rendah maka akan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikannya, yang bisa dikatakan akan memperoleh pendapatan pun akan secukupnya saja atau rendah. Jika pendapatan rendah maka konsumsi juga ikut rendah.Selain itu kebutuhan konsumsi rumah tangga dengan tingkat pendidikan tinggi lebih banyak bervariasi dibandingkan dengan kebutuhan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah. Dengan begitu, jika tingkat pendidikan semakin tinggi maka tingkat konsumsi pun ikut ikut tinggi, tetapi jika tingkat pendidikan semakin rendah maka tingkat konsumsi pun akan ikut rendah.

Seorang yang sudah bekerja dan memiliki pendapatan sendiri akan menikah dan membina keluarga. Apabila seseorang telah membina keluarga dan memiliki tanggungan dalam keluarganya maka konsumsi orang tersebut akan ikut meningkat karena anggota keluarga yang memiliki pendapatan. Dilihat dari jumlah anggota keluarga, rata-rata jumlah anggota keluarga di Desa Medan Krio sebanyak 5 jiwa dalam setiap rumah tangga, data ini diperoleh dari BPS Sunggal Dalam Angka Tahun 2017.

Oleh karena itu, konsumsi juga dapat dipengaruhi oleh jumlah tanggungan keluarga.Jika tanggungan keluarga semakin banyak maka semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga konsumsi meningkat.Jika tanggungan keluarga sedikit maka sedikit oula kebutuhan yang harus dipenuhi. Jadi semakin

(22)

banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin tinggi tingkat konsumsinya dan semakin sedikit jumlah tanggungan keluarga maka semakin rendah tingkat konsumsinya.

Walaupun demikian rumah tangga yang berpendapatan tinggi tidak akan lupa menyisihkan uang pendapatannya untuk ditabung. Karena tabungan sangat penting, selain untuk dimasa depan tabungan juga bisa diambil jika ada kebutuhan yang mendesak. Maka dapat dikatakan besarnya tabungan rumah tangga pada besarnya pendapatan dalam rumah tangga, semakin besar pendapatan dalam rumah tangga maka semakin banyak pula tabungan dalam rumah tangga.

Keinginan manusia untuk menabung biasanya timbul karena keinginan untuk menjamin konsumsi dimasa yang akan datang. Untuk itu manusia menabung untuk keperluan yang akan mendatang. Tabungan merupakan salah satu bentuk simpanan masyarakat dan sumbernya dari pendapatan yang dialokasikan dalam tabungan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diperoleh permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan h pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga di Desa Medan Krio ?

2. Bagaimana hubungan tingkat pendidikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga di Desa Medan Krio ?

3. Bagaimanahubungan tanggungan keluarga terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga di Desa Medan Krio ?

(23)

4. Bagaimana hubungantabungan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga di Desa Medan Krio ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga di Desa Medan Krio.

2. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga di Desa Medan Krio.

3. Untuk mengetahui hubungan tanggungan keluarga terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga di Desa Medan Krio.

4. Untuk mengetahui hubungan tabungan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga di Desa Medan Krio.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis

Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang ditekuni

2. Bagi Masyarakat Umum

Memberi informasi yang berguna bagi semua pihak yang terkait dan berkepentingan, serta hasi dari penelitian ini sebagai referensi atau acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

(24)

3. Bagi Pemerintah

Dengan penelitian ini diharapkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan dapat menghasilan kebijakan-kebijakan yang lebih terarah dan terukur terkait bagaimana masyarakat dapat mengakses dan dapat memenuhi kebutuhan dasar melalui pemenuhan konsumsi mereka.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sosial Ekonomi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial berarti berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 2002: 1454). Menurut Departemen Sosial, kata sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komunitas, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat.Sehingga dengan demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seseorang individu yang terikat pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seseorang individu berarti terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing invidu yang saling berfungsi satu dengan lainnya.

Santrock (2007) status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan dan pendidikan ekonomi.Status sosial ekonomi menunjukkan ketidak setaraan tertentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki :

1. Pekerjaan yang bervariasi prestasinya dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus yang lebih tinggi dibanding orang lain.

(26)

2. Tingkat pendidikan yang berbeda ada beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain.

3. Tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi insitusi masyarakat, perbedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam jajaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak serata.

4. Sumber daya ekonomi yang berbeda.

Menurut Soekanto (2012) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasi dan hak-hak serta kewajiban dalam hubungannya dengan sumber daya. Menurut Abdulsyani (2007) sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi.

Menurut Siagian (2012) untuk mengukur kondisi rill sosial ekonomi seseorang atau sekelompok rumah tangga, dapat dilihat dari kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh. Dalam laporan PBB Badan Dunia tersebut menetapkan 9 jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia meliputi :

1. Kesehatan

2. Makanan dan Gizi 3. Kondisi Pekerjaan

4. Situasi Kesempatan Kerja

5. Konsusmsi dan Laba Hubungan Aggregative 6. Pengangkutan

(27)

7. Perumahan 8. Sandang

9. Rekreasi dan Hiburan

Berdasarkan beberapa pendapatan ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian status ekonomi dalam penelitian ini adalah kondisi suatu keluarga orang tua yang diukur dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis pekerjaan.

2.1.1 Faktor-faktor Yang Menentukan Sosial Ekonomi

Menurut Damsar (2011) ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya sosial ekonomi orang tua dimasyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan kekayaan dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya.Dalam hal ini urainnya dibatasi hanya 4 faktor yang menentukan tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan, dan jenis pekerjaan.

1. Tingkat Pendidikan

Sejak masa kolonialisme pendidikan dianggap sebagai faktor penting untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.Masyarakat Indonesia yang biasa dikenal dengan penduduk pribumi pada masa kolonial mendapat kesempatan untuk menyekolahkan anak-anaknya meskipun masih banyak keterbatasan karena adanya pembedaan perlakuan dalam masyarakat, adanya perbedaan jenjang pendidikan pada masa kolonial pada umumnya membuat peluang masyarakat untuk memperoleh pekerjaan lebih sedikit sehingga berdampak pada pendapatan yang mempengaruhi kesejahteraan.

(28)

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, pendidikan diumpamakan untuk mewujudkan individu agar dapat mengembangkan potensi dirinya dengan bekal memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecedrasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu, rohani (fikiran, dan hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan- keterampilan.

Menurut UU RI No.20 Tahun 2003 pasal 3, pendidikan bertujuan untuk”

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia etahuan dan Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memakan memiliki pengetahuan dan keteampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan diluar sekolah (pendidikan non formal).Jalur pendidikan sekolah terdapat jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pertama, pendidikan menengah atas.Dalam pendidikan ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua.Selain itu, pendidikan informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain.Karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan dan tentunya juga pendapatan yang diperoleh.

(29)

2. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang diterima oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang dan barang. Menurut Sumardi (2007) pendapatan adalah yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditempuh. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang kebih baik disertai pendapatn yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang rendah.

Menurut Gustiyana (2003) pendapatan dapat dibedakan menjadi duan yaitu, pendapatan usaha tani dan pendapatan rumah tangga.Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total.Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar dari usaha tani. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam perbulan, pertahun, dan permusim tanam. Pendapatan luar usaha tani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usaha tani seperti berdagang, kerja kuli bangunan, dan mengojek dan lain- lain. Berdasarkan dari pendapatan keluarga, maka dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, tinggi :

(30)

a. Golongan Ekonomi Rendah

Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minim.

b. Golongan Ekonomi Sedang

Golongan masyarakat berpenghasilan sedang yaitu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup namun hanya dengan pas-pasan.

c. Golongan Ekonomi Tinggi

Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut Siagian (2012) pendapatan sosial ekonomi orang tua dapat merumuskan indikator kemiskinan yang representatif. Keyakinaan tersebut muncul karena pendapatan merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi apakah seseorang atau sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu mempunyai kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat sosial memenuhi hidupnya agar dapat hidup secara layak sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat.

3. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kepemilikan barang berharga yang memiliki nilai tinggi dalam satu rumah tangga.Kepemilikan kekayaan atau fasilitas tersebut diantaranya.

(31)

a. Barang-Barang Berharga

Kepemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasaan, televise, kulkas, mesin cuci dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat.

b. Jenis-Jenis Kendaraan Pribadi

Misalnya orang yang mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi tingkat taraf ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda motor. Dalam penelitian ini, kepemilikan kekayaan yaitu yang mencakup harta benda yang memiliki oleh orang tua berupa mobil, dan kendaraan bermotor dan harta yang tidak bergerak seperti tanah, emas, rumah sewa dan ternak yang dimiliki seperti sapi, kerbau, kambing dan lain-lain yang digunakan sebagai investasi.

4. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah berupa barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Menurut Manginsihi (2013) pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua untuk mencari nafkah. Pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan meyebabkan perbedaan tingkat penghasilan dari yang rendah sampai pada tingkat yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang

(32)

ditekuni. Contoh pekerjaan berstatus sosial ekonomi rendah adalah buruh pabrik, penerima dana kesejahteraan, dan lain-lain. Kemudian menurut pedoman ISCO (International Standart Clasification of Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Kepemimpinan

b. Administrasi tata usaha c. Jasa

d. Petani

e. Produksi dan Operator alat angkut

Dari berbagai klsifikasi pekerjaan diatas orang akan dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Dalam masyarakat tumbuh kecendrungan bahwa orang yang bekerja akan lebih terhormat dimata masyarakat, artinya lebih dihargai secara sosial dan ekonomi. Jadi, untuk menentukan status sosial ekonomi dalam keluarga yang dilihat dari jenjang pekerjaan maka jenis pekerjaan tersebut dapat diberi batasan sebagai berikut : a. Pekerjaan yang berstatus tinggi yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis

pemimpin ketaatan dalam suatu instalasi pemerintahan maupun swasta, dan tenaga administrasi tata usaha.

b. Pekerjaan yang berstatus sedang yaitu pekerjaan dibidang perdangan dan jasa.

c. Pekerjaan yang berstatus rendah yaitu petani, buruh pabrik, kuli bangunan.

(33)

2.2 Pengertian Konsumsi

Kata konsumsi dalam Kamus Besar Ekonomi diartikan sebagai tindakan manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk menghabiskan atau mengurangi kegunaan (unility) suatu benda pada pemuasan terakhir dari kebutuhannya.

Menurut Soeharno (2006) konsumsi adalah kegiatan memanfaatkan barang- barang dan jasa-jasa dalam memenuhi kebutuhan hidup.Barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup ini tergantung dari pendapatan yang diperoleh.

Mankiw (2007) mendefinisikan konsumsi sebagai pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga. Barang mencakup pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama seperti kendaraan dan barang yang tidak tahan lama seperti makanan.Jasa mencakup barang yang tidak berwujud konkrit termasuk pendidikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa konsumsi dapat didefinisikan sebagai kegiatan pembelian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan minuman rumah tangga.

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Pengeluaran Konsumsi

Menurut Raharja (2011) banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :

A. Faktor-Faktor Ekonomi

Tiga faktor yang menentukan tingkat konsumsi adalah :

(34)

1. Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi.Biasanya semakin tinggi tingkat pendapatan maka tingkat konsumsi juga tinggi.Karena ketika tingkat pendapatan meningkat kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar, atau juga pola hidup menjadi konsuntif dan semakin menuntut kualitas yang baik.

2. Kekayaan Rumah Tangga

Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan rill seperti (rumah, tanah, dan mobil,emas, ternak) dan financial (deposito berjangka, saham dan lain-lain). Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposibel. Misalnya bunga deposito yang diterima tiap bulan diveden yang diterima setiap bulan menambah pendapatan rumah tangga. Demikian juga rumah, tanah dan mobil yang disewakan.Penghasilan- penghasilan tersebut disebut dengan nonupah. Sebagian dari tambahan penghasilan tersebut akan dipakai sebagai konsumsi. Tentunya, hal ini akan meningkatkan pengeluaran konsumsi.

3. Tingkat Bunga

Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi, baik dilihat sari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang.Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi dari kegiatan ekonomi akan mahal. Bagi mereka yang ingin mengkonsumsi dengan berhutang dulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau menggunakan fasilitas dari kartu kredit dan biaya bunga semakin mahal.

(35)

Sama halnya dengan mereka yang memiliki banyak uang.Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan menyimpan uang dibank terasa lebih menguntungkan ketimbang dihabiskan untuk dikonsumsi.Jika tingkat bunga yang rendah yang terjadi adalah sebaliknya.

B. Faktor-Faktor Demografi (Kependudukan)

Menurut Rahardja (2005) yang mencakup dalam faktor-faktor kependudukan jumlah penduduk dan komposisi penduduk.

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walupun pengeluaran rata-rata orang atau perkeluarga relatif rendah misalnya, walupun tingkat konsumsi rata-rata penduduk Indonesialebih rendah dari pada penduduk Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk singapura. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan perkapita sangat tinggi.

2. Konsumsi Penduduk

Konsumsi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi diantaranya, usia (produktif dan tidak produktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi) dan wilayah tempat tinggal (perkotaan dan pedesaan). Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi dijabarkan sebagai berikut :

a. Semakin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia produktif (15-64 tahun ) semakin besar tingkat konsumsi, terutama bila sebagian besar dari mereka mendapatkan kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang wajar

(36)

atau baik, sebab semakin banyak penduduk yang bekerja dan penghasilan juga semakin besar.

b. Semakin besar tingkat pendidikan masyarakat, maka tingkat konsumsi juga semakin tinggi, sebab pada saat seseorang suatu keluarga makin berpendidikan tinggi, kebutuhan hidupnya makin banyak yang harus mereka penuhi bukan lagi sekedar kebutuhan untuk makan dan minum melainkan juga kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat yang lebih baik serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap keberadaanya. Sering kali biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan ini jauh lebih besar dari pada baiaya pemenuhan kebutuhan untuk makan dan minum.

c. Semakain banyak penduduk yang tinggal diwilayah perkotaan urban, pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi. Sebab umumya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif dibandingkan masyarakat pedesaan.

C. Faktor-faktor Non Ekonomi

Faktor-faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola kebiasaan makanan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain dianggap lebih hebat.

2.2.2 Teori Konsumsi

Dalam teori konsumsi Keynes mengandalkan analisis statistik, dan jugamembuatdugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi kasual.Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal atau MPC (marginal propensity to consume) jumlah

(37)

yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu.Kecenderungan mengkonsumsi marginal merupakan rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas.Kekuatan kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata atau APC (average propensity to consume), turun ketika pendapatan naik.Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting.Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Dalam jangka pendek orang dapat berkonsumsi dengan menggunakan tabungan yang lalu,sehingga jika ini terjadi maka orang tersebut telah melakukan tabungan negatif (dissaving). Berdasarkan tiga dugaan ini, persamaan konsumsi Keynes secara matematis ditulis sebagai berikut (Mankiw, 2003):

C = a + bY, a > 0, 0 < b < 1 ...(2.1) Keterangan:

C = Pengeluaran untuk konsumsi

a = Besarnya konsumsi pada tingkat pendapatan nol

b = Besarnya tambahan konsumsi karena tambahan pendapatan atau MPC Y = Pendapatan untuk rumah tangga individu

(38)

2.2.3 Pengertian Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kabutuhan dari orang yang melakukan pembelajaan tersebut.Pembelajaan masyarakat atas makanan, pakaian dan barang-barang kebutuhan mereka yang digolongkan pembelanjaan dan konsumsi.Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).

Konsumsi rumah tangga meliputi semua pengeluaran barang dan jasa (baik barang tahan lama maupun barang tidak tahan lama) dikurangi hasil penjualan netto (penjualan dikurangi pembelian) barang-barang bekas atau tidak terpakai yang dilakukan oleh suatu rumah tangga.Selain untuk pengeluaran untuk beban makanan, minuman, pakaian, dan bahan bakar dan jasa-jasa termasuk juga barang yang tidak adanya (tidak produksi kembali seperti karya seni, barang antic lainya).

Menurut Supriani (2008) pendapatan rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, pakaian, membiayai jasa pengangkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya.Tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga digolongkan sebagai konsumsi (rumah tangga).Kegiatan rumah tangga untuk membeli rumah digolongkan sebagai investasi.

Konsep yang dipakai dalam perhitungan pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah :

(39)

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada wilayah domestic region.

b. Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada rmah-rumah penduduk suatu region.

2.3 Pendapatan

Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan atau tahunan.Pendapatan merupakan dasar dari konsumsi pendapatan setiap individu diperoleh dari hasil kerjanya. Sehingga tinggi rendahnya pendapatan akan dijadikan seseorang sebagai pedoman kerja. Mereka yang memiliki pekerjaan dengan pendapatan yang rendah cendrung tidak maksimal dalam produksi.Sedangkan masyarakat yang memiliki pendapatan yang tinggi memiliki motivasi khusus untuk bekerja produktivitas kerja mereka lebih baik dan maksimal.

Pendapatan merupakan uang yang diterima seseorang dari perusahaan dalam bentuk gaji, upah, bunga, uang pension dan sebaginya.Untuk mengatur kondisi ekonomi seseorang salah satu konsep pokok yang sering digunakan adalah tingkat pendapatanya.Pendapatan dapat menunjukkan seluruh uang yang diterima atau diperoleh oleh seseorang selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.

Dari segi ekonomi mikro istilah pendapatan dipakai berkenaan dengan aliran penghasilan dalam satu periode tertentu yang berasal dari penyedian faktor-faktor produksi, sumber data alam (sewa), tenaga kerja (upah,gaji) dan modal (bunga,

(40)

lama). Dari segi makro istilah pendapatan nasional (national income) dipakai berkenaan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa, upah, bunga, dan pembayaran, tidak termasuk transfer (tunjangan penggangguran, uang pension dan sebagainya).

Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan, jenis kegiatan yang diikuti sertakan modal atau keterampilan mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih yang pada akhirnya mampu memberikan pendapatan yang lebih besar.

2.3.1 Pendapatan Keluarga

Menurut Sukirno (2004) pendapatan rumah tangga (keluarga) adalah jumlah penghasilan rill dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama atau perseorangan dalam rumah tangga.Pendapatan keluarga merupakan balas karya atau jasa atau imbalan yang diperoleh karena sumbangan yang diberikan dalam kegiatan produksi. Secara kongkritnya pendapatan rumah tangga berasal dari :

1. Usaha itu sendiri misalnya, berdagang, bertani, membuka usaha, sebagai wiraswasta.

2. Bekerja pada orang lain misalnya, karyawan dan pegawai negeri.

3. Hasil dari pemilikan misalnya, tanah yang disewakan dan lain-lain.

Gilarso (2008) mendefinisikan pendapatan yang berupa uang aupun barang misalnya berupa satuan baik berupa beras, fasilitas perumahan dan lain-lain.Pada umumnya pendapatan manusia terdiri dari pendapatan nominal berupa uang dan pendapatan rill berupa barang.Apabila pendapatan lebih ditekankan pengertiannya

(41)

pada pendapatan rumah tangga, maka pendapatan merupakan jumlah dari pendapatan formal, informal dan pendapatan subsistem.Pendapatan formal adalah segala penghasilan baik berupa uang atau pun barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa.Pendapatan informal yaitu berupa penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan diluar pekerjaan pokonya.

Didalam rumah tangga tentu memiliki tingkat pendapatan yang berbeda.Tingkat pendapatan keluarga merupakan pendapatan atau penghasilan keluarga yang tersusun mulai dari rendah, sedang, hingga tinggi. Terjadinya perbedaan pendapatan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain tingkat pendidikan, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga.

2.3.2 Teori Pendapatan Permanen (Permanent Income Hypothesis)

Alternatif lain untuk menjelaskan pola perilaku konsumsi adalah teori pendapatan permanen (permanent income hypothesis, PIH) yang diajukan oleh Milton Friedmen. Sama seperti teori-teori lain, PIH juga menyakini bahwa pendapatan faktor dominan yang mempengaruhi tingkat konsumsi. Perbedaabnya terletak pada pendapatan PIH yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi mempunyai hubungan proporsional dengan pendapatan permanen.

Yang dimaksud dengan permanen adalah tingkat pengeluaran yang stabil yang dipertahankan sepanjang hidup, dengan berdasarkan pada tingkat kekayaan sekarang dan pendapatan yang diperoleh sekarang dan dimasa depan. Sumber pendapatan ini berasal dari pendapatan upah/gaji (expected labour income) dan upah non gaji (human wealth). Dengan keyakinan tersebut espetasinya tentang pendapatan permanen juga akan meningkat.

(42)

2.3.3 Teori Pendapatan Relative (Relative Income Hypothesis)

Teori konsumsi LCH dan PIH member tekanan tentang pengaruh pendapatan jangka pendek dan jangka panjang.Sebenarnya ada sebuah teori yang lebih awal dari pada kedua teori tersebut dalam memberi penjelasan tentang pengaruh pendapatan disposible jangka pendek dan jangka panjang.Teori ini adalah teori pendapatan relatif (Relative Income Hypothesis, RIH) yang dikembangkan oleh James Duessenberry.

Pengaruh dominan pendapatan terhadap konsumsi, teori ini lebih memperhatikan aspek psikologi rumah tangga dalam menghadapi perubahan pendapatan. Dampak perubahan pendapatan disposable dalam jangka pendek akan berbeda dibanding dalam jangka panjang. Perbedaan ini pun dipengaruhi oleh jenis perubahan pendapatan yang dialami.Karena itu, rumah tangga memiliki dua preferensi/ fungsi konsumsi yang disebut fungsi konsumsi jangka pendek dan fungsi konsumsi jangka panjang.Dalam teorinya Duessenbery menggunakan dua asumsi yaitu :

1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interpenden.

Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya.

2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.

Dari pengamatan yang dilakukan Dusenberry mengenai pendapatan relatif secara memungkinkan terjadi suatu kondisi yang demikian, apabila seseorang

(43)

pndapatannya mengalami kenaikan maka dalam jangka pendek tidak akan langsung menaikkan pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan kenaikan pendapatan, akan tetapi kenaikan pengeluaran konsumsinya lambat karena seseorang lebih memilih untuk menambah jumlah tabungan (saving), dan sebaliknya bila pendapatan turun seseorang tidak mudah terjebak dengan kondisi konsumsi dengan biaya tinggi (high consumption).

2.3.4 Jenis Pendapatan

1. Pendapatan sector formal yakni segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang sifatnya regular dan yang diterima biasannya sebagai balas jasa atau kontra prestasi dari sektor formal. Pendapatan ini meliputi:

 Pendapatan berupa uang/gaji dan hasil investasi.

 Pendapatan berupa uang beras, pengorbanan, trasportasi perumahan

rekreasi.

2. Pendapatan dari sektor informal yakni segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi dari sektor informal pendapatan ini berupa.

 Pendapatan dari usaha yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri,

komisi penjualan dari kerajinan rumah, pendapatan dari investasi, pendapatan keuntungan sosial.

Pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja atau buruh, baik berupa fisik maupun non fisik selama iya melakukan pekerjaan dari suatu perusahaan, instalasi atau tempat bekerja.Setiap orang yang bekerja berusaha untuk memperoleh pendapatan dengan jumlah yang

(44)

maksimal agar dapat memenuhi kebutuhan hidup demi terciptanya kesejahteraan dalam rumah tangga

2.3.5 Hubungan Pendapatan Terhadap Konsumsi

Hukum Engle menyatakan bahwa rumah tangga yang mempunyai upah atau pendapatan tinggiakan mengeluarkan sebagian besar pendapatannya untuk membeli kebutuhan pokok. Sebaliknya, rumah tangga yang berpendapatan rendahakan membelanjakan sebagian kecil saja dari total pengeluaran untuk kebutuhan pokok. Diperkuat oleh Jurnal Pande Putu Erwin Adiana

2.4 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan pengetahuan seseorang akan bertambah yang akan bermanfaat untuk mempelajari keterampilan yang berguna didunia kerja.

Dengan demikian pendidikan dapat dimasukkan sebagai investasi pembangunan yang hasilnya dapat dinikmati dikemudian hari (BPS,2013).

Pendidikan adalah sebagai usaha sadar, proses pendidikan dilakukan secara terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelanjaan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat serta tuntutan perkembangan zaman (Syarif,2013).

Menurut Badan Pusat Statistik (2013) pendidikan tertinggi yang ditamatkan, yaitu jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan seseorang yang ditandai dengan ijazah.Presentase pendidikan yang ditamatkan dapat digunakan sebagai

(45)

acuan perencaan pembangunan yang digunakan untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja dengan menyesuaikan kualifikasi pendidikan yang ditamatkan oleh anggkatan kerja disuatu wilayah.

Pengembangan potensi tersebut merupakan bagian dari kebutuhan setiap manusia.Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik potensi tersebut.Jika potensi seseorang baik maka pekerjaan yang didapatkan pun akanbaik, karena di dalam dunia kerja sangat membutuhkan orang yang memiliki potensi cukup baik.Hal tersebut bisa dilihat dari jenjang pendidikannya.

Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi maka akan memperoleh pekerjaan yang baik karena memiliki potensi pendidikan yang cukup baik. Jika pekerjaan yang didapat baik maka seseorang akan tinggi juga.

2.4.1 Konsep Pendidikan

Menurut Todaro (2000) alasan pokok mengenai pengaruh dari pendidikan formal terhadap distribusi pendapatan adalah adanya korelasi positif antara pendidikan seseorang dengan penghasilan yang akan diprolehnya. Adalah benar bahwa seseorang yang dapat menyelesaikan pendidikan menengahnya atau perguruan tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang hanya mampu menyelesaikan sekolah yang lebih rendah tingkatnya, penghasilan mereka akan berbeda antara 300 hingga 800 persen. Oleh karena itu tingkat pendapatan akan tergantung pada tahun-tahun sekolah yang diselesaikannya, maka hal itu akan mendorong terjadinya perbedaan pendapatan yang sangat tidak adil dan menimbulkan jurang kemiskinan

(46)

.2.4.2 Teori Pendidikan (Human Capital)

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan tidak saja menambah pengetahuan, namun juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian produktivitas kerja juga akan meningkat. Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai investasi yang imbalannya dapat diperoleh beberapa tahun kemudian dalam bentuk pertambahan hasil kerja.

Asumsi dasar teori Human Capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti, didatu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, akan tetapi dipihak lain menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun dalam mengikuti sekolah tersebut. Disamping penundaan menerima penghasilan tersebut, orang yang melanjutkan sekolah harus membayar biaya secara langsung seperti uang sekolah, pembelian buku-buku dan alat sekolah, tambahan uang transport dan lain-lain.

Salah satu aspek Human Capital adalah perbaikan gizi dan kesehatan perbaikan gizi dan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja.Tinggi rendahnya tingkat gizi kesehatan menunjukkan tingkat penghasilan yang diperoleh seseorang.Semakin rendah tingkat gizi dan kesehatan dapat disimpulkan bahwa penghasilan yang diperoleh tergolong rendah.Rendahnya tingkat penghasilan tercermin dalam tingkat pengeluaran keluarga yang rendah dan tingkat upah yang rendah.

(47)

Teori Human Capital dibidang pendidikan dapat dipergunakan sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai apakah seseorang melanjutkan atau tidak melanjutkan sekolah menerangkan situasi tenaga kerja memperkirakan pertambahan penyedian tenaga kerja dan masing-masing tingkat dan jenis pendidikan dalam kurun waktu tertentu, menyusun kebijaksanaan pendidikan dan perencanaan tenaga kerja.

2.4.3 Hubungan Pendidikan Dengan Konsumsi

Semakin tinggi pendidikan seseorang pengeluaran konsumsinya juga akan semakin tinggi, sehingga mempengaruhi pola konsumsi dan hubungannya positif.

Pada saat seseorang atau keluarga memiliki pendidikan yang tinggi.Kebutuhan hidupnya semakin banyak. Kondisi ini disebabkan karena yang harus mereka penuhi bukan hanya sekedar kebutuhan untuk makan dan minum, tetapi juga kebutuhan informasi, pergaulan dimasyarakat baik, dan kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap keberadaannya.

Pendidikan merupakan suatu investasi yang penting.Dengan mendapatkan pendidikan-pendidikan yang baik, maka seseorang berpeluang untuk mendapatkan pekerjaan yang baik pula.Maka dari itu, dengan pendidikan seseorang atau rumah tangga dapat meningkatkan kesejahteraannya.Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi dan memberantas kemiskinan melalui efek yang ditimbulkan yaitu peningkatan kemampuan sumber daya manusia, diperkuat oleh Jurnal Rahardja dkk (2005).

(48)

2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga

Besar kecilnya pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, bukan hanya karena faktor pendapatan. Faktor lain yang mempengaruhi pendapatan salah satunya adalah jumlah tanggungan keluarga. Faktor ini tentu sangat menentukan besar atau kecilnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Jika jumlah tanggungan keluarga banyak maka pengeluaran konsumsi pun akan banyak, karena harus memenuhi kebutuhan setiap anggota yang menjadi tanggungan keluarga dalam jumlah yang banyak termasuk dirinya.

Menurut Tjiptoherijanto (1992) jika tanggungan keluarga sedikit maka pengeluaran konsumsi juga akan sedikit, karena memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang ditanggung jumlahnya sedikit termasuk dirinya. Berdasarkan uraian tersebut pengertian jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi beban biaya hidupnya ditanggung oleh anggota keluarga yang memiliki pendapatan atau kepala keluarga termasuk dirinya sendiri.

2.5.1 Konsep Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga.Semakin banyak tanggungan keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga. Sehingga dalam keluarga jumlah anggotanya banyak, akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran rumah tangga berarti semakin banyak tanggungan rumah tangga yang pada akhirnya akan semakin berat beban rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-seharinnya.

(49)

Demikian pula jumlah anak yang bertanggung dalam keluarga dan anggota- anggota keluarga yang cacat maupun lanjut usia akan berdampak pada besarkecilnya pengeluaran suatu keluarga. Mereka tidak bisa menanggung biaya hidupnya sendiri sehingga mereka bertanggung pada kepala keluarga dan istrinya.Anak-anak yang belum dewasa perlu dibantu biaya pendidikan, kesehatan, dan biaya hidup lainnya.

Menurut Mantra(2003) yang termasuk jumlah tanggungan keluarga adalah seluruh jumlah tanggungan keluarga rumah tangga yang tinggal dan makan dari satu dapur dengan kelompok penduduk yang sudah termasuk dalam kelompok tenaga kerja. Kelompok yang dimaksud makan dari satu dapur adalah bila pengurus kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama menjadi satu. Jadi, yang termasuk dalam jumlah anggota keluarga adalah mereka yang belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari karena belum bekerja (dalam umur non produktif) sehingga membutuhkan bantuan orang lain (dalam hal ini orang tua).

2.5.2 Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga Dengan Konsumsi

Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga. Banyaknya anggota keluarga, maka pola konsumsinya semakin bervariasi karena masing-masing anggota rumah tangga belum tentu mempunyai selera yang sama. Jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan pendapatan rumah tangga yang akhirnya akan mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga tersebut. Diperkuat oleh jurnalPande Putu Erwin Adianana.

(50)

2.6 Tabungan

Menurut Keynes, tabungan ditentukan oleh tingkat pendapatan saat ini (current income). Menurut (Arsyad 1999) tingginya tingkat tabungan rumah tangga tergantung pada besarnya pendapatan yang siap dibelanjakan. Hasrat menabung dari pendapatan siap dibelanjakan tersebut akan meningkat sesuai tabungan pendapatan dapat doformulasikan sebagai berikut :

S = a + s Yd………

Dimana : S = Tabungan

Yd= Disposable Income a = Konstanta

s = Hasrat menabung marginal.

2.6.1 Teori Tabungan

Tabungan, menurut teori klasik (teori yang dikemukakan oleh Adam Smith, David Ricardo) adalah fungsi dari bunga, makin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.

Tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dipergunakan untuk konsusmi, atau tabungan sama jumlah pendapatan dikurangi jumlah konsumsi (Samuelson dan Nordhaus,2004). Maka dapat dikatakan besarnya tabungan seseorang pada besarnya pendapatannya, semakin besar pendapatan seseorang semakin besar pula tabungnya.Orang kaya menabung lebih banyak dari pada

(51)

orang miskin, bukan hanya secara absolute tetapi juga sebagai presentase dari pendapatan. Orang yang terlalu miskin jelas tidak akan mampu menabung sama sekali. Pengeluaran konsumsi mereka bahkan lebih banyak dari pada yang mereka peroleh. Kekuranganya akan ditutup dari hutang atau mengambil tabungan yang telah ada sebelumnya. Dari semua ini kita bisa melihat bahwa pendapatan merupakan faktor penentu utama dari tabungan.

Keinginan manusia untuk menabung biasanya timbul karena keinginan untuk menjamin konsumsi dimasa yang akan dating. Untuk itu manusia menabung untuk menghadapi ketidak pastian dimasa yang akan datang. Tabungan merupakan salah satu bentuk simpanan masyarakat dan sumbernya daripendapatan yang dialokasikan tabungan.

Tabungan masyarakat dibedakan menjadi dua jenis:

1. Tabungan perseorangan (personal saving) yaitu simpanan yang disisikan setelah dikurangi dengan pengeluaran konsumsi yang disimpan pada lembaga keuangan atau dapat dikatakan merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran.

2. Tabungan perusahaan yang berasal dari keuntungan perusahaan. Tabungan ini biasanya berasal dari aktivitas-aktivitas dalam menjalankan usanya.

2.6.2 Fungsi Tabungan

Fungsi tabungan adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara tabungan dan pendapatan.Tabungan dalam Ilmu Ekonomi Makro didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan disposable yang disimpan karena tidak habis digunakan untuk konsumsi.

(52)

Tabungan dalam lingkup luas merupakan bagian dari pada pendapatan nasional per tahun yang tidak digunakan untuk konsumsi. Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung kepada tinggi rendahnya suku bunga. Tabungan tergantung dari besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga. Makin besar pendapatan rumah tangga, semakin besar jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh perekonomian. Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam suku bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang akan dilakukan oleh sektor rumah tangga. Tabungan adalah bagian dari pendapatan disposable yang tidak digunakan untuk konsumsi.

2.6.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan

1. Besarnya pendapatan yang diterima semakin banyak pendapatan yang diterima seseorang maka semakin banyak pula pendapatan yang disisihkan untuk ditabung(saving)

2. Hasrat untuk menabung (Marginal Propensity to Save)

Hasrat seseorang untuk menabung biasanya didorong dengan keinginan masing-masing invidu dalam mengalokasikan pendapatannya untuk ditabung karena pertimbangan keamanan dimasa depan.

3. Tingkat suku bunga bank

Tingkat suku bunga bank juga akan mempengaruhi seseorang untuk menabung, semakin tinggi tingkat suku bunga simpanan maka semakin banyak ketertarikan masyarakat untuk menabung(saving).

(53)

2.6.4 Hubungan Tabungan Dengan Konsumsi

Konsumsi mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat tabungan dimana tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi atau dibelanjakan.Suku bunga mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat melalui tabungan.Semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin besar jumlah uang yang ditabung sehingga semakin kecil jumlah uang yang dibelanjakan untuk dikonsumsi.Sebaliknya, semakin rendah tingkat bunga, maka jumlah uang yang ditabung semakin rendah maka semakin besar jumlah uang yang digunakan untuk konsumsi.Diperkuat oleh jurnal Baginda (2013.

2.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdaulu

No

Nama Penelitian dan Tahun Penelitian

Judul Penelitian

Variabel Metode Penelitian

Hasil Penelitian

1 Ayu Kenia Risnawati

(2016)

Analisis Faktor-

Faktor Yang Mempengar

uhi Pengeluaran

Konsumsi Rumah Tangga Di Kecematan

Sumur Bandung

Pengeluara n Konsumsi

Rumah Tangga, Tingkat Pendapatan

, Tingkat Pendidikan , Jumlah Anggota Keluarga,

Jenis Pendapatan

Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif

Dengan Teknik Analisis

Regresi Linier Berganda.

Secara parsial tingkat pendapatan dan

tingkat pendidikan positif dan

signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah

tangga di Kecamatan Sumur Bandung.

Dan variable jumlah anggota

keluarga dan

(54)

pendapatan mempunyai hubungan positif

tetapi tidak signifikan

terhadap pengeluaran konsumsi rumah

tangga di Kecamatan Sumur Bandung.

2 Nurhikma h (2009)

Analisi Faktor- faktor Yang Mempengar uhi

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Kelurahan Aek Kota Batu , Kabupaten Labuhan Batu Utara

Pengeluara n Rumah Tangga, Pendapatan Rumah Tangga, Tabungan Rumah Tangga

Penelitian ini menggunaka n Model Analisa Regresi Linier.

Hasil

menunjukkan pendapatan rumah tangga, berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Sedangkan Tabungan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga.

3 Ruri Priyanto (2007)

Faktor- faktor Yang Mempengar uhi Tingkat Konsumsi Rumah Tangga Karyawan PT Askes

Konsumsi Rumah Tangga, Pendidikan ,

Pendapatan , Jumlah anggota

Menggunaka n Metode Regresi Linier Berganda

Secara Simultan Semua faktor sosial ekonomi berpengaruh secara nyata terhadap besarnya

konsumsi rumah tangga.

Gambar

Tabel 2.1  Tabel Penelitian Terdaulu

Referensi

Dokumen terkait

Pada waktu melakukan pembacaan pada termometer mata harus sejajar dengan tinggi permukaan air raksa atau alkohol yang ada dalam pipa kapiler untuk menghindari kesalahan

Secara umum protokol mempunyai fungsi untuk menghubungkan penerima dan pengirim dalam berkomunikasi serta agar komunikasi yang terjadi dapat berjalan dengan baik.. Fragmentasi

Saya tidak mudah murung ketika mengalami kesulitan beradaptasi dengan orang Jawa.. Pikiran saya tetap fokus meskipun mendengar bahasa Jawa yang tidak saya

Sedangkan masalah-masalah yang dihadapi oleh para nelyan ini ialah kondisi alam yang tidak menentu, hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan,

Pekerjaan : Jasa Konsultan Perencana Kontruksi Fisik Renovasi Ruang Pelayanan Tanggal : 27

Dari hasil penelitian terhadap dokumen penawaran kualifikasi tersebut adalah, perusahan yang. bersangkutan dapat menunjukan dokumen asli dan legalisir sesuai dengan

[r]

BPSK harus dari unsur pemerintah, walaupun tidak berpendidikan hukum. Untuk menangani sengketa konsumen dengan cara konsiliasi atau. mediasi, maka yang berwewenang unruk