• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pendidikan bidang kesehatan dan pelayanan kesehatan

Memberikan informasi pada bidang kesehatan, khususnya bidang kedokteran dan pelayanan kesehatan mengenai gambaran kualitas hidup dan dalam hal menentukan tindak lanjut pasien kanker payudara yang telah dilakukan modified radical mastectomy dan radioterapi.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai gambaran kualitas hidup pasien kanker payudara yang telah dilakukan modified radical mastectomy dan radioterapi.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai gambaran kualitas hidup pasien kanker payudara yang telah dilakukan modified radical mastectomy dan radioterapi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kualitas Hidup

2.1.1 Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup adalah suatu istilah yang membatasi suatu keburukan (Zega dan Siregar, 2013). Preedy dan Watson mendefinisikan kualitas hidup sebagai kepuasan dalam berbagai aspek kehidupan (Fayers, 2007).

Kualitas hidup memang lebih sering menekankan kepada komponen kebahagiaan dan kepuasan dalam kehidupan. Tapi sebenarnya, tidak ada definisi tentang kualitas hidup yang diterima secara universal (Zega dan Siregar, 2013).

Kualitas hidup (QOL) adalah sebuah konsep multidimensi yang luas biasanya meliputi evaluasi subjektif dari kedua aspek positif dan negatif kehidupan (Prastiwi, 2012). Kualitas hidup memiliki makna yang berbeda untuk setiap orang dan setiap disiplin akademik, individu dan kelompok (Division of Population Health of National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, 2016).

Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) kualitas hidup dapat didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap posisinya dan berhubungan dengan tujuan, harapan, standar dan minat.

Definisi ini merupakan konsep yang sangat luas, menggabungkan kesehatan fisik seseorang, status psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, kepercayaan personal, dan hubungannya dengan lingkungan (Division of Population Health of National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, 2016).

Pendapat lainnya menyebutkan bahwa kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya, masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan, sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu

pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi.

2.1.2 Dimensi Kualitas Hidup

Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL), terdapat empat dimensi mengenai kualitas hidup yang meliputi:

1. Dimensi kesehatan fisik

Mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan terhadap obat- obatan, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat serta kapasitas kerja.

2. Dimensi kesejahteraan psikologis

Mencakup bodily image appearance, perasaan negatif, perasaan positif, self esteem, spiritual/agama/keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi.

3. Dimensi hubungan sosial

Mencakup relasi personal, dukungan sosial, dan aktivitas seksual.

4. Dimensi dengan lingkungan

Mencakup sumber finansial, kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan sosial termasuk aksesbilitas dan kualitas, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun keterampilan, partisipasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan di waktu luang.

2.1.3 Domain Kualitas Hidup

Menurut European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire-C30 (EORTC-C30) terdapat tujuh domain kualitas hidup meliputi:

1. Fungsi fisik, mencakup kegiatan berat, berjalan kaki dalam jarak jauh, berjalan kaki dalam jarak dekat, berbaring di tempat tidur/duduk di kursi, memerlukan bantuan orang lain saat makan, berpakaian dan buang air.

2. Fungsi peran, mencakup keterbatasan saat bekerja dan keterbatasan saat melakukan kegiatan santai atau hobi.

3. Fungsi emosi, mencakup perasaan tegang, perasaan khawatir, tersinggung dan depresi.

4. Fungsi kognitif, mencakup konsentrasi dan memori.

5. Fungsi sosial, mencakup kehidupan keluarga dan kehidupan sosial.

6. Kondisi kesehatan secara keseluruhan

7. Domain gejala, mencakup kelelahan, kurangnya istirahat, badan lemah, lelah, mual, muntah, nyeri, sesak nafas, sulit tidur, kehilangan nafsu makan, konstipasi, diare dan kesulitan keuangan.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Menurut Brown, faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang adalah:

1. Faktor Lingkungan, terdiri dari:

1. Lingkungan makro

Lingkungan ini meliputi lingkungan biospheric, ekonomi, sosial, budaya, politik dan kebangsaan.

2. Lingkungan sekitar

Lingkungan ini meliputi lingkungan keluarga, tetangga, pekerjaan, sekolah, dan sosial.

3. Faktor Pribadi, terdiri dari:

1. Faktor biologis, meliputi keadaan tubuh, struktur otak, dan tingkah laku.

2. Faktor psikologis, meliputi kebiasaan, kognitif, emosi, persepsi, dan pengalaman yang merupakan karakterisitik individu untuk menyesuaikan diri dengan dunianya (Hanafi, 2010).

2.2 Kanker Payudara

2.2.1 Definisi Kanker Payudara

Kanker adalah istilah lain dari tumor ganas(neoplasma ganas).

Istilah kanker berasal dari bahasa Latin yang artinya kepiting karena kanker sering mempunyai bentuk yang tidak beraturan dan menyerupai

hewan tersebut. Istilah kanker khususnya mengacu kepada pertumbuhan sel baru yang mempunyai kemampuan untuk menginvasi jaringan sekitarnya, bermetastasis (menyebar ke organ lain) dan bahkan menyebabkan kematian jika tidak ditangani (Johns Hopkins University, 2016).

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya dan kemudian menyebar ke jaringan lemak yang ada di payudara (Purwanti, 2008). Kebanyakan tipe dari kanker payudara bermanifestasi klinis berupa benjolan di payudara tetapi tidak semua tipe kanker payudara bermanifestasi demikian. Ini penting untuk dipahami bahwa kebanyakan benjolan di payudara bukanlah kanker tetapi tumor jinak. Tumor jinak payudara merupakan suatu pertumbuhan abnormal yang tidak menyebar ke area sekitarnya dan tidak mengancam kehidupan, tetapi ada beberapa yang beresiko menjadi ganas (American Cancer Society, 2017).

2.2.2 Etiologi

Etiologi kanker payudara masih belum jelas, tetapi data menunjukkan terdapat kaitan erat dengan faktor berikut:

1. Riwayat keluarga dan gen terkait kanker payudara: Penelitian dilakukan pada wanita dengan saudara primer menderita kanker payudara, probabilitas terkena kanker payudara lebih tinggi 2-3 kali dibanding wanita tanpa riwayat keluarga.

Penelitian dewasa ini menunjukkan gen utama yang terkait dengan timbulnya kanker payudara adalah BRCA-1 dan BRCA-2.

2. Reproduksi: Usia menarke, masa henti haid dan siklus haid merupakan faktor risiko kanker payudara. Selain itu, wanita yang tidak menikah, partus pertama berusia lebih dari 30 tahun dan setelah partus belum menyusui, berinsiden relatif tinggi.

3. Kelainan kelenjer payudara: Penderita kistadenoma mamae hiperplastik berat berinsiden lebih tinggi. Jika satu payudara sudah terkena kanker, payudara kontralateral risikonya meningkat.

4. Penggunaan obat di masa lalu: Penggunaan jangka panjang hormon insidennya lebih tinggi. Terdapat laporan penggunaan jangka panjang reserpin, metildopa, analgesik trisiklik dll. dapat menyebabkan kadar prolaktin meninggi, berisiko karsinogenik bagi payudara.

5. Radiasi pengion: Kelenjer payudara relatif peka terhadap radiasi pengion, paparan berlebih menyebabkan peluang kanker lebih tinggi.

6. Diet dan gizi: Berbagai studi kasus-kelola menunjukkan diet tinggi lemak dan kalori berkaitan langsung dengan timbulnya kanker payudara. Terdapat laporan, bahwa minum bir dapat meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh, wanita yang setiap hari minum bir lebih dari 3 gelas berisiko peningkatan kanker payudara sebesar 50-70%. Penelitian lain menunjukkan diet tinggi selulosa, vitamin A, dan protein kedelai dapat menurunkan insiden kanker payudara (Desen, 2013).

2.2.3 Patogenesis Kanker Payudara

2.2.3.1 Ekspresi Gen pada Kanker Payudara

Terdapat 2 jenis reseptor estrogen yaitu alfa (α) dan beta (β) (masing masing Erα dan Erβ). Erα terdapat di payudara, ovarium dan endometrium, sedangkan Erβ terdapat di ginjal, otak, paru-paru dan beberapa organ tubuh lainnya. Peran Erβ pada karsinogenesis masih kontroversial sedangkan, kontribusi yang jelas dari protein Erα telah dibuktikan.

Kedua subtipe ER membawa domain untuk pengikatan DNA dan berada di nukleus dan sitosol. Ketika estrogen memasuki sel, ia mengikat ER dan kompleks tersebut bermigrasi ke dalam nukleus dan memicu terjadinya transkripsi protein yang merangsang perubahan dalam sel. Oleh karena sifat proliferasi reseptor estrogen, maka stimulasi selularnya dapat menyebabkan konsekuensi negatif terdapatnya sejumlah besar reseptor intraseluler.

2.2.3.2 Peran Estrogen pada Pertumbuhan dan Perkembangan Kanker Payudara

Dua hipotesis utama yang mencoba menjelaskan efek tumorigenik estrogen:

1. Efek genotoksik metabolit estrogen melalui terbentuknya radikal (inisiator).

2. Sifat hormonal estrogen merangsang proliferasi sel kanker serta sel premalignan (promotor).

2.2.3.3 Peran Human Epidermal Growth Factor Receptor 2(HER2)

HER2 termasuk ke dalam Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) yang merupakan kelompok protoonkogen dan saat ini tidak memiliki ligan. Namun, protein tersebut telah terbukti membentuk cluster di antara membran sel pada keganasan tumor payudara. Mekanisme karsinogenesisnya sebagian besar masih belum diketahui, namun peningkatan berlebihan pertumbuhan tumor, peningkatan kelangsungan hidup, peningkatan risiko kekambuhan setelah operasi, dan respon yang buruk terhadap agen kemoterapi konvensional (Wong, Marisa dan Chaudhry, 2016).

2.2.4 Gambaran Klinis Kanker Payudara 1. Gejala yang paling sering terjadi

a. Adanya massa (keras, irreguler dan tidak nyeri tekan) atau penebalan pada payudara, atau daerah aksila.

b. Adanya cairan dari puting payudara unilateral, persisten, dan spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah atau encer.

c. Retraksi atau inversi puting susu.

d. Perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara (asimetris).

e. Pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya.

f. Kulit yang bersisik di sekeliling puting susu.

2. Gejala penyebaran lokal atau regional

a. Kemerahan, ulserasi, edema atau pelebaran vena.

b. Perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk).

c. Pembesaran kelenjar getah bening aksila.

3. Gejala metastasis

a. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.

b. Toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura (Purwanti, 2008).

2.2.5 Diagnosa Kanker Payudara 2.2.5.1 Anamnesis

1) Keluhan Utama:

1. Benjolan di payudara

2. Kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa sakit 3. Nipple discharge, retraksi puting susu, dan krusta 4. Kelainan kulit, dimpling, peau d’orange, ulserasi,

venektasi

5. Benjolan ketiak dan edema lengan

2) Keluhan Tambahan:

1. Nyeri tulang (tulang belakang, tulang paha) 2. Sesak dan lain sebagainya.

2.2.5.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan sistemik. Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis (tanda vital-pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan adanya metastasis dan atau kelainan medis sekunder. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk menilai status lokalis dan regionalis. Pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis, inspeksi dan palpasi.

Status lokalis:

1) Payudara kanan atau kiri atau bilateral

2) Massa tumor: lokasi, konsistensi, permukaan, bentuk, mobilisasi, dan ukuran.

3) Perubahan kulit: kemerahan, dimpling, edema/nodul satelit, peau de orange, ulserasi.

4) Perubahan puting susu/nipple: tertarik, erosi, crusta, discharge.

5) Status kelenjar getah bening (Kgb):

1. Kelenjar getah bening aksila: Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir terhadap sesama atau jaringan sekitar.

2. Kelenjar getah bening infraklavikula: Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir terhadap sesama atau jaringan sekitar.

3. Kelenjar getah bening supraklavikula: Jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir terhadap sesama atau jaringan sekitar.

6) Pemeriksaan pada daerah metastasis 1. Lokasi : tulang, hati, paru, otak.

2. Bentuk.

3. Keluhan (Purwanti, 2008).

2.2.5.3 Pemeriksaan Penunjang

1) Mamografi. Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi atau terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mamae yang tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut.

Ketepatan diagnosis sekitar 80%.

2) USG. Transducer frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar diagnosis yang sangat baik.

3) MRI mamae. Karena tumor mamae mengandung densitas mikrovaskular (MVD= microvascular density) abnormal, MRI mamae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam diagnosis karsinoma mamae stadium dini. Tapi pemeriksaan ini cukup mahal, sulit digunakan secara luas sehingga hanya menjadi suatu pilihan dalam diagnosis banding terhadap mikrotumor.

4) Pemeriksaan laboratorium. Dewasa ini belum ada penanda tumor spesifik untuk kanker mamae. CEA memiliki nilai postif 20-70%, antibodi monoklonal CA15-3 nilai positif 33-60%, semuanya dapat untuk dijadikan referensi diagnosis dan tindak lanjut klinis.

5) Pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus. Metode ini sederhana, aman, akurasi mencapai lebih dari 90%.

Data menunjukkan pungsi aspirasi jarum tidak memengaruhi hasil terapi.

6) Pemeriksaan histologik pungsi jarum mandrin.

Pemeriksaan ini memiliki kelebihan karena lebih sederhana dan aman. Pemeriksaan ini luas dipakai di klinis, khususnya sesuai bagi pasien yang diberi kemoterapi neoadjuvan.

7) Pemeriksaan biopsi. Biopsi dapat dilakukan biopsi eksisi atau insisi, tapi umumnya dengan biopsi eksisi (Desen, 2013).

2.2.6 Stadium Kanker Payudara

Klasifikasi Stadium kanker payudara (Giuliano et al., 2017) berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2017 edisi 8.

Table 2 .1 Kategori tumor (T).

KATEGORI KRITERIA

TX Tumor primer tidak bisa diperiksa T0 Tumor primer tidak terbukti Tis(DCIS)a Ductal carcinoma in situ(DCIS)

Tis (Paget’s) Paget’s disease pada puting payudara yang bukan termasuk invasive carcinoma dan/atau carcinoma in situ(DCIS) pada parenkim payudara. Karsinoma pada parenkim payudara yang berhubungan dengan paget disease dikategorikan berdasarkan ukuran dan ciri-ciri penyakit parenkim namun adanya paget disease harus tetap diperhatikan.

T1 Tumor ≤ 20 mm pada dimensi terbesar

T1mi Tumor ≤ 1 mm pada dimensi terbesar

T1 a Tumor > 1 mm tetapi ≤ 5 mm pada dimensi terbesar (sepanjang pengukuran >1.0-1.9 mm sampai 2 mm)

T1b Tumor ≥5 mm tetapi ≤ 10 mm pada dimensi terbesar

T1c Tumor >10 mm tetapi ≤ 20 mm pada dimensi terbesar

T2 Tumor >20 mm tetapi ≤ 50 mm pada dimensi terbesar

T3 Tumor >50 mm pada dimensi terbesar

T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada dan/atau ke kulit(ulserasi atau nodul makroskopi); hanya menginvasi dermis tidak termasuk T4

T4a Ekstensi ke dinding dada, invansi atau terlibatnya m. pectoralis tanpa menginvansi dinding dada tidak termasuk T4

T4b Ulserasi dan/atau nodul satelit makroskopik ipsilateral dan/atau edema(termasuk peau d’orange) kulit yang tidak memenuhi kriteria inflammatory carcinoma.

T4c Gabungan T4a dan T4b

T4d Inflammatory carcinoma (lihat “Aturan Klasifikasi”).

aLobular carcinoma in situ adalah entitas jinak dan dipindahkan dari TNM staging pada American Joint Committee on Cancer (AJCC) Cancer Staging Manual, edisi kedelapan.

Tabel 2.2 Kategori klinis kelenjer getah bening (cN) dan patologi (pN).

KATEGORI KRITERIA

cNa

cNXb KGB regional tak dapat dinilai (mis.: sudah diangkat)

cN0 Tidak ada metastasis ke kelenjer getah bening (dengan pencitraan atau pemeriksaan klinis) cN1 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I

dan II yang masih dapat digerakkan

cN1mic Mikrometastasis (tepatnya 200 sel, lebih besar dari 0.2 mm, tetapi lebih kecil dari 2.0 mm)

cN2 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang sudah terfiksir atau pada KGB internal mammary ipsilateral tapi tidak ada metastasis KGB aksila.

cN2a Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang terfiksir satu sama lain atau terfiksir pada struktur lain.

cN2b Metastasis hanya pada KGB internal mammary ipsilateral tapi tidak ada pada metastasis pada KGB aksila.

cN3 Metastasis pada KGB (aksila level III) infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila level I dan II; atau pada KGB internal mammary ipsilateral dengan metastasis KGB level I dan II; atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau internal mammary.

cN3a Metastasis pada KGB infraklavikula

ipsilateral

cN3b Metastasis pada KGB internal mammary dan KGB aksila

cN3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral

pNd

pNX KGB regional tidak dapat dinilai (contoh, tidak dipindahkan untuk studi patologi atau sebelumnya dipindahkan)

pN0 Tidak teridentifikasi metastasis KGB atau hanya sel tumor teridentifikasi

pN0(i +) Hanya sel tumor terisolasi (cluster sel malignan atau lebih besar dari 0,2 mm) pada KGB regional.

pN0(mol +) Penemuan molekul positif dengan Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR); tidak terdeteksi sel kanker terisolasi.

pN1 Mikrometastasis; atau metastasis pada 1-3 KGB aksila; dan/atau KGB internal mammary tidak terlihat secara klinis dengan mikrometastasis atau makrometastasis dengan sentinel node biopsy namun tidak terlihat secara klinis

pN1mi Mikrometastasis (tepatnya 200 sel, lebih besar dari 0,2 mm tetapi lebih kecil dari 2,0 mm) pN1a Metastasis pada 1-3 KGB aksila , paling

sedikit 1 metastasis lebih besar dari 2,0 mm.

pN1b Metastasis pada KGB internal mammary sentinel, kecuali sel tumor terisolasi.

Singkatan: aAkhiran (sn) dan (f) ditambahkan ke kategori N untuk menunjukkan konfirmasi metastasis dengan sentinel lymph node biopsy atau dengan fine needle aspiration/core needle biopsy secara berurutan.

bKategori cNX digunakan hanya pada pasien dengan KGB regional yang sudah diangkat sebelumnya atau jika tidak ada dokumentasi pemeriksaan

pN1c Gabungan pN1a dan pN1b

pN2 Metastasis pada 4-9 KGB aksila; atau KGB internal mammary ipsilateral positif dengan pencitraan dengan tidak adanya metastasis pada KGB aksila

pN2a Metastasis pada 4-9 KGB aksila (paling sedikit ada satu deposit tumor lebih besar dari 2,0 mm).

pN2b Metastasis pada KGB internal mammary terdeteksi secara klinis dengan atau tanpa konfirmasi mikroskopis; dengan KGB aksila negatif secara patologi.

pN3 Metastasis pada 10 atau lebih KGB aksila;

Atau pada KGB infraklavikula (aksila level III); Atau KGB internal mammary ipsilateral positif atau makrometastasis dengan sentinel lymph node KGB internal mammary ipsilateral tidak ditemukan secara klinis;

AtauGB supraklavikula ipsilateral. internal mammary positif dengan pencitraan);

atau pN2a dengan adanya pN1b.

pN3c Metastasis di KGB supraklavikula ipsilateral.

fisik pada aksila. ccN1M1 jarang digunakan tetapi mungkin tepat pada pasien yang menjalani sentinel lymph node biopsy sebelum reseksi tumor, yang paling sering dijumpai pada pasien yang menerima terapi neoadjuvan. dAkhiran (sn) dan (f) ditambahkan ke kategori N untuk menunjukkan konfirmasi metastasis dengan sentinel lymph node biopsy atau dengan fine needle aspiration/core needle biopsy secara berurutan tapi tidak ada reseksi lanjutan pada KGB.

Tabel 2.3 Kategori metastasis jauh (M).

KATEGORI KRITERIA mikroskopis atau dengan penggunaan teknik yang diambil dari darah, sumsum tulang, atau dari jaringan KGB nonregional lain pada pasien tanpa simptom atau tanda metastasis.

M1 Metastasis jauh terdeteksi dengan pemeriksaan klinis dan pencitraan dan atau histologi terbukti adanya metastasis lebih besar dari pada 0,2 mm.

aStudi pencitraan tidak diperlukan dalam menetapkan kategori cM0

Table 2.4 Pengelompokkana stadium anatomi TNM kanker berdasarkan American Joint Commission.

T3 N2 M0 IIIA

T4 N0 M0 IIIB

T4 N1 M0 IIIB

T4 N2 M0 IIIB

Semua T N3 M0 IIIC

Semua T Semua N M1 IV

aTabel Pengelompokan Stadium Anatomi seharusnya tidak digunakan pada negara dimana tes biomarker tidak rutin digunakan secara klinis. Registrasi kanker di Amerika Serikat harus menggunakan tabel pengelompokkan stadium prognosis untuk kasus yang dilaporkan. bCatatan untuk pengelompokkan stadium anatomi.

1. T1 termasuk mirometastasis (T1mi).

2. Tumor T0 dan T1 dengan hanya mikrometastasis KGB dikeluarkan dari stadium IIA dan dikelompokkan menjadi stadium IB.

3. M0 termasuk M0 sel tumor terisolasi (i+).

4. Penyebutan pM0 tidak valid; setiap M0 klinis.

5. Jika pasien dengan M1 sebelum terapi sistemik neoadjuvan, kemudian stadium IV dan sisanya stadium IV yang tidak berespon pada terapi neoadjuvan.

6. Penyebutan stadium mungkin diubah jika pencitraan postsurgical studi menyatakan kehadiran metastasis jauh, menyediakan studi yang dilakukan selama 4 bulan diagnosis dengan ketidakhadiran progres penyakit dan mencari pasien yang tidak menerima terapi neoadjuvan.

7. Stadium setelah terapi neoadjuvan dinyatakan dengan awanlan “yc” atau

“yp” untuk pengelompokkan T dan N. Tidak ada pengelompokkan stadium yang ditetapkan jika ada respon patologi komplit (pCR) untuk terapi neoadjuvan: contoh ypT0pN0cM0.

2.2.7 Tatalaksana Kanker Payudara

Tatalaksana kanker payudara berdasarkan Komite Penanggulangan Kanker Nasional (Purwanti, 2008)adalah sebagai berikut.

1. Kanker payudara stadium 0 (TIS / T0, N0M0)

Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan histopatologi. Lokasi didasarkan pada hasil pemeriksaan radiologi.

2. Kanker payudara stadium dini/operabel (stadium I dan II) 1) Dilakukan tindakan operasi: Breast Conserving Therapy

(BCT) (harus memenuhi persyaratan tertentu).

Indikasi BCT:

1. Tumor tidak lebih dari 3 cm 2. Atas permintaan pasien

3. Memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Tidak multipel dan/atau mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak sentral.

b. Ukuran T dan payudara seimbang untuk tindakan kosmetik.

c. Bukan Ductal Carcinoma In Situ(DCIS) atau Lobular Carcinoma In Situ(LCIS).

4. Belum pernah diradiasi dibagian dada.

5. Tidak ada Systemic Lupus Erythematosus(SLE) atau skleroderma.

6. Memiliki alat radiasi yang adekuat.

2) Terapi adjuvan operasi:

1.Kemoterapi adjuvan bila : 1. Grade III

2. TNBC

3. Ki 67 bertambah kuat 4. Usia muda

5. Emboli lymphatic dan vascular 6. KGB > 3

2.Radiasi bila :

1. Setelah tindakan operasi terbatas (BCT) 2. Tepi sayatan dekat/tidak bebas tumor 3. Tumor sentral/medial

4. KGB(+)>3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler

5. Radiasi eksterna diberikan dengan dosis awal 50 Gy. Kemudian diberi booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy.

3. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut) A. Operable(III A)

1. Mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvan dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target

2. Mastektomi radikal modifikasi + radiasi dengan kemoterapi adjuvan, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target

3. Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau mastektomi simple, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target.

B. Inoperable(III B)

1. Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + terapi hormonal.

2. Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi + kemoterapi + radiasi + terapi hormonal + dengan/tanpa terapi target.

3. Kemoradiasi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi dengan/tanpa radiasi adjuvan dengan/kemoterapi + dengan/tanpa terapi target.

Radiasi eksterna pasca mastektomi diberikan dengan dosis awal 50 Gy.Kemudian diberi booster; pada tumor bed 10-20 Gy dan kelenjar 10 Gy.

4. Kanker payudara stadium lanjut Prinsip:

1. Sifat terapi paliatif

2. Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi danterapi hormonal).

3. Terapi lokoregional (radiasi dan bedah) apabila diperlukan.

4. Hospice home care.

2.3 Modified Radical Mastectomy

Mastektomi adalah salah satu cara mengobati kanker payudara dengan mengangkat seluruh payudara melalui operasi. Terapi ini sering dilakukan pada pasien yang tidak dapat diobati dengan Breast Conserving Surgery (lumpectomy) (American Cancer Society, 2016).

Mastektomi radikal pada tahun 1890 oleh Halsted pertama kali dirancang dan dipopulerkan menjadi operasi radikal kanker mamae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari tumor, seluruh kelenjer mamae, m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinu enblok direseksi (Gulli dan Mallory, 2017).

Modified radical mastectomy memiliki 2 metode yaitu model yang

Modified radical mastectomy memiliki 2 metode yaitu model yang

Dokumen terkait