• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Terapi Kombinasi

2.5.3 Terapi Kombinasi Operasi, Radiasi, dan Kemoterapi

Kombinasi berbagai metode terapi sering digunakan di klinis dan pada sebagian tumor meningkatkan efektivitas terapi. Perpaduan ini bertujuan mengurangi residif, meningkatkan angka kuratif atau sedapat mungkin mempertahankan organ atau ekstremitas pasien dan meningkatkan kualitas hidup (Desen, 2013).

2.6 Algoritma Terapi Kombinasi Kanker Payudara

Gambar 2.1 Algoritma radioterapi kanker payudara berdasarkan KPKN(Purwanti, 2008)

• *** Jika sudah diberikan radiasi neoadjuvan, tidak perlu diberikan radiasi adjuvan pada kasus BCS

• Jika informasi klinis, radiologis ataupun patologi tidak adekuat, pengambilan keputusan tetap berdasarkan pertimbangan DPJP

• Jarak antara radioterapi dengan operasi harus <7 bulan pada pasien yang mendapat kemoterapi adjuvan.

• Jarak antara operasi dan radiasi <4 minggu pada pasien yang tidak mendapat kemoterapi adjuvan.

2.7 Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka teori penelitian Keganasan pada

Kualitas hidup sebagai kepuasan dalam berbagai aspek kehidupan

Anamnesa,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

Gambaran Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Telah Dilakukan Modified Radical Mastectomy dan Radioterapi

2.8 Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka konsep penelitian

Pasien kanker payudara yang telah dilakukan modified radical

mastectomy dan

radioterapi Kualitas Hidup

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional deskriptif dengan desain cross sectional study. Penelitian ini menggambarkan kualitas hidup pasien kanker payudara yang telah dilakukan modified radical mastectomy dan telah menjalani radioterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan yang dilakukan di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada suatu waktu tertentu. Pengumpulan data dengan wawancara disertai pengisian kuisioner EORTC-C30 yang berisikan 30 pertanyaan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Penelitian dimulai pada bulan Maret 2017 dan selesai pada bulan Desember 2017. Waktu pengambilan dan pengumpulan data pada bulan September sampai Oktober 2017.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh pasien dengan diagnosis kanker payudara yang telah menjalani radioterapi di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan selama periode September sampai Oktober 2017.

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Aminudin, 2013).

3.3.3 Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi dari penelitian adalah seluruh perempuan yang didiagnosis dengan kanker payudara yang telah dilakukan modified radical mastectomy dan telah menjalani radioterapi di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan selama periode September sampai Oktober 2017. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah seorang laki-laki, mempunyai lebih dari satu kanker dan didiagnosis metastasis payudara.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner EORTC-C30 yang berisikan 30 pertanyaan kepada pasien kanker payudara yang telah dilakukan modified radical mastectomy dan telah menjalani radioterapi di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan selama bulan September sampai Oktober 2017. Data primer tersebut kemudian dilakukan analisis sederhana untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien kanker payudara.

3.4.1 Uji Validitas Kuisioner EORTC-C30

Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata lain secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas instrumen ini tidak dilakukan karena instrumen yang akan digunakan oleh peneliti adalah instrumen baku dari European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire-C30 (EORTC-C30) dan telah diterjemahkan dalam bentuk bahasa Indonesia serta pernah di gunakan di Indonesia dengan hasil validitas > 0.70 (Zega dan Siregar, 2013).

3.4.2 Uji Reliabilitas Kuisioner EORTC-C30

Reliabilitas instrumen adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Uji realibilitas penting dilakukan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk dapat digunakan atau tidak. Pada instrumen penelitian ini, uji realibilitas dilakukan sebelum pengumpulan data. Uji realibilitas dilakukan terhadap 10 orang responden yang berbeda yang memiliki karakteristik yang sama dengan respoden penelitian dan ditambah 20 orang dari dari data aktual, sehingga jumlah responden untuk uji realibilitas sebanyak 30 orang responden. Uji realibilitas penelitian dilakukan di RSUD. Pirngadi Medan dengan menggunakan cronbach alpha . Suatu instrumen dikatakan sudah reliabel bila koefisiennya lebih dari 0,7. Hasil realibilitas yang telah dilakukan adalah 0,80 (Zega dan Siregar, 2013)

3.5 Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan diperiksa, diolah dengan bantuan program komputer, dianalisis dengan analisis sederhana dan disajikan dalam bentuk tabel.

3.5.1 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini kuesioner yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang sudah dibakukan dari European Organization for Research and Treatment of Cancer Quality of Life Questionnaire-C30 (EORTC-C30) dan pernah digunakan di Indonesia.

Instrumen ini terdiri dari 30 pertanyaan yaitu: pertanyaan fungsi fisik sebanyak 5 buah (no.1-5), pertanyaan fungsi peran sebanyak 2 buah (no.

6 dan 7), pertanyaan fungsi emosional sebanyak 4 buah (no.21-24), pertanyaan fungsi kognitif sebanyak 2 buah (no.20 dan 25), pertanyaan fungsi sosial sebanyak 2 buah (no. 26-27), pertanyaan kondisi kesehatan

secara keseluruhan sebanyak 2 buah (no. 29-30), pertanyaan kelelahan sebanyak 3 buah (no. 10, 12 dan 18), pertanyaan mual dan muntah sebanyak 2 buah (no. 14-15), pertanyaan nyeri sebanyak 2 buah (no. 9 dan 19), pertanyaan sesak nafas sebanyak 1 buah (no.8), pertanyaan sulit tidur sebanyak 1 buah (no.11), pertanyaan kehilangan nafsu makan sebanyak 1 buah (no, 13), pertanyaan konstipasi sebanyak 1 buah (no.16), pertanyaan diare sebanyak 1 buah (no.17), pertanyaan kesulitan keuangan sebanyak 1 buah (no. 28). Penilaian menggunakan skala likert dengan 4 pilihan jawaban yaitu “Tidak, Sedikit, Sering dan Sangat Sering”. Untuk jawaban “Tidak” nilainya 4, untuk jawaban ‘Sedikit”

nilainya 3, untuk jawaban “Sering” nilainya 2 dan untuk jawaban “Sangat sering” nilainya 1. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 30 dan nilai tertinggi adalah 120. Rentang kelas pada kuesioner ini adalah 120-30 ( nilai tertinggi – nilai terendah ) = 90. Banyak kelas akan dikategorikan menjadi 3 sehingga panjang kelas diperoleh 30. Dengan nilai terendah 30 dan panjang kelas 30 maka kualitas hidup dapat dibagi menjadi:

30-60 : Kualitas hidup kurang 61-90 : Kualitas hidup cukup

91-120 : Kualitas hidup baik (Zega dan Siregar, 2013)

Setiap ukuran skala dan single-item diubah ke dalam bentuk angka dengan rentang berkisar dari 0 sampai 100. Skala dengan skor tinggi menggambarkan tingkat respons yang lebih tinggi.

1. Dengan demikian skor tinggi untuk skala fungsional menyatakan tingginya level fungsional kesehatan.

2. Skor tinggi untuk status kesehatan global/kualitas hidup menyatakan kualitas hidup yang tinggi.

3. Tetapi tingginya skor gejala menyatakan tingginya simptomatologi/masalah (EORTC, 2001).

Prinsip untuk menilai skala ini adalah sama dalam semua kasus:

1. Perkiraan rata-rata dari item-item yang berkontribusi terhadap masing-masing skala; itu adalah skor mentah.

2. Gunakan transformasi linear untuk menstandardisasikan skor mentah, sehingga skor berkisar dari 0 sampai 100; Sebuah skor yang lebih tinggi menyatakan tingkat fungsional yang lebih baik, atau tingginya tingkat perburukan (Aaronson et al., 1993).

Secara praktis, jika item-item I1, I2, ...In termasuk ke dalam suatu skala, prosedur perhitungan sebagai berikut:

Skor Mentah

Perhitungan skor mentah

Skor mentah = SM = (I1 + I2 +...+In)/n Transformasi Linear

Terapkan transformasi linear menjadi 0 -100 untuk mendapatkan skor S, Skala fungsional: S = {1 −(𝑆𝑀−1)

QLQ-C30 telah dirancang sedemikian rupa sehingga semua item dalam skala apapun mempunyai kisaran nilai yang sama. Oleh karena itu, range SM sama dengan range dari nilai-nilai item. Secara keseluruhan item diberi skor 1 sampai 4, sehingga range = 3 (Aaronson et al., 1993).

Skor dapat dibandingkan dengan data yang dipublikasikan, misalnya dengan menggunakan data kelompok pasien yang diterbitkan dalam nilai referensi EORTC QLQ-C30 untuk dibandingkan (FAYERS et al., 1998).

Pada nilai referensi manual, data yang ditampilkan untuk bagian kanker utama dibagi sesuai stadium penyakit. Data populasi umum berdasarkan pada sampel yang dipilih secara acak dari populasi umum di Norwegia, Swedia dan Denmark (Aaronson et al., 1993).

(3,1)

(3,2) (3,3) (3,4)

Tabel 3.1 Skoring QLQ-C30 versi 3.0 EORTC-C30 (Aaronson et al., 1993).

SKALA NOMOR

ITEM

RENTANG ITEM

NOMOR ITEM VERSI 3.0

SKALA FUNGSI Status kesehatan

global / QoL Status kesehatan

global (direvisi) QL2 2 3 29,30

Skala Fungsional

Fungsi Fisik PF2 5 3 1-5 F

Fungsi Peran RF2 2 3 6,7 F

Fungsi Emosi EF 4 3 21-24 F

Fungsi Kognitif CF 2 3 20,25 F

Fungsi Sosial SF 2 3 26,27 F

Item/Skala gejala

Lelah FA 3 3 10,12,18

Mual dan Muntah NV 2 3 14,15

Nyeri PA 2 3 9,19

Dipsnea DY 1 3 8

Insomnia SL 1 3 11

Hilang nafsu makan AP 1 3 13

Sembelit CO 1 3 16

Diare DI 1 3 17

Kesulitan keuangan FI 1 3 28

Tabel 3.2 Nilai Referensi QLQ-C30, Breast Cancer: All Stages EORTC-C30 (Scott et al., 2008).

SKALA

RATA-RATA

(STANDAR

DEVIASI) MEDIAN [IQR]

Status kesehatan global

(direvisi) QL 61.8 (24.6) 66.7 [50-83.3]

Fungsi Fisik PF 78.4 (21.3) 86.7 [66.7-93.3]

Fungsi Peran RF 70.9 (29.9) 83.3 [50-100]

Fungsi Emosi EF 68.6 (23.8) 75 [50-83.3]

Fungsi Kognitif CF 81.5 (21.8) 83.3 [66.7-100]

Fungsi Sosial SF 77.0 (27.1) 83.3 [66.7-100]

Lelah FA 33.3 (26.2) 33.3 [11.1-44.4]

Mual dan Muntah NV 7.7 (17.3) 0 [0-0]

Nyeri PA 28.7 (28.7) 16.7 [0-50]

Dipsnea DY 18.1 (26.8) 0 [0-33.3]

Insomnia SL 29.8 (31.6) 33.3 [0-33.3]

Hilang nafsu makan AP 18.5 (28.9) 0 [0-33.3]

Sembelit CO 17.4 (27.2) 0 [0-33.3]

Diare DI 5.9 (15.4) 0 [0-0]

Kesulitan keuangan FI 18.3 (27.8) 0 [0-33.3]

3.6 Definisi Operasional emosi, sosial, kesehatan secara keseluruhan, dan gejala serta karakteristik demografi.

h. Cara ukur : Melakukan wawancara disertai pengisian kuesioner EORTC-C30 oleh pasien kanker payudara, kemudian mengkategorikan hasil perhitungan berdasarkan jumlah skor semua item sebagai kualitas hidup baik, cukup atau kurang dan juga membandingkan skor yang didapatkan dari setiap ukuran skala dan single-item yang telah diubah ke dalam bentuk angka dengan rentang berkisar dari 0 sampai 100 dengan skor dari nilai referensi QLQ-C30 subbagian breast cancer:all stages.

i. Alat ukur : Menggunakan kuesioner EORTC-C30 yang berisikan 30 pertanyaan dan nilai referensi QLQ-C30 subbagian breast cancer:all stages.

j. Hasil ukur : Kualitas hidup secara keseluruhan:

Skor nilai 91- 120 = Baik Skor nilai 61- 90 = Cukup Skor nilai 30-60 = Kurang

Setiap ukuran skala dan single-item diubah ke dalam bentuk angka dengan rentang berkisar dari 0 sampai 100. Skala dengan skor tinggi menggambarkan tingkat respons

yang lebih tinggi.

Dengan demikian, skor tinggi untuk skala fungsional menyatakan tingginya level fungsional kesehatan, skor tinggi untuk status kesehatan global/kualitas hidup menyatakan kualitas hidup yang tinggi tetapi tingginya skor gejala menyatakan tingginya simptomatologi/masalah.

k. Skala ukur : Ordinal

2. Pasien Kanker Payudara a. Definisi

operasional

: Seluruh perempuan yang didiagnosis dengan kanker payudara yang telah dilakukan modified radical mastectomy dan telah menjalani radioterapi yang artinya telah mendapatkan dosis radiasi sebesar 50 Gy serta tidak mempunyai kanker lain dan bukan metastasis payudara di Instalasi Radioterapi RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2017.

b. Cara ukur : Membaca hasil rekam medis.

c. Alat ukur : Rekam medis.

d. Hasil ukur : Jumlah pasien kanker payudara yang tertulis dalam rekam medis berjenis kelamin perempuan didiagnosis dengan kanker payudara yang telah dilakukan modified radical mastectomy dan telah menjalani radioterapi yang artinya telah mendapatkan dosis radiasi sebesar 50 Gy di Instalasi Radioterapi RSUP Haji Adam Malik tahun 2017.

e. Skala ukur : Nominal

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengumpulan data telah dilakukan selama dua bulan yaitu dari tanggal 1 September sampai dengan tanggal 31 Oktober 2017 dengan jumlah responden sebanyak 20 orang di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ini beralamat di jalan Bunga Lau no. 17, Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.

335/Menkes/SK/VIII/1990 yang berarti memiliki fasilitas yang lengkap, dokter-dokter spesialis dan tenaga kesehatan yang terampil.

Penyajian analisa data dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan data demografi dan kualitas hidup (fisik, peran, emosi, kognitif, sosial, status kesehatan secara keseluruhan dan domain gejala) pasien kanker payudara yang telah dilakukan modified radical mastectomy dan telah menjalani radioterapi di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.1 Data Demografi

Tabel 4.1. menunjukkan kelompok umur 39-55 tahun merupakan kelompok umur terbanyak yaitu 13 orang (65%). Mayoritas status perkawinan responden yaitu menikah sebanyak 18 orang (90%). Islam adalah agama mayoritas responden yaitu 13 orang (65%). Suku terbanyak adalah Batak yaitu 10 orang (50%). Sekolah Menengah Atas menempati tingkat pendidikan terbanyak pada responden sebanyak 8 orang (40%). Ibu rumah tangga pada penelitian ini merupakan pekerjaan terbanyak dibandingkan pekerjaan lainnya yaitu 11 orang (55%) dan mayoritas penghasilan perbulan responden yaitu kurang dari Rp500.000,00 sebanyak 11 orang (55%). Hampir seluruh responden telah menjalani modified radical mastectomy, kemoterapi dan radioterapi dengan lama menderita kanker payudara yaitu 0,4-2,4 tahun

sebanyak 13 orang (65%).

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan data demografi responden di Instalasi Radioterapi RSUP H. Adam Malik Medan.

Data Demografi Responden Frekuensi Persentase (%)

MRM, Kemoterapi dan Radioterapi 19 95

MRM dan Radioterapi 1 5

Usia merupakan salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya kanker payudara, dimana wanita yang telah menopause dan berusia lebih dari 50 tahun dapat meningkatkan risiko mengalami kanker payudara (Smeltzer dan Barre, 2001). Data yang didapat dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien kanker payudara yang telah dilakukan modified radical mastectomy dan telah menjalani radioterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan berada pada kelompok usia 39-55

tahun sebanyak 13 orang (65%). Hal ini didukung oleh data dari EBCTG menunjukkan bahwa 70% pasien kanker payudara yang menjalani radioterapi postmastectomy terjadi pada wanita usia <50-59 tahun sedangkan 30%

diantaranya lebih dari 60 tahun (Early Breast Cancer Trialists Collaborative Group, 2005).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas responden menikah (90%) dengan jumlah responden sebanyak 18 orang dan mayoritas ibu rumah tangga (55%) dengan jumlah responden sebanyak 11 orang. Hasil penelitian ini bersesuaian dengan pasien kanker payudara di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta menunjukkan bahwa mayoritas pasien kanker payudara adalah wanita yang telah menikah (93,9%) dan mayoritas ibu rumah tangga (61,1%).

Berdasarkan agama responden penelitian ini, paling banyak menganut agama Islam dengan persentase (65%), sedangkan Hindu adalah agama minoritas dengan persentase (5%). Batak adalah suku sebagian dari responden pada penelitian ini. Tabel 5.1 menjelaskan bahwa Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan sebagai rumah sakit rujukan memiliki tingkat keragaman yang tinggi dari sisi sosial didasari karena keragaman agama dan suku karena pasien datang dari berbagai daerah di Sumatera Utara dan sekitarnya.

Tabel 4.1 menunjukkan jika pendidikan SMP dan SMA menjadi kategori gabungan maka pasien kanker payudara yang berpendidikan terakhir SMP dan SMA (55%) memiliki persentase lebih besar dibandingkan SD (20%) dan sarjana (25%). Hal tersebut mungkin menjadi salah satu potensi mayoritas responden adalah ibu rumah tangga (55%) dengan penghasilan kurang dari Rp 500.000,00 (55%). Wiraswasta adalah pekerjaan kedua terbanyak responden penelitian yakni sebesar 30%. Pekerjaan responden lainnya mencakup 15% diantaranya PNS dan pegawai BUMN.

Distribusi responden pada tabel 5.1 terlihat bahwa penderita kanker payudara yang menjalani pengobatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sebagian besar melakukan modified radical mastectomy,

kemoterapi dan radioterapi. Perpaduan terapi ini salah satunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Berdasarkan rekomendasi tatalaksana kanker payudara dari Komite Penanggulangan Kanker Nasional menunjukkan kemungkinan responden berada pada stadium IIIA dan IIIB.

4.2 Kualitas hidup pasien kanker payudara di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Kualitas hidup saat ini telah menjadi suatu parameter yang sama pentingnya dengan karakteristik kesuksesan pengobatan. Kualitas hidup bersifat subjektif dan hanya dapat diukur oleh pasien. Studi terhadap 163 pasien kanker yang membandingkan penilaian kualitas hidup pasien berdasarkan penilaian klinisi dan pasien menemukan hanya 54% dari penilaian dokter berhubungan dengan penilaian pasien. Karena itu penggunaan kuisioner laporan pasien telah menjadi standar praktis dalam penilaian kualitas hidup pasien (Sutrisno, Dharmayuda dan Rena., 2010).

Salah satu alat yang yang banyak digunakan untuk menilai kualitas hidup pasien kanker adalah kuisioner yang dikeluarkan oleh EORTC. Kuisioner ini telah digunakan secara luas pada uji klinik kanker oleh sekelompok besar kelompok-kelompok penelitian dan juga telah digunakan pada studi-studi non uji klinik.

Hasil penelitian pada tabel 4.2 dari 20 orang pasien kanker payudara yang telah dilakukan modified radical mastectomy dan telah menjalani radioterapi di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan menggunakan kuisioner EORTC QLQ-C30 diperoleh kualitas hidup kurang sebanyak 17 responden (85 %), kualitas hidup cukup sebanyak 3 responden (15%) dan tidak diperoleh responden dengan kualitas hidup baik.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Kualitas Hidup

Kurang 17 85

Cukup 3 15

Baik 0 0

Cella-Tulsky berpendapat bahwa kualitas hidup terdiri dari dua komponen yaitu subjektif dan multidimensional. Subjektif merujuk pada fakta bahwa kualitas hidup dapat dimengerti hanya dari perspektif pasien.

Multidimensional merujuk pada fakta bahwa kualitas hidup mencakup dimensi yang luas yang dapat dikelompokkan menjadi satu dari empat area yang berbeda yakni keadaan fisik, fungsional, emosional dan sosial. Jadi, kualitas hidup dihubungkan dengan gejala, fungsional, psikologi dan kesejahteraan sosial (Saatci et al., 2007).

Karakteristik item kuisioner EORTC QLQ-C30 (Tabel 4.3) menunjukkan bahwa status kesehatan global mempunyai nilai rerata tertinggi. Dipsnea adalah sub item domain gejala dengan nilai rerata terendah. Fungsi fisik, peran, emosi, kognitif, sosial dan status kesehatan secara global mempunyai prediket baik. Subitem dari domain gejala yang dominan pada pasien kanker payudara adalah lelah, mual dan muntah, nyeri dan hilang nafsu makan.

Insomnia memiliki simpangan deviasi terbesar tetapi jarang terjadi pada pasien kanker payudara yang telah dilakukan modified radical mastectomy dan telah menjalani radioterapi. Dipsnea memiliki simpangan deviasi terkecil dan juga merupakan kejadian minoritas pada responden penelitian ini.

Tabel 4.3 Karakteristik item kuisioner EORTC QLQ-C30 dibandingkan dengan skor dari nilai referensi QLQ-C30 subbagian breast cancer:all stages.

4.3 Gambaran kualitas hidup pasien kanker payudara di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan berdasarkan data demografi

Tabel 4.4 menunjukkan kelompok usia 39-55 tahun, status perkawinan menikah, agama Islam, suku Batak, pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas, pekerjaan ibu rumah tangga, lama menderita kanker 0,4-2,4 tahun dan tiga jenis terapi berbeda yang telah dijalani menunjukkan mayoritas responden mempunyai kualitas hidup kurang.

Uji normalitas Shapiro-Wilk dilakukan pada data demografi responden didapatkan data berdistribusi normal (p>0,05) pada data usia responden.

Selanjutnya dengan menggunakan uji korelasi Pearson tidak didapatkan korelasi antara kualitas hidup pasien kanker payudara dengan usia. Data lain yang tidak berdistribusi normal dilakukan uji korelasi Spearman tidak didapatkan adanya korelasi antara kualitas hidup dengan data demografi selain usia.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi kualitas hidup pasien kanker payudara di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan berdasarkan data

demografi.

Status perkawinan 0,556 -0,140

Menikah 18(90) 15(75) 3(15) 0

Pendidikan 0,305 0,242

SD 4 (20) 4(20) 0 0

Berdasarkan data yang pernah dipublikasikan bahwa pasien kanker payudara yang berusia muda mempunyai dampak buruk terhadap kualitas hidup lebih besar daripada yang berusia tua. Hal tersebut terbukti pada hasil penelitian ini, namun tidak bermakna secara statistik (p = 0,416; r = 0,193).

Demikian juga untuk status perkawinan (p = 0,556; r = -0,140), agama (p

=0,360; r = 0,216), suku (p = 0,824; r = -0,053), pendidikan (p = 0,305; r = 0,242), pekerjaan (p = 0,114; r = 0,365), penghasilan perbulan (p = 0,114; r = -0,365) dan lama menderita kanker (p = 0,876; r = 0,037).

Beberapa subitem gejala yang dominan mungkin berhubungan dengan mayoritas pasien kanker payudara berpenghasilan kurang dari Rp 500.000,00 (55%). Dukungan psikologis, keuangan dan pemberian pelayanan pendukung pada pasien kanker misalnya dengan pembinaan spiritual atau pemberian obat-obatan yang bersifat simtomatis terhadap wanita yang mengalami kanker payudara dapat memengaruhi kualitas hidup (Safaee. et al., 2012).

Kemajuan terapi kanker payudara pada jurnal yang ditulis oleh Muchlis Ramli tahun 2015 secara jelas menunjukkan keunggulan terapi gabungan tapi hal tersebut berkebalikan terhadap hasil penelitian ini dimana tiga terapi yang diberikan pada 19 orang pasien kanker payudara sebanyak 16 orang responden mempunyai kualitas hidup kurang dan sisanya kualitas hidup cukup (Ramli, 2015). Hal tersebut mungkin juga diakibatkan karena mekanisme biokimia segera yang menyebabkan cedera jaringan yang masih berdampak pada saat pengambilan data pasien kanker payudara setelah dilakukan radioterapi (Desen, 2013). Data penelitian ini mendukung memang tidak adanya korelasi positif ataupun negatif antara banyaknya terapi yang diberikan terhadap kualitas hidup (p = 0,686; r = -0,096).

4.4 Gambaran item kualitas hidup pasien kanker payudara di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Pengukuran kualitas hidup dengan kuisioner EORTC QLQ-C30 di samping hasil akhir didapatkan derajat kualitas hidup pasien kanker secara umum, kita juga dapat melihat dan membandingkan beberapa aspek yang

memengaruhi kualitas hidup di antaranya fungsi fisik, peran, emosi, kognitif, sosial, domain gejala dan masalah finansial.

Tabel 4.5 menunjukkan item fungsi fisik pasien kanker payudara baik dominan memiliki kualitas hidup kurang. Hal demikian juga terdapat pada item fungsi peran, emosi, kognitif, sosial dan kesehatan secara keseluruhan.

Domain gejala seperti lelah, mual dan muntah serta nyeri yang lebih dominan dialami pasien kanker payudara dengan kualitas hidup kurang. Dipsnea, insomnia, hilang nafsu makan, sembelit, diare dan kesulitan keuangan yang lebih sedikit dialami oleh pasien kanker payudara juga menunjukkan kualitas hidup kurang.

Kualitas hidup pasien kanker payudara berada pada kategori kurang kemungkinan dikarenakan besarnya pengaruh beberapa subitem gejala (lelah, mual dan muntah, nyeri dan kehilangan nafsu makan) yang dominan pada

Kualitas hidup pasien kanker payudara berada pada kategori kurang kemungkinan dikarenakan besarnya pengaruh beberapa subitem gejala (lelah, mual dan muntah, nyeri dan kehilangan nafsu makan) yang dominan pada

Dokumen terkait