• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi PT. Joko Solo Indonesia

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi empiris yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi penilaian terhadap keberhasilan usaha terutama bagi PT. Joko Solo Indonesia.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang ilmu Manajemen Kewirausahaan.

3. Bagi Pembaca dan Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam penyusunan penelitian lanjutan dan sekaligus sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian objek maupun masalah yang sama di masa yang akan datang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemandirian Pribadi

2.1.1 Pengertian Kemandirian Pribadi

Menurut Covey (dalam Ranto,2007:23) mengatakan bahwa perkembangan keefektifan pribadi dan antarpribadi dapat digerakkan secara progressif pada kontinu kematangan menuju kemandirian sampai ke saling ketergantungan. Sehubungan degan uraian diatas, kemudian covey menegaskan bahwa kemandirian pribadi adalah sebuah karakter yang akan memberikan kekuatan untuk bertindak, terutama dalam menghadapi tantangan, jadi bukan menjadi sasaran tindakan itu sendiri.

Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (dalam Ranto,2007:22) adalah kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada kedewasaan, sehingga dia mampu menghadapi persaingan. Persaingan inilah yang dapat memberikan semangat untuk menentukan pesaing terbaik. Kemandirian adalah kemampuan individu dalam mengelola dirinya sendiri. Jadi, individu yang mandiri adalah individu yang mampu mengelola dirinya sendiri.

Mu’tadin (2008) kemandirian mengandung pengertiannya itu suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Mu’tadin (2008) juga menambahkan bahwa kemandirian merupakan suatu sikap dimana individu kan terus belajar untuk

bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri.

Menurut Suryana (2013:34) kemandirian pribadi adalah orang yang tidak suka mengandalkan orang lain, namun justru mengoptimalkan segala daya upaya yang dimilikinya sendiri. Gea (2002:145) Seorang yang mandiri adalah suatu suasana dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak atau keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan atau perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang atau jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya.

Kemandirian menurut Basri (2000:53) adalah keadaan seseorang dalam kehidupannya mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain.

Kemandirian juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ali (2010:118). Ada beberapa hal yang mempengaruhi pembentukan kemandirian seseorang, yaitu:

1. Dipengaruhi oleh genetika 2. Pola asuh orang tua

3. Sistem pendidikan di sekolah 4. Sistem kehidupan di masyarakat

2.1.2 Aspek-Aspek Kemandirian

Havighurst (dalam Mu’tadin, 2008) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

1. Emosi. Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak bergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.

2. Ekonomi. Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak bergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.

3. Intelektual. Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

4. Sosial. Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidakbergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

Menurut Masrun (dalam Suryani, 2008), ada 5 aspek kemandirian, yaitu:

1. Bebas, yang ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas dasar kehendak sendiri bukan karena orang lain dan tidak tergantung pada orang lain.

2. Progresif dan ulet, ditunjukan dengan adanya usaha mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan dan mewujudkan harapan.

3. Inisiatif, ditunjukkan dengan kemampuan untuk berfikir dan bertindak secara orisinil, kreatif, penuh inisiatif.

4. Pengendalian dari dalam (Internal locus of control), ditunjukkan dengan adanya perasaan mampu menghadapi permasalahan yang ada, kemauan

mengendalikan tindakan serta kemampuan mempengaruhi lingkungan atas usaha sendiri.

5. Kemampuan diri, yang ditunjukkan dengan adanya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

2.1.3 Ciri-Ciri Kemandirian

Kartadinata (dalam Setiyowati, 2008), mengatakan bahwa ciri-ciri kemandirian adalah:

1. Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan

2. Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain

3. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan 4. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik dalam diri 5. Menghargai kemandirian orang lain

6. Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain 7. Mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan.

2.1.4 Tipe-tipe Kemandirian Pribadi

Menurut Steinberg (2002:289) membedakan kemandirian pribadi ke dalam tiga tipe, yaitu:

1. Kemandirian Emosional (Emotional Autonomy)

Kemandirian emosional adalah seberapa besar ketidakbergantungan individu terhadap dukungan emosional orang lain.

2. Kemandirian Perilaku (Behavioral Autonomy)

Kemandirian perilaku merupakan kemampuan individu dalam menentukan pilihan dan mampu mengambil keputusan untuk pengelolaan dirinya.

3. Kemandirian Nilai (Values Autonomy)

Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak tekanan atau tuntutan orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam bidang nilai.

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Dapat Dimiliki Dalam Kemandirian

Menurut Suryana (2013:34) faktor-faktor yang dapat dimiliki dalam kemandirian sebagai berikut:

1. Berani menghadapi resiko

Menjadi wirausahawan harus selalu berani menghadapi resiko. Semakin besar resiko yang dihadapi, maka semakin besar pula kemungkinan dan kesempatan untuk meraih keuntungan yang lebih besar. Sebaliknya, semakin kurang berani dalam menghadapi resiko, maka kemungkinan keberhasilan akan semakin sedikit. Tentu saja resiko-resiko ini harus diperhitungkan terlebih dahulu. Berani menghadapi resiko yang telah diperhitungkan sebelumnya merupakan kunci awal dalam berusaha karena hasil yang akan dicapai akan proporsional dengan resiko yang diambil. Reiko yang

diperhitungkan dengan baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil lebih tinggi.

2. Selalu mencari peluang

Mencari peluang tidak berarti peluang sudah ada, tetapi wirausahawan harus menciptakan sendiri peluang, yaitu dengan menciptakan suatu yang baru dan lebih bermanfaat serta mudah dipergunakan. Wirausahawan sejati mampu melihat sesuatu dalam perspektif atau dimensi yang berlainan pada sewaktu-waktu. Bahkan ia juga harus mampu melakukan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu. Kemampuan inilah yang membuatnya piawai dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi oleh perusahaan. Semakin tinggi kemampuan wirausahawan dalam mengerjakan berbagai tugas sekaligus, semakin besar pula kemungkinan untuk mengelola peluang menjadi sumber daya produktif.

2.1.6 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian

Menurut Allen dkk (dalam Kulbok,2004) terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kemandirian, yaitu:

1. Jenis Kelamin 2. Usia

3. Struktur Keluarga

4. Budaya 5. Lingkungan

6. Keinginan individu untuk bebas

2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

Sutrisno (2009:109) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, yang sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Hariandja (2007:321) juga mengemukakan motivasi merupakan faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah.

Motivasi Hasibuan (2011:141) berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.

Motivasi yang tinggi dapat meningkatkan dan menumbuhkan kegairahan dan antusias karyawan dalam bekerja dengan demikian akan semakin mudah dalam pencapaian kinerja yang memuaskan.

2.2.2 Teori Motivasi

Terdapat beberapa teori yang mengemukakan tentang motivasi dalam Sutrisno (2009:121). Beberapa teori tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Teori Kepuasan

Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilakunya. Beberapa teori kepuasan antara lain sebagai berikut:

1) Teori Motivasi Konvensional

Teori ini dipelopori oleh F.W. Taylor yang memfokuskan pada anggapan bahwa keinginan untuk pemenuhan kebutuhannya merupakan penyebab orang mau bekerja keras. Seseorang akan mau berbuat atau tidak berbuat didorong oleh ada atau tidaknya imbalan yang akan diperoleh bersangkutan.

2) Teori Hierarki

Teori ini dipelopori oleh Maslow yang mengemukakan bahwa kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam lima hierarki kebutuhan sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis (physiological) merupakan kebutuhan berupa makan, minum, perumahan, dan pakaian.

b. Kebutuhan rasa aman (safety) merupakan kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan.

c. Kebutuhan hubungan sosial (affiliation) merupakan kebutuhan untuk bersosialisasi dengan orang lain.

d. Kebutuhan pengakuan (esteem) merupakan kebutuhan akan penghargaan prestise diri.

e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization) merupakan kebutuhan puncak yang menyebabkan seseorang bertindak bukan atas dorongan orang lain, tetapi karena kesadaran dan keinginan diri sendiri.

3) Teori Motivasi Prestasi

Teori ini dipelopori oleh David McClelland, yaitu:

a. Need for achievement adalah kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri seseorang.

b. Need for affiliation adalah kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya dengan orang lain.

c. Need for power adalah kebutuhan untuk menguasai dan memengaruhi terhadap orang lain.

4) Teori Model dan Faktor

Menurut teori yang dipelopori oleh Frederick Hezberg, ada dua faktor yang memengaruhi kondisi pekerjaan seseorang, yaitu:

a. Faktor pemeliharaan (maintenance factor) berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan sebagai manusia, pemeliharaan ketentraman, dan kesehatan.

b. Faktor motivasi (motivation factor) merupakan pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri (intrinsik) antara lain kepuasan kerja, prestasi yang diraih, peluang untuk maju, pengakuan orang lain, kemungkinan pengembangan karier, dan tanggung jawab.

5) Teori ERG

Teori ini dipelopori oleh Clayton P. Alderfer dengan nama teori ERG yaitu Existence, Relatedness, Growth. Terdapat tiga macam kebutuhan dalam teori ini, yaitu:

a. Existence (Keberadaan) merupakan kebutuhan untuk terpenuhi atau terpeliharanya keberadaan seseorang di tengah masyarakat atau perusahaan yang meliputi kebutuhan psikolog dan rasa aman.

b. Relatedness (Kekerabatan) merupakan keterkaitan antara seseorang dengan lingkungan sosial sekitarnya.

c. Growth (Pertumbuhan) merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan potensi diri seseorang, seperti pertumbuhan kreativitas dan pribadi.

6) Teori X dan Y

Teori X didasarkan pada pola pikir konvensional yang ortodoks, dan menyorot sosok negatif perilaku manusia, yaitu:

a. Malas dan tidak suka bekerja.

b. Kurang bisa bekerja keras, menghindar dari tanggung jawab.

c. Mementingkan diri sendiri, dan tidak mau peduli pada orang lain, karena itu bekerja lebih suka dituntun dan diawasi.

d. Kurang suka menerima perubahan, dan ingin tetap seperti yang dahulu.

Empat asumsi positif yang disebut sebagai teori Y, yaitu:

a. Rajin, aktif, dan mau mencapai prestasi bila kondisi konduktif.

b. Dapat bekerja produktif, perlu diberi motivasi.

c. Selalu ingin perubahan dan merasa jemu pada hal-hal yang monoton.

d. Dapat berkembang bila diberi kesempatan yang lebih besar.

2. Teori Motivasi Proses

Teori-teori proses memusatkan perhatiannya pada bagaimana motivasi terjadi (Sutrisno, 2009:140), dan terdapat tiga teori motivasi proses yang dikenal, yaitu:

1) Teori Harapan (Expectary Theory)

Teori harapan mengandung tiga hal, yaitu:

a. Teori ini menekankan imbalan.

b. Para pimpinan harus memperhitungkan daya tarik imbalan yang memerlukan pemahaman dan pengetahuan tentang nilai apa yang diberikan oleh karyawan pada imbalan yang diterima.

c. Teori ini menyangkut harapan karyawan mengenai prestasi kerja, imbalan dan hasil pemuasan tujuan individu.

2) Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori ini menekankan bahwa ego manusia selalu mendambakan keadilan dalam pemberian hadiah maupun hukuman terhadap setiap perilaku yang relatif sama. Bagaimana perilaku bawahan dinilai oleh atasan akan mempengaruhi semangat kerja mereka. Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus dilakukan secara objektif, bukan atas dasar suka atau tidak suka.

3) Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)

Teori pengukuhan didasarkan atas hubungan sebab akibat perilaku dengan pemberian kompensasi. Promosi bergantung pada prestasi yang selalu dapat dipertahankan. Bonus kelompok bergantung pada tingkat produksi kelompok itu. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku itu.

2.2.3 Proses Motivasi

Proses motivasi yang dikemukakan oleh Hasibuan (2011:150) adalah sebagai berikut :

1. Tujuan

Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi baru kemudian para karyawan dimotivasi ke arah tujuan itu.

2. Mengetahui kepentingan

Hal yang penting dalam proses motivasi adalah mengetahui keinginan karyawan tidak hanya melihat dari sudut kepentingan pimpinan atau perusahaan saja.

3. Komunikasi efektif

Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat apa saja yang dipenuhinya supaya insentif diperolehnya.

4. Integrasi tujuan

Proses motivasi perlu untuk menyatakan tujuan organisasi dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan organisasi adalah needscomplex yaitu untuk memperoleh laba serta perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu karyawan ialah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi, tujuan organisasi dan tujuan karyawan harus disarukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.

5. Fasilitas

Manajer penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan, seperti memberikan bantuan kendaraan kepada salesman.

6. Time Work

Manajer harus membentuk team work yang terkoordinasi baik yang bisa mencapai tujuan perusahaan. Team work penting karena dalam suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.

2.2.4 Faktor-Faktor Motivasi

Menurut Sutrisno (2003:116) ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu:

1. Faktor Intern

Faktor-faktor intern antara lain:

1) Keinginan untuk dapat hidup

Keinginan untuk dapat hidup merupakan kebutuhan setiap manusia yang hidup di muka bumi ini. Keinginan untuk dapat hidup meliputi kebutuhan untuk:

a. Memperoleh kompensasi yang memadai;

b. Pekerjaan yang tetap walaupun penghasilan tidak begitu memadai;

c. Kondisi kerja yang aman dan nyaman;

2) Keinginan untuk dapat memiliki

Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang untuk mau melakukan pekerjaan. Hal ini banyak dialami dalam kehidupan sehari-hari, bahwa keinginan yang keras untuk dapat memiliki itu dapat mendorong orang untuk mau bekerja.

3) Keinginan untuk memperoleh penghargaan.

Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati oleh orang lain. Untuk memperoleh status sosial yang

lebih tinggi, orang mau mengeluarkan uangnya, dan untuk memperoleh uang itu pun ia harus bekerja keras.

4) Keinginan untuk memperoleh pengakuan.

Keingnan untuk memperoleh pengakuan dapat meliputi hal-hal:

a. Adanya penghargaan terhadap prestasi.

b. Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak.

c. Pimpinan yang adil dan bijaksana.

d. Perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat.

5) Keinginan untuk berkuasa.

Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk bekerja. Keinginan untuk berkuasa atau menjadi pimpinan itu dalam arti positif, yaitu ingin dipilih menjadi ketua atau kepala, tentu sebelumnya si pemilih telah melihat dan menyaksikan sendiri bahwa orang itu benar-benar mau bekerja, sehingga ia pantas untuk dijadikan penguasa dalam unit organisasi/kerja.

2. Faktor Ekstern

Faktor-faktor ekstern antara lain:

1) Kondisi lingkungan kerja.

Lingkungan kerja ini meliputi tempat kerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada di tempat tersebut.

2) Kompensasi yang memadai.

Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi para karyawan untuk menghidupi diri beserta keluarganya. Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para karyawan bekerja dengan baik.

3) Supervisi yang baik.

Peran supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan pengarahan, membimbing kerja karyawan, agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik tanpa membuat kesalahan. Posisi supervisi sangat dekat dengan para karyawan dan selalu menghadapi karyawan dalam melaksanakan tugas. Peranan supervisor yang melakukan pekerjaan supervisi sangat mempengaruhi motivasi kerja karyawan.

4) Adanya jaminan pekerjaan.

Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang ada pada dirinya untuk perusahaan, apabila yang bersangkutan merasa ada jaminan karier yang jelas dalam melakukan pekerjaan. Hal ini akan dapat memberikan jaminan karier untuk msa depan, baik jaminan akan adanya promosi jabatan, pangkat, maupun jaminan pemberian kesempatan untuk mengembangkan potensi diri.

5) Status dan tanggung jawab.

Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan setiap karyawan dalam bekerja. Dengan menduduki jabatan,

seseorang merasa dirinya akan dipercaya, diberi tanggung jawab, dan wewenang yang besar untuk melakukan kegiatan-kegiatan.

6) Peraturan yang fleksibel.

Bagi perusahaan besar, biasanya sudah di tetapkan sistem dan prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan. Hal ini terlihat dari banyak perusahaan besar yang memperlakukan sistem prestasi kerja dalam memberikan kompensasi kepada karyawannya, yang penting semua peraturan yang berlaku dalam perusahaan itu perlu diinformasikan sejelas-jelasnya kepada karyawan, sehingga tidak lagi bertanya-tanya, atau merasa tidak mempunyai pegangan dalam melakukan pekerjaan.

2.3 Pengetahuan Kewirausahaan

2.3.1 Pengertian Pengetahuan Kewirausahaan

Menurut Widayana (dalam Ahmad, 2005:9) pengetahuan adalah mengelola seluruh elemen sistem berupa dokumen, basis data, kebijakan, dan prosedur lengkap, beserta informasi tentang pengalaman, keahlian, dan kecakapan sumber daya manusia secara individu maupun kolektif. Pengetahuan terdiri dari pengetahuan langsung yaitu pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang wirausahawan sebelum menjadi wirausaha serta pengetahuan tidak langsung yang diperolehnya dari berbagai pihak sebelum maupun saat ia telah menjadi seorang wirausaha.

Menurut Suryana (2013:14) kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses, inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan yang inovatif demi terciptanya peluang.

Menurut Zimmerer dan Scarborough (dalam Kristanto,2009:1) kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup (usaha).

Sebaliknya menurut Suryana (2010:91) memiliki pengetahuan dan kemampuan tetapi tidak disertai dengan kemauan, tidak akan membuat wirausaha mencapai kesuksesan. Beberapa pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha adalah:

1. Pengetahuan mengenai usaha yang akan dimasuki/dirintis dan lingkungan usaha yang ada.

2. Pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab.

3. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.

Menurut Michael Harris (dalam Suryana,2003:16) mengemukakan wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kualitas individual yang meliputi sikap, motivasi, nilai-nilai pribadi, serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan kegiatan.

2.3.2 Indikator Pengetahuan Kewirausahaan

Menurut Suryana dan Scarborough (dalam Kristanto,2009:38) indikator yang terkait dengan pengetahuan wirausaha yaitu:

1. Mengerti tentang bidang usaha yang dijalankan 2. Memiliki pembukuan sederhana

3. Mampu berkomunikasi dengan baik 4. Memiliki pengetahuan tentang manajemen 5. Memiliki pengetahuan tentang pemasaran

2.4 Keberhasilan Usaha

2.4.1 Pengertian Keberhasilan Usaha

Noor (2007:397) mengemukakan bahwa keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya, suatu bisnis dikatakan berhasil bila mendapat laba karena laba adalah tujuan dari seseorang melakukan bisnis.

Menurut Albert Wijaya (dalam Suryana,2010:168) yang mengemukakan bahwa faktor yang merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah laba. Sehingga dapat diketahui bahwa definisi keberhasilan usaha adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya, dimana keberhasilan tersebut didapatkan dari wirausaha yang memiliki otak yang cerdas yaitu kreatif, mengikuti perkembangan teknologi dan dapat menerapkan secara proaktif.

Seperti yang dikemukakan oleh Suryana (2010:66) bahwa untuk menjadi wirausaha yang sukses harus memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang. Menurut Ranto (2007:20) keberhasilan berwirausaha tidaklah identik dengan seberapa hasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya, karena kekayaan dapat diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari seseuatu yang tadinya tidak berbentuk, tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapapun kecilnya ukuran suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai dengan bergelimang fasilitas.

Menurut Suryana (2001:35) seorang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat menggabungkan nilai-nilai, sifat-sifat utama (pola sikap) dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman dan keterampilan praktis (knowledge and practice).

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Usaha

Menurut Suryana (2010:67) keberhasilan seorang wirausaha ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan dan kemauan. Orang yang tidak memiliki kemampuan tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi wirausaha yang sukses.

2. Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak memiliki tekad yang kuat tetapi mau bekerja keras dan orang yang bekerja keras tetapi tidak memiliki tekad yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausaha yang sukses.

3. Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada kesempatan.

Faktor-faktor penting dalam menciptakan dan membangun awal kesuksesan usaha yaitu:

1. Mempunyai visi jangka panjang

2. Merekrut orang terbaik dan mengelolanya dengan baik 3. Tetap fokus

4. Inovasi; jangan meniru

5. Membuat ekspektasi yang realistis

6. Memiliki pemahaman pasar dan kompetisi dengan jelas 7. Jalankan bisnis dengan disiplin

8. Mencari rekan yang tepat

8. Mencari rekan yang tepat

Dokumen terkait